LP Sol-1
LP Sol-1
DISUSUN OLEH:
HANI TUASIKAL
22020113210018
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu
tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan
saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau
dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses
ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-selsaraf di meaningen otak, termasuk
juga tumor yang berasal dari sel penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh darah
dan selaput otak. (Fransisca B Batticaca. 2008: 84).
Idiopatik
Tumor otak
E. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
a) Chin lift / jaw trust
b) Suction / hisap
c) Guedel airway
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi,
whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, dan sianosis pada tahap lanjut.
4. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun
cara yang cukup jelas dan cepat adalah
Awake :A
Respon bicara :V
Respon nyeri :P
Tidak ada respon:U
5. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang
mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi inline harus dikerjakan.
F. PENGKAJIAN SEKUNDER
1) Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes.
2) Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
4) Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis
media, mastoiditis) atau infeksi paru paru (bronkiektaksis, abses paru,
empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
5) Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
6) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
Tanda : TD : meningkat
N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada
vasomotor).
7) Eliminasi
Gejala : -
Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
8) Nutrisi
Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
9) Hygiene
Gejala : -
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri (pada
periode akut).
10) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.
Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit
dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus,
kejang umum lokal.
11) Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher /
pungung kaku.
Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
12) Pernapasan
Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental
(letargi sampai koma) dan gelisah
13) Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telinga
tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsi lumbal,
pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya darah ke
jaringan otak
2) Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
3) Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi
4) Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat
tekanan pada serebelum (otak kecil)
5) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan.
H. INTERVENSI
1) Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya darah ke
jaringan otak
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan
kembali normal dengan kriteria hasil :
a) TTV normal
b) Kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit
c) Gelisah hilang
d) Ingatanya kembali seperti sebelum sakit
Intervensi :
a) Memantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan
keadaan normalnya seperti GCS
b) Memantau frekuensi dan irama jantung
c) Memantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi
penggunaan selimut dan lakukan kompres hangat jika terjadi demam
Rasional :
a) Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan
potensi TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran,
luas,dan perkembangan dari kerusakan
b) Perubahan pada frekuensi dan disritmia dapat terjadi yang mencerminkan
trauma atau tekanan batang otak tentang ada tidaknya penyakit
Intervensi :
a) Memberikan lingkungan yang tenang
b) Meningkatkan tirah baring, bantu perawatan diri pasien
Rasional :
a) Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan meningkatkan istirahat
b) Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
c) Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori yang akan
menurunkan nyeri
Intervensi :
a) Mengkaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan
b) Memberi makanan dalam jumlah kecil dan sering
Rasional :
a) Menentukan pemilihan terhadapjenis makanan sehingga pasien
terlindungi dari aspirasi
b) Meningkatkan proses pencernaan dan kontraksi pasien terhadap nutrisi
yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan
Intervensi :
a) Memeriksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada
kerusakan yang terjadi.
b) Mengkaji derajat imobilitas pasien dengan menggunakan skala
ketergantungan (0 4)
c) Meletakkan pasien pada posisi tertentu, ubah posisi pasien secara teratur
dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu
Rasional :
a) Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan
mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.
b) Seseorang dalam semua kategori sama sama mempunyai risiko
kecelakaan namun katagori 2 4 mempunyai resiko terbesar untuk
terjadinya bahaya tsb sehubungan dengan imobilisasi.
Rasional :
a) Membantu pasien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan
persepsi, gangguan fungsi kognitif dan atau penurunan penglihatan dapat
menjadi potensi timbulnya disorientasi dan ansietas
b) Mengurangi kelelahan, mencegah kejenuhan, memberikan kesempatan
untuk tidur REM (ketidakadaan tidur REM ini dapat meningkatkan
gangguan persepsi sensori
c) Menurunkan fruktasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan
/pola respon yang memanjang
DAFTAR PUSTAKA
1. Brenda G. Bare, Suzanne C. Smeltzer. 1997. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
2. Batticaca, Fransisca.2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Brunner & Sudarth. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8 Vol
3. EGC. Jakarta
4. Doenges.EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
5. Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit. Edisi 6 Vol.2. Jakarta: EGC