Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003

(2007) dinyatakan bahwa, definisi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dibutuhkan untuk

membekali masyarakat dalam menghadapi tantangan zaman yang sedemikian

kompleksnya. Salah satu bentuk nyata dari upaya pemerintah dalam mewujudkan visi

misi dari pendidikan Indonesia adalah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa medatang adalah

pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang

bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problem kehidupan yang

dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi murni maupun potensi kompetensi

peserta didik. Konsep pendidikan tersebut semakin penting ketika seseorang harus

memasuki kehidupan dimasyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus

mampu mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di sekolah untuk menghadapi

problem yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan

datang.
2

Mengacu pada konsep tersebut, idealnya pendidikan harus mempersiapkan

para peserta didik bukan hanya untuk kehidupan di masa kini, tetapi sudah

seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan.

Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan di

hadapi peserta didik di masa yang akan datang. Menurut Buchori dalam Trianto

(2010: 5), bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya

mempersiapkan para Peserta didiknya untuk sesuatu profesi dan jabatan, tetapi untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa

ini adalah rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini ditimbulkan dari banyak faktor

dari peserta didik, baik faktor eksternal maupun internal. Capaian ini tentunya

merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak

menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya

belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran ini masih

memberikan dominasi terhadap guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik

untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.

Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap

rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan di dominasinya proses

pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-

centered sehingga Peserta didik menjadi pasif. Meskipun demikian, guru lebih suka

menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup

menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Banyak
3

program inovatif yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu

pendidikan. Program tersebut antara lain memperbaiki pola hubungan sekolah dengan

lingkungannya dan pemerintah, pola pengembangan perencanaan dan perangkat

pembelajaran, pemberdayaan guru, dan restrukturisasi model-model pembelajaran.

Dari aspek pembaharuan kurikulum, tidak cukup hanya dengan perubahan struktur

dan prosedur perumusannya, tetapi lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan

implementasi dan praktik pembelajaran di dalam maupun diluar kelas.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, pendidik (guru) selain dituntut menguasai

bahan atau materi ajar, perlu pula mengetahui cara penyampaian materi dan

karakteristik peserta didik yang menerima materi pelajara. kegagalan pendidik dalam

menyampaikan materi ajar bukan hanya karena ia kurang menguasai bahan, tetapi

juga karena ia tidak merancang dan tidak mengetahui cara menyampaikan materi

pelajaran tersebut dengan baik dan tepat.

Kegagalan yang terjadi pada peserta didik dalam belajar akan berimplikasi

pada perkembangannya dimasa depan. Menurut Piaget dalam Syamsul Bachri

(2013:23) bahwa perkembangan adalah suatu proses perubahan sebagai hasil dari

proses pembelajaran yang merupakan kombinasi atau interaksi dari pembelajaran,

pengalaman dan kematangan. Jadi guru sangat berperan besar dalam menentukan

arah perkembangan peserta didiknya, olehnya itu diharapkan guru dapat menyajikan

materi pembelajaran dengan baik dan benar serta mudah untuk dicerna oleh peserta

didik.
4

Melalui kegiatan proses pembelajaran peserta didik dapat meningkatkan

pemahaman dalam memecahkan masalah sehari-hari. Kegiatan belajar merupakan

kegiatan aktif peserta didik untuk membangun makna atau pemahaman terhadap

suatu objek atau suatu peristiwa. Sedangkan, kegiatan mengajar merupakan upaya

kegiatan menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung

jawab pada peserta didik untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam

membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat. Gagasan dan

pengetahuan ini akan membentuk keterampilan, sikap, dan perilaku sehari-hari

sehingga peserta didik akan berkompeten dalam bidang yang dipelajarinya. Kegiatan

belajar dan mengajar inilah yang disebut orang sebagai pembelajaran (Depdiknas,

2003: 10).

Dalam membantu guru melaksanakan tugas dan fungsinya dalam

menyampaikan pesan-pesan terhadap peserta didik dibantu oleh alat bantu belajar

Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu

peserta didik melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih

efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat, maka pelajaran akan lebih menarik,

menjadi konkrit, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar lebih

bermakna. Alat bantu belajar disebut juga alat peraga atau media belajar, misalnya

dalam bentuk bahan tercetak, alat-alat yang dapat dilihat, alat yang dapat didengar

(media audio), dan alat-alat yang dapat didengar dan dilihat (audio visual aids), serta

sumbersumber masyarakat yang dapat dialami secara langsung (Hamalik dalam

Mappasoro, 2012).
5

Media pembelajaran adalah sarana yang dapat di desain untuk mempengaruhi

pikiran, perasaan, perhatian dan sikap peserta didik, sehingga mempermudah

terjadinya proses pembelajaran. Pikiran, perasaan, perhatian dan sikap peserta didik

dalam pembelajaran dapat di stimulasi dengan menggunakan media pembelajaran.

Pemanfaatan media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan efektivitas

pembelajaran.

Dari hasil penelitian penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan

oleh Muhammad Sutrisno tentang Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pkn Melalui

Model Kooperatif Tipe TGT Dengan Menggunakan Media Audiovisual Pada Siswa

Kelas III SDN Mangkangkulon 02 Semarang menemukan dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa, keterampilan guru siklus I memperoleh Skor 30 dengan

kategori baik, siklus II Memperoleh skor 32 Dengan kategori baik, dan siklus III

memperoleh skor 40 dengan kategori sangat baik. Jumlah skor rata-rata aktivitas

siswa siklus I mendapatkan 29,32 dengan kategori baik, siklus II mendapatkan 32,39

dengan kategori baik, dan siklus III mendapatkan 34,73 dengan kategori sangat baik.

Ketuntasan klasikal siklus I sebesar 68,29%, siklus II sebesar 78,05%, dan siklus III

sebesar 85,37%. Simpulan dari penelitian ini yaitu, melalui model kooperatif tipe

TGT dengan menggunakan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran PKn. Berdasarkan Hasil penelitian disarankan bahwa, pada proses

pembelajaran guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

serta melibatkan aktivitas seluruh siswa.


6

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ni Gst. A. Md. Armita Jayanti

dengan judulpengaruh penerapan model pembelajaran assure berbantuan media

audiovisual terhadap hasil belajar pkn siswa kelas v sd gugus iv kediri, tabanan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan

yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang

dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ASSURE berbantuan

mediaaudiovisualdengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional

berbantuan media audiovisual pada siswa Kelas V Semester 1 SD Gugus IV Kediri,

Tabanan Tahun Ajaran 2013/2014. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa model

pembelajaran ASSURE berbantuan media audiovisual berpengaruh terhadap hasil

belajar PKn siswa kelas V semester 1 SD Gugus IV Kediri, Tabanan tahun ajaran

2013/2014.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran

kepada guru, sekolah, dan peneliti lain. Agar hasil belajar PKn siswa optimal dalam

pembelajaran, guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran ASSURE

berbantuan media audiovisual sebagai alternatif dalam membelajarkan siswa di kelas.

Sedangkan untuk menunjang proses pembelajaran agar siswa bisa lebih termotivasi

untuk belajar pihak sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang

maksimal. Sementara untuk mengetahui kemungkinan hasil yang berbeda pada pokok

bahasan lainnya, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

yang sejenis pada pokok bahasan yang lain.


7

Efektifitas dari media pembelajaran dapat diartikan sejauh mana hal-hal yang

direncanakan dapat terlaksana. Hasil menunjukan presentase yang besar atau tidak

jauh dari perencanan, dapat dikatakan bahwa hal tersebut cukup efekif dan sebaliknya

apabila hasilnya jauh dari perencanaan yang ada maka dapat dikatakan hal tersebut

tidak efektif (Henyat dalam Maharuddin, 2010). Dengan digunakannya media

pembelajaran, maka diharapkan peserta didik akan mudah dalam menyerap mata

pelajaran yang dipelajari, sehingga akan mencapai tujuan pendidikan yang

diharapkan.

Dalam penggunaan media pembelajaran perlu diadakan analisis terlebih

dahulu tehadap kebutuhan belajar Peserta didik, hal ini karen terkadang media yang

disajikan oleh guru berbenturan dengan tujuan bahan materi ajar yang ingin dicapai

sehingga keberhasilan tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Guru perlu

merumuskan butir-butir tujuan instruksional dari kurikulum sehingga dapat

mengidentifikasi dan menganalisis media yang cocok dengan tujuan tersebut. setelah

menganalisis media yang cocok kemudian melangkah kepada bagaimana proses

penyajiannya dalam kegiatan proses pembelajaran, serta evaluasi dan tindak lanjut

dari hasil belajar oleh media tersebut. Guru sering kali lupa dengan hal-hal yang

demikian tadi, sehingga proses pembelajaran hanya terpusan kepada guru sebagai

penyaji materi. Oleh karena itu masih banyak hal yang perlu diperbaiki.

Berdasarkan pertimbangan dan latar belakang di atas, maka penulis

menganggap perlu melakukan penelitian utamanya mengenai kontribusi media


8

pembelajaran pada mata pelajaran PKn di SMAN 1 Pangkajene Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kontribusi media

pembelajaran pada mata pelajaran PKn di SMAN 1 Pangkajene Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan, yang meliputi:

1. Bagaimana kontribusi media pembelajaran PKn yang dirancang oleh guru pada

SMAN 1 Pangkajene Kabupaten Pangkajene?

2. Bagaimana proses penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran PKn di

SMAN 1 Pangkajene Kabupaten Pangkajene?

3. Bagaimana kontribusi penggunaan media dalam meningkatkan prestasi belajar

pada mata pelajaran PKn di SMAN 1 Pangkajene Kabupaten Pangkajene?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penelitian ini bertujuan

untuk mendapatkan gambaran kontribusi media pembelajaran pada mata pelajaran

PKn di SMAN 1 Pangkajene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, yang meliputi:

1. Mengetahui kontribusi media pembelajaran PKn yang dirancang oleh guru pada

SMAN 1 Pangkajene Kabupaten Pangkep!


9

2. Mengetahui proses penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran PKn di

SMAN 1 Pangkajene Kabupaten Pangkep!

3. Mengetahui kontribusi penggunaan media dalam meningkatkan prestasi belajar

pada mata pelajaran PKn di SMAN 1 Pangkajene Kabupaten Pangkep!

D. Manfaat Penelitian

Manfaat pelaksanaan penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan penulis yang berkaitan dengan kontribusi media

pembelajaran pada mata pelajaran PKn di SMAN 1 Pangkajene Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan;

2. Bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkep khususnya Dinas

Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dalam membuat kebijakan yang berkaitan

dengan kontribusi media pembelajaran pada mata pelajaran PKn di SMAN 1

Pangkajene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan;

3. Bahan masukan bagi pihak sekolah dalam meningkatkan kinerja terkait

penyusunan perangkat pembelajaran bagi peserta didik dalam mencapai tujuan

pembelajaran.

Bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang lebih khusus dalam pengkajian

kontribusi media pembelajaran pada mata pelajaran PKn di SMAN 1 Pangkajene

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Anda mungkin juga menyukai