Anda di halaman 1dari 10

III.

HUJAN (PRECIPITATION)

3.1 Umum
Dari daur (siklus) hidrologi terlihat bahwa air yang berada di bumi baik langsung
maupun tidak langsung berasal dari air hujan (precipitation). Dengan demikian untuk
menyelesaikan masalah dalam hidrologi, besaran dan sifat hujan penting untuk
dipahami oleh hidrologis.

3.2 Bentuk hujan


Ada beberapa macam bentuk presipitasi/hujan sbb :

drizzle ( 0,05 mm ; i <1mm/jam)


rainfall (hujan, > 0,5 mm; I > 1mm/jam)
hail (hujan es, 5mm 125 mm)
snow (salju)
sleet (campuran salju dan hujan)
3.3 Diskripsi kuantitatif hujan

Lama hujan:

lama hujan tipikal biasanya diukur dalam jam,


untuk DAS kecil mungkin dalam menit, sedang untuk DAS besar dapat dalam
hari
Lama hujan 1 , 2, 3, . . ., 24 jam dapat digunakan dalam analisis hidrologi
perancangan.

Kedalaman hujan dan lama hujan

bervariasi tergantung iklim, lokasi, waktu dll.

Intensitas hujan adalah kedalaman hujan (d) per satuan waktu (t)

Frekuensi hujan (f) adaiah waktu rerata antara 2 (dua) kejadian hujan untuk
kedalaman dan lama hujan yang sama:
misal d = 100 mm, t = 6 jam, setiap 50 tahun
f = 1/50 = 0.02

Kala ulang (T) = 1/f


3.4 Variabilitas hujan

Temporally
Temporal rainfall distribution : variasi kedalaman hujan untuk kurun waktu
kejadian hujan
Bentuk terputus (discrete) : hyetograph

Spatially
Spatial rainfall distribution, peta isohyets

Seasonally
contoh beberapa kedalaman hujan (Soemarto, 1987)
Cherrapoongee (India) : 10 000 mm/tahun
Lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah : 4 000 mm/tahun
Malang, Jawa Timur : 3 000 mm/tahun
Singapura : 2300mm/tahun
Belanda : 750 mm/tahun
Teheran (Iran) : 220 mm/tahun
3.5 Pengukuran hujan

penakar hujan biasa (manual raingauge)


penakar hujan otomatik (automatic raingauge)
ditempatkan sesuai dengan aturan WMO

Hasil pengukuran hujan:

penakar hujan biasa : biasanya berupa data harian, misal dicatat setiap jam
07.00
penakar hujan otomatik: dengan interval waktu yang lebih pendek, misal menit.

hasil tersebut merupakan hujan di stasiun penakar hujan (hujan titik)

3.6 Analisis hujan

3.6.1 Hujan DAS

Beberapa metoda yang bisa digunakan untuk memperkirakan hujan DAS:


Aritmatik / rerata aljabar
poligon Thiessen
isohyets
reciprocal square distance method
Arimatik
paling sederhana
akan memberikan hasil yang teliti bila:
stasiun hujan tersebar merata di DAS yang ditinjau
variasi kedalaman hujan antar stasiun relatif kecil

Poligon Thiessen
relatif lebih teliti
kurang fleksibel
tidak memperhitungkan faktor topografi
objektif

Dengan :
n : jumlah stasiun
Pi : kedalaman hujan di stasiun I
i : bobot stasiun I = Ai / Atotal
Ai : luas daerah pengaruh sta I
Atotal : luas total
Isohyet
Flexible
perlu kerapatan jaringan yang cukup untuk membuat peta isohyets yang akurat
subjektif

3.6.2 Kualitas data

Pengisian data hilang:

Dalam praktek di lapangan sering dijumpai rangkaian data yang tidak lengkap
karena:
kerusakan alat
kelalaian petugas

Untuk mengatasi hal tersebut dapat diisi dengan cara yang ada misal:

a. Normal Ratio Method

dengan
n : banyaknya stasiun hujan di sekitar stasiun X
Px : kedalaman hujan yang diperkirakan di stasiun X
Pi : kedalaman hujan di stasiun i
Anx : hujan rerata (normal) tahunan di stasiun X
Ani : hujan rerata di stasiun i
b. Reciprocal Square Distance Method

Dengan :
n : banyaknya stasiun hujan
dxi : jarak stasiun X ke stasiun i
Px : kedalaman hujan yang diperkirakan di stasiun X
Pi : kedalaman hujan di stasiun i

Ketidak panggahan data (inconsistensy)


Data yang diperoleh dari stasiun penakar hujan terkadang tidak
panggah karena mungkin:
o alat digantti dengan spesifikasi yang lain
o lokasi dipindahkan
o perubahan lingkungan yang mendadak

Cara pengujian dapat dilakukan dengan double mass analysis

3.7 Hujan rancangan

Hujan rancangan (design rainfall) merupakan suatu pola hujan yang digunakan
dalam rancangan hidrologi.
Hujan rancangan digunakan sebagai masukan (input) suatu model hidrologi untuk
menentukan debit rancangan dengan menggunakan model hujan-aliran. Pemilihan
pola hujan rancangan akan tergantung dari model hujan-aliran tang akan digunakan.

Hujan rancangan dapat berupa:


hujan titik, misal pada metoda Rational untuk perancangan sistem drainasi:

hyetograph, misal pada model hujan-aliran untuk design bangunan pelimpah


suatu bendungan dengan menggunakan metoda hidrograf satuan.

Hujan rancangan dapat diperkirakan berdasarkan hujan di suatu stasiun hujan ataupun
berdasarkan karakteristik hujan di DAS yang ditinjau.

3.7.1 Analisis hujan rancangan

hujan titik
dengan menggunakan rangkaian data hujan maksimum tahunan untuk lama
hujan tertentu (analisis statistic, analisis frekuensi)

hujan DAS
berdasarkan hasil analisis hujan titik dengan mengguankan kurva hubungan
antara kedalaman hujan titik dengan luas DAS (depth area duration cutve)
Kurva intensitas-lama hujan-frekuensi (IDF curve)

Misalnya digunakan untuk menentukan hujan rancangan untuk perancangan


saluran drainasi, yang meliputi intensitas, lama hujan dan frekuensi (kala ulang)

Design hyetographs
dengan analisis kejadian hujan otomatik, pola tipikal hujan dapat ditentukan
dengan grafik hubungan antara waktu dan kedalaman hujan (profil hujan)

apabila data hujan otomatik tidak tersedia, dapat digunakan beberapa rumus
empiris seperti rumus Mononobe:

dengan:
: intensitas hujan pada durasi t dengan kala ulang T tahun (mm/jam)

: intensitas hujan harian maksimum pada T yang ditinjau (mm/han)


t : durasi hujan (jam)
n : konstanta
Pola distribusi hujan
ditentukan berdasarkan data hujan otomatik atau dapat juga dilakukan dengan
menggunakan model distribusi hujan tertentu misal:
uniform
segitiga
bell shape
alternating block method (Chow et.al., 1988)

3.8 Sumber data

Data hujan dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti:


Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
Dinas Pengairan, Departemen PU
Puslitbang Pengairan, Departemen PU
Studi tentang keairan,
dll.

Anda mungkin juga menyukai