Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hepatitis masih tetap merupakan masalah kesehatan di masyarakat hingga saat
ini, dimana jumlah penderita cukup banyak dan sebagian penderita akan mendapat
sirosis hati bahkan kanker hati yang berpotensi menimbulkan dampak morbiditas dan
mortalitas.1,2
Hepatitis merupakan penyakit infeksi sistemik yang domonan menyerang hati,
hampir semua kasus hepatitis di sebabkan salah satu dari 5 jenis virus yaitu virus
epatitis A,B,C,D,E. Semua jenis virus hepatitis menyerang manusia terutama virus
RNA, kecuali virus hepatitis B yang merupakan virus DNA. Walaupun viris-virus
tersebut berbeda dalam sifat molekuler dan anti gen, akan tetapi jenis virus tersebut
memperlihatkan kesamaan dalam perjalanan penyakit. 1
Sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B dan 360
juta orang di antaranya terinfeksi kronis yang akan berpotensi menjadi sirosis dan
karsinoma hepatoselular dengan angka kematian sebesar 250.000 per tahun.2
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka pada laporan kasus ini
akan lebih banyak dibahas mengenai Hepatitis Kronik, sehingga dapat memberikan
informasi dan menambah pengetahuan yang benar kepada pasien,keluarga maupun
masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hepatitis B
1. Pengertian
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB),
suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau
menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.
Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia
dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.

Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan
berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen,
fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga
menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui
kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati.
Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak
sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.

2. Etiologi
a. Hepatitis virus B
Virus yang lengkap berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang di sebut partikel Dane.
b. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida,
chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat
dalam industri modern.

3. Cara Penularan
Hepatitis B umumnya menular jika darah dan aliran tubuh lainnya seperti semen (air
mani) atau sekresi vagina dari seseorang yang terinfeksi memasuki tubuh orang yang
belum terinfeksi. Penularan biasanya melalui :
1. Kontak seksual dengan penderita
2. Gigitan atau melalui mulut
3. Pemakaian jarum suntik bersama, sikat gigi, pisau cukur, alat tindik telinga, alat
tato dan akupuntur
4. Dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya pada saat melahirkan
Virus hepatitis B tidak ditemukan dalam keringat, air mata, urin atau sekresi
pernafasan. Hepatitis B tidak ditularkan melalui pemakaian bersama perkakas makan,
pelukan, batuk, bersin dan pegangan tangan. Penelitian menunjukkan hepatitis B tidak
menular melalui makanan dan minuman.
Sebagian besar orang dewasa yang terinfeksi hepatitis B akan sembuh tanpa masalah,
akan tetapi tidak pada bayi dan anak-anak. Semakin muda seseorang terinfeksi pertama
kali, maka semaki besar kemungkinan berkembang menjadi kronis.
a) Jika orang dewasa terinfeksi : 10% akan berkembang menjadi kronis
b) Jika seorang anak terinfeksi : 50% akan berkembang menjadi kronis
c) Jika seorang bayi terinfeksi : 90% akan berkembang menjadi infeksi kronis
d) Cara mengetahui apakah seseorang terinfeksi hepatitis B atau tidak adalah

melalui pemeriksaan darah. Ada 3 pemeriksaan standar yang biasa dilakukan yaitu:

1. HBsAg ( hepatitis B surface antigen) :

Adalah penanda awal hepatitis B yang muncul 4-12 minggu setelah terinfeksi. Bila
HBsAg menetap dalam darah selama 6 bulan, berarti terjadi infeksi kronis.

2. Anti HBc ( antibodi hepatitis B core ) :

Adalah antibodi terhadap antigen inti hepatitis B. Antibodi ini terdiri dari 2 tipe
yaitu : IgM ( imunoglobulin M ) anti HBc dan IgG anti HBc.

Anti-HBc IgM :
Muncul 2 minggu setelah HBsAg terdeteksi, dapat bertahan hingga 6 bulan.
Berperan pada core window ( fase jendela ) yaitu masa dimana HBsAg sudah
hilang, tetapi anti-HBsAg belum muncul 10% hepatitis akut tidak terdeteksi
hanya dengan memeriksa HBsAg.
Anti-HBc IgG :
Muncul sebelum anti-HBc IgM hilang, Terdeteksi pada hepatitis akut dan
kronik Dapat bertahan pada fase penyembuhan ( kadar rendah ), Tidak
mempunyai efek protektif. Interpretasi hasil positif anti-HBc biasanya tergantung
hasil pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs.
3. Anti-Hbs (antibodi terhadap hepatitis B surface antigen)
Jika hasilnya positif atau reaktif menunjukkan adanya imunitas atau kekebalan
terhadap infeksi virus hepatitis B baik dari imunisasi maupun dari proses
penyembuhan infeksi masa lampau. Seseorang yang terinfeksi masa lampau tidak
dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.

4. Patofisiologi
Masa inkubasi bervariasi, tergantung pada agennya, refleksi virus dalam hati
meningkat, yang di ikuti oleh penampilan komponen virus dan nekrosis sel hati bersama
respons peradangan yang menyertai. Antibodi non spesifik dapat meningkat sama seperti
pada infeksi virus lainnya. Perubahan morfologi hati pada hepatitis A, B, C (nonA dan non
B), adalah identik. Pada kasus klasik, ukuran dan warna hati nampak normal, tetapi kadang-
kadang sedikit oedem, membesar dan berwarna seperti empedu. Secara histologi, terjadi
kekacauan hepatoseluler, cedera dan necrosis hati, dan peradangan perifer.
Perubahan reversible bila fase akut penyakit mereda. Pada beberapa kasus, necrosis
sub masif atau masif dapat mengakibatkan payah hati yang berat dankematian. Hepaptitis
virus D merupakan hibrid DNA virus hepatitis B. virus ini dapat menular sendiri secara
langsung dan bersifat hepatoksit. Bentuk ini akan memperbanyak bentuk hepatitis kronik.

5. Manifestasi Klinis
Infeksi HBV dapat menimbulkan akibat klinis yang berbeda-beda bagi setiap
individu, penderita dapat mengalami salah satu dari beberapa keadaan seperti dibawah ini ;
1. Tetap sehat.
Terjadi bagi mereka yang memiliki kekebalan ( anti HBS ), Mengidap tetapi tetap
sehat, Bila HBS Ag menetap ( persistem ) selama lebih dari 6 bulan tanpa disertai
kelainan virus.
2. Hepatitis akut ikterik.
Ditandai masa prodromal selama 3 6 hari, kadang-kadang sampai 3 minggu,
pasien merasa tidak sehat, anorexia, mual, kadang demam ringan, ras sakit pada bagian
kanan atas perut, rasa lesu, cepat lelah & sakit lemah. Gejala prodromal mereda saat
timbul ikterus yang dimulai dengan perubahan warna urein menjadi lebih gelap seperti
teh pekat. Pada stedium ikterik ini timbul rasa gatal ( pruritus ) selama beberapa hari,
hati teraba membesar, rata, kenyal dan nyeri tekan kadang disertai pembesaran linfe.
Setelah 1 4 minggu masa ikterik, penyembuhan berlangsung dengan sendirinya
ditandai oleh meredanya ikterus, kembalinya nafsu makan dan keadaan kembali normal.
3. Hepatitis akut an ikterik.
Pada bentuk ini keluhan sangat ringan dan samar-samar, umumnya hanya anorexia
dan ganguan pencernaan, pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hiperbilirubinemia
ringan, pemeriksan flopia lesi positife dan bilirubinuria, urein secara makroskopis
berwarna seperti teh pekat.
4. Hepatitis akut tulminan.
Bentuk ini hampir semuanya mempunyai prognosis jelek, kematian biasanya terjadi
dalam 7 10 hari ssejak mulai sakit. Pada waktu yang singkat terhadap gangguan
neorologik, faktor hepatik dan muntah yang peresisten, terdapat demam dan ikterus
yang menghebat dalam waktu yang singkat, pada pemeriksaan didapatkan hati yang
mengecil purpura, dan perdarahan gastrointestinal.
5. Hepatitis Kronik.
Diduga bahwa pasien Hepatitis B kronik mengalami episode subklinis dari hepatits
akut dengan gejala yang sangat ringan sehingga luput dari perhatian. Dugaa kearah
kromositas dimulai manakala keadaan SGOT & SGPT tidak pernah menjadi normal
selama 6 bulan dari awal hepatitis akut disertai dengan peresistensi HBS Ag serum.
Seringkali dijumpai ikterus hepatoseluler yang hilang timbul pada saat general
chek- up, tampak adanya ikterus, spider nevi, hepato splenomegali, eritema palmar
dan kelainan biokimiawi serta serologi diagnostik hanya dapat dipastikan dengan
pemeriksaan biopsi dan gambaran PA. Pada hepatitis kronik aktif umumnya
berakhir menjadi sirosis hepatis.

a.6. Pemeriksaan Penunjang


1. Tes serologik : HBS Ag (+).
2. Tes Hibridasi : HBV DNA.
3. Tes RIA ( Radio Imuno Assay ) : HBV Diva Polimerase.
4. Pemeriksaaan darah : SGOT & SGPT meningkat.
5. USG : Biasanya hanya dapat mendeteksi Hepatomegali yang tidak spesifik.
6. Pemeriksaan Histologik : Biopsi Hati.
Penting untuk menilai aktivitas, mendeteksi ada tidaknya sirosis, mencari
kemungkinan penyebabnya dan menilai hasil pengobatan. Dewasa ini diagnosis
untuk sebagian besar pasien Hepatitis B kronik ditegakkan berdasarkan gejala
klinis, peningkatan kadar SGOT, SGPT dan Gama GT, dengan tanpa
Hiperbilirubinemia, HBS Ag (+), menetap dan gambaran Ultrasonography.
(Saputra, 2010)

7. Pengobatan Medis
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnose yang ditegakkan maka
akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada
cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
a. Pengobatan oral yang terkenal adalah :
1. Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan
nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini
cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat
monitor bersinambungan dari dokter.

2. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih
efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap
fungsi ginjal.

3. Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis
B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih,
mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan
pemberian obat ini belum dikatakan stabil.

b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;


Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar
sinar yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di
sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN,
ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam
seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah
depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek
lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam
yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.

8. Pencegahan
Vaksinasi sedini mungkin adalah upaya pencegahan yang paling tepat, khususnya di
Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Vaksinasi dapat melindungi sekitar 90-95%
populasi dewasa muda. Vaksin hepatitis B aman diberikan pada bayi, anak-anak maupun
orang dewasa. Untuk mencegah penularan secara vertikal, setiap ibu hamil dianjurkan periksa
HBsAg, agar dokter dapat mengambil keputusan dalam penanganan ibu hamil selanjutnya,
dan agar bayi yang baru lahir dari ibu pengidap segera diberi imunisasi hepatitis B.
Secara umum cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari tertular hepatitis B
adalah sebagai berikut :
a. Selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan
b. Hindari jajan makanan disembarang tempat atau "jajan" yang lain
c. Hindari penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, jarum
suntik, alat tato, akupuntur yang tidak steril
d. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
e. Pemeriksaan darah donor terhadap virus hepatitis
f. Hindari seks yang beresiko
g. Lakukan vaksinasi sedini mungkin.

KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Alamat : Kedungmundu no.18 Semarang
Pekerjaan : Karyawanan toko bangunan
Status perkawinan : Menikah
Biaya Pegobatan : Sendiri
No.RM : 000017823
Hari/tgl masuk : Selasa, 3 Juli 2012

2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan hari Selasa tanggal 3 Juli 2012 pukul 08.00 WIB secara
autoanamnesis.
a. Keluhan utama: perut membesar
b. Riwayat Perjalanan Penyakit:
8 bulan yang pasien pertama kali merasakan perut mulai membesar,
mual/muntah (+), pasien mengaku lupa akan keluhan demam atau tidak.
5 bulan yang lalu pasien merasakan perut semakin membesar dibandingkan 3
bulan sebelumnya, mual/ muntah(+), pusing (+), demam (+).
2 bulan yang lalu pasien dirawat inap di RS dan didiagnosa menderita
penyakit liver, dirawat selama 1 minggu, setelah keluar dari RS pasien tidak
melakukan kontrol lanjutan.
Saat masuk RS pasien dengan perut membesar, perut kanan bawah terasa tidak
nyaman (+), nafsu makan menurun (+), mual muntah dengan frekuensi sering
(+), BAB lancar, BAK lancar dengan warna urin kuning kecoklatan seperti teh,
demam (+), pusing (+), sesak nafas (-), berat badan menurun, memakai bantal
terasa nyaman (-), secara terus menerus, batuk (-), dahak (-), mual/muntah (-),
pusing (-), keringat dingin (-)
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Hepatitis : (+)
Riwayat TBC : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : tidak tahu
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Alergi Makanan : disangkal
Riwayat Alergi Obat : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat Hepatitis : (-)
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Alergi Makanan : disangkal
Riwayat Alergi Obat : disangkal
e. Riwayat Pribadi :
Pasien sering makan diluar/ di sembarang tempat, pasien memiliki kebiasaan
merokok dalam sehari 5 batang. Pasien tidak minum minuman beralkohol.
f. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien sebagai karyawan toko bangunan. Jumlah anggota keluarga 4 orang terdiri
dari pasien, istri dan 2 anak yang masih sekolah. Dan yang bekerja 1 orang yaitu
pasien sendiri. Biaya pengobatan ditanggung pasien sendiri.
Kesan sosial ekonomi kurang.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 3 Juli 2012 WIB
Keadaan umum : tampak lemah
Kesadaran : compos mentis

Vital sign
TD : 130/80 mmHg (lengan kanan-kiri dengan posisi duduk)
Nadi : 92 x/menit (regular, isi dan tegangan cukup)
RR : 22 x/menit (reguler)
Suhu : 37,8 C (axilla)
BB : 52 kg
TB : 172cm
BMI : 17,6 kg/m2(kesan: kurus)

Status Internus
Kepala : mesocephal, rambut hitam
Mata : konjungtiva anemis (+/+)
sklera ikterik (+/+)
pupil isokor reflek pupil (+/+)
Hidung : bentuk normal
cuping hidung (-)
nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
septum deviasi (-)
konka: hiperemis (-)
deformitas (-).
Telinga : bentuk normal
nyeri tekan tragus (-)
serumen (-)
nyeri tekan mastoid (-)
membran timpani intak.
Mulut : sianosis (-)
lidah kotor (-)
uvula simetris
tonsil tidak ada pembesaran
karies gigi molar 3 bawah kiri(+)
Leher : warna normal
bentuk simetris
nyeri tekan trakea (-)
pembesaran limfonodi (-)
pembesaran kelenjar tiroid (-)
JVP + 2 (dalam batas normal)
Dada :
JANTUNG
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak ,
Palpasi : ictus cordis teraba kuat angkat (+)
Perkusi : batas atas : ICS II lin.parasternal sin.
batas kanan bawah : ICS V lin.sternalis dextra;
kiri bawah : ICS V 1-2 cm lateral linea
midclavicula sinistra
pinggang jantung : ICS III parasternal kiri

configurasi jantung (dalam batas normal)


Auskultasi : reguler
Suara jantung murni: I,II
Suara jantung tambahan (-)
PARU
Dextra Sinistra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
dalam batas normal dalam batas normal
Hemitorak
2. Palpasi Simetris Simetris
Stem fremitus
Nyeri tekan
Pelebaran ICS Dex=sin Dex = sin
3. Perkusi
(-) (-)
(-) (-)
Pekak di seluruh lapang Pekak diseluruh
4. Auskultasi
paru lapang paru
Suara dasar
Peranjakan paru 5 cm (N)
Suara tambahan

Vasikuler Vasikuler
(-) (-)
Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada
Dbn Dbn
Hemitorak
2. Palpasi Simetris Simetris
Stem fremitus
Nyeri tekan
Pelebaran ICS Dex=sin Dex=sin
3. Perkusi
(-) (-)
(-) (-)
4. Auskultasi
Pekak di seluruh lapang Pekak di seluruh
Suara dasar
paru lapang paru
Suara tambahan

Vesikuler Vesikuler
(-) (-)

Abdomen
Inspeksi : bentuk tampak membesar
venectasi (+)
konsistensi keras
permukaan licin
warna seperti kulit di sekitar
Auskultasi : bising usus menurun hingga tidak terdengar
Palpasi : nyeri tekan (+)
tes undulasi (+)
hepar terasa 2 cm, tepi tumpul dan konsistensi kenyal
defance musculare (-)
lien (dbn)
ginjal tidak teraba
Perkusi : timpani seluruh regio abdomen
pekak sisi (+)
pekak alih (+)
nyeri ketok ginjal (-/-)
Ektremitas
Superior inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedem +/+ +/+
Sianosis -/- -/-
Gerak Dalam batas normal Dalam batas normal
Reflex fisiologis +/+ +/+
Reflex patologis -/- -/-

4. Pemeriksaan Penunjang
N PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
O
1. DARAH TEPI
Hemoglobin 10,7 L: 12-17,5, P: 11,5-16
g/dl
Leukosit Meningka 4000-11.000 /mm3
t
LED Meningka L <15 P < 20 mm/jam
t
Hematorit Meningka 41,5
t
Trombosit Meningka 150.000-400.000 / mm3
t
Serologi HbsAg (+) (-)
Ig G Menurun
2 Urinalisa
Bilirubin Urin Meningka
t
3 Fungsi hati
SGOT/SGPT Meningka
t
Albumin Meningka
t
USG hepar DIUSULKAN
Biopsi hepar
5. Diagnosa Banding
Hepatitis B kronik
Hepatoma
6. Diagnosis
Hepatitis kronik et causa virus hepatitis B
7. Penatalaksanaan
Non medikamentosa:
Menjaga higienitas makanan, kebersihan diri dan lingkungan sekitar.
Medikamentosa :
Interferon (IFN) untuk menghambat replikasi virus dengan dosis sedang 5-10
MU/m2/hari selama 3-6 bulan.
8. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : ad malam

PEMBAHASAN

Kasus yang dibahas adalah hepatitis B kronis. Hepatitis merupakan penyakit infeksi
sistemik yang domonan menyerang hati, hampir semua kasus hepatitis di sebabkan salah satu
dari 5 jenis virus yaitu virus epatitis A,B,C,D,E. Pasien didiagnosis hepatitis B karena
berdasarkan pemeriksaan serologi didapatkan HbsAg positif.
Penyakit hepatitis memiliki gejala klinis seperti kulit dan sklera ikterik, demam,
penurunan nafsu makan,mual muntah penurunan berat badan terus menerus. Berasarkan
gejala tersebut pasien mengidap hepatitis.
Infeksi oleh virus hepatitis menyebabkan inflamasi hepar kemudian inflamasi yang terus
menerus sehingga mengakibatkan kerusakan sel hati dan terjadinya peningkatan bilirubin
kemudian menjadi ikterus pada kulit dan sklera. Peningkatan bilirubin juga berpengaruh pada
sisstem eskresi, hal tersebut mengakibatkan urin menjadi gelap seperti teh. Pembesaran hati
yang terjadi pada pasien mendesak lambung pasien sehingga pasien merasa tidak nyaman dan
pasien sering mual muntah dan nafsu makan pasien menjadi berkurang terus menerus dan
berat badan turun. Pembesaran perut pada pasien disebabkan oleh asites. Asites yang terjadi
diakibatan oleh adanya sirosis hati yang merupakan komplikasi dari hepatitis kronis.
Berdasarkan gejala di atas pasien didiagnosis hepatitis kronik ed causa virus hepatitis
B karena pasien sudah mengidap hepatitis selama 10 tahun dan berdasarkan pemeriksaan
penunjang serologi didapatkan serum HbsAg positif.
Pemeriksaan penunjang lain yang disarankan adalah USG hepar dan biopsi hepar.
USG hepar digunakan untuk mengetahui gambaran hepar (sirosis atau tidak). Biopsi hepar
digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding yaitu hepatoma.
Penanganan yang dilakukan sebelum menunggu hasil USG adalah pasien dilakukan
tirah baring, diet rendah garam. Obat yang diberikan kepada pasien berupa obat diuretik
(spironalakton), pemberian interferon alfa injeksi sebagai imunnomodulator, dan antivirus
Lamivudin.
RESUME

Tuan P laki-laki usia 48 tahun datang dengan keluhan perut semakin membesar sejak
8 bulan yang lalu sampai pasien datang ke RS.
Awal mulanya 8 bulan yang lalu merasakan perut mulai membesar, mual/muntah (+),
pasien mengaku lupa akan keluhan yang dirasakan, 3 bulan kemudian kembali merasakan
perut semakin membesar dibandingkan 8 bulan sebelumnya, mual/ muntah(+), pusing (+),
demam (+) 1. 2 bulan kemudian pasien dirawat inap di RS, dan didiagnosa menderita
penyakit liver, dirawat selama 1 minggu, setelah keluar dari RS pasien tidak melakukan
kontrol lanjutan. Saat masuk RS pasien dengan perut membesar, perut kanan bawah terasa
tidak nyaman (+), nafsu makan menurun (+), mual muntah dengan frekuensi sering (+),
BAB lancar, BAK lancar dengan warna urin kuning kecoklatan seperti teh, demam (+),
pusing (+), sesak nafas (-), berat badan menurun.
Riwayat dahulu penyakit dahulu pasien menderita penyakit Hepatitis.
Tanda vital : Tekanan darah : 130/80 mmHg (lengan kanan-kiri dengan posisi duduk),
frekuensi nafas: 22 x/menit (reguler),suhu: 37,8 C (axilla)
Pemeriksaan fisik abdomen, pada inspeksi : bentuk tampak membesar, venectasi
(+), konsistensi keras, permukaan licin. Auskultasi : bising usus menurun hingga tidak
terdengar. Palpasi : nyeri tekan (+), tes undulasi (+), hepar terasa 2 cm, tepi tumpul dan
konsistensi kenyal. Perkusi : timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+), pekak alih (+).
Pada pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa Pemeriksaan Darah Rutin : kadar
Hb rendah sedangkan Leukosit, LED, Hematokrit, Trombosit meningkat. Pemeriksaan
serologi HbsAg (+) sedangkan pemeriksaan faal hepar : bilirubin, albumin, SGOT/SGPT
meningkat.
Diagnosis banding yang didapatkan adalah Hepatitis B kronik dan hepatoma .
Diagnosis yang didapatkan adalah Hepatitis kronik et causa virus hepatitis B.
Penanganan awal dilakukan meliputi terapi non medikamentosa yaitu: menjaga
higienitas makanan, kebersihan diri dan lingkungan sekitar terapi medikamentosa yaitu
pemberian Interferon (IFN) untuk menghambat replikasi virus dengan dosis sedang 5-10
MU/m2/hari selama 3-6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai