Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Macam-macam Praktikum
1. Membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein
2. Kelarutan Albumin
3. Uji Biuret

Tujuan Praktikum
1. Membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein
Untuk membuktikan unsur unsur apa saja yang ada dalam protein.

2. Kelarutan Albumin
Membuktikan kelarutan albumin terhadap macam macam pelarut

3. Uji Biuret
Untuk menunjukkan atau membuktikan adanya ikatan peptida yang
membentuk protein.

4. Pentingnya dilakukan Uji


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori Membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein


Protein adalah senyawa terpenting penyusun sel hidup. Senyawa ini
terdapat dalam semua jaringan hidup baik tumbuhan dan hewan. Fungsi
biologis protein sangat beragam, antara lain sebagai pembangun, pengatur,
pertahanan dan sebagai sumber energi. Tidak ada kelompok senyawa lain yang
fungsinya begitu beragam seperti protein. Oleh karena itulah kelompok
senyawa ini disebut protein. Ditinjau dari komposisi kimianya, protein
merupakan polimer dari sekitar 20 jenis asam -amino. Massa molekul
relatifnya berkisar dari sekitar 6000 hingga beberapa juta. Unsur utama
penyusun protein adalah C, H, O dan N. Banyak juga protein yang
mengandung belerang (S) dan dalam jumlah yang lebih sedikit, fosforus (P).
Beberapa protein mengandung besi, mangan, tembaga dan iodin. Komponen
penyusun protein adalah asam -amino. Asam amino adalah suatu golongan
senyawa karbon setidak tidaknya mengandung satu gugus karboksil (-
COOH) dan satu gugus amino (-NH2). Jika gugus amino terikat pada atom C
alfa (yaitu atom karbon yang terikat langsung pada gugus karboksil) disebut
asam alfa-amino.
Albumin jika dipanaskan secara terus menerus di atas api, maka akan
tercium seperti bau rambut terbakar, yang menunjukkan bau khas dari
senyawa nitrogen. Selain itu juga akan terbentuk arang yang merupakan
indikasi adanya unsur karbon. Pada bagian dinding tabung reaksi terdapat titik
titik uap air. Adanya uap air manandakan terdapat unsur nitrogen.
Putih telur merupakan cairan tak berwarna yang mengandung albumin,
yaitu protein globular yang larut. Albumin apabila dipanaskan secara terus
menerus di atas api, maka akan tercium seperti bau rambut terbakar, hal ini
menunjukkan bau khas dari senyawa nitrogen. Selain itu juga akan terbentuk
arang merupakan indikasi adanya unsur karbon. Pada bagian dinding tabung
reaksi terdapat titik titik uap air menandakan terdapat unsur nitrogen.

Tempe
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga
dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit
degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan
lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare,
penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.

Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya


tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya
enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak,
dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh
dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik
untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia),
sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.

Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang


menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari
meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas,
asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah


dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada
dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi
buruk dan diare kronis.

Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi


buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat.
Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan
stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung
perut).

Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk


meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari
yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila
ditambah tempe.
Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan
mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe,
gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan
kepada anak balita.

Asam Lemak

Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan


derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak
jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids, PUFA) meningkat jumlahnya.

Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami
penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam
linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai
efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat
menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.

Vitamin

Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B
kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan
sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam
tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), asam pantotenat, asam
nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).

Vitamin B12 umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak


dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun
tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber
vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar vitamin B12
paling mencolok pada pembuatan tempe; vitamin B12 aktivitasnya meningkat
sampai 33 kali selama fermentasi dari kedelai, riboflavin naik sekitar 8-47
kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali, biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali,
dan asam pantotenat 2 kali lipat. Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang
tempe, tetapi oleh bakteri kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan
Citrobacter freundii.
Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3
mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi
kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya vitamin B12 pada
tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir akan kekurangan vitamin
B12, sepanjang mereka melibatkan tempe dalam menu hariannya.

Mineral

Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang


cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39;
2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe.

Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan


menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan
inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi,
kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan
tubuh.

Antioksidan

Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk


isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga
merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan
reaksi pembentukan radikal bebas.

Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein,


dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga
terdapat antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai
sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai.
Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai
menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.

Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang dikonsumsi


sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Karena tempe merupakan
sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam jumlah cukup secara
teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan dini.

Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika


Serikat, menemukan bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada
tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara.

2. Landasan Teori Kelarutan Albumin


Asam amino merupakan senyawa organic yang memiliki gugus
fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya NH2). Gugus amina
memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan asam amino bersifat amfoferik
cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan
asam, hal ini karena asam amino mampu menjadi Zwitter-ion. Asam amino
larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organic non polar seperti ester,
aseton, dan kloroform. Bila Kristal asam amino dilarutkan dalam air akan
terjadi non polar yang bersifat sebagai asam ( donor.proton) atau basa (aseptor
proton ) .Senyawa dengan dua sifat ini biasanya dinamakan dengan senyawa
amfoter atau amfolik.
COOH COO

H2N C H H2N C H

R R
Bentuk non ionic bentuk non polar

Sifat kelarutan pada protein sangat tergantung dari jenis protein, selain
itu jenis dan macam pelarut yang cocok juga berperan. Contohnya albumin
dapat larut dalam air, asam, basa dan larutan garam encer dapat digumpalkan
oleh panas dan dapat di endapkan oleh garam jenuh (Amonium sulfat),
misalkan serum Albumin, laktat bumin ( pada susu ), oval bumin (pada telur ).

3. Landasan Teori Uji Biuret


Dalam suasana basa Cu bereaksi dengan beberapa jenis larutan protein
dan menghasilkan warna violet. Hasil pembentukan senyawa kompleks, reaksi
biuret dapat terjadi pada molekul yang mengandung 2 gugus
( - C - NH -) yang terikat pada satu atom karbon atau atom nitrogen atau

O
terikat langsung. Senyawa yang mengandung gugus C-NH diganti

O
dengan gugus C NH2.

O
- C NH2 atau gugus CH2NH2 juga positif dalam uji Biuret.

O

Uji test ini diberikan nama berdasarkan nama senyawa biuret.

NH2 C N C NH2, yang memberikan uji positif.


O O
Hampir semua sampel makanan yang mengandung protein akan
memberikan warna ungu atau tes akan positif. Hal ini karena protein memiliki
jumlah besar ikatan peptida. Protein pada dasarnya berbeda asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan peptida. Asam amino ini sebenarnya mirip dengan
molekul biuret dan mereka bereaksi dengan cara yang sama bahwa tidak
biuret. Karena ini sesuatu yang mengandung protein akan memiliki hasil yang
positif dan biuret sampel akan berubah menjadi ungu. Namun dalam kasus
asam amino bebas seperti Glycine hasil tidak positif, karena tidak ada ikatan-
ikatan peptida hadir dalam asam amino bebas.
Sebuah uji biuret juga akan mengukur konsentrasi protein sejak
frekuensi ikatan-ikatan peptida akan sama untuk semua jenis asam amino. Jika
konsentrasi adalah lebih, sampel akan berubah menjadi ungu yang lebih
mendalam.
Meskipun tes biuret uji terbaik untuk memeriksa protein, yang dapat
menggunakan tes lain untuk menegaskan kembali apakah sampel yang telah
diuji positif benar-benar merupakan protein atau hanya polipeptida
Uji Biuret dilakukan dengan tujuan menentukan adanya protein atau ikatan
peptida termasuk hasil hidrolisis protein protein seperti metaprotein ,
proteosa ,pepton, polipeptida kecuali asam amino biuret diproduksi dengan
memanaskan urea kira kira pada suhu 100o.
BAB III

PROSEDUR

Metode

Alat dan Bahan


1. Membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein
Alat
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Penjepit tabung reaksi
d. Rak tabung reaksi
e. Gelas ukur
f. Lampu spiritus
Bahan
a. Larutan Albumin
b. NaOH pekat
c. Aquades
d. Kentang
e. Tempe

2. Kelarutan Albumin
Alat
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Penjepit tabung reaksi
d. Rak tabung reaksi
e. Gelas ukur
f. Vorteks
Bahan
a. Larutan Albumin 2 %, 4 %, 6%, 8%, dan 10%
b. NaOH 0,2 %
c. NaCO3 0,2 %
d. Larutan HCl 0,2 %
e. Aquades

3. Uji Biuret
Alat
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Penjepit tabung reaksi
d. Rak tabung reaksi
e. Gelas ukur
f. Vorteks
Bahan
a. Larutan protein
b. NaOH 10 %
c. CuSO4 0,01 M

Cara Kerja
1. Membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein
a. Memasukkan larutan albumin sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
yang kering, memanaskan langsung di atas pembakar spiritus. Setelah
itu memperhatikan gejala yang nampak (bau, warna yang terbentuk,
uap air).
b. Memasukkan sedikit larutan albumin ke dalam tabung reaksi kering,
kemudian menambahkan larutan NaOH pekat ( 2 kali jumlah
albumin). Memanaskan dengan hati hati di atas pembakar spiritus,
dan memperhatikan gejala yang nampak (bau, warna yang terbentuk,
uap air).

2. Kelarutan Albumin
a. Menyiapkan 4 tabung reaksi, memasukkan 1 ml larutan albumin 2 % ,
4%, 6%, 8%, dan 10% pada masing masing tabung reaksi.
b. Kemudian menambahkan ke dalam tabung reaksi :
i. Ke 1: 1 ml aquades
ii. Ke 2: 1 ml larutan NaOH 0,2 %
iii. Ke 3: 1 ml Larutan HCl 0,2 %
iv. Ke 4: 1 ml larutan NaCO3 0,2 %
c. Masing masing tabung reaksi di vorteks selama 1 2 menit, dan
membiarkan sesaat dan mengamati perubahan yang terjadi.

3. Uji Biuret
a. Menyiapkan 3 macam larutan protein
b. Memasukkan setiap larutan protein ke dalam tabung reaksi, masing
masing sebanyak 3 ml.
c. Menambahkan 1 ml larutan NaOH 10 % ke dalam setiap tabung reaksi
berisi setiap jenis larutan protein, homogenkan dengan vorteks.
d. Memasukkan 1 tetes larutan CuSO 4 0,01 M kemudian mengaduk. Jika
tidak timbul warna, menambahkan lagi 1 2 tetes CuSO4.
e. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hasil
1. Membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein
Hasil
Hasil
No. Bahan Perlakuan
Sebelum Sesudah

1. Albumin 2 ml albumin- Warna: - Warna: hitam


dipanaskan diatas kuning kecoklatan
pembakar spiritus - Bau : Tidak - Terdapat uap air
berbau di dinding
tabung.
- Bau: seperti
rambut
terbakar.
2. Albumin 2 ml albumin + 4ml- Warna: tidak - Warna: coklat
NaOH pekat berwarna keemasan
dipanaskan diatas- Bau: tidak - Terdapat uap di
pembakar spiritus berbau dinding tabung
reaksi
- Bau: seperti
rambut
terbakar
3. Kentang 2 ml larutan kentang- Warna: - Warna setelah
+ 4 ml NaOH pekat coklat ditetesi NaOH:
dipanaskan diatas muda warna berubah
pembakar spiritus menjadi coklat
kehijauan
- Warna setelah
dipanaskan:
coklat
keemasan
- Bau: seperti
rambu terbakar
4. Tempe 2 ml larutan tempe +- Warna: putih - Warna setela
4 ml NaOH pekat kekuningan ditetesi NaOH:
dipanaskan diatas keruh warna berubah
pembakar spiritus menjadi
kuning
kehijaun
keruh.
- Warna setelah
dipanaskan:
tidak berubah
(kuning
kehijauan
keruh).
- Bau: seperti
rambut
terbakar.

Analisis
1. Larutan albumin sebanyak 2 ml dipanaskan di atas pembakar spirtus.
Sebelum dipanaskan, albumin berwarna kuning dan tidak berbau.
Setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi hitam kecoklatan. Selain
itu, baunya seperti rambut terbakar dan terdapat uap air di dinding
tabung.
2. Larutan albumin sebanyak 2 ml sebelumnya berwarna kuning, tidak
berbau. Setelah ditambah Larutan NaOH 4 ml, albumin menjadi tidak
berwarna dan tidak berbau. Kemudian dipanaskan di atas pembakar
spirtus. Dan mengalami perubahan warna menjadi coklat keemasan,
terdapat uap air di dinding tabung reaksi dan muncul bau seperti rambut
terbakar.
3. Larutan kentang sebanyak 2 ml sebelumnya berwarna coklat muda,
tidak berbau. Setelah ditambah Larutan NaOH 4 ml, larutan kentang
menjadi coklat kehijaun. Kemudian dipanaskan di atas pembakar
spirtus. Dan mengalami perubahan warna menjadi coklat keemasan
jernih dan muncul bau seperti rambut terbakar.
4. Larutan tempe sebanyak 2 ml sebelumnya berwarna putih kekuningan
keruh, tidak berbau. Setelah ditambah Larutan NaOH 4 ml, larutan
tempe menjadi kuning kehijaun keruh. Kemudian dipanaskan di atas
pembakar spirtus. Dan tidak mengalami perubahan warna (kuning
kehijauan keruh) dan muncul bau seperti rambut terbakar.

2. Kelarutan Albumin
Hasil

No Hasil
Bahan Perlakuan
. Sebelum Sesudah

1. Albumin 1 ml albumin 2% + - Warna albumin- tidak berwarna


1 ml aquades tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna aquades ++
tidak (setelah di
berwarna vorteks)
- Bau: amis setinggi 1cm
- Homogen
2. Albumin 1 ml albumin 2% + - Warna albumin- tidak berwarna
1 ml NaOH 0,2% tidak Ada busa diatas
berwarna permukaan +++
- Warna NaOH (setelah di
tidak vorteks) setinggi
berwarna 1,5 cm

Homogen
Tidak ada bau
3. Albumin 1 ml albumin 2% + - Warna albumin- tidak berwarna
1 ml HCl 0,2% tidak Ada busa diatas
berwarna permukaan +++
- Warna HCl + (setelah di
tidak vorteks) setinggi
berwarna 2 cm
- Bau: amis
- Homogen
Tidak ada bau
4. Albumin 1 ml albumin 2% + - Warna albumin- tidak berwarna
1 ml NaCO3 0,2 % tidak Ada busa diatas
berwarna permukaan +
- Warna NaCO3 (setelah di
tidak vorteks) setinggi
berwarna 0,7 cm
- Bau: amis
Tidak ada bau

Hasil
No Bahan Perlakuan
Sebelum Sesudah

1. Albumin 1 ml albumin 4% + - Warna albumin- tidak berwarna


1 ml aquades tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna aquades +++
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
- Bau: amis 1,5cm
- Homogen
- Gelembung busa
kecil-kecil dan
merata
2. Albumin 1 ml albumin 4% + - Warna albumin- tidak berwarna
1 ml NaOH 0,2% tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna NaOH +++
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
1,5cm
- Homogen
- Gelembung busa
kecil-kecil dan
merata
3. Albumin 1 ml albumin 4% + - Warna albumin- tidak berwarna
1 ml HCl 0,2% tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna HCl ++
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
- Bau: amis 1cm
- Homogen
- Gelembung busa
lebih besar dan
tidak merata
4. Albumin 1 ml albumin 4% + - Warna albumin- tidak berwarna
1 ml NaCO3 0,2 % tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna NaCO3 +
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
- Bau: amis 1,5cm
- Homogen
- Gelembung busa
besar dan tidak
rapat

No Bahan Perlakuan Hasil


Sebelum Sesudah

1. Albumin 1 ml albumin 6% - Warna albumin- tidak berwarna


+ 1 ml aquades tidak berwarna- Ada busa diatas
- Warna aquades permukaan
tidak berwarna (setelah di
- Bau: amis vorteks) setinggi
2cm
- Homogen
2. Albumin 1 ml albumin 6% - Warna albumin- tidak berwarna
+ 1 ml NaOH tidak berwarna- Ada busa diatas
0,2% - Warna NaOH permukaan
tidak berwarna (setelah di
vorteks) setinggi
2,7cm
- Homogen
3. Albumin 1 ml albumin 6% - Warna albumin- tidak berwarna
+ 1 ml HCl 0,2% tidak berwarna- Ada busa diatas
- Warna HCl tidak permukaan
berwarna (setelah di
- Bau: amis vorteks) setinggi
3,2cm
- Homogen
4. Albumin 1 ml albumin 6% - Warna albumin- tidak berwarna
+ 1 ml NaCO3 0,2 tidak berwarna- Ada busa diatas
% - Warna NaCO3 permukaan
tidak berwarna (setelah di
- Bau: amis vorteks) setinggi
1,5cm
- Homogen

Hasil
No Bahan Perlakuan
Sebelum Sesudah
1. Albumin 1 ml albumin 8% + - Warna albumin- tidak berwarna
1 ml aquades tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna aquades +++
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
- Bau: amis 2cm
- Homogen
- Gelembung busa
besar-besar dan
tidak rapat
2. Albumin 1 ml albumin 8% + - Warna albumin- tidak berwarna
1 ml NaOH 0,2% tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna NaOH +++
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
2cm
- Homogen
- Gelembung busa
besar-besar dan
tidak rapat
3. Albumin 1 ml albumin 8% + - Warna albumin- tidak berwarna
1 ml HCl 0,2% tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna HCl +++
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
- Bau: amis 2cm
- Homogen
- Gelembung busa
besar-besar dan
tidak rapat
4. Albumin 1 ml albumin 8% + - Warna albumin- tidak berwarna
1 ml NaCO3 0,2 % tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna NaCO3 +++
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
- Bau: amis 2cm
- Homogen
- Gelembung busa
besar-besar dan
tidak rapat

Hasil
No Bahan Perlakuan
Sebelum Sesudah

1. Albumin 1 ml albumin 10% - Warna albumin- tidak berwarna


+ 1 ml aquades tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna aquades ++++
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
- Bau: amis 2,5cm
- Homogen
- Gelembung busa
besar-besar dan
rapat
2. Albumin 1 ml albumin 10% - Warna albumin- tidak berwarna
+ 1 ml NaOH 0,2% tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna NaOH +++++
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
3cm
- Homogen
- Gelembung busa
besar-besar dan
rapat
3. Albumin 1 ml albumin 10% - Warna albumin- tidak berwarna
+ 1 ml HCl 0,2% tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna HCl ++++++
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
- Bau: amis 3,5cm
- Homogen
- Gelembung busa
besar-besar dan
rapat
4. Albumin 1 ml albumin 10% - Warna albumin- tidak berwarna
+ 1ml NaCO3 0,2 % tidak - Ada busa diatas
berwarna permukaan
- Warna NaCO3 +++++
tidak (setelah di
berwarna vorteks) setinggi
- Bau: amis 3cm
- Homogen
- Gelembung busa
besar-besar dan
rapat

Analisis
a. Dengan larutan albumin 2%
1. Albumin 2% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml aquades, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut dan tidak berwarna. Serta terdapat busa (++) diatas
permukaan setinggi 1 cm, Homogen.
2. Albumin 2% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaOH 0,2%, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa (+++)
diatas permukaan setinggi 1,5 cm, Homogen.
3. Albumin 2% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml HCl 0,2%, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa
(++++) diatas permukaan setinggi 2 cm, Homogen.
4. Albumin 2% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaCO3 0,2 %, sebelum di
divorteks, albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa
(+) diatas permukaan setinggi 0,7 cm, Homogen.

b. Dengan larutan albumin 4%


1. Albumin 4% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml aquades, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut dan tidak berwarna. Serta terdapat busa (+++) diatas
permukaan setinggi 1,5 cm, Homogen, gelembung busa kecil-kecil
dan merata.
2. Albumin 4% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaOH 0,2%, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa (+++)
diatas permukaan setinggi 1,5 cm, Homogen, gelembung busa
kecil-kecil dan merata.
3. Albumin 4% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml HCl 0,2%, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa
(++) diatas permukaan setinggi 1cm, Homogen, gelembung busa
lebih besar dan tidak merata.
4. Albumin 4% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaCO3 0,2 %, sebelum di
divorteks, albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa
(+) diatas permukaan setinggi 1,5 cm, Homogen, gelembung busa
besar dan tidak rapat.

c. Dengan larutan albumin 6%


1. Albumin 6% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml aquades, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut dan tidak berwarna. Serta terdapat busa diatas
permukaan setinggi 2 cm, Homogen.
2. Albumin 6% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaOH 0,2%, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa
diatas permukaan setinggi 2,7 cm, Homogen.
3. Albumin 6% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml HCl 0,2%, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa
diatas permukaan setinggi 3,2 cm, Homogen.
4. Albumin 6% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaCO3 0,2 %, sebelum
di divorteks, albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa
diatas permukaan setinggi 1,5 cm, Homogen.

d. Dengan larutan albumin 8%


1. Albumin 8% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml aquades, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut dan tidak berwarna. Serta terdapat busa (+++) diatas
permukaan setinggi 2 cm, Homogen, gelembung busa besar-besar
dan tidak rapat.
2. Albumin 8% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaOH 0,2%, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa (++
+) diatas permukaan setinggi 2 cm, Homogen, gelembung busa
besar-besar dan tidak rapat.
3. Albumin 8% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml HCl 0,2%, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa
(+++) diatas permukaan setinggi 2 cm, Homogen, gelembung
busa besar-besar dan tidak rapat.
4. Albumin 8% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaCO3 0,2 %, sebelum
di divorteks, albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa
(+++) diatas permukaan setinggi 2 cm, Homogen, gelembung
busa besar-besar dan tidak rapat.

e. Dengan larutan albumin 10%


1. Albumin 10% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml aquades, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut dan tidak berwarna. Serta terdapat busa (++++) diatas
permukaan setinggi 1 cm, Homogen, gelembung busa besar-besar
dan rapat.
2. Albumin 10% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaOH 0,2%, sebelum
di divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa (++
+++) diatas permukaan setinggi 3 cm, Homogen, gelembung busa
besar-besar dan rapat.
3. Albumin 10% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml HCl 0,2%, sebelum di
divorteks albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa
(++++++) diatas permukaan setinggi 3,5 cm, Homogen,
gelembung busa besar-besar dan rapat.
4. Albumin 10% sebanyak 1 ml ditambah 1 ml NaCO3 0,2 %, sebelum
di divorteks, albumin tidak berwarna. Kemudian divorteks, albumin
menjadi larut, tidak ada bau dan tidak berwarna. Serta terdapat busa
(+++++) diatas permukaan setinggi 3 cm, Homogen, gelembung
busa besar-besar dan rapat.

3. Uji Biuret
Hasil
No Bahan Perlakuan Hasil
. Sebelum Sesudah

1. Albumi 3 ml albumin + 1- Warna: putih- Warna : putih


n ml NaOH 10 % kekuningan bening (setelah
- Bau: amis dikocok)
- Setelah
ditambahkan 3
tetes larutan
CuSO4 0,01 M
warnanya menjadi
ungu.
- Bau : amis
2. Kentang 3 ml kentang 90%- Warna: Hitam - Warna : hitam (+)
+ 1 ml NaOH 10 %- Bau: aroma (setelah dikocok)
kentang - Setelah
ditambahkan 3
tetes larutan
CuSO4 0,01 M
warnanya menjadi
kehitaman (++)
3. Tempe 3 ml tempe 90% +- Warna: putih - Warna : putih keruh
1 ml NaOH 10 % - Ada endapan (setelah dikocok)
berwarna - Setelah
putih ditambahkan 3
- Bau: aroma tetes larutan
tempe CuSO4 0,01 M
warnanya menjadi
hijau kebiruan.
Analisis
a. Albumin 3 ml ditambah NaOH 10% 1 ml. Sebelum dikocok albumin
berwarna putih kekuningan. Kemudian dikocok albumin berubah
warna menjadi putih bening. Setelah itu ditambahkan 3 tetes CuSO4
0,01 M warnanya berubah menjadi ungu.
b. Ekstrak kentang 90 % sebanyak 3 ml ditambah NaOH 10% 1 ml.
Sebelum dikocok kentang berwarna hitam . Kemudian dikocok
kentang tidak berubah warna (tetap hitam). Setelah itu ditambahkan 3
tetes CuSO4 0,01 M warnanya berubah menjadi kehitaman (++).
c. Ekstrak tempe 90% sebanyak 3 ml ditambah NaOH 10% 1 ml.
Sebelum dikocok tempe berwarna putih. Kemudian dikocok, Setelah itu
ditambahkan 3 tetes CuSO4 0,01 M warnanya berubah menjadi hijau
kebiruan.

Pembahasan
1. Membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein
Tujuan dari percobaan ini untuk membuktikan unsur unsur yang
ada dalam protein. Pada percobaan pertama hanya larutan albumin tanpa
ditambah NaOH dan pada percobaan kedua larutan albumin yang
ditambahkan NaOH yang selanjutnya masing masing dipanaskan yang
kemudian menghasilkan bau seperti rambut terbakar. Hal ini membuktikan
adanya unsure N serta pada bagian dasar tabung berwarna kuning
keemasan yang menunjukkan adanya unsur C. Perubahan yang lain pada
percobaan ini yaitu timbulnya uap air yang menunjukkan adanya unsure
H. Karena pada percobaan ini menunjukkan adanya unsure N, C, dan H
dalam larutan albumin. Hal ini menunjukkan bahwa albumin mengandung
proteindengan menggunakan larutan kentang dan larutan tempe. Sama
halnya dengan percobaan dengan menggunakan larutan kentang dan
larutan tempe, yang menghasilkan bau seperti rambut terbakar. Hal ini
membuktikan adanya unsur N pada kentang dan tempe.

2. Kelarutan Albumin
Uji kelarutan albumin bertujuan untuk membuktikan kelarutan
albumin terhadap macam-macam pelarut. Pada percobaan ini dihasilkan
perubahan yang sama yaitu bahwa albumin akan larut dalam pelarut air,
asam, basa, dan larutan garam encer.
Saat albumin dicampur dengan air kemudian divorteks hasilnya albumin
tersebut larut dalam air, antara albumin dengan air tidak bisa dibedakan
lagi komponen-komponennya. Hal ini dikarenakan gugus karbohidrat akan
melepas H+ sedangkan gugus amino akan menerima H+.
Begitu juga ketika albumin dicampur dengan basa ( NaOH ), hasilnya
sama yaitu albumin larut dalam basa. Hal ini disebabkan basa bukan
merupakan pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform.
Ketika bercampur dengan albumin (protein) maka albumin tersebut
berubah dalam bentuk H2N CH COO - karena ion OH- yang tinggi
mampu

mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus NH3+.


Pada pencampuran antara albumin dan asam (HCl) juga sama,
yaitu larut. Hal ini disebabkan konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu
berikatan dengan ion -COO- sehingga terbentuk gugus -COOH.
Pada albumin yang dicampur dengan larutan garam encer NaCO 3
menunjukkan bahwa albumin juga larut dalam larutan garam encer.
Dari percobaan uji kelarutan albumin yang telah kami lakukan
dapat disimpulkan bahwa sifat kelarutan protein tergantung dari jenis
protein dan macam pelarut yang dicampurkan pada protein tersebut

3. Uji Biuret
Uji Biuret dilakukan dengan tujuan menentukan adanya protein
atau ikatan peptide, Dalam suasana basa CuSO 4 bereaksi dengan senyawa
yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida membentuk kompleks
berwarna ungu reaksi positif tersebut terjadi dengan adanya perubahan
warna menjadi ungu atau merah muda akibat terjadinya pernyawaan antara
cadangan N dari peptida dan O dari air. Pada reaksi ini kemungkinan
terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dengan pasangan elektron bebas
dari gugus NH ataupun gugus CO dan rantai peptida.
Albumin yang ditambah NaOH 10% 1 ml kemudian dikocok,
berwarna putih bening, setelah ditambahkan 3 tetes CuSO4 0,01 M
menjadi ungu. Hal ini terjadi karena CuSO4 dalam suasana basa bereaksi
dengan senyawa yang mengandung dua atau lebih ikatan peptide, yaitu
antara Cu2+ dengan pasangan elektron dari gugus NH atau gugus CO
dari peptida. Sehingga menghasilkan kompleks berwarna ungu
(menunjukkan bahwa ikatan peptidanya panjang).
Pada ekstrak kentang 90 % sebanyak 3 ml ditambah NaOH 10%
kemudian dikocok, dan ditetesi dengan 3 tetes CuSO4 0,01 M menjadi
kehitaman (++). Sedangkan pada ekstrak tempe 90% sebanyak 3 ml
ditambah NaOH 10% kemudian dikocok, berwarna putih keruh
selanjutnya ditetesi dengan 3 tetes CuSO4 0,01 M menjadi berwarna hijau
kebiruan. Karena kadar protein pada tiap bahan berbeda sehingga warna
yang dihasilkan pun berbeda. Sehingga jumlah ikatan peptidanya juga
berbeda. Semua bahan ini memberikan reaksi yang positif karena dalam
suasana basa ion Ca2+ dan CuSO4 bereaksi dengan pasangan elektron dari
gugus -NH atau CO dari peptida. Dari bahan bahan yang di ujikan
dalam uji biuret ini ketiganya mempunyai ikatan peptida.
BAB V

KESIMPULAN

1. Membuktikan unsur-unsur yang ada dalam protein


Unsur- unsur penyusun protein adalah :
Nitrogen (N) : ditandai dengan adanya bau rambut terbakar.
Karbon (C) : ditandai dengan terbentuknya endapan di dasar tabung reaksi.
Hidrogen (H) : ditandai dengan adanya titik-titik uap air di dinding tabung.

2. Kelarutan Albumin
Albumin dapat dilarutkan dalam air, basa kuat, asam kuat serta garam encer.

3. Uji Biuret
a. Dengan terbentuknya warna ungu pada suatu senyawa menunjukkan
bahwa senyawa tersebut memilki ikatan peptida panjang.
b. Dari ekstrak protein tersebut yang memiliki ikatan peptida panjang adalah
albumin.
DAFTAR PUSTAKA

- Lehninger, Albert.L.1995. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid I. Jakarta


- http://google.com/wikipedia/protein
- http://en.wikipedia.org/wiki
- http://en.wikipedia.org/wikiujiprotein
- http://en.wikipedia.org/wikiujikelarutanalbumin
- http://google.com/wikipedia/asamamino
- http://en.wikipedia.org/wikiujibiuret

Anda mungkin juga menyukai