Anda di halaman 1dari 28

PENGANTAR

HUKUM PAJAK

Mengapa diperlukan kesadaran


membayar pajak
Sekitar 70% APBN disumbang dari sektor
pajak
APBN masih mengandalkan penerimaan
dari pajak
Adanya upaya sistematis pemerintah untuk
meningkatkan penerimaan dari sektor pajak
melalui:
Ekstensifikasi pajak
Intensifikasi pajak

1
PENGERTIAN HUKUM PAJAK
(HUKUM FISKAL)

KESELURUHAN DARI PERATURAN-


PERATURAN YANG MELIPUTI
WEWENANG PEMERINTAH UNTUK
MENGAMBIL KEKAYAAN SESEORANG
DAN MENYERAHKAN KEMBALI KE
MASYARAKAT MELALUI KAS NEGARA

PENGERTIAN PAJAK

Prof.Dr.Rochmat Soemitro SH

Iuran rakyat kepada kas negara


berdasarkan UU (dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat kontraprestasi
yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.

2
PENGERTIAN PAJAK
Prof.Dr.P.J.A.Adriani

Iuran kepada negara (dapat dipaksakan)


yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan dengan tidak mendapat
prestasi kembali yg langsung dpt ditunjuk
dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan

UNSUR-UNSUR DALAM
PENGERTIAN PAJAK
DIPUNGUT BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG
DAPAT DIPAKSAKAN
TDK DPT DITUNJUKKAN ADANYA
KONTAPRESTASI SCR LANGSUNG OLEH
PEMERINTAH
DIPUNGUT OLEH NEGARA
(PUSAT/DAERAH)
DIPERUNTUKKAN BAGI PENGELUARAN-
PENGELUARAN PEMERINTAH (JIKA
SURPLUS DIGUNAKAN UNTUK PUBLIC
INVESMENT)

3
FUNGSI PAJAK

BUDGETAIR
REGULER
REDISTRIBUSI
DEMOKRASI

PERBEDAAN PAJAK
RETRIBUSI

MENDAPAT
KONTRAPRESTASI
SECARA
LANGSUNG

4
PERBEDAAN PAJAK
SUMBANGAN

YANG
MENDAPATKAN
MANFAAT
ADALAH
PENERIMA
SUMBANGAN

KEDUDUKAN HUKUM
PAJAK
Hukum Perdata Hukum Pidana

Mencari dasar Adanya sanksi atas


kemungkinan kealpaan dan
pemungutan atas kesengajaan terhadap
kejadian,keadaan dan WP yang melanggar
perbuatan hukum yang peraturan
bergerak dalam
lingkungan perdata

5
PERLAWANAN TERHADAP
PAJAK

PASIF AKTIF

STRUKTUR
TAX AVOIDANCE
EKONOMI
SISTEM TAX EVASION
PEMUNGUTAN MELALAIKAN
MORAL DAN
INTELEKTUAL
PENDUDUK

ASAS DAN DASAR


PEMUNGUTAN PAJAK

EQUALITY
Pajak bersifat final adil dan merata
CERTAINTY
Penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang
CONVINIENCE
Pajak dikenakan saat tidak menyulitkan WP ( Pay as
you earn)
ECONOMY
Biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban minimal

6
DASAR DAN TEORI
PEMUNGUTAN PAJAK

TEORI ASURANSI
Pembayaran pajak disamakan dengan
pembayaran premi.Masyarakat seakan
mempertanggungjawabkan keselamatan dan
keamanan jiwanya kepada negara.

TEPATKAH INI?

7
TEORI KEPENTINGAN
NEGARA MELINDUNGI
KEPENTINGAN HARTA DAN JIWA
WARGA NEGARA DENGAN
MEMPERHATIKAN BEBAN YANG
HARUS DIPUNGUT DARI
MASYARAKAT

TEORI GAYA PIKUL


TIAP ORANG
DIKENAKAN PAJAK
DGN BOBOT SAMA
(ADIL) SESUAI
GAYA PIKUL
DENGAN UKURAN
BESARNYA
PENGHASILAN
DAN
PENGELUARAN
SESEORANG

8
TEORI BAKTI
DISEBUT JUGA
TEORI KEWAJIBAN
PAJAK MUTLAK.
PAJAK SEBAGAI
BUKTI TANDA
BAKTI
MASYARAKAT KE
NEGARA

TEORI GAYA BELI


PAJAK UNTUK
MEMELIHARA
MASYARAKAT
PAJAK
DITEKANKAN
UNTUK FUNGSI
MENGATUR

9
PEMBAGIAN HUKUM
PAJAK
HUKUM PAJAK HUKUM PAJAK
MATERIAL FORMAL

mengatur tentang obyek


pajak, subyek pajak, tata cara untuk
besar pajak yang mewujudkan
dikenakan timbul dan
hapusnya utang pajak hukum material
dan hubungan hukum menjadi kenyataan
antara pemerintah dan
WP
UU KUP, UU PPSP,
UU PPh dan UU PPN UU Pengadilan Pajak

JENIS-JENIS PAJAK

10
PAJAK PENGHASILAN
(PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH)

.
Pengenaan pajak di Indonesia

Negara Daerah

PPH : UU. No. 7 Th. 1984 Dasar hukum Pajak Daerah & Retribusi:
diubah UU. No. 17 Th 2000 UU No. 18 Th. 1997
diubah UU. No. 34 Th. 2000

PPN dan PPnBM: UU. No. 8 Th. 1983


diubah UU. No. 18 Th. 2000

Bea Meterai: UU. No. 13 Th. 1985

PBB: UU. No. 12 Th. 1985


diubah UU. No. 12 Th 1994

BPHTB: UU. No. 21 Th. 1997


diubah UU. No. 20 Th. 2000

JENIS-JENIS PAJAK
Pajak Penghasilan
Pajak Pertambahan Nilai & PPn BM
PAJAK PUSAT Bea Meterai
Pajak Bumi dan Bangunan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan

PAJAK Bea Balik Nama


PROPINSI Pajak Kendaraan
PAJAK DAERAH

PAJAK Pajak Hotel & Restoran


KABUPATEN Pajak Hiburan
Pajak Radio

11
MENURUT SIFATNYA
PAJAK LANGSUNG PAJAK TIDAK
LANGSUNG
PEMBEBANANNYA
TIDAK DAPAT PEMBEBANANYA
DAPAT
DILIMPAHKAN KPD DILIMPAHKAN
PIHAK LAIN KEPADA PIHAK
LAIN
PPh
PPN

MENURUT SASARAN/
OBYEKNYA

PAJAK SUBYEKTIF PAJAK OBYEKTIF

BERDASARKAN BERDASARKAN
SUBYEK BARU OBYEK BARU
DICARI
DICARI OBYEKNYA SUBYEKNYA

PPh PPN, PPnBM

12
MENURUT
PEMUNGUTANNYA

PAJAK PUSAT PAJAK DAERAH

PPh,PPN PPnBM, Pajak Reklame,


PBB, Bea Materai Pajak Hiburan,
Pajak Rumah
Makan/Restoran
dan Hotel

CARA(STELSEL)
PEMUNGUTAN PAJAK

RIIL STELSEL
FICTIVE STELSEL
CAMPURAN

13
SISTEM PEMUNGUTAN
PAJAK

1.OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM


2.SELF ASSSESSMENT SYSTEM
3.WITH HOLDING SYSTEM

TARIF PAJAK

PRESENTASE TARIF STRUKTUR TARIF

1. MARGINAL 1. PROPORSIONAL
2. EFEKTIF 2. PROGRESIF
3. DEGRESIF
4. TETAP
5. ADVALOREM
6. SPESIFIK

14
Tarif Pajak:
Proposional/Sebanding

Dasar Pengenaan Tarif Pajak Pajak Terhutang

50.000.000 10% 5.000.000

55.000.000 10% 5.500.000

60.000.000 10% 6.000.000

65.000.000 10% 6.500.000

Tarif Pajak: Tarif Tetap

Dasar Pengenaan Tarif Pajak

50.000.000 1.000.000

55.000.000 1.000.000

60.000.000 1.000.000

65.000.000 1.000.000

15
Tarif Pajak: Progresif

Dasar Pengenaan Tarif Pajak Pajak Terhutang

50.000.000 10% 5.000.000

55.000.000 11% 6.050.000

60.000.000 12% 7.200.000

65.000.000 13% 8.450.000

YURISDIKSI
PEMUNGUTAN PAJAK

ASAS TEMPAT
TINGGAL
ASAS
KEBANGSAAN
ASAS SUMBER

16
10. Utang Pajak (UP)
Utang pajak (Rochmat Sumitro), yi utang yg
timbulnya secara khusus karena negara
(kreditor) terikat dan tidak dpt memilih secara
bebas siapa yg akan dijadikan debiturnya,
seprti halnya dlm hukum perdata. Hal ini
terjadi sebab utang pajak lahir krn uu.
Ditinjau dari segi hk, pajak mrpk sebuah
perikatan, namun perikatan pajak beda dengan
periktan perdata.
Perikatan perdata bisa krn pjj & UU, sdg pada
pajak perikatan terjadi krn uu saja.

10. Utang Pajak (UP)


Perikatan perdata krn UU, dibedakan menjdi
dua, yi timbul dari uu saja dan dari uu sbg
akibat perbuatan orang. Demikian juga dalam
utang pajak.
Sifat utang pajak, adl dapat dipaksakan
pelunasannya, misalnya penyitaan yang
dilanjutkan dengan lelang umum dan paksaan
badan (penyadraan/gijzeling).
Timbulnya utang pajak dpt disebabkan oleh
adanya ketetapan UU dan adanya penetapan
oleh fiskus.

17
10. Utang Pajak (UP)
A. Menurut ajaran material utang pajak timbul pada saat
ditentukan oleh uu yg sekaligus dipenuhi syarat subyek
dan obyek.
Ajaran ini diikuti Indonesia setelah Tax Reform:
Penjelasan KUP, Tugas adm perpajakan tidak lagi
seperti masa lampau, dimana adm perpajakan meletakan
kegiatan pada tugas menetapkan SP guna menentukan
pajak terutang
Ps 12 UU 16/2000, setiap wajib pajak membayar pajak
yg terutang berdasarkan ketentuan peraturan per-uu-an
perpajakan dg tidak menggantungkan pada adanya
SKP.

10. Utang Pajak (UP)


B. Menurut ajaran formal timbulnya utang pajak krn
adanya perbuatan fiskus, yi diterbitkannya surat
ketetapan pajak.
Urgensi timbulya utang pajak:
1) Pembayaran/penagihan
2) Pemasukan surat keberatan
3) Penentuan bermula/berakhir daluwarsa
4) Penerbitan SKP dan SKPT
Berakhirnya utang pajak.
1) Pembayaran
2) Kompensasi
3) Daluwarsa
4) Pembebasan
5) Penghapusan

18
Ketentuan Pidana
(Pasal 38 UU No 16 Tahun 2000)
Kesalahan Disengaja
Tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan NPWP;
atau
Tidak menyampaikan SPT; atau
Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap; atau
Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau
Menolak memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau
dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah
benar; atau

Subyek Pajak (SP)


A. SP PPh adl: orang pribadi; warisan yang belum
terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang
berhak; badan; dan bentuk usaha tetap.
SP PPh terdiri dari SP dalam negeri dan SP luar
negeri.
SP DN, 1) orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
atau yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia; 2) badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia; 3) warisan
yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.

19
Subyek Pajak (SP)
SP LN, orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bln, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia;

SP LN orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di


Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bln, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Subyek Pajak (SP)


SP DN dikenakan PPh baik penghsilan yang
diperoleh dari Indonesia maupun dari luar
negeri, sesuai asas domisili.
SP LN dikenakan PPh hanya atas penghasilan
yg berasal dari sumber penghasilan di
Indonesia, sesuai asas sumber.
Jadi SP PPh adalah semua orang atau badan yg
berpenghasilan di Indonesia baik selaku
WNI/WNA dan juga WNI yg menerima
penghasilan di LN baik secara
perorangan/badan.

20
Subyek Pajak (SP)
Yg termasuk perorangan/orang pribadi sbg SP:
1) Pegawai pada umumnya, yi orang yg melakukan
pekerjaan atas dasar suatu perjjn/kesepakatan
kerja, termasuk PNS, BUMN/BUMD.
2) Pegawai tetap, orang yg bekerja pd pemberi kerja
yg menerima gaji secara berkala dlm jumlah ttt,
termasuk anggota dewan komisaris, anggota
komisaris, anggota dewan pengawas, yg secara
teratur ikut mengelola perusahaan,
3) Pegawai lepas, penerima pensiun, honorarium dan
upah.

Subyek Pajak (SP)


BUT adl bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia, yang dapat berupa:

1) tempat kedudukan manajemen;


2) cabang perusahaan;
3) kantor perwakilan;
4) gedung kantor;
5) pabrik;
6) bengkel;

21
Subyek Pajak (SP)
8) pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja
pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan;
9) perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau
kehutanan;
10) proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
11) pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh
orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
12) orang atau badan yang bertindak selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas;
13) agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
menerima premi asuransi atau menanggung risiko di
Indonesia.

Subyek Pajak (SP)


Bermula dan berakhirnya SP PPh:
1) Orang pribadi dilahirkan, berada atau berniat
tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat
meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia
selama-lamanya.
2) Badan didirikan atau berkedudukan di Indonesia
dan berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi
berkedudukan di Indonesia.
3) Timbulnya warisan dan berakhir pada saat warisan
tersebut selesai dibagi.

22
Subyek Pajak (SP)
B. SP PPN adl Pengusaha Kena Pajak, yi Pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPn, dan
Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak.

PKP meliputi: pabrikan/produsen, pengusaha real


estate/industrial estate/developer, importir, identor,
pengusaha yg punya hub. Istimewa dg pabrikan/importir,
agen utama dan penyalur utama dari pabrikan,/importir,
pemegang hak paten & merek dagang,
pemborong/kontraktor/subkontraktor bangunan dan harta
tetap lainnya.

Pengusaha kecil yg memilih menjadi PKP, yi eksportir dan


pedagang yg menjual barang kena pajak kepada PKP.

7. Subyek Pajak (SP)


C. SP PBB, orang/badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi & atau
memperoleh manfaat atas bumi dan atau memiliki,
menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas
bangunan, antara lain pemilik, penghuni,
pengontrak, penggarap, pemakai, dan penyewa.

C. SP BUMN/BUMD, BUMN dlm bentuk apapun


(Perum, Persero, Perjan) merupakan SP PPh
walaupun seluruh/sebagian modal milik negara.
Begitu juga BUMD termasuk Bank Pembangunan
Daerah.

23
7. Subyek Pajak (SP)
Subyek yayasan, yayasan merupakan subyek PPh
sekaligus sbagai wajib pajak sejak saat didirikan
secara sah dihadapan notaris.
Subyek pajak wajib pajak
SP adl orang/badan yg memenuhi syarat-syarat
subyektif. SP baru menjadi WP kalau ia sekaligus
memenuhi syarat obyektif, yaitu:
SP berkaitan dg PPh , mis. Ia punya pnghasilan
dari gaji yg besarnya di atas PTKP, atau
SP berkaitan dg PBB, mis, ia punya tanah dan
bangunan yang nilai jualnya diatas NJOPTKP.
Jadi SP baru merupakan sesuatu yg potensial ,
belum punya kewajiban perpajakan.

8. Obyek Pajak (OP)


OP adalah keadaan2, peristiwa2, atau perbuatan2
Tatbestand apa saja yang selayaknya dapat dikenakan
pajak.
1) Keadaan, ex. Kekayaan seseorang pada suatu saat ttt,
memiliki kendaraan bermotor, radio, telivisi, memiliki
tanah atau barang tak bergerak, menempati rumah ttt.
2) Perbuatan, ex. Melakukan penyerahan barang karena pjj,
mendirikan rumah/ gedung, mengadakan pertunujukan/
tontonan/hibura, memperoleh penghasilan, bepergian ke
LN.
3) Peristiwa, ex. Kematian, keuntungan tak terduga

24
8. Obyek Pajak (OP)
A. OP PPh adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, termasuk:

1. Penggantian/imbalan berkenaan dengan pekerjaan/jasa


yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam UU ini;
2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
3. laba usaha;

8. Obyek Pajak (OP)


4. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya;
5. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang;
6. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
7. royalti;
8. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
9. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
10. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah;
11. keuntungan krn selisih kurs mata uang asing;

25
8. Obyek Pajak (OP)

12. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;


13. premi asuransi;
14. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan
dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
15. tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak.
16. keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta termasuk:
a) keuntungan karena pengalihan harta kepada
perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal;

8. Obyek Pajak (OP)


b) keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan
badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu, atau anggota;
c) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
d) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan
sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

26
8. Obyek Pajak (OP)

OP PPh yg lain, yi atas penghasilan berupa


bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya,
penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas
lainnya di bursa efek, penghasilan dari
pengalihan harta berupa tanah dan atau
bangunan serta penghasilan tertentu lainnya,
pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

8. Obyek Pajak (OP)

B. OP Pajak Pertambahan Nilai terdir atas:


1. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh Pengusaha;
2. impor Barang Kena Pajak;
3. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh Pengusaha;
4. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
5. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean; atau
6. ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

27
8. Obyek Pajak (OP)
C. OP PBB, adl bumi dan bangunan.
1. Bumi; permukaan bumi meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah Indonesia.
2. Bangunan, konstruksi teknik yg ditanam atau
dilekatkan secara tetap pd tanah dan atau perairan,
termasuk:
a) Jl lingkungan yg terletak dlm satu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik,
b) Jln tol, kolam renang, pagar mewah, taman mewah,
dermaga/galangan kapal, tempat olah raga, tempat
penampungan minyak, air, gas, pipa gas/minyak
c) Dan fasilitas lain yg beri manfaat.

28

Anda mungkin juga menyukai