Anda di halaman 1dari 8

Hama dan penyakit ikan adalah semua mikroorganisme yang secara langsung

maupun tidak langsung dapat menginfeksi tubuh ikan sekaligus dapat menimbulkan
gangguan kehidupan ikan normal sampai dapat menimbulkan kematian (PUSKARI,
2005).
Dalam budidaya ikan, penyakit ikan dapat mengakibatkan kerugian ekonomis.
Penyakit ikan dapat menyebabkan kekerdilan, periode pemeliharaan lama,
tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang rendah dan kematian. Hal
tersebut berakibat menurunnya atau hilangnya produksi (Kordi dan Guffron, 2004).
Yang dimaksud hama menurut Agus (2004) adalah binatang tingkat tinggi yang
langsung mengganggu kehidupan ikan dengan cara menghisap cairan atau
memakan sebagian atau seluruh tubuh ikan sehingga menimbulkan luka atau
kematian, bisa berupa predator (hewan pemangsa) yang ukurannya lebih besar dan
buas, kompetitor atau pencurian.
Menurut Kei Yuasa, et al (2003), definisi penyakit adalah suatu keadaan fisik,
morfologi dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena
beberapa penyabab, dan terbagi atas dua kelompokyaitu penyebab dari alam
(internal) : genetik, sekresi internal, immunodefisiensi, saraf dan metabolik
sedangkan penyebab dari luar (eksternal) terdiri dari :
1. non patogen
penyakit lingkungan : suhu dan kualitas air lainnya (pH, kelarutan gas dan zat
beracun).
penyakit nutrisi : kekurangan nutrisi, gejala keracunan, bahan pakan.
2. patogen : bersifat parasit dan terdiri dari 4 kelompok yaitu : penyakit viral,
jamur, bakteri dan parasitik.
Menurut Anshary (2006), parasit adalah organisme yang hidup pada organisme lain
dan mendapat keuntungan dari hasil simbiosenya sedangkan inang dirugikan. Lebih
lanjut dikatakan bahwa parasit memiliki dua siklus hidup yakni siklus hidup
langsung (hanya satu inagn dan tidak membutuhkan inang antara) dan siklus hidup
tidak langsung (memerlukan lebih dari satu inang) kemudian parasit menginvasi
dengan cara : kontak langsung, infeksi melalui pencernaan, phoresis, penetrasi
parasit melalui kulit.
Beberapa bakteri mampu membentuk endospora yang membuat mereka mampu
bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Pada umumnya bakteri pathogen
kebanyakan berasal dari kelompok gram negatif walaupun ada juga bakteri gram
positif yang bersifat pathogen pada ikan, misalnya Streptococcus sp. dan
Mycobacterium sp. (Supriyadi, 2002).
Dalam mengambil kesimpulan species bakteri pathogen yang menyerang ikan
dapat dilakukan dengan dua tahap, yaitu tes presumtif dan tes definitif. Tes
presumtif adalah pengamatan gejala penyakit dan morfologi bakteri yang
merupakan pengujian yang hanya memberikan informasi untuk menduga jenis
bakteri yang menyerang sekaligus sebagai bahan pertimbangan ke arah pengujian
selanjutnya. Tes definitif merupakan pengujian dengan menggunakan uji biokimia
(Anonymous, 1994).

PRAKTIKUM I
PENGENALAN ALAT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam praktek/penelitian kehutanan baik di laboratorium atau di lapang,
terdapat alat yang digunakan untuk mengukur maupun mengamati bahan (objek).
Di dalam laboratorium, kegiatan yang dilaksanakan biasanya adalah pengamatan
terhadap objek. Pengamatan tersebut bisa dalam bentuk pengamatan fisis, kimia
maupun biologis.
Setiap pengamatan menggunakan alat-alat yang berbeda dimana alat-alat
tersebut memiliki bentuk, fungsi dan cara pemakaian yang berbeda juga. Alat yang
digunakan dalam pengamatan fisis biasanya berhubungan dengan pengukuran,
misalnya timbangan yang digunakan untuk mengukur berat suatu benda. Dalam
pengamatan kimia, alat yang biasa digunakan berhubungan dengan pengukuran
dan pencampuran bahan-bahan kimia, misalnya gelas ukur untuk mengukur volume
suatu cairan dan erlenmeyer untuk menghomogenkan campuran beberapa bahan
kimia (cairan). Alat untuk pengamatan biologis biasanya digunakan untuk
mengamati morfologi dan anatomi organisme, misalnya mikroskop untuk
mengamati organisme berukuran mikro.
Dalam praktikum ini, alat untuk ketiga pengamatan di atas dipelajari baik
nama, fungsi maupun cara pemakaiannya. Setelah mengetahui alat-alat tersebut,
praktikan dapat menggunakan alat-alat tersebut sesuai fungsinya masing-masing
untuk praktikum penyakit hutan maupun praktikum lainnya.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal alat-alat dalam laboratorium
penyakit hutan dan mempelajari fungsi serta cara pemakaian alat-alat tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laminar Air Flow, Alat ini berfungsi sebagai tempat isolasi (aseptic) dalam
pemindahan media/bahan lainnya agar tetap steril. Berikut cara pemakaian laminar
air flow. Gelas Kimia (beaker) : berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala
sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas
hingga suhu 200 oC. Ukuran alat ini ada yang 50 mL, 100 mL dan 2 L. Fungsi :Untuk
mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi,
Menampung zat kimia, Memanaskan cairan,Media pemanasan cairan. Labu
Erlenmeyer : berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan
skala sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L. Fungsi :Untuk
menyimpan dan memanaskan larutan, Menampung filtrat hasil penyaringan,
Menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi. Gelas ukur : berupa
gelas tinggi dengan skala di sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca atau plastik
yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L. Fungsi :Untuk
mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam
jumlah tertentu. (Bosco,2011).
Tabung reaksi : berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Terbuat dari
kaca borosilikat tahan panas, terdiri dari berbagai ukuran. Fungsi :Sebagai tempat
untuk mereaksikan bahan kimia, Untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil.
Cawan : terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan.
Spatula : berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless
steel atau alumunium. Fungsi :Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk
padatan, Dipakai untuk mengaduk larutan. Burner / pembakar spiritus : digunakan
untuk memanaskan bahan kimia. Neraca analisis : digunakan untuk menimbang
padatan kimia. Labu ukur : berupa labu dengan leher yang panjang dan bertutup;
terbuat dari kaca dan tidak boleh terkena panas karena dapat memuai. Ukurannya
mulai dari 1 mL hingga 2 L. Fungsi :Untuk membuat larutan dengan konsentrasi
tertentu dan mengencerkan larutan. Cara menggunakan : Mengisikan larutan yang
akan diencerkan atau padatan yang akan dilarutkan. Tambahkan cairan yang
dipakai sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok kemudian penuhkan labu
sampai tanda batas. Sumbat labu, pegang tutupnya dengan jari, kocok dengan cara
membolak-balikkan labu sampai larutan homogen.
Erlenmeyer Buchner : berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin
mengecil, ada lubang kecil yang dapat dihubungkan dengan selang ke pompa
vakum. Terbuat dari kaca tebal yang dapat menahan tekanan sampai 5 atm.
Ukurannya mulai dari 100 mL hingga 2 L. Dipakai untuk menampung cairan hasil
filtrasi. Cara menggunakannya :Diawali dengan memasang corong Buchner di leher
labu, pasang selang yang tersambung ke pompa vakum pada bagian yang
menonjol. Panci, Alat ini berfungsi sebagai wadah bahan padat/cair yang ingin
dimasak/dipanaskan dengan kompor gas. Cawan petri : berbentuk seperti gelas
kimia yang berdinding sangat rendah. Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas.
Berfungsi sebagai wadah menimbang dan menyimpan bahan kimia, mikrobiologi.
Oven, Alat ini digunakan untuk mensterilisasikan alat dan bahan dengan proses
sterilisasi kering. Berikut cara pemakaian oven. Mikroskop, Alat ini digunakan untuk
mengamati suatu mikroorganisme. Berikut cara pemakaian mikroskop.(Bosco,2011)

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Mei 2011 Pukul 10.00 -13.00
WIB di laboratorium pathologi hutan.

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat-alat praktikum yang
terdapat di dalam laboratorium pathologi hutan.

3.3 Cara kerja


1. Nama dan fungsi alat-alat dalam laboratorium ditanyakan kepada dosen
praktikum maupun laboran kemudian dicatat.
2. Cara pemakaian alat-alat yang terdapat pada masing-masing alat dalam
laboratorium dicatat dan yang tidak terdapat pada alat ditanyakan kepada dosen
praktikum maupun laboran.
3. Setiap alat-alat praktikum dalam laboratorium difoto untuk dokumentasi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, setiap alat yang terdapat di dalam laboratorium
pathologi hutan dipelajari baik nama, fungsi maupun cara pemakaiannya. Setiap
alat memiliki fungsi dan cara pemakaian yang berbeda-beda. Alat-alat tersebut
adalah autoklaf, laminar air flow, oven, mikroskop, gelas ukur, cawan petris, tabung
erlenmeyer, penjepit, tabung reaksi, kaca preparat, pembakar spiritus, corong,
kompor gas, panci, sudip, toples, dan timbangan. Berikut penjelasan fungsi maupun
cara pemakaian tiap alat.
1. Autoklaf
Alat ini digunakan untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan
praktikum dengan proses sterilisasi basah. Tekanan yang digunakan pada umumnya
2 atm dengan suhu 121 0C selama 15 menit. Berikut cara pemakaian autoklaf.
1) Cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf sampai batas yang ditentukan.
2) Masukkan bahan dan peralatan yang ingin disterilisasi. Untuk alat yang
berbentuk tabung/botol, maka posisinya dimiringkan agar tidak ada udara yang
terperangkap.
3) Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada
uap yang keluar dari bibir autoklaf.
4) Nyalakan autoklaf dan atur timer dengan waktu 15 menit pada suhu 121 0C.
5) Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen
autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman.
6) Tutup klep pengaman dan tunggu sampai proses pensterilisasian selesai.
7) Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam
kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum
pada preisure gauge menunjuk ke angka nol).
8) Buka klep-klep pengaman autoklaf.
9) Keluarkan isi autoklaf (bahan/alat yang disterilisasi) dengan hati-hati.

2. Laminar Air Flow


Alat ini berfungsi sebagai tempat isolasi (aseptic) dalam pemindahan
media/bahan lainnya agar tetap steril. Berikut cara pemakaian laminar air flow.
1) Siapkan semua alat dan bahan steril yang akan dipergunakan. Alat/bahan
yang dimasukkan ke dalam laminar air flow disemprot terlebih dahulu dengan
alkohol 70% atau spiritus.
2) Meja dan dinding dalam laminar air flow disemprot dengan alkohol 70% atau
spiritus.
3) Blower pada laminar air flow dihidupkan untuk menjalankan laminar air flow
4) Nyalakan lampu laminar air flow.

3. Oven
Alat ini digunakan untuk mensterilisasikan alat dan bahan dengan proses
sterilisasi kering. Berikut cara pemakaian oven.
1) Masukkan alat/bahan yang ingin disterilisasi.
2) Atur waktu dan suhu yang diinginkan.
3) Tunggu hingga proses sterilisasi selesai.
4) Keluarkan alat/bahan dari autoklaf setelah sterilisasi selesai.

4. Mikroskop
Alat ini digunakan untuk mengamati suatu mikroorganisme. Berikut cara
pemakaian mikroskop.
1) Letakkan mikroorganisme yang ingin diamati di preparat.
2) Letakkan preparat di bawah lensa teropong mikroskop.
3) Amati mikroorganisme tersebut dengan perbesaran yang diinginkan.

5. Gelas ukur
Alat ini berupa gelas tinggi yang terbuat dari kaca/plastik tidak tahan panas
dengan skala di sepanjang dindingnya. Kegunaan alat ini adalah untuk mengukur
volume suatu cairan/larutan dengan beberapa skala volume. Pada saat mengukur
volume cairan/larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan
meniskus cekung larutan.

6. Cawan petris
Alat ini berbentuk seperti gelas kimia berdinding ssangat rendah yang
terbuat dari kaca bersilikat tahan panas. Cawan petris berfungsi sebagai wadah
penyimpan bahan kimia/mikrbiologi.

7. Tabung erlenmeyer
Alat ini berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil
dengan skala sepanjang dindingnya. Alat ini berfungsi untuk menampung larutan
dan menghomogenkan beberapa larutan/bahan kimia.

8. Penjepit
Alat ini digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan atau
untuk membantu mengambil benda lain pada kondisi panas.
9. Tabung reaksi
Alat ini berupa tabung yang terbuat dari kaca bersilikat tahan panas dan
terkadang dilengkapi dengan tutup. Fungsi alat ini adalah sebagai tempat untuk
meraksikan bahan kimia dan melakukan reaksi kimia dalam skala kecil.

10. Kaca Preparat


Alat ini berfungsi sebagai media alas mikroorganisme yang akan diamati
dengah mikroskop.

11. Corong
Alat ini berfungsi untuk memindahan cairan ke dalam tempat (tabung)
dengan lubang masuk yang sempit sehingga cairan yang dipindahkan tidak
tumpah.

12. Kompor gas


Alat ini berfungsi untuk memasak atau memanaskan bahan padat maupun
cair.

13. Panci
Alat ini berfungsi sebagai wadah bahan padat/cair yang ingin
dimasak/dipanaskan dengan kompor gas.

14. Spatula
Alat ini berupa sendok panjang yang terbuat dari stainless steel/alumunium.
Alat ini digunakan untuk mengaduk cairan di dalam gelas kimia/labu erlenmeyer
dan mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan.

15. Toples
Alat ini bisa terbuat dari plastik maupun kaca dan umumnya terdiri dari 2
ukuran, yaitu besar dan kecil. Fungsi alat ini adalah untuk menyimpan bahan padat
maupun cair.

16. Timbangan
Alat ini berfungsi untuk mengukur massa suatu benda padat maupun cair.
17. Pembakar spiritus
Alat ini digunakan untuk memanaskan benda padat maupun cair.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, praktikan sudah mengenal
alat-alat praktikum yang terdapat di dalam laboratorium penyakit hutan. Setiap alat
memiliki bentuk, fungsi dan cara pemakaian yang berbeda. Alat-alat tersebut
digunakan untuk pengukuran dan pengamatan praktikum penyakit hutan, baik
secara fisis, kimia maupun biologis.

Anda mungkin juga menyukai