Anda di halaman 1dari 61

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori

1. Kehamilan

a. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah suatu proses ovulasi sampai kelahiran yang

berumur 280 hari atau 40 minggu dan tidak lebih dari 300 hari atau 43

minggu (Prawiroharjo, 2008).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung

dari haid pertama haid terakhir (Saefudin. 2008)


b.
Pembagian tuanya Kehamilan

Ditinjau dari tuanya kehamilan, Prawirohardjo membagi

kehamilan menjadi 3 bagian, yaitu :

1) Kehamilan triwulan pertama


Triwulan pertama usia kehamilan dimulai saat terjadi pembuahan

sperma terhadap sel telur sampai dengan usia kehamilan 12 minggu.

Dalam triwulan pertama ini alat-alat tubuh janin mulai dibentuk.


2) Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu).
Triwulan kedua dimulai dari usia kehamilan 12 sampai dengan 28

minggu. Dalam triwulan kedua ini alat-alat telah dibentuk, tetapi

belum sempurna dan viabilitas janin masih disangsikan. Bila hasil

9
10

konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan di bawah 20

minggu, disebut abortus.


3) Kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu).
Triwulan ketiga atau triwulan terakhir adalah sejak kehamilan berusia

28 minggu sampai dengan 40 minggu. Janin yang dilahirkan dalam

trimester terakhir telah viable. Bila hal ini terjadi di bawah 36 minggu

disebut partus prematurus. Kelahiran dari 38 minggu sampai 40

minggu disebut partus aterm.


c. Tanda-Tanda Kehamilan
Kehamilan dapat diketahui dengan tanda dan gejala, tanda gejala

tersebut terdiri dari :


1)
Tanda Tidak Pasti

Menurut Prawirohardjo pada wanita hamil terdapat beberapa tanda

atau gejala, antara lain sebagai berikut:

a) Amenorea
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil

tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid

terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan bila

persalinan diperkirakan akan terjadi.

b) Nauseadan emesis
Nausea terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama

kehamilan kadang-kadang disertai oleh emesis dan sering terjadi

pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut

morning sickness. Dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih


11

fisiologik. Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan dan disebut hiperemesis gravidarum.


c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi

menghilang dengan makin tuanya kehamilan.


d) Pingsan
Pingsan sering dijumpai pada ibu hamil apabila berada

pada tempat-tempat ramai. Ibu hamil dianjurkan untuk tidak

pergi ke tempat-tempat ramai pada bulan-bulan pertama

kehamilan. Keadaan ini akan hilang sesudah kehamilan 16

minggu.
e) Mammae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan

progesteron yang merangsang duktus dan alveoli di mamme dan

glandula montgomery tampak lebih jelas.

f) Anoreksia
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah

itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai

salah pengertian makan untuk dua orang, sehingga kenaikan

berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.


g) Sering kencing
Keadaan ini terjadi karena kandung kencing pada bulan-

bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai

membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang

oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul.


12

Pada akhir triwulan gejala bisa timbul karena janin mulai masuk

ke ruang panggul dan menekan kembali kandung kencing.


h) Obstipasi
Keadaan ini terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan

oleh pengaruh hormon steroid.


i) Pigmentasi kulit
Keadaan ini terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas

yaitu pada pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit

pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai cloasma gravidarum.

Areolae mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan

deposit pigmen yang berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam,

demikian pula Iinea alba di garis tengah abdomen menjadi lebih

hitam. Pigmentasi ini terjadi karena pengaruh dari hormon

kortiko-steroid plasenta yang merangsang melanofordan kulit.


j) Varises
Varises sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat

pada daerah genitalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis.

Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada

kehamilan yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan

pertama. Kadang-kadang timbulnya varises merupakan gejala

pertama kehamilan muda.


2) Tanda dan Gejala Pasti

Tanda dan gejala yang pasti terdiri dari :

a) Terasa bagian janin dan balotemen serta gerak janin pada palpasi.
13

b) Terdengar bunyi jantung janin (BJJ) pada auskultasi. BJJ dapat

terdengar saat menggunakan stetoskop Laennec pada mulai

kehamilan 18-20 minggu sedangkan Doppler pada mulai 12

minggu.

c) Terlihat gambaran janin dengan menggunakan ultrasonografi

(USG) atau scanning.

d) Tampak kerangka janin pada pemeriksaan sinar X. Sekarang tidak

digunakan karena dampak radiasi terhadap janin.

d. Tanda Bahaya kehamilan


1) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit

kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit

kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.

Kadang-kadang, dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin

menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayangan.

Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-

eklampsia
2) Masalah Visual
Karena pengaruh hormonal, ketajaman visual ibu dapat

berubah dalam kehamilan. Perubahan yang kecil adalah normal.

Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam


14

jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur

atau berbayangan/berbintik-bintik. Perubahan visual ini mungkin

disertai dengan sakit kepala yang hebat. Perubahan visual mendadak

mungkin merupakan suatu tanda pre-eklampsia.


3) Bengkak pada muka dan tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang

normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya

hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih tinggi.


Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul

pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti

dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda

anemia, gagal jantung atau pre-ekalmapsia.


4) Nyeri abdominal yang hebat
Nyeri abdominal yang tidak berhubungan dengan persalinan

normal adalah tidak normal. Nyeri abdominal yang mungkin

menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang

hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa

berarti appendititis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang

pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi

uterus, abrupsi plasenta, STIs, infeksi saluran kemih atau infeksi lain.
5) Bayi kurang bergerak seperti biasa
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau

ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika

bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling

sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah
15

terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum

dengan baik.

e. Ketidaknyamanan Umum dalam Masa Kehamilan Trimester III


1) Konstipasi
Penyebabnya karena penurunan peristaltic yang disebabkan

relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah

progesterone. Pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran

uteus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada

saluran gastrointestinal. Selain itu efek samping penggunaan zat besi

adalah konstipasi.
2) Haemoroid
Penyebabnya adalah progesterone yang menyebabkan relaksasi

dinding vena dan usus besar. Tekanan uterus akan mengganggu

sirkulasi vena dan mengakibatkan kongesti pada vena panggul.


3) Kram tungkai

Cara meringankan:

a) Minta ibu meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya, jika

ibu berada di tempat tidur ibu memerlukan tekanan yang kuat dan

stabil melawan bagian bawah kaki, baik menggunakan tangan oang

lain maupun papan kaki pada ujung tempat tidur sebagai tolakan,

dan jika berdiri lantai merupakan fungsi tolakan.


b) Dorong wanita untuk melakukan latihan umum dan memiliki

kebiasaan mempertahankan mekanisme tubuh yang baik guna

meningkatkan sirkulasi darah.


16

c) Anjurkan diet mengandung kalsium dan fosfor.


4) Varises
Diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan peningkatan

tekanan vena pada ekstermitas bagian bawah. Perubahan ini

diakibatkan uterus yang membesar pada vena panggul saat wanita

tersebut duduk atau berdiri, dan penekanan pada vena kava inferior

saat ibu berbaring. Varises yang terjadi selama kehamilan paling

menonjol pada area kaki dan vulva.

2. Persalinan

a. Pengertian

Endjun mengatakan persalinan normal adalah semua persalinan

yang terjadi spontan, pada usia 37-42 minggu lengkap, berlangsung

kurang dari 24 jam (18-24 jam), ibu dan bayi dalam keadaan baik,

sebelum, selama, dan setelah persalinan.

b. Tanda-tanda permulaan persalinan

1) Turunnya kepala, masuh pintu atas panggul, terutama pada

primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak di bagian bawah

di atas simpisis pubis, dan sering ingin kencing atau susah kencing

karena kandung kemih tertekan kepala.

2) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun.

3) Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot

rahim.

4) Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim.


17

5) Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan.

c. Tanda-tanda Persalinan

1) Rasa sakit oleh adanya his yang lebit kuat, sering, teratur.

2) Keluarnya blood show yang lebih banyak karena robekan kecil pada

serviks.

3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4) Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada

d. Faktor penting dalam persalinan adalah :

1) Power

a) His (kontraksi otot rahim).

b) Kontraksi otot-otot dinding perut.

c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.

d) Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum

2) Passanger: janin dan plasenta

3) Passanger : jalan lahir

4) Psikis, yaitu psikis ibu

5) Psiciyen / penolong (bidan)

e. Proses Persalinan

1) Kala I (kala pembukaan)

Batasan kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya

kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai

pembukaan lengkap (10 cm). Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir


18

campur darah (blood show), penipisan dan pembukaan serviks,

kontraksi uterus (> 3 x10 40) yang menyebabkan perubahan serviks.

Kala I di bagi 2 fase :

a) Fase laten

Berlangsung lambat, pembukaan sampai 3 cm, berlangsung 7 - 8

jam.

b) Fase aktif :

Berlangsung 6 jam. Dibagi 3 sub fase :

(1) Akselerasi : berlangsung 2 jam pembukaan, jadi 4 cm


(2) Dilatasi maksimal : berlangsung 2 jam, pembukaan cepat

menjadi 9 cm
(3) Deselarasi : berlangsung 2 jam, pembukaan lambat, 10 cm

dalam waktu 2 jam.

Kala I pada primi berlangsung 13 14 jam, dimana serviks mendatar

dahulu baru dilatasi, sedang berlangsung 6-7 jam, dan serviks

mendatar serta membuka bersamaan.

2) Kala II (Pengeluaran Janin)

Batasan kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks

sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi . His

terkoordinir, kuat, cepat, lebih lama kira-kira 3x10 40, kepala janin

sudah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan otot-otot

dasar panggul dan menimbulkan rasa ingin mengedan seperti buang air

besar, yang ditandai anus terbuka. Waktu ada his, kepala janin mulai
19

kelihatan, vulva membuka, perineum merenggang. Dengan bimbingan

mengedan yang baik kepala akan lahir diikuti seluruh badan janin.

3) Kala III (pengeluaran uri)

Batasan kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada

persalinan kala III, otot uterus (myometrium) berkontraksi mengikuti

berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya

bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya

ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat melekatnya plasenta

menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah,

maka plasenta akan menebal kemudian lepas dari dinding uterus,

setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian

atas vagina.

Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama :

a) Pemberian suntik oksytosin.

b) Melakukan penegangan tali pusat terkendal

c) Massase fundus uteri.

4) Kala IV (Kala Pengawasan)

Batasan kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya

plasenta dan berakhir dua jam setelah itu (JNPK-KR, 2007). Masa

postpartum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian

ibu, terutama kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kala IV


20

petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah

kelahiran plasenta dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan

(JNPK-KR, 2007).

f. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan adalah:

1) Turunnya kepala : Pada primi terjadi pada hamil trimester III ( 36

minggu) disusul majunya kepala, sedang pada multi terjadi pada awal

persalinan yang terjadi secara bersamaan.

Sutura sagitalis masuk PAP melintang, sehingga terletak ditengah-

tengah jalan lahir.

2) Fleksi : Fleksi adalah suatu keadaan dimana diameter suboccipito

frontalis menjadi suboccipito bregmatikum. Tujuannya untuk

menyesuaikan penurunannya kepala terhadap jalan lahir.

3) Putaran Paksi Dalam (PPD) : Upaya dari kepala atau bagian janin

untuk masuk dan menyesuaikan jalan lahir. Umumnya terjadi Hodge

III.

4) Ekstensi : Upaya dari kepala atau bagian janin untuk menyesuaikan

dengan jalan lahir dengan cara kepala tengadah sebagai akibat dari

jalan lahir yang memutar arah ke atas, dan terjadi 2 kekuatan, yaitu:

a) Kekuatan kepala yang mendesak bagian bawah panggul.


21

b) Adanya tekanan dasar panggul sehingga menghasilkan suatu

kekuatan yang mendesak bagian janin memutar arah ke atas sesuai

jalan lahir.

5) Putaran Paksi Luar (PPL) : Upaya perputaran atau penyesuaian kepala

untuk menghindari terjadinya torsi pada leher sebagai akibat terjadinya

ekstensi.

6) Expulsi : Upaya penyesuaian bahu yang terletak pada diamenter antero

posterior isciadikum

g. Partograf

Partograf dipakai untuk memantau persalinan dan mmbantu

petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan

partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Untuk menggunakan

partograf dengan benar, petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin

sebagai brikut:

1) Denyut jantung janin (DJJ) catat setiap jam

2) Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan

vagina

a) U : selaput utuh

b) J : selaput pecah, air ketuban jernih

c) M : air ketuban bercampur mekonium

d) D : air ketuban bernoda darah

e) K : tidak ada cairan ketuban atau kering


22

3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)

a) 0 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) terpisah

b) 1 : sutura bersesuaian

c) 2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

d) 3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

4) Pembukaan mulut rahim (serviks) dinilai pada setiap pemeriksaan

pervaginam dan diberi tanda silang (x)

5) Penurunan mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba

(pada pemerisaan abdomen atau luar) diatas simfisis pubis; catat

dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dala. Pada posisi

0/5, sinsiput (s) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis.

6) Waktu. Menyatakan beberapa jam waktu yang telah dijalani sesudah

pasien diterima

7) Jam. Catat jam sesungguhnya

8) Kontraksi. Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya

masing-masing kontraksi dalam hitungan detik

a) Kurang dari 20 detik

b) Antara 20 dan 40 detik

c) Lebih dari 40 detik

9) Oksitosin. Bila memakai oksitosin, catalah banyaknya oksitosin per

volume cairan infuse dalam tetesan per menit


23

10) Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan

11) Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar

()

12) Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah

()

13) Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam

14) Protein, aseton, dan volume urin. Catalah setiap kali ibu berkemih

Bila temuan-temuan melintas ke arah kanan garis waspada, petugas

kesehatan harus melekukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan

segera mencari rujukan yang tepat.

3. Nifas

a. Definisi Post partum atau Nifas

Masa nifas (Puerperium) adalah masa dimulai setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil, biasanya berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Prawirohardjo,

2008 : 122) Periode post partum atau nifas. Masa nifas dibagi ke dalam 3

periode yaitu :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu sudah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama dianggap telah bersih dan

boleh bekerja kembali.

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya 6-8 minggu.


24

3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi.

b. Perubahan Pada Masa Nifas

Perubahan fisiologis dan patologis pada masa nifas adalah sebagai

berikut:

1) Perubahan Fisiologis

a) Genetali interna dan eksterna

Dalam masa nifas alat-alat genetalia interna maupun

eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genetalia ini dalam

keseluruhannya disebut involusi.

(1) Uterus

Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi

pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang

lebih 2 jari di bawah pusat. Uterus menyerupai buah advokat

gepeng berukuran panjang + 15 cm, lebar + 12 cm dan tebal +

10 cm. Dinding uterus sendiri + 5 cm, sedangkan pada bekas

implantasi plasenta lebih tipis dari pada bagian lain. Pada hari

ke 5 - 6 post partum uterus + setinggi 7 cm di atas simpisis atau

pertengahan simpisis dengan pusat, setelah 12 hari uterus tidak

dapat diraba lagi di atas simpisis, sesudah 2 minggu


25

diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah

mencapai 2,4 mm.

Uterus gravidarum aterm beratnya kira-kira 1000 gr.

Satu minggu post partum berat uterus akan menjadi + 500 gr,

dua minggu post partum menjadi 300 gr dan setelah 6 minggu

post partum berat uterus menjadi 40-60 gr (berat uterus normal

+ 30 g).

(2) Serviks

Segera setelah post partum bentuk servik agak

menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh kavum

uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedang servik tidak

berkontraksi. Warna servik merah kehitam-hitaman karena

penuh dengan pembuluh darah konsistensinya lunak. Segera

setelah janin dilahirkan dengan pemeriksa masih dapat

dimasukkan ke dalam kavum uteri setelah 2 jam hanya dapat

dimasukkan 2-3 jari, dan setelah 2 minggu hanya dapat

dimasukkan l jari ke dalam kavum uteri.

(3) Endometrium

Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium

adalah timbulnya trombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat

implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-

kira setebal + 2,5 mm mempunyai permukaan yang kasar


26

akibat pelepasan desidua dan selaput janin, setelah 3 hari,

permukaan endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari

bagian yang mengalami degenerasi. Sebagian endometrium

terlepas. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel

desidua basalis yang memakan waktu 2-3 minggu.

(4) Ligamen-ligamen, diafragme pelvis dan fasia

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang

meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir

berangsur-angsur ciut kembali seperti sedia kala. Untuk

memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat

genetalia tersebut juga otot dinding perut di dasar panggul dan

dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2

hari post partum sudah dapat diberikan fisioterafi.

(5) Luka-luka jalan lahir, seperti bekas efisiotomi yang telah

dijahit, luka pada vagina dan serviks, umumnya bila tidak

seberapa luas akan sembuh per-primam, kecuali bila terdapat

infeksi.

b) Hemokonsentrasi

Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang kekal

sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta. Setelah melahirkan,

shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah pada ibu relatif

akan bertambah, keadaan ini menimbulkan beban pada jantung,


27

sehingga dapat menimbulkan decompensasi kordis pada perdesita

vitium kordis. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme

kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume

darah kembali seperti sedia kala. Umumnya hemokonsentrasi

terjadi pada hari-hari ke sampai 15 hari post partum.

c) Laktasi

Kelenjar mamae telah dipersiapkan semenjak kehamilan

umumnya produksi ASI baru terjadi hari kedua atau hari ketiga

pasca persalinan. Pada hari pertama keluar kolostrum yaitu cairan

kuning yang lebih kental dari air susu ibu. Mengandung banyak

protein albumin, globulin dan benda-benda kolostrum, bila bayi

meninggal laktasi harus dihentikan dengan membalut kedua mamae

hingga tertekan atau memberikan bromokriptin hingga hormon

laktogenik tertekan. Kesulitan yang dapat terjadi pada masa laktasi :

(1) Puting rata sejak hamil

Ibu dapat menarik-narik puting susu ibu harus tetap menyusui

agar puting selalu sering tertarik.

(2) Puting lecet

Puting lecet bisa disebabkan karena cara menyusui atau

perawatan payudara yang tidak benar dan infeksi morilia.

Penatalaksanaan dengan teknik menyusui yang benar, puting

harus kering saat menyusui, puting diberi lanolin, monilia


28

diterapi, dan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila

lecetnya luas, menyusui ditunda 24 48 jam dan ASI

dikeluarkan dengan pompa.

(3) Payudara bengkak

Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI tidak lancar

karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat

disapih. Penatalaksanaan dengan menyusui lebih sering,

kompres hangat, ASI dikeluarkan dengan pompa dan pemberian

analgesik.

(4) Mastitis

Payudara tampak oedema, kemerahan dan nyeri yang biasanya

terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. Penatalaksanaan

dengan kompres hangat/dingin, pemberian antibiotik, dan

analgetik, menyusui tidak dihentikan.

(5) Abses payudara

Pada payudara dengan abses, ASI dipompa, abses diinsisi,

diberikan antibiotik dan analgetik.

(6) Bayi tidak suka menyusu

Keadaan ini bisa disebabkan karena pancaran ASI terlalu kuat

sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung puting pada bayi

yang disusui selang-seling dengan susu botol, puting rata dan

terlalu kecil dan bayi mengantuk, penatalaksanaan : pancaran


29

ASI terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat

payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang

dengan bayi di taruh di atas payudara. Pada bayi dengan

bingung putting, hindari pemakaian dot botol dan gunakan

sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI. Pada bayi

mengantuk yang sudah waktunya di beri ASI usahakan agar

bayi terbangun.

d) Suhu

Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,5 0C

dari keadaan normal tapi tidak lebih dari 390C setelah 12 jam

pertama melahirkan, umumnya suhu badan kembali normal. Bila

lebih dari 380C mungkin ada infeksi.

e) Nadi

Nadi umumnya 60 - 80 denyut per menit dan segera setelah

partus dapat terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan

tidak terasa panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada

penyakit jantung. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil

dibanding suhu badan.

f) Lochea

Lochea adalah sekret dari kavum uteri dan vagina dalam masa

nifas, dimana lochea ini terdiri dari 3 jenis:


30

(1) Lochea Rubra

Adalah lochea yang keluar pada hari pertama dan kedua, terdiri

dari darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua,

sisa sel vernik kasesosa, lanugo dan mekonium.

(2) Lochea Serosa

Adalah lochea yang keluar setelah satu minggu, dimana lochea

serosa ini berwarna kuning dan tidak mengandung darah.

(3) Lochea Alba

Adalah lochea yang keluar setelah 2 minggu yang hanya

berupa cairan putih. Biasanya lochea berbau agak amis, bila

berbau busuk mungkin terjadi lokrostosis (lochea yang tidak

lancar keluar) dan infeksi.

g) Miksi

Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri, bila kandung kemih

penuh dan tidak bisa miksi sendiri, dilakukan katerisasi, bila perlu

dipasang dawer defekasi.

2) Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada masa nifas adalah sebagai berikut:

a) Masa Taking-in

Yaitu pada saat 2-3 hari setelah bersalin.


31

b) Masa Taking hold

Yaitu terjadi pada hari 2-4 setelah bersalin, ibu menjadi

khawatir akan kemampuannya merawat bayi dan menerima

tanggung jawab sebagai ibu yang makin besar.

c) Masa Letting go

Masa ini terjadi pada saat ibu sudah berada di rumahnya dan

melibatkan keluarga. Depresi post partum terjadi pada masa ini, di

antara penyebabnya adalah : kecewa emosional dan takut yang

dialami selama kehamilan dan persalinan, rasa sakit pada nifas

awal, kelelahan karena kurang tidur pada masa persalinan dan post

partum kecemasan pada kemampuan untuk merawat bayi di rumah,

rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.

c. Tanda Bahaya post partum

Tanda-tanda bahaya post partum adalah sebagai berikut :

1) Perdarahan pervaginam yang luar biasa dan secara tiba-tiba

Pada waktu plasenta memisahkan dari uterus, plasenta tersebut

akan meninggalkan luka yang terbuka pada dinding uterus. Dinding

uterus akan keropeng dimana plasenta sudah berada dalam keadaan

siap untuk menghentikan perdarahan serta mempermudah perdarahan.

Ketika ini terlepas ibu mungkin akan mengalami sedikit perdarahan


32

antara 7-14 hari setelah persalinan. Jika hal ini 2 jam lebih banyak dari

haid maka kemungkinan besar hal itu normal.

2) Pengeluaran cairan pervaginam dengan bau menyengat dan

busuk

Semua pengeluaran yang baunya busuk dan menyengat akan

mengidentifikasikan adanya infeksi nifas. Infeksi nifas ditandai

dengan kenaikan suhu badan sampai 380 C atau lebih selama 2 hari

dalam l0 hari pertama.

3) Rasa sakit di bagian bawah abdomen dan punggung

Setelah ibu melahirkan, uterus akan melanjutkan kontraksi

untuk mencegah perdarahan. Ketika uterus berkontraksi, kontraksi

tersebut akan menimbulkan rasa sakit. Pada wanita multipara akan

meningkat karena tonus otot lebih santai dibanding pada wanita

primipara.

4) Pembengkakan pada wajah dan tangan

Segera setelah selesai persalinan, tubuh ibu tidak lagi

membutuhkan cairan tubuh dan akan mengalami perubahan luar bisa

untuk membuang segalanya. Ada 2 cara dimana tubuh ibu dapat

mengeluarkan cairan, yaitu melalui urine dan melalui keringat.

5)Demam, muntah, sakit pada waktu buang air kecil atau merasa tidak

enak badan
33

Fungsi dan kapasitas kantung kemih harus kembali normal

pada akhir minggu pertama post partum. Biasanya ibu yang habis

bersalin vesika urinaria kurang sensitif sehingga pengosongan

kandung kemih menjadi lambat dan meningkatkan risiko terjadinya

infeksi.

6)Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau sakit

Pada hari ke 2 dan hari ke 4 setelah persalinan payudara akan

membesar yang menyebabkan payudara menjadi mengeras dan tegang

serta puting susu menjadi kaku, mengkilap dan keras. Keadaan ini

biasanya akan menghilang secara spontan dalam waktu 24-48 jam,

dengan ukuran payudara kembali ke keadaan sebelum melahirkan.

Payudara yang normal akan lembut dan tidak lembek tanpa lesi, masa

mengeras.

7)Kehilangan nafsu makan untuk jangka waktu yang panjang

Setelah selesai melahirkan ibu masih perlu memperhatikan

tentang diet dan makanan dengan cermat, karena tubuhnya dalam

proses pertumbuhan dan sedang menyesuaikan diri ke keadaan tidak

hamil dan jika sedang dalam pemberian ASI kepada bayi. Ibu akan

perlu menghasilkan ASI untuk membesarkan bayi.

8)Kemerahan, nyeri dan pembengkakan pada kaki

Pada ibu post partum kemungkinan besar terjadi nyeri,

kemerahan, bengkak pada kaki, nyeri kemerahan bisa disebabkan atau


34

merupakan salah satu indikator terjadinya infeksi nifas. Bengkak pada

kaki yang normal seharusnya akan hilang bersama dengan berakhirnya

kehamilan. Jika pembengkakan tersebut tidak hilang selama masa

nifas maka harus segera diwaspadai dan perlu penanganan.

9)Sakit kepala terus menerus, nyeri epigastrik atau gangguan penglihatan

Sakit kepala yang terus menerus dan adanya gangguan penglihatan

biasanya menunjukkan adanya masalah yang serius.

10) Merasa sangat sedih/tidak mampu mengasuh diri dan bayinya

Pada permulaan ibu mungkin akan merasa kewalahan dan letih,

tetapi biasanya akan tetapi bisa mengatasi peran dan tanggung jawab

yang baru tersebut, jika seseorang wanita bereaksi secara positif

terhadap anaknya dan tampak risau dan stres berlebihan, maka

kemungkinan ia akan memerlukan bantuan dan perhatian tambahan.

11) Merasa letih atau nafas terengah-engah.

Wanita yang sehat akan merasa senang, banyak energi, merasa

enak, dan tampak bahagia. Bisa saja terjadi kondisi wanita tersebut

mungkin akan merasa letih, walaupun hal ini tidak seharusnya

berlebihan, setiap keluhan keletihan tidak boleh dianggap enteng.

Tabel 2.1 Asuhan yang Diberikan Sewaktu Melakukan Kunjungan


Masa Nifas
Kunjunga
Waktu Asuhan
n
I 6 jam sampai Mencegah perdarahan masa nifas oleh
dengan 3 hari karena atonia uteri.
35

Kunjunga
Waktu Asuhan
n
setelah Mendeteksi dan perawatan penyebab
persalinan lain perdarahan serta melakukan rujukan
bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu
dan keluarga tentang cara
mencegahperdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat
melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan
pertolongan persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.
II 2 minggu Memastikan involusi uterus barjalan
setelah dengan normal, uterus berkontraksi
persalinan (4 dengan baik, tinggi fundus uteri di
14 hari) bawah umbilikus, tidak
ada perdarahanabnormal.
Menilai adanya tanda-
tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi dan cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik


dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir.
36

Kunjunga
Waktu Asuhan
n
III 6 minggu Menanyakan penyulit-penyulit yang
setelah dialami ibu selama masa nifas.
persalinan Memberikan konseling KB secara dini.
(15 42
hari).

4. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Neonatus adalah bayi baru lahir dari kehamilan 37 minggu sampai

42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes

RI, 2007:7).

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir seperti

yang tertulis pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Bayi Baru Lahir
No Kondisi Pemeriksaan
1 Kesadaran dan Perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap
reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit atau suara keras atau
sekeliling mengejutkan atau suara mainan
2 Keaktifan Bayi normal melakukan gerakan-gerakan
tangan dan kaki yang simetri pada waktu
bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan
tangan pada waktu menangis adalah normal,
tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur,
kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
3 Simetri Apakah secara keseluruhan badan seimbang
4 Kepala Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak di
belakang atas menyebabkan kepala tampak
37

No Kondisi Pemeriksaan
lebih panjang, sebagai akibat proses kelahiran,
atau tumor lunak hanya di belakang kiri atau
kanan saja, atau di kiri sisi dan kanan tetapi
tidak melampaui garis tengah bujur kepala.
Ukur lingkar kepala ukuran normal 33 35 cm
5 Muka wajah Bayi tanpa ekspresi
6 Mata Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan
berupa bercak merah yang akan menghilang
dalam waktu 6 minggu
7 Mulut Salivasi tidak terdapat pada bayi normal. Bila
terdapat sekret yang berlebihan, kemungkinan
ada kelainan bawaan saluran cerna
8 Leher, dada, Melihat adanya cedera akibat persalinan.
abdomen
9 Punggung Adakah benjolan/tumor atau tulang punggung
dengan lekukan yang kurang sempurna
10 Bahu, tangan, Perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, fraktur,
sendi, tungkai parises
11 Kulit dan bahu Dalam keadaan normal kulit berwarna
kemerahan. Kadang-kadang didapatkan kulit
mengelupas ringan. Pengelupasan yang
berlebihan harus dipikirkan kemungkinan
adanya kelainan. Waspadai timbul kulit dengan
warna tak rata (cutis marmorta) telapak
tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi
biru, kulit menjadi pucat dan kuning. Bercak-
bercak besar biru yang sering terdapat di
sekitar bokong (Mongolian spot) akan
menghilang pada umur 1 5 tahun.
12 Kelancaran Bayi dalam refleks menghisap cukup kuat dan
menghisap dan setelah menetek tidak terjadi muntah
pencernaan
13 Tinja dan Diharapkan keluar dalam 24 jam pertama
kemih waspada bila terjadi perut yang tiba-tiba
membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai
muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan,
harap segera konsultasi untuk pemeriksaan
lebih lanjut
14 Refleks Refleks rooting, bayi menoleh benda yang
menyentuh pipi
Refleks isap terjadi apabila benda menyentuh
38

No Kondisi Pemeriksaan
bibir, yang disertai refleks menelan.
Refleks moro, ialah timbulnya gerakan tangan
yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan.
Refleks mengeluarkan lidah, terjadi apabila
diletakkan benda di dalam mulut, yang sering
ditafsirkan bayi menolak makanan atau
minuman
Refleks Tonic neck, gerakan spontan otot
kuduk pada bayi normal
Refleks Starle, refleks menghentak berupa
hentakan dan gerakan seperti mengejang pada
lengan dan tangan, dan sering diikuti dengan
tangis yang menunjukkan rasa takut
Refleks Stapping, suatu refleks kaki secara
spontan apabila bayi tersebut diangkat tegak
dan kakinya satu persatu disentuhkan pada
suatu dasar maka bayi akan melakukan gerakan
melangkah bersifat refleks.

Refleks Graspping, bila jari kita menyentuh


telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan
langsung menggenggam dengan kuat.
15 Berat badan Sebaiknya tiap hari dipantau. Penurunan berat
badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir,
menunjukkan kekurangan cairan.
Sumber : Saifuddin, 2008

c. Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir

Adapun ciri-ciri umum bayi baru lahir normal adalah:

1) Bernapas spontan dan menangis spontan, terjadi 30 detik setelah

kelahiran dengan frekuensi 40 sampai 60 kali/menit.

2) Frekuensi jantung berkisar 180 kali/menit, kemudian turun 140-120

kali/menit pada 30 menit pertama.


39

3) Warna kulit kemerah-merahan dan terdapat verniks caseosa atau

bersih

4) Lemak sub kutan cukup tebal sebagai pelindung dalam pengaturan

suhu

5) Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh dengan baik

6) Gerakan aktif

7) Ekstremitas dalam keadaan fleksi

8) BB 2500 3000 gr

9) PB 45 35 cm

10) Lingkar kepala 35 cm

11) Anus ada dalam 24 jam mengeluarkan mekonium dan BAK

12) Genetalia labia mayora menutupi labia minora

13) Testis sudah turun ke dalam skrotum

d. Hal-hal yang Perlu Dipantau pada Bayi Baru Lahir

1) Tanda-tanda vital dan lingkungan

a) Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur atau ketiak

b) Pada pernafasan normal, perut dan dada hampir bergerak bersamaan

tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi

ataupun ekspirasi. Gerak pernafasan 30 50 kali/menit

c) Nadi dapat dipantau di semua titik-titik nadi perifer

d) Tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi

2) Berat badan
40

Memantau berat badan setiap hari

3) Memandikan dan perawatan kulit

Memandikan bayi 6 jam setelah lahir

4) Pakaian

Bahan halus dan menyerap keringat

5) Perawatan tali pusat

Tanpa menggunakan alkohol dan betadine, cukup kassa steril.

5. Keluarga Berencana (KB)

a.Pengertian
Keluarga berencana adalah metode medis yang dicanangkan oleh

pemerintah untuk menurunkan angka kelahiran (Manuaba, 1998)


Keluarga Berencana (KB) adalah suatu upaya manusia untuk mengatur

secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan hukum

dan moral (Ritonga, 2003: 87)


b.Tujuan
1) Tujuan Umum
a) Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi

suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak


b) Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi

melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk

Indonesia
2) Tujuan Khusus
a) Pengaturan kelahiran
b) Pendewasaan usia perkawinan
c) Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
d) Mencegah kehamilan karena alasan pribadi
e) Menjarangkan kehamilan
f) Membatasi jumlah anak
c.Sasaran
41

1) Sasaran Langsung

Pasangan usia subur (PUS) agar mereka menjadi peserta keluarga

berencana lestari sehingga memberikan efek langsung pada penurunan

fertilitas.

2) Sasaran Tidak Langsung

Organisasi-organisasi kemasyarakatan, instansi pemerintahan maupun

swasta, tokoh-tokoh masyarakat (Wanita dan Pemuda) yang

diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap proses pembentukan

sistem keluarga kecil bahagia sejahtera (Mochtar, 1998).


d.Macam macam Metode Kontrasepsi

1) Metode Sederhana

a) Metode Laktasi Amenorea

Metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian ASI

eksklusif.

b) Metode Kalender

Metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan pasangan suami istri

dengan tidak melakukan senggama pada masa ovulasi (12-16 hari

sebelum menstruasi).
42

c) Metode Suhu Basa

Suatu metode yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk

mengetahui suhu tubuh basal, menentukan masa ovulasi (terjadi

peningkatan o,2-0,5 0C).

d) Metode Lendir Serviks

Mengenali masa subur dengan memantau lender servik yang keluar

dari vagina, lender saat masa subur biasanya berwarna jernih dan

licin.

e) Metode Simtotermal

Kombinasi antara bermacam-macam metode KB alamiah untuk

menentukan masa ovulasi

f) Senggama Terputus

Pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum

ejakulasi.

2) Metode Modern
a) Hormonal
b) Metode dengan Alat
c) Metode kontrasepsi hormonal

(1) Oral Kontrasepsi


43

(a) Pil Kombinasi

Terdapat kombinasi komponen progesteron-estrogen,

keuntungan: Efektif, harus diminum setiap hari, tidak

dianjurkan pada ibu yang sedang menyusui, dapat dipakai

sebagai kontrasepsi darurat.

(b) Pil Progestin (pil menyusui)

Hanya mengandung progesterone, sehingga bisa

digubakan kepada ibu post parum yang sedang menyusui.

(2) Suntikan Kontrasepsi

(a) Suntikan Kombinasi

Suntikan kombinasi diberikan setiap 4 minggu sekali dan

tidak diberikan kepada ibu yang sedang menyusui karena

mengandung hormone estrogen-progesterone.

(b) Suntikan Progestin

Suntikan progestin bisa diberikan kepada ibu yang sedang

menyusui, bisa diberikan setiap 2-3 bulan sekali tergantung

jenis suntikan progestin yang ada.

(c) Implant

Kontrasepsi Yang Dimasukkan Dibawah Kulit Lengan Atas

Bagian Dalam Kira-kira 6-10 Cm Dari Lipat Kulit. Dengan

Efek Samping. Kenaikan Berat Badan Dan Perubahan

Periode Menstruasi.

d) Non hormonal
44

(1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Kontrasepsi yang terbuat dari logam yang berbentuk seperti

dipasang dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter

atau bidan yang sudah dilatih. Dengan indikasi pemasangan

sebagai berikut : telah mendapat persetujuan suami, sudah

mempunyai anak, mempunyai anak tetapi belum ingin hamil,

tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun dan tidak ada

kontraindikasi.

(2) MOW/MOP (Steril) Kontrasepsi Mantap

Melalui tindakan operasi kecil dengan cara mengikat dan

memotong saluran telur pada istri atau saluran sperma pada

suami. dapat dilakukan pada 24-48 jam pasca persalinan, pasca

keguguran, masa interval.

B. Konsep Dasar Asuhan


1. Kehamilan
a. Definisi Asuhan Antenatal Care (ANC)
Pelayanan antenatal adalah suatu asuhan yang diberikan untuk ibu

hamil sebelum melahirkan dengan cara memeriksakan kepada dokter,

bidan dan puskesmas untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik

ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan

memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.


45

Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung

kesehatan ibu hamil.


b. Tujuan antenatal care
Tujuan Antenatal Care adalah :

1) Memantau kemajuan kehamilan, dengan demikian

kesehatan ibu dan janin dapat dipastikan keadaannya.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik

dan mental ibu, karena dalam melakukan pemeriksaan kehamilan

petugas kesehatan akan selalu memberikan saran dan informasi yang

sangat berguna bagi ibu dan janinnya.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dengan melakukan

pemeriksaan pada ibu hamil dan janinnya.

4) Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan

selamat, dengan mengenali secara dini dapat memberikan informasi

yang tepat tentang kehamilan dan persalinan pada ibu hamil, maka

persalinan diharapkan dapat berjalan dengan lancar seperti yang

diharapkan semua pihak.

5) Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal, jika

kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan lancar maka

diharapkan masa nifas pun dapat berjalan dengan lancar.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam

menerima bayi, bahwa salah satu faktor kesiapan dalam menerima bayi
46

adalah jika ibu dalam keadaan sehat setelah melahirkan tanpa

kekurangan suatu apapun.

c. Manfaat antenatal care

Manfaat Asuhan antenatal bagi ibu adalah mengurangi dan

menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, menegakkan dan mengobati

komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan, mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil untuk menghadapi

persalinan, meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat

memberikan ASI. Konseling dalam pemakaian alat kontrasepsi KB,

memberikan nasehat dan petunjuk berbagai masalah yang berkaitan dengan

kehamilannya serta berusaha menetapkan penggolongan kehamilan dengan

risiko meragukan atau risiko tinggi akan dapat menentukan pertolongan

persalinan yang aman.

Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga

dapat mengurangi persalinan premature, berat bayi lahir rendah, juga

meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas sumber daya

manusia.

d. Kompetensi Bidan di Indonesia


47

1) Asuhan Konseling Selama Kehamilan


Kompetensi ke 3 : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi

untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang menjadi

deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari :

a) Pengetahuan Dasar

(1) Anatomi dan fisiologi tubuh manusia.


(2) Siklus menstruasi dan proses konsepsi.
(3) Tumbuh kembang dan faktor- faktor yang mempengaruhinya.
(4) Tanda-tanda dan gejala kehamilan.
(5) Mendiagnosa kehamilan.
(6) Perkembangan normal kehamilan.
(7) Komponen riwayat kesehatan.
(8) Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal
(9) Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi,

pembesaran dan atau tinggi fundus uteri.


(10) Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat,

hyperemesis gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus

imminen, molla hydatidosa dan komplikasinya dan kehamilan

ganda, kelaina letak serta preeklamsia.


(11)Nilai norma dari pemeriksaan laboratorium seperti

haemoglobin dalam darah, test gula, protein, acetone, dan

bakteri dalam urine.


(12) Perkembangan normal dari kehamilan : perubahan

bentuk fisik, ketidaknyamanan yang lazim, pertumbuhan

fundus uteri yang diharapkan.


(13) Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan

dan dampak kehamilan terhadap keluarga.


48

(14) Penyuluhan dalam kehamilan : perubahan fisik,

perawatan buah dada, ketidaknyamanan, kebersihan,

seksualitas, nutrisi, pekerjaan dan aktifitas (senam hamil).


(15) Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin
(16) Penatalaksanaan imunisasi pada wanita hamil
(17) Pertumbuhan dan perkembangan janin
(18) Persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua
(19) Persiapan keadaan dan rumah/keluarga untuk

menyambut kelahiran bayi


(20) Tanda-tanda dimulainya persalinan
(21) Promosi dan dukungan pada ibu menyusui
(22) Teknik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada

persiapan persalinan
(23) Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang

diberikan
(24) Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan
(25) Penggunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman

untuk mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan


(26) Akibat yang ditimbulkan dari merokok, penggunaan

alkohol dan obat terlarang bagi wanita hamil dan janin

b) Pengetahuan tambahan

(1) Tanda, gejala dan indikasi rujukan

pada komplikasi tertentu dalam kehamilan seperti asma, infeksi

HIV, penyakit menular seksual (PMS), diabetes, kelainan

jantung, postmatur/serotinus.

(2) Akibat dari penyakit akut dan kronis

yang disebut di atas bagi kehamilan dan janinnya.

c) Keterampilan Dasar
49

(1)Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta

menganalisanya pada setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil

(2)Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan

lengkap

(3)Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk

pengukuran tinggi fundus uteri/posisi/presentasi dan penurunan

janin.

(4)Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur

tulang panggul

(5)Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak

jantung janin dengan menggunakan fetoscope dan gerakan janin

dengan palpasi uterus.

(6)Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan

persalinan

(7)Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan

pertubuhan janin

(8)Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan

komplikasi kehamilan

(9)Memberikan penyuluhan pada klien/keluarga mengenai tanda-

tanda berbahaya dan serta bagaimana menghubungi bidan


50

(10) Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia

ringan, hyperemesis gravidarum tingkat 1, abortus iminen dan

pre eklampsi ringan

(11) Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi

ketidaknyamanan yang lazim terjadi dalam kehamilan

(12) Memberikan imunisasi pada ibu hamil

(13) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan

melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas

pelayanan yang tepat.

d) Keterampilan Tambahan

(1) Menggunakan doopler untuk memantau DJJ


(2) Memberikan pengobatan dan atau kolaborasi terhadap

penyimpangan dari keadaan normal dengan menggunakan

standar lokal dan sumber daya yang tersedia


(3) Melaksanakan kemampuan LSS dalam Manajemen pasca

abortion.

e. Keputusan KEPMENKES RI No. 900/Menkes/SK/II/2002 yaitu Bab V

tentang Praktek Bidan

1) Pasal 15

Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa nifas, pra nikah, pra hamil,

masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa

antara (periode interval).

2) Pasal 16
51

Pelayanan kepada ibu meliputi:

a) Penyuluhan dan konseling

b) Pemeriksaan fisik

c) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

d) Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu

hamil dengan abortus imninens, hiperemesis gravidarum tingkat 1,

preeklampsi ringan dan anemia ringan.

f. Standar Pelayanan Kebidanan (SPK)

1) Standar Pelayanan Umum

Standar 2: Pencatatan dan Pelaporan

Bidan melakukan pencatatan semua kegitan yang dilakukannya, yaitu

registrasi.Semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan yang

diberikan kepada setiap ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir,

semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada

masyarakat.Disamping itu, bidan hendaknya mengikutseakan kader

untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang

berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir.Bidan meninjau secara teratur

catatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana

kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya.

2) Standar Pelayanan Antenatal

a) Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil


52

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk meberikan penyuluhan dan

motivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu

untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur.

b) Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan

antenatal.Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan

janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan

berlangsung normal.Bidan juga harus mengenal kehamilan

resti/HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan

penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan

oleh puskesmas.Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap

kunjungan.Bila ditemukan kelainan mereka harus mampu

mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk

tindakan selanjutnya.

c) Standar 5: Palpasi Abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila

umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah

janin, dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul untuk

mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

d) Standar 6: Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan


53

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penerimaan, penanganan

dan/atau rujukan semua kasus anemia apada kehamilan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

e) Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklampsia serta

mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

f) Standar 8: Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta

keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa

persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang

menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping

persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk bila tiba-tiba

terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan

kunjungan rumah untuk hal ini.

g. Standar Praktek Kebidanan

1) Standar II : Pengkajian

Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara

sistematis dan berkesinambungan.Data yang diperoleh dicatat dan

dianalisis.

2) Standar III : Diagnosa Kebidanan


54

Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah

dikumpulkan.

3) Standar IV : Rencana asuhan

Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.

4) Standar V : Tindakan

Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan

perkembangan keadaan klien : tindakan kebidanan dilanjutkan dengan

evaluasi keadaan klien.

5) Standar VI : Partisipasi Klien

Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan

keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan

kesehatan

6) Standar VII : Pengawasan

Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus

dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.

7) Standar XI : Dokumentasi

Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar

dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan.

2. Persalinan

a. Kebijakan Program

1) Semua Persalinan harus di hadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan

terlatih
55

2) Rumah bersalin tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk

menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24

jam

3) Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi

seorang petugas terlatih (Saifuddin, 2006).

b. Kegiatan Asuhan Kebidanan pada Persalinan

1) Kala I Fase Aktif

a) Subjektif

Ibu mengatakan merasa mules-mules dan keluar lendir bercampur

darah (Wiknjosastro, 2002)3 mengeluh merasa sakit pinggang

daerah perut dan menjalar ke arah paha (Manuaba, 1998).

b) Objektif

(1) Serviks membuka dari 4 ke 10 cm

(2) His adekuat (teratur, minimal 3 kali dalaml0 menit 40 detik)

(3) Keluar lendir dari darah dan vagina.

(4) Fase aktif tidak boleh > 6 jam

(5) Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak

didapatkan cekungan lagi bila dilakukan penekanan dengan

ujung jari (Depkes, 2002)

c) Assesment
56

Nama klien, umur, kehamilan ke berapa, persalinan ke berapa,

Abortus ke berapa, umur kehamilan (minggu), inpartu kala I fase

aktif

d) Planning

(1) Penjelasan hasil temuan dalam pemeriksaan

(2) Mengatur aktivitas posisi dan membimbing relaksasi sewaktu

ada his.

(3) Memberikan motivasi dan dukungan pada ibu

(4) Menjaga privasi ibu

(5) Menjaga kebersihan ibu.

(6) Memberi rasa nyaman (Saifuddin, 2002)

(7) Mengobservasi keadaan umum, tekanan darah, suhu setiap 4

jam, pembukaan serviks penurunan kepala dan urine setiap 2

jam, nadi, denyut jantung janin, kontraksi uterus setiap 30 menit

(Depkes, 2003).

(8) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong.

(9) Pencatatan dengan menggunakan partograf (Depkes, 2002).

2) Kala II

a) Subjektif

Ibu merasa mules semakin kuat, ingin meneran, merasa ingin buang

air besar (Depkes, 2003).

b) Objektif
57

(1) Kontraksi uterus 2 - 3 menit sekali (Wiknjosastro,2002)

(2) Serviks sudah lengkap

(3) Mayora menonjol

(4) Vulva, vagina, spinkterani membuka

(5) Jumlah air ketuban meningkat (Depkes, 2003)

(6) Kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm

(Saifuddin, 2002)

c) Asessment

Nama klien, umur, kehamilan ke berapa, persalinan ke berapa,

Abortus ke berapa, umur kehamilan (minggu), inpartu kala II

d) Planning

Melaksanakan 58 langkah asuhan persalinan normal (BB).

3) Kala III

a) Subjektif

Ibu mengatakan masih merasa mules

b) Objektif

(1) Kontraksi rahim

(2) Rahim membulat

(3) Tali pusat bertambah panjang

(4) Semburan darah

c) Analisa
58

Nama klien, umur, persalinan ke berapa, abortus ke berapa, inpartu

kala III

d) Planing

Melakukan penatalaksanaan aktif kala III

(1) Suntikan oksitosin 10 unit secara IM di 1/3 antero lateral

(2) Lakukan peregangan tali psat terkendali (PTT)

(3) Masase uterus

4) Kala IV

a) Subjektif

Ibu merasa letih setelah melahirkan

b) Objektif

(1) Ibu merasa tampak pucat

(2) Tanda-tanda vital normal

(3) Kontraksi uterus baik, uterus membulat dan keras

(4) Posisi fundus setinggi ata dibawah pusat

(5) Perdarahan pervaginam <500cc

c) Analisa

Nama klien, umur, persalinan ke berapa, abortus ke berapa, inpartu

kala IV

d) Planing
59

(1) Lanjutkan pemantauan kontraksi, tanda-tanda vital, dan

perdarhan setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca

persalinan. Setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan.


(2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi
(3) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

c. Standar Pelayanan Kebidanan

1) Standar 9 : Asuhan persalinan kala I

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan

memperhatikan kebutuhan klien selama proses persalinan berlangsung.

2) Standar 10 : Persalinan kala II yang aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap

sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi

setempat.

3) Standar 11 : Penatalaksanaan aktif persalinan kala III

Bidan melakukan peregangan tali pusat dengan benar untuk membantu

pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

4) Standar 12: Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II

yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk

memperlancar persalinan diikuti dengan penjahitan perineum.

5) Standar 14 : Penanganan pada 2 jam pertama setelah melahirkan


60

Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya

komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan. Di samping itu bidan

memberikan penjelasan hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan

ibu dan membantu untuk memulai pemberian ASI.

d. Standar kompetensi bidan di Indonesia

1) Pengetahuan dasar
2) Fisiologi persalinan
3) Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan petunjuk
4) Aspek psikososial dan kultural pada persalinan dan kelahiran
5) Indikator tanda-tanda mulai persalinan
6) Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat

serupa
7) Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan
8) Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
9) Proses penurunan janin melalui pelvik selama persalinan dan

kelahiran.
10) Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal

dan ganda.
11) Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti kehadiran keluarga

atau pendamping, mengatur posisi, hidrasi, dukungan moral,

pengurangan nyeri tanpa obat.


12) Transisi BBL terhadap kehidupan di luar uterus.
13) Pemenuhan kebutuhan fisik BBL meliputi pernafasan, kehangatan, dan

pemberian ASI/PASI.
14) Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional BBL, jika

memungkinkan antara lain kontak kulit langsung, kontak mata antara

bayi dan ibunya bila dimungkinkan.


15) Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
16) Manajemen fisiologi kala III
61

17) Memberikan suntikan intramuskuler meliputi uterotonika, antibiotik

dan sedativa.
18) Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti: Distosia bahu,

Asfiksia Neonatal, Retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri

dan mengatasi renjatan.


19) Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPD.
20) Indikator komplikasi persalinan, perdarahan, partus macet, kelainan

presentasi, eklamsia, kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, KPD tanpa

infeksi, distosia karena inersia uteri primer, post-term dan pre-term

serta tali pusat menumbung.


21) Prinsip manajemen kala III secara fisiologis
22) Prinsip aktif kala III

a) Pengetahuan tambahan

(1) Penatalaksanaan persalinan dengan malprestasi


(2) Pemberian suntikan anatesi lokal
(3) Akselesari dan induksi persalinan

b) Keterampilan dasar

(1) Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat

kebidanan dan tanda-tanda vital ibu pada persalinan sekarang.

(2) Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus

(3) Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap

untuk posisi dan penurunan janin.

(4) Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama,

kekuatan, dan frekuensi)


62

(5) Melakukan pemeriksaan panggul (periksa dalam)

secara lengkap dan akurat meliputi pembukaan, penurunan

kepala, bagian terendah, presentasi, posisi keadaan ketuban,

dan proporsi panggul dengan bayi.

(6) Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan

menggunakan partograf.

(7) Memberikan dukungan psikososial bagi wanita dan

keluarganya.

(8) Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang

adekuat selama persalinan.

(9) Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola

persalinan abnormal dan kegawatdaruratan dengan intervensi

yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat waktu.

(10) Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks lebih

dari 4 cm sesuai dengan indikasi.

(11) Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat.

(12) Melakukan episiotomi dan penjahitan (jika diperlukan)

(13) Melaksanakan manajemen fisiologi kala III

(14) Melaksanakan manajemen aktif kala III

(15) Memberikan suntikan intramuskuler meliputi

uterotonika, antibiotik dan sedativa.


63

(16) Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan

Hb dan HT.

(17) Menahan uterus untuk mencegah terjadinya inversi

uteri dalam kala III

(18) Memeriksakan kelengkapan plasenta dan selaputnya.

(19) Memeriksa sejumlah darah yang keluar dalam

persalinan yang benar.

(20) Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum.

(21) Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II

(22) Memberikan pertolongan persalinan abnormal: letak

sungsang, partus macet, kepala di dasar panggul, ketuban

pecah dini tanpa infeksi, post-term dan pre-term.

(23) Melakukan pengeluaran plasenta secara manual

(24) Mengelola perdarahan postpartum

(25) Memindahkan ibu untuk tindakan/kegawatdaruratan

dengan tepat waktu sesuai indikasi.

(26) Memberikan lingkungan yang aman dengan

meningkatkan hubungan/tali kasih ibu dan bayi baru lahir.

(27) Memfasilitasi ibu untuk segera mungkin dan

mendukung ASI eksklusif.

(28) Mendokumentasikan temuan-temuan yang penting dan

intervensi yang diperlukan.


64

c) Keterampilan tambahan

(1) Menolong kelahiran presentasi muka dengan

penempatan dan gerakan yang tepat.

(2) Memberikan suntikan anestesi lokal jika diperlukan.

(3) Melakukan ekstraksi forcep rendah dan vakum sesuai

kewenangan.

(4) Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia

bahu, gawat janin, dan kematian janin dalam kandungan

(IUFD) dengan tepat.

(5) Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung.

(6) Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.

(7) Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan

untuk mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai kewenangan.

(8) Memberikan oksitosin dengan tepat waktu untuk

induksi dan akselerasi persalinan dan penanganan perdarahan

postpartum.

3. Nifas
a. Standar Pelayanan Kebidanan
Standar pelayanan nifas adalah seperti berikut ini :
1) Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan

Penyataan standar:

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya

komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan


65

tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan

penjelasan tentang hal-hal yang akan mempercepat pulihnya kesehatan

ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

2) Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

Pernyataan standar:

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan

rumah pada hari ke tiga, ke dua dan ke enam setelah persalinan, untuk

membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat

yang benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang

mungkin terjadi pada masa nifas; serta memberikan penjelasan tentang

kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,

perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

b. KepMenKes tentang Registrasi dan Praktek Bidan

Bidan berwenang untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu post

partum fisiologis hal ini di dukung oleh Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang

Registrasi dan Praktek Bidan yaitu :

1) Pasal 14, yang berbunyi


66

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi pelayanan kebidanan.

2) Pasal 15, yang berbunyi :

Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa prahamil, masa kehamilan,

masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara (periode

interval).

3) Pasal 16,yang berbunyi :

Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi pelayanan ibu nifas normal

4. Bayi Baru Lahir


Asuhan pada bayi baru lahir dari 2 jam pertama sampai 2 minggu pertama

a. Rencana Asuhan Bayi 2-6 Jam Pertama

Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata, dan

identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan

kritis, dan dokter memberi instruksi khusus (Saifuddin, 2002;133).

1) Membersihkan Jalan Nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi

tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas

dengan cara sebagai berikut :

2) Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan hangat.
67

3) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi

lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus

sedikit tengadah ke belakang.

4) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari

tangan yang dibungkus dengan kasa steril.

5) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 sampai 3 kali atau gosok

kulit bayi dengan kain kering dan kasar, dengan rangsangan ini

biasanya bayi segera menangis.

6) Merawat tali pusat

7) Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

8) Memberi Vitamin K

9) Identifikasi Bayi

10) Memberikan ASI sedini mungkin

11) Melakukan bounding attachment

b. Asuhan yang diberikan harus berdasarkan:

1) Standar Kompetensi Inti Bidan

Menurut Standar Kompetensi Inti Bidan no. 6 asuhan pada bayi

baru lahir yaitu: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan satu bulan.

a) Pengetahuan dasar
(1) Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.
68

(2) Kebutuhan dasar bayi baru lahir: kebersihan jalan nafas,

perawatan tali pusat, kehangatan, nutrisi, bounding

attachment.
(3) Indikator pengkajian bayi baru lahir.
(4) Penampilan dan perilaku bayi baru lahir.
(5) Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir sampai 1

bulan.
(6) Memberikan imunisasi pada bayi
(7) Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal

seperti caput, molding, Mongolian spot, hemangioma.


(8) Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal

seperti: hypoglikemia, hypotermi, dehidrasi, diare dan infeksi,

ikterus.
(9) Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru

lahir sampai 1 bulan.


(10) Keuntungan dan risiko imunisasi pada bayi.
(11) Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur
(12) Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir seperti, trauma intra-

cranial, fraktur clavicula, kematian mendadak, hematoma.


b) Keterampilan Dasar
(1) Membersihkan jalan napas dan memelihara kelancaran

pernafasan dan merawat tali pusat.


(2) Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan
(3) Menilai segera bayi baru lahir seperti nilai APGAR.
(4) Membersihkan badan bayi dan memberikan identitas.
(5) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada bayi baru

lahir dan screening untuk menemukan adanya tanda kelainan-

kelainan pada bayi baru lahir yang tidak memungkinkan

untuk hidup.
(6) Mengatur posisi bayi pada waktu menyusu.
(7) Memberikan imunisasi pada bayi
69

(8) Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan

kapan harus membawa bayi untuk minta pertolongan medis.


(9) Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada

bayi baru lahir seperti: kesulitan bernafas/asphyksia,

hypotermia, hypoglikemia.
(10) Memindahkan secara aman bayi baru lahir ke fasilitas

kegawatdaruratan apabila dimungkinkan.


(11) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang

dilakukan.
c) Keterampilan Tambahan

(1) Melakukan penilaian masa gestasi.

(2) Mengajarkan pada orang tua tentang pertumbuhan dan

perkembangan bayi yang normal dan asuhannya.

(3) Membantu orang tua dan keluarga untuk memperoleh sumber

daya yang tersedia di masyarakat.

(4) Memberi dukungan kepada orang tua selama masa berduka

cita sebagai akibat bayi dengan cacat bawaan, keguguran atau

kematian bayi.

(5) Memberi dukungan kepada orang tua selama bayinya dalam

perjalanan rujukan ke fasilitas perawatan kegawatdaruratan.

(6) Melakukan tindik pada bayi perempuan.

Anda mungkin juga menyukai