Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian
Obstruksi adalah penyumbatan oleh karena oklusi atau stenosis, (Ramali
Ahmad 2003).
Obstruksi saluran kemih adalah suatu keadaan dimana terhambatnya aliran
urine baik secara permanen atau tidak akibat adanya hambatan yang berupa batu
(massa), tumor, striktura, maupun oleh karena pengaruh infeksi.
B. Penyebab
1. Batu saluran kemih
a. Batu pelvis ginjal.
b. Batu ureter.
c. Batu kandung kemih.
d. Batu uretra.
Menurut Purnomo (2000) factor yang berperan pada pembentukan
saluran kencing dibagi menjadi 2 golongan :
a. Faktor endogen
Factor genetic familial, keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit batu akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit batu
disaluran kencing, umur dan jenis kelamin
b. Faktor eksogen
1) Infeksi
Ini dapt menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan dapat menjadi
inti pembentukan batu saluran kemih. Infeksi bakteri yang
memecahkan ureum dan membentuk ammonium akan merubah pH
urin menjadi alkali dan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga
akan mempercepat pembentukan batu.
2) Obstruksi
Adanya penyumbatan buli-buli dan saluran kemih yang dapat
menyebabkan pembentukan batu. Penyumbatan ini juga bias
mengakibatkan adanya infeksi yang selanjutnya bisa
meningkatkan resiko pembentukan batu saluran kemih.

3) Air minum
Batu saluran kemih merupakan penyakit yang terdapat pada
saluran perkemihan sehingga sangat berkaitan erat dengan pola
konsumsi cairan individu yang bersangkutan. Jika seseorang
memperbanyak dieresis dengan meminum air yang banyak maka
akan mengurangi kemungkinan timbulnya batu saluran kemih.
4) Pekerjaan
5) Makanan/diet
Berdasarkan data yang ada, diet banyak purin, oksalat dan kalsium
mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih
2. BPH (Benigna Prostate Hiperplasi)
BPH adalah pembesaran adenomateus dari kelenjar prostat (Long, BC
19996 ) sedangkan menurut Syamsuhadi 1997 hipertropi prostat adalah
pembesaran dari kelenjar peri uretra yang mendesak jaringan prostat keperifir
dan menjadi kapsul bedah.
Sedangkan hipotesis menurut Purnomo (2000) yang diduga sebagai
penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah:
a. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testoteron dan
estrogen pada usia lanjut.
b. Peranan dari growth factor factor pertumbuhan ) sebagai pemicu
pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
c. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang
mati.
d. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi prolofarasi abnormal sel
stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel
kelenjar prostat menjadi berlebihan.
3. Striktur Uretra
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan
perut dan kontraksi. (C. Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468).
Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada wanita terutama
karena perbedaan panjangnya uretra. (C. Long , Barbara;1996 hal
338).Striktur uretra dapat terjadi secara:
a. Kongenital
Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan
anomali saluran kemih yang lain.
b. Didapat.
1) Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi
transuretral, kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi)
2) Cedera akibat peregangan
3) Cedera akibat kecelakaan
4) Uretritis gonorheal yang tidak ditangani
5) Infeksi
6) Spasmus otot
7) Tekanan dai luar misalnya pertumbuhan tumor

C. Manifestasi Klinis
1. Batu saluran kemih
Manifestasi klinik batu saluran kemih ditentukan oleh letak, besar dan
morfologinya kemudian muncul gejala dan tanda akut, kronik, atau
asimtomatik. Gejala dan tanda tersebut adalah :
a. Urinary frequency (seringberkemihsetiap 2 jam)
b. Urgency /peningkatanperasaanuntukberkemih
c. Nocturia
d. Dysuria (nyeri rasa terbakarpada saat awal atau selama berkemih).
e. Hesitancy (penundaanpadaawalberkemih 10 detik)
f. Acute retention( ketidakmampuanuntukberkemih secara tiba-tiba dan
ditandaidenganadanyanyarisuprapubic).
2. BPH (Benigna Prostate Hiperplasi)
Tanda dan gejala yang menonjol adalah sumbatan aliran kencing bagian
bawah. Tanda dan gejala lainya adalah :
a. Gejala iritatif yaitu sering miksi, terbangun pad malam hari untuk miksi
(nokturia), perasaan ingin miksi sangat mendesak(urgensi) dan nyeri pada
saat miksi (disuria).
b. Gejal obstuktif adalah pancaran ,melemah ,rasa tidak puas setelah miksi,
kalau mau miksi harus menunggu lama, harus mengedan, kencing
terputuus-putus dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi
retensi urin dan inkontenensia.
3. Striktur Uretra
Kekuatan pancaran jumlah urin berkurang dan gejala infeksi sehingga
retensi urin terjadi. Striktur menyebabkan urin mengalir balik dan
mencetuskan sistitis, protatitis, dan pielonefritis.
D. Patofisiologi
1. Batu saluran kemih
Batu saluran kemih biasanya timbul kerusakan siistem
keseimbangan.ginjal harus mengolah air sekalugus mengekskresiklan materi
yang derjat kelrutanya rendah. Saat urin menjadi super jenuh dengan materi
yang tidak dapat larut karena laju ekskresinya berlebihan atau karena
konservasi air yang begitu ekstrim maka terbentuklah baatu (Purnomo,2000).
Beberapa teori tentang proses pembentukan batu tersebut adalah:
a. Teori inti matrik
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi organik
sebagai inti pembentukan. Matrik organik terdiri atas serum, protein urin
(albumin, globulin dan mukoprotein) yang memberikan kemungkinan
pengendapan Kristal batu sehingga akan menjadi inti pembentukan batu.
b. Teori kristalisasi
Terjadi perubahan PH urin, mempengaruhi solubilitas substansi
dalam urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendapkan asam urat,
garam urat dan sistin serta xantin, sedang pada urin yang bersifat basa
akan mengendapkan garam-garam fosfat. Pengendapan ini akan menjadi
inti pembentukan batu.
Urin normal juga mengandung zat pembentukan Kristal
(magnesium sitrat, pirofosfat, mukoprotein) dan beberapa peptide yang
apabila salah satu atau beberapa zat berkurang akan mempermudah
terbentuknya di batu saluran kemih.

c. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urin karena adanya inti batu sabuk
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh
(hipersaturated) akan mengendap di dalam nuclear itu, sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti batu dapat berupa Kristal atau benda asing di saluran
kemih.
2. BPH (Benigna Prostate Hiperplasi)
Pada usia lanjut akan terjadi perubahan keseimbangan antara hormone
testosterone dan estrogen. Estrogen relatife meningkat sehingga
menyebabkan terjadinya hiperplasi sel stroma pada jaringan prostat sehingga
terjadilah BPH.hipertropi prostat inilah yang menyebabakan obstruksi pad
saluran kemih, karena pembesaran prostate tersebut menyebabkan
penyempitan linen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urin.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan intra vesikal, untuk dapat
mengeluarkan urin, kontraksi yang terus menerus menyebabkan perubahan
anatomik dari buli-buli berupa hipertropi otot dastrusor, trabekulasi,
terbentuknya seluler, sakulan divertikel buli-buli (Purnomo, 2000).
3. Striktur Uretra
Penyebab striktur umumnya adalah cedera uretral (akibat insersi
peralatan bedah selama operasi transuretral, kateter indwelling, atau prosedur
sisitoskopi), cedera akibat peregangan dan cidera yang berhububngan dengan
kecelakan mobil, uretritis gonoreal yang tidak ditangani, dan abnormalitas
kongenital.Kekuatan pancaran jumlah urin berkurang dan gejala infeksi
sehingga retensi urin terjadi. Striktur menyebaebkan urin mengalkir balik dan
mencetuskan sistitis, protatitis, dan pielonefritis.
E. Pathways

F. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidajat (2005) dan Purnomo (2000) komplikasi dari
penyakit ini antara lain:
1. Hidroureter
2. Hidronefrosis
3. Gagal ginjal
4. Hernia
5. Hemoroid
6. Sistitis
7. Pielonefritis

G. Pemeriksaan penunjang
1. Batu saluran kemih
Pemeriksaan penunjang yang meliputi:
a. Urine
1) pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting,
organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH
yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
2) Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita
dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan
meningkat.
3) Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
4) Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat
apakah terjadi hiperekskresi.
b. Darah
1) Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
2) Lekosit terjadi karena infeksi.
3) Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
4) Kalsium, fosfat dan asam urat.
5) Radiologis
c. Foto polos abdomen, bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu
radio opak disaluran kemih. Rontgen perut menunjukkan adanya batu
kalsium dan batu struvit.
d. Pielografi Intravena (PIV),Untuk mengetahui kemungkinan kelainan
ginjal atau ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis, memperkirakan
besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-buli.
e. USG (Ultra Sono Grafi)Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan
pada jaringan ginjal.
f. CystoskopiUntuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang
uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat kedalam rektum.
g. Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi
h. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra
2. BPH (Benigna Prostate Hiperplasi)
a. Periksaan colok dubur ( rectal toucher)
Pada perabaaan colok dubur dapat diperhatikan konsisitensi
prostat, adkah asimetri, adkah nodol pasda prostst ,apakh batas atas dapat
diraba.Derajat berat obstroksi dapat diukur dengan menentukan jumlah
sisa urin setelah miksi spontan.
b. Pemeriksaan radiologis
1) Foto polos abdomen, bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
batu radio opak disaluran kemih. Rontgen perut menunjukkan
adanya batu kalsium dan batu struvit.
2) Pielografi Intravena (PIV),
3) Untuk mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa
hidroureter atau hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar
prostat, penyakit pada buli-buli.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian primer
Pengkajianharuscepattepatuntukmengidentifikasikanmasalah actual
atauresikotinggiuntukmempertahankananggotatubuh dan kehidupan.
Prioritas penilaian yang dilakukan :
A. Airway
B. Breathing
C. Circulation
D. Desability
E. Exposure
a. Airway
Apabila pasien tak memberikan respon kaji ada tidaknya sumbatan
jalan nafas baik sumbatan jalan nafas total maupun partial, dimana
sumbatan jalan nafas total apabila tidak segera diatasi dalam waktu 5
sampai 10 menit dapat terjadi apiksial, henti nafas, henti jantung.
Obstruksi jalan nafas partial apabila tidak segera diatasi dapat terjadi
oedem otak, paru, dan henti nafas yang diikuti henti jantung. Sumbatan
jalan nafas partial sering disebabkan oleh :
Dasar lidah bunyi snoring
Benda asing bunyi gurgling
Spasme laring bunyi crowing
spasme bronchus bunyi wheezing
b. Breathing
Kajidengan cara melihat (look), mendengar (listen), merasakan (feel).
Memastikan pasien bernafas atau tidak. Bila bernafas, pastikan bernafas
dengan adequat atau tidak, yaitu :
Frekuensi pernafasan
Tidal volume
Trauma pernafasan
Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
Ada tidaknya penggunaan otot-otot bantu nafas dan retraksi
intercostal, retraksi clavicular.
c. Circulation
KajiDenyutnadiyaitu :
Iramanya
Kuat lemahnya
Jumlah (tachicardi, bradichardi)
Dapat juga tidak terabanya nadi, terutama apabila tidak teraba nadi
carotisataunadifemoralismerupakan tanda
jantungtelahberhentiuntukorangdewasa, sedangkanuntukbayiatauanak
apabila tidakteraba pada nadibrachialis.
Tekanan darah
Warna kulit, kelembaban kulit
Pengisian kapiler
Tanda-tandaperdarahaninternal dan eksternal
d. Desability
KajiTingkatkesadaran
GCS
AVPU (Alert, respon verbal, respon pain, Unrespon)
Ukuran pupil, respon terhadap cahaya
Gangguansensorikmotorik
e. Exposure Kaji :
Tanda-tanda trauma
Oedema
2. Pengkajian sekunder
Pengkajian ini dilakukan setelah pengkajian airway, breathing, circulation
ditemukan dan diatasi. Pengkajian sekunder meliputi :
a. Riwayat penyakit sekarang
Alasan masuk rumah sakit
Waktu kejadian hingga masuk rumah sakit
Mekanisme atau biomekanik
Lingkungan keluarga, kerja, masyarakat sekitar
b. Riwayat penyakit dahulu
Perawatan yang pernah dialami
Penyakit lainnya antara lain DM, Hipertensi, PJK dll
c. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
d. Pengkajian head to toe
Pengkajian kepala leher wajah
Pengkajian dada
Pengkajian abdomen dan pelvis
Pengkajianextremitas
Pengkajiantulangbelakang
e. Pemeriksaanpenunjang antara lain :
Pemeriksaan X ray
Pemeriksaan laboratorium dan USG
3. Masalah keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
c. Resiko infeksi
4. Intervensi
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Retensi urin NOC: NIC :


berhubungan dengan: Urinary Retention Care
Urinary elimination
Tekanan uretra Urinary Contiunence - Monitor intake dan output
tinggi,blockage, Setelah dilakukan tindakan - Monitor penggunaan obat
hambatan reflek, keperawatan selama . antikolinergik
spingter kuat retensi urin - Monitor derajat distensi bladder
- Instruksikan pada pasien dan keluarga
pasien teratasi dengan kriteria untuk mencatat output urine
hasil: - Sediakan privacy untuk eliminasi
- Stimulasi reflek bladder dengan
Kandung kemih kosong kompres dingin pada abdomen.
secarapenuh - Kateterisaai jika perlu
Tidak ada residu urine - Monitor tanda dan gejala ISK (panas,
>100-200 cc hematuria, perubahan bau dan
Intake cairan dalam konsistensi urine)
rentang normal
Bebas dari ISK
Tidak ada spasme bladder
Balance cairan seimbang

Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan dengan:
Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, pain control, komprehensif termasuk lokasi,
kimia, fisik, comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
psikologis), kerusakan Setelah dilakukan tinfakan dan faktor presipitasi
jaringan keperawatan selama . Observasi reaksi nonverbal dari
Pasien tidak mengalami ketidaknyamanan
nyeri, dengan kriteria hasil: Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
Mampu mengontrol nyeri Kontrol lingkungan yang dapat
(tahu penyebab nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu
mampu menggunakan ruangan, pencahayaan dan kebisingan
tehnik nonfarmakologi Kurangi faktor presipitasi nyeri
untuk mengurangi nyeri, Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
mencari bantuan) menentukan intervensi
Melaporkan bahwa nyeri Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
berkurang dengan napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
menggunakan manajemen hangat/ dingin
nyeri Berikan analgetik untuk mengurangi
Mampu mengenali nyeri nyeri: ...
(skala, intensitas, frekuensi Tingkatkan istirahat
dan tanda nyeri) Berikan informasi tentang nyeri seperti
Menyatakan rasa nyaman penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
setelah nyeri berkurang berkurang dan antisipasi
Tanda vital dalam rentang ketidaknyamanan dari prosedur
normal Monitor vital sign sebelum dan sesudah
Tidak mengalami gangguan pemberian analgesik pertama kali
tidur
Risiko infeksi NOC : NIC :
Immune Status Pertahankanteknikaseptif
Knowledge : Infection Batasipengunjung bila perlu
control Cucitangansetiapsebelum dan
Risk control sesudahtindakankeperawatan
Setelah dilakukan tindakan Gunakan baju, sarung tangan sebagai
keperawatan selama alat pelindung
pasien tidak mengalami Ganti letak IV perifer dan dressing
infeksi dengan kriteria hasil: sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk
Klien bebas dari tanda dan menurunkan infeksi kandung kencing
gejala infeksi Tingkatkan intake nutrisi
Menunjukkan kemampuan Berikan terapi antibiotik
untuk mencegah Monitor tanda dan gejala infeksi
timbulnya infeksi sistemik dan lokal
Jumlah leukosit dalam Pertahankan teknik isolasi k/p
batas normal
Inspeksi kulit dan membran mukosa
Menunjukkan perilaku
terhadap kemerahan, panas, drainase
hidup sehat
Monitor adanya luka
Status imun,
gastrointestinal, Dorong masukan cairan
genitourinaria dalam batas Dorong istirahat
normal Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam

DAFTAR PUSTAKA
Long, Barabara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah 2. Jakarta: EGC
Priharjo, Robert. (1996). Pengkajian fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzane. C dan Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajaran Keperawatan
Medikal Bedah Bruner & Suddarth
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC
Heardman T H. 2014. Nursing diagnoses: definition and classification 2012-
2014. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai