Anda di halaman 1dari 2

PERBEDAAN SINETRON DULU DAN SEKARANG

Sinema elektronik atau yang biasa kita kenal dengan sebutan sinetron adalah tontonan harian kita.
Mungkin, hanya Indonesialah negara yang memiliki demikian banyak sinetron. Setiap hari berpuluh judul
sinetron ditayangkan di televisi. Meski kehadirannya tetap konsisten sejak tahun 1990-an hingga kini, ada
perbedaan mencolok antara sinetron dulu dengan sekarang. Anda yang pernah menonton sinetron di era
90-an akan segera tahu bedanya.

1. Tayang Seminggu Sekali vs Kejar Tayang


Menghapal jadwal mingguan sinetron adalah pekerjaan yang menyenangkan bagi anak-anak 90-an.
Setiap hari, sinetron yang tampil berganti-ganti. Jadi, kita harus menunggu hingga minggu depan
untuk mengetahui kelanjutan dari sinetron yang kita ikuti. Berbeda dengan sinetron jaman sekarang
yang tampil tiap hari di jam yang sama. Ini tentu memberikan perbedaan besar. Sinetron yang
ditayangkan secara mingguan akan memberi ruang bagi para pekerja sinema agar memproduksi
sinetron dengan baik. Sementara, sinetron stripping diproduksi asal-asalan karena harus kejar
tayang.

2. Tema Bervariasi vs Tema Cinta Melulu


Dulu kita punya sinetron bertema persahabatan antara dunia jin dengan dunia manusia seperti Jinny oh
Jinny, Jin dan Jun dan Tuyul dan Mbak Yul. Kita juga punya sinetron bertema kekeluargaan
seperti Keluarga Cemara. Tidak ketinggalan pula sinetron laga seperti Deru dan Debu, Gerhana dan
Panji Manusia Milenium. Namun, sinetron sekarang didominasi dengan kisah cinta. Meski memilih
tema action atau horor, tetap saja benang merah utama dari sinetronnya adalah percintaan. Belum
lagi, percintaan yang ditampilkan selalu percintaan anak remaja.

3. Kaya Inspirasi vs Pamer Kekayaan


Kita bisa banyak belajar dari sinetron jaman dulu. Dari sinetron Keluarga Cemara, misalnya, kita bisa
belajar kesabaran tokoh Abah yang memimpin keluarganya dalam kesederhanaan. Atau belajar dari
Si Doel tentang pentingnya pendidikan dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
Sementara, di sinetron sekarang, sering kali bercerita tentang geng ini yang berseteru dengan geng itu.
Sinetron baru juga diisi dengan anak-anak remaja yang ke sekolah dengan menggunakan mobil-
mobil mewah plus baju tidak pernah rapi. Jika rapi, pasti hanya tokoh culun. Tidak jarang, sinetron
semacam itu hanya memberi rol model tentang gaya hidup anak remaja kelas atas di Jakarta.

4. Diisi Aktor Berpengalaman vs Pendatang Baru


Sinetron jaman dulu diisi dengan nama-nama aktor berpengalaman seperti Didi Petet, Meriam Belina,
Roy Marten dan lain-lain. Nama-nama tersebut memang tidak lagi diragukan kemampuan aktingnya,
karena tidak sedikit dari mereka yang memang menempuh pendidikan di bidang sinema.
Penyutradaraan dan penulisan skenario juga dilakukan oleh orang-orang berpengalaman seperti
Arswendo Atmowiloto.
Lain halnya dengan sinetron kini yang sering sekali diisi dengan wajah-wajah baru. Tidak jarang, sinetron
kita dibintangi oleh penyanyi-penyanyi pendatang baru yang ingin menjajal keberuntungan di dunia
akting. Tidak heran jika akting yang kita tonton hanyalah akting pas-pasan. Tidak masalah aktingnya
kaku, yang penting ganteng dan cantik.

5. Cerita yang Seru vs Cerita Berbelit-Belit


Dengan penayangan per minggu, anak-anak 90-an pasti paham bagaimana serunya menunggu cerita
sinetron berkembang dari waktu ke waktu. Konflik semakin memuncak dan selesai dengan indah.
Oleh karena itu tidak heran jika sinetron dulu jumlahnya hanya sekitar 200-300 episode saja. Cerita
akan memuncak dan selesai dengan baik. Di jaman sekarang, rasanya sudah lumrah melihat
sinetron yang mencapai episode 1.000. Belum lagi dengan sinetron yang dibagi menjadi beberapa
season. Untuk mengejar view, biasanya pembuat sinetron akan membuat jalan cerita yang berbelit-
belit. Sehingga tidak jarang tokoh yang sudah meninggal akan dihidupkan kembali untuk
memperpanjang jalan cerita.

6. Cerita Original vs Cerita Adaptasi


Sepertinya pekerja sinetron pada masa 90-an sangat gigih untuk mencari ide segar. Merekapun membuat
karakter dan cerita yang asli dengan kehidupan yang dekat dengan kehidupan masyarakat
Indonesia. Itu sebabnya sinetron pada periode tersebut sangat menarik. Sementara cerita sinetron
jaman sekarang sering sekali mengadaptasi cerita dari negara lain. Beberapa sinetron menyadur
jalan cerita dari film Korea/China. Beberapa malah jelas-jelas menjiplak secara utuh jalan cerita dan
karakternya.

Masalah tontonan adalah masalah selera. Setiap orang memiliki selera dan pendapatnya masing-masing.
Demikian pula dengan sinetron, anda bebas memilih sinetron jaman sekarang atau sinetron dulu.
Namun, kita tetap bertanggung jawab atas apa yang kita tonton. Tontonan yang bermanfaat tentu
akan membuat hidup kita menjadi lebih bermakna. Jadi, mari pintar-pintar dalam memilih tontonan.
(HLH)

Anda mungkin juga menyukai