0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
30 tayangan9 halaman
Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum sektor pertanian bawang putih yang meliputi profil dan histori bawang putih, serta kondisi eksisting bawang putih dengan batasan wilayah Indonesia
Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum sektor pertanian bawang putih yang meliputi profil dan histori bawang putih, serta kondisi eksisting bawang putih dengan batasan wilayah Indonesia
Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum sektor pertanian bawang putih yang meliputi profil dan histori bawang putih, serta kondisi eksisting bawang putih dengan batasan wilayah Indonesia
Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum sektor pertanian bawang putih yang meliputi profil dan histori bawang putih, serta kondisi eksisting bawang putih dengan batasan wilayah Indonesia. 2.1 PROFIL DAN HISTORI PERTANIAN BAWANG PUTIH 2.1.1 Profil Pertanian Bawang Putih Bawang putih (Allium sativum L.) yang dianggap sebagai komoditas potensial untuk substitusi impor dan penghematan devisa merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan ekonomi Indonesia bidang pertaninan. Pertanian bawang putih banyak mendatangkan keuntungan karena bawang putih merupakan komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Beberapa hal berkaitan dengan ekonomi pembangunan yang diperkirakan berpengaruh terhadap produksi dan konsumsi bawang putih adalah peningkatan pendapatan per kapita, peningkatan jumlah penduduk, urbanisasi, membaiknya perekonomian nasional, perbaikan sarana transportasi dan penurunan harga relatif input/masukan produksi. Masih banyak kendala yang dihadapi Indonesia dalam rangka pengembangan produksi pertanian bawang putih, diantaranya kondisi pertumbuhan yang kurang cocok, teknologi yang tidak tepat-guna, varietas bawang putih yang berkembang di Indonesia umumnya memiliki potensi hasil yang jauh lebih rendah dibanding dengan potensi hasil di daerah subtropis, harga input mahal dan kecilnya peluang pasar. Di negara berkembang seperti Indonesia, jika produksi bawang putih dibatasi oleh kendala-kendala, maka proses atau aktivitas pembangunan ekonomi diharapkan dapat menekan biaya produksi serta menstimulasi produksi dan konsumsi bawang putih. Generalisasi lainnya adalah pertumbuhan penduduk pedesaan yang mengakibatkan semakin sempitnya luas lahan garapan serta semakin tingginya harga tanah, cenderung dapat menstimulasi pengusahaan tanaman-tanaman berpotensi daya hasil tinggi, salah satunya bawang putih. 2.1.2 Histori Pertanian Bawang Putih Bawang putih berasal dari Asia Tengah, diantaranya Cina dan Jepang yang beriklim subtropis, kemudian menyebar ke seluruh Asia, Eropa dan akhirnya dunia. Di Indonesia, bawang putih dibawa oleh pedagang Cina dan Arab melalui jalur perdagangan internasional sejak berabad-abad lampau. Sejak saat itu, bawang putih yang meramaikan bandar-bandar yang ada di Indonesia mulai dibudidayakan di daerah pesisir atau pantai. Seiring berjalannya waktu, pembudidayaan bawang putih meluas hingga ke daerah pedalaman dan akhirnya hingga saat ini sektor pertanian bawang putih sangat akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Selama periode tahun 1998-2002, dari tahun ke tahun produksi bawang putih dunia memperlihatkan peningkatan. Peningkatan tersebut didorong oleh adanya peningkatan produktivitas dan peningkatan luas areal tanam. Berdasarkan data FAO, tiga negara yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap produksi bawang putih dunia adalah China, India dan Republik Korea.
Tabel 1. Areal panen, produksi dan produktivitas bawang
putih dunia, Indonesia, serta tiga negara penghasil terbesar tahun 1998-2002. (Sumber: FAOSTAT) Kontribusi bawang putih Indonesia terhadap produksi dunia sangat kecil. Selama periode tahun 19982002, kontribusi Indonesia terhadap bawang putih dunia mengalami penurunan yaitu dari 0,9 % di tahun 1998 menjadi 0,4 % di tahun 2002. Walaupun selama periode waktu tersebut produktivitasnya mengalami peningkatan, tetapi penurunan areal tanam bawang putih di Indonesia dari tahun ke tahun cukup besar. 2.2 KONDISI EKSISTING BAWANG PUTIH DI INDONESIA Kebutuhan akan bawang putih di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kebutuhan bawang putih nasional dapat dikatakan cukup tinggi, paling tidak mencapai 360.000 ton per tahun. Berdasarkan data Susenas (2007-2011) tentang Konsumsi Rata-Rata per Kapita Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia, dari beberapa komoditas holtikultura, konsumsi bawang putih adalah 13.595/ons tiap kapita dalam satu tahun.
Tabel 2. Luas panen, produksi, produktivitas dan volume
impor bawang putih di Indonesia (Sumber: Renstra Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 1997) Selama periode 19982002, luas areal penanaman bawang putih mengalami penurunan yang cukup besar. Dari luas panen 18.238 hektar di tahun 1998 menjadi 7.923 hektar di tahun 2002, atau terjadi penurunan sebesar 56%.
Tabel 3. Produksi bawang putih di Indonesia, 1998-2002.
(Sumber: Survei Pertanian, BPS) Walaupun selama periode tersebut produktivitas meningkat, tetapi penurunan areal panen yang besar mengakibatkan produksi nasional dari tahun ke tahun terus menurun.
Tabel 4. Areal tanam, produksi dan produktivitas bawang
putih di beberapa propinsi penting penghasil bawang putih di Indonesia, 1998-2002. (Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura) Berkaitan erat dengan tingkat adaptabilitasnya, pertanian bawang putih di Indonesia tersebar terutama di daerah dataran tinggi. Dilihat dari luas areal tanamnya, maka Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat merupakan empat propinsi dengan luas areal tanam bawang putih terbesar di Indonesia. Di tahun 2002, luas areal penanaman bawang putih di keempat propinsi tersebut mencapai 18,20% (Sumatera Utara), 39,77% (Jawa Timur), 16,90% (Jawa Tengah) dan 9,49% (Nusa Tenggara Barat). Namun, apabila dilihat dari produktivitasnya, maka Jawa Barat merupakan propinsi dengan tingkat produktivitas tertinggi untuk komoditas bawang putih. Produktivitas tertinggi bawang putih di Jawa Barat mencapai 8,3 ton per hektar, yaitu pada tahun 1998, angka tersebut hampir dua kali lipat produktivitas nasional. Hal tersebut merupakan salah satu indicator bahwa penggunaan teknologi di daerah Jawa Barat lebih baik dibandingkan dengan propinsi lainnya. Selama kurang lebih 10 tahun terakhir, bawang putih bukan merupakan komoditas prioritas dalam program penelitian Badan Litbang Pertanian. Praktis selama periode waktu tersebut tidak ada teknologi baru yang dihasilkan dan dapat diaplikasikan ke tingkat petani, namun demikian selama periode 19982002 masih terjadi peningkatan produktivitas. Bila dikaitkan dengan konsumsi domestik, maka penurunan produksi nasional tersebut pada gilirannya dapat mendorong tingginya volume impor bawang putih. Kementerian Pertanian mencatat hampir 95 persen kebutuhan bawang putih nasional dipenuhi oleh impor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengimpor 415.000 ton bawang putih yang bernilai sekitar Rp 2,3 triliun sepanjang tahun 2012. Sedangkan pada 2011, impor bawang putih nasional mencapai 411.300 ton. Impor tersebut mayoritas berasal dari China, yaitu sebanyak 410.000 ton dengan nilai Rp 2,27 triliun. Selain itu, impor bawang putih juga berasal dari India sebanyak 3.424 ton dengan nilai Rp 19 miliar, Malaysia sebanyak 1.124 ton dengan nilai Rp 12,3 miliar, Pakistan sebanyak 203 ton dengan nilai Rp 0,9 miliar dan Thailand sebanyak 58 ton dengan nilai Rp 0,4 miliar. Tabel 2. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Hortikultura di Indonesia. (Sumber: Badan Pusat Statistika dan Direktorat Jenderal Hortikultura) Produksi komoditas hortikultura di sejumlah negara menurun, terutama komoditas bawang putih, termasuk sentra-sentra produksi di wilayah Indonesia akibat cuaca kurang mendukung dan curah hujan cukup tinggi di berbagai belahan dunia pada akhir 2012 dan berlanjut pada Januari sampai Maret 2013. Hal ini berdampak pada gagal panen dan terganggunya pasokan untuk pasar konsumsi dalam negeri. Harga komoditas tersebut dalam kurun waktu singkat telah beberapa kali naik akibat semakin berkurangnya pasokan. Pada bulan Februari dan mingu pertama bulan Maret 2013, Kementerian Perdagangan mencatat harga bawang putih rata-rata naik 31,38%, dengan harga awal Rp 15.000 dan meningkat menjadi Rp 60.000 per kilogram. Kenaikan harga bawang putih dikawatirkan menyumbang inflasi terbesar untuk bulan Maret 2013. Pada bulan sebelumnya, Februari 2013, penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan harga bawang putih, sekitar 16%. Faktor lain pemicu kenaikan harga bawang putih adalah kurangnya pasokan dan naiknya harga dari negara eksportir, China. Di China, harga bawang putih mengalami kenaikan dari harga Rp 13.000 menjadi Rp 18.000 per kilogram akibat gagal panen dan semakin tingginya permintaan dalam negeri. China sebagai eksportir bawang putih terbesar di Indonesia dengan memenuhi 95% kebutuhan bawang putih nasional. Krisis bawang putih di Indonesia semakin diperparah oleh pemodal dan pengusaha besar ataupun importir, dengan melanggar aturan impor. Beberapa dari 599 peti kemas bawang putih impor dari China, tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Terdapat dugaan unsur kesengajaan, agar terjadi kelangkaan bawang putih di pasar sehingga akan mendongkrak harga.