Anda di halaman 1dari 5

Tugas Tafsiran Puisi Winka Shika

dan Kamus Kecil

UNIVERSITAS

INDRAPRASTA PGRI

Program Pendidikan Sejarah


Tahun Akademik 2017/2018

Dibuat oleh :

Octavia Margaretha (201715500149)


Diksi

Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah
bentuk karya sastra. Dalam tragedi Winka dan Sihka hanya dapat ditemui empat suku kata : ka, win,
sih dan Ku. Dengan keempat suku kata terbentuklah delapan kata. Kawin, winka, sihka, ka,win,sih,
dan Ku yang berapa diantaranya merupakan kata-kata baru hasil pembebasan kata oleh Sutardji
dalam hal ini mebiarkan kata membolak-balikan. Bila kata-kata dibalik, maka maknanyapun terbalik,
berlawan dengan arti kata aslinya. Contoh kata Kuda kalau dibalik menjadi duka, artinya berlawanan.
Kuda itu Binatang, Duka itu Sedih Hati. Dalam kata “kawin” terkadung konotasi
kebahagiaan,sedangkan “winka” itu mengandung makna kesengsaraan. “kawin” adalah persatuan,
sebaliknya “winka” adalah perceraian. “kasih” itu berrati cinta, sedangkan “sihka” kebencian. Bila
“kawin” dan “kasih” menjadi “winka” dan “sihka” itu adalah tragedi kehidupan. Tragedi mulai terjadi
ketika “kawin” dan “kasih” yang karena suatu ujian tidak bisa dipertahankan lagi hingga berubah
menjadi winka dan sihka (perceraian dan kebencian) dan terpecah menjadi kata sih – sih kata tak
bermakna, yang menunjukkan hidup menjadi sia-sia belaka.

Tipograf

Puisi di atas menggunakan pola zig zag . puisi di atas termasuk ke dalam puisi kontemporer. Ada pola
zig zag ini menandakan tentang perjalanan kehidupan manusia (perkawinan) yang berlika-liku kadang
berda di atas kadang berada di bawah. Puisi ini memiliki makna perjalanan sebuah perkawinan yang
tidak mulus.
Verifkasi

Verifikasi terdiri atas rima, ritma dan metrum.

Rima adalah persamaan bunyi pada puisi dan juga berhubungan dengan pengulangaan bunyi, kata,
frasa dan kalimat. Puisi tragedi Winka dan Sihka ini banyak mengandung ritme dan irama, yaitu :

Pengulangan kata “kawin” lima kali berturut-turut masing-masing pada baris pertama hingga baris
kelima, “sih” pada baris ke-31 hingga ke-36, dan “winka” pada baris ke-15 hingga ke-17, kata “sihka”
pada baris ke-18 hingga ke-20 , serta irama “ka:” disetiap akhir baris ke-15 hingga ke-20.
Puisi Kamus Kecil Karya Joko Pinurbo

Saya dibesarkan oleh Bahasa Indonesia yang pintar dan lucu, walau kadang rumit
dan membingungkan.
Ia mengajari saya cara mengarang ilmu sehingga saya tahu bahwa sumber segala
kasih adalah kisah;
Bahwa ingin berawal dari angan;
Bahwa Ibu tak pernah kehilangan iba;
Bahwa segala yang baik akan berbiak;
Bahwa orang ramah tidak mudah marah;
Bahwa seorang bintang harus tahan banting;
Bahwa terlampau paham bisa berakibat hampa;
Bahwa orang lebih takut hantu ketimbang kepada Tuhan;
Bahwa pemurung tidak pernah merasa gembira, sedangkan pemulung tidak pernah
merasa gembala;
Bahwa manusia belajar cinta dari monyet;
Bahwa orang putus asa sering memanggil asu;

Bahasa Indonesiaku yang gundah membawaku ke sebuah paragraf yang tersusun di


atas tubuhmu.
Malam merangkai kita menjadi kalimat majemuk bertingkat yang panjang di mana
kau induk kalimat dan aku anak kalimat.
Ketika induk kalimat bilang pulang, anak kalimat paham bahwa pulang adalah
masuk ke dalam palung.
Ruang penuh raung, segala kenang tertidur di dalam kening.
Ketika akhirnya matamu mati, kita sudah menjadi kalimat tunggal yang ingin tetap
tinggal dan berharap tak ada yang bakal tanggal.

Tafsiran
Ada sebuah penyesalan ketika kabar mengenai dua penyair yang akan bersama
dalam satu panggung tidak dapat saya hadiri karena sudah terhalang janji.
Dua penyair yang suka bermain dengan kata dan imajinasi, kali ini juga bermain
dengan bunyi.
Penyesalan pertama karena saya belum bersua mereka.
Penyesalan kedua karena entah akan tiba kesempatan yang serupa.
Ket6ika kemudian penyesalan dilumat oleh roda keseharian yang macet, perasaan
itu muncul kembali. Dari seorang teman yang hadir saya mendapatkan tautan untuk
menghadirkan pembicaraan sang penyair dalam sebuah transkip lengkap. Saya
mulai membaca perlahan dan melumatnya hingga huruf terakhir.
Saya menyaksikan sebuah pertunjukan di dalam kepala sendiri,
Pada akhirnya, mesin pencari mampu menerjemahkan algoritma paling rumit di
dalam kepala saya.
Ia menuntun dan menananamkan sebuah ide.
Tentang sebuah bahasa yang berasal dari Ibu.
Yang kepintaran dan kelucuannya kadang tertutup oleh kerumitan dan kebingungan
Yang kegundahannya kadang tercermin dalam Ibu-Ibu kalimat yang memanggil anak
kalimat untuk pulang

Anda mungkin juga menyukai