Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN ISOLASI SOSIAL (MENARIK DIRI)

Oleh :

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) CAHAYA BANGSA
BANJARMASIN
2016

A. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial (Menarik Diri)

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Perilaku isolasi sosial menarik diri merupakan suatu gangguan
hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000) Menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).
Isolasi social adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negative dan
mengancam (Twondsend, 1998).
Menurut Carpenito (2001), Menarik diri adalah suatu usaha untuk
menghindari interaksi dengan orang lain dan kemudian menghindari
berhubungan, ini merupakan pertahanan terhadap stresor dan ansietas
yang berhubungan dengan suatu stresor atau ancaman.
Terjadinya perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi
dan faktor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri.
Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya
diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan
sehari-hari hampir terabaikan.

2. Tanda dan Gejala dari Isolasi Sosial


Menurut Budi Anna Keliat (1998), tanda dan gejala Isolasi Sosial: MD
adalah sebagai berikut :
a. Apatis
b. ekspresi sedih
c. afek tumpul
d. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
e. Komunikasi kurang/tidak ada.
f. Pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
g. Tidak ada kontak mata
h. klien sering menunduk.
i. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
j. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan
k. atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
l. Tidak melakukan kegiatan sehari
m. Sering tidur, posisi tidur klien seperti posisi tidur janin.
n. Sedangkan Tanda & Gejala menurut Townsend,1998 :
o. Sedih, afek tumpul
p. Menjadi tidak komunikatif
q. Asyik dengan fikirannya sendiri
r. Meminta untuk sendirian
s. Mengekspresikan perasaan kesendirian/penolakan
t. Disfungsi interaksi dengan teman sebaya,keluarga,orang lain.

3. Rentang respons

Respon adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik Diri


Otonomi Dependesi Ketergantungan
Bekerja sama Curiga Manipulasi
Interdependen Curiga
Gambar 1. Rentang Respons Isolasi Sosial
Sumber : Townsend (1998)

Berikut ini akan dijelaskan tentang rentang respon yang terjadi pada
isolasi sosial.
Respons adaptif
Respons adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata
lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan
masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respons adaptif.
a. Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respons maladaptif
a. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
c. Manipulasi, seseorang yang menggangu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap
orang lain.

4. Faktor Predisposisi dan presipitasi


1. Faktor Prediposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku
menarik diri
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa
bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga
yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga
profisional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat
tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.
Pendekatan kolaburatif sewajarnya dapat mengurangi masalah
respon social menarik diri.
b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial
maladaptive. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung
gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat
yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit
kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku,
dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor
lain yang berkaitan dengan gangguan ini, (Stuart and sudden, 1998).
2. Faktor Persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai
stressor antara lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya
stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupanya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhanya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan
dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan
(menarik diri), (Stuart & Sundeen, 1998)

c. Stressor intelektual
1. Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain.
2. Pasien dengan kegagalan adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
3. Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain
d. Stressor fisik
1. Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
2. Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau
malu sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
(Rawlins, Heacock,1993)

5. Penatalaksanaan Medis
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofernia yang tak
tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang biasa dilakukan
adalah
1. ECT(Electro Convulsive Therapy)
ECT Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan
pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan
dibagian temporal kepala (Pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan
tujuan terapeutik. Respon bangkitan listrik diotak menyebabkan
terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.

Indikasi :
a. Depresi mayor
1. Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada
perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat
badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang menetap
2. Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan
responsif membaik pada ECT.
3. Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan
antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan
b. Maniak
Klien maniak tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau
terapi lain yang berbahaya bagi klien
c. Skizofernia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofernia kronik tetapi
bermanfaat pada skizorfenia yang sudah lama tidak kambuh
d. Psikoterapi
Membutuhkan terapi yang relatif cukup lama dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini
meliputi :
Memberikan rasa aman dan tenang, menciftakan lingkungan yang
terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi
klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal,
bersikap ramah, sopan dan jujur pada klien.
e. Terapi okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugasyang sengaja
dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan
meningkatkan harga diri seseorang

Terapi medis :
a. Clarpramazine(cpz)
warna obat orange
dosis yg diberikan 10 mg/hari
- Indikasi:
Untuk penanganan psikotik seperti skizopenia bisa menimbulkan
efek seperti ansietas dan agitasi, cegukan yang sulit di atasi. Anak
hiperaktif yang menunjukkan aktifitas motorik yang berlebihan,
masalah perilaku berat pada anak yang di kaitkan dengan perilaku
hiperaktif lagi atau menyerang mual dan muntah berat
- Mekanisme kerja:
Mekanisme kerja antipsikatik yang tepat belum di pahami
sebelumnya namun mungkin berhubungan dengan
antiodapaminergik. Antipsikotik dapat menyeliat reseptor domain
post maps pada ganglia basal, hipotalamus, sistem umbila batang
otak dan medula.
- Efek samping
Seperti sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, keletihan,
penglihatan kabur, kegelisahan, ansietas, dan depresi.
- kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit ginjal, kelainan jantung, ketergantungan
obat, penyakit ssp, gangguan kesadaran di sebabkan oleh depresi
ssp
- Manfaat
Memberikan pikiran tenang, perilaku jadi lebih adaktif.
b. Haloperidol (HPD)
warna obat pink
dosis yang diberikan 3- 5 mg/ hari
- Indikasi:
Penatalaksanaan psikopsus kronik dan akut, pengendalian TIK
dan pengucapan vokal pada gangguan jiwa. Penanggulangan
demensia pada lansia, pengendalian hiperaktivitas dan masalah
perilaku berat pada anak-anak.
- Kontra indikasi:
Penyakit hati, penyakit darah tinggi, epilepsi, kelainan jantung,
ketergantungan obat, gangguan kesadaran, penyakit sindrom saraf
pusat
- Efek samping:
Mengantuk, penglihatan kabur, mulut kering, kelemahan otot,
konstipasi.
- Manfaat:
Memberikan pikiran tenang, perilaku menjadi lebih adaftif.
c. Trihexypenidil (THP)
warna obatnya putih
dosis yang diberikan 2 mg/ hari
- Indikasi:
Segala jenis penyakit parkinson, gejala ekstra piramida, berkaitan
dengan obat-obatan psikotik.
- Kontra indikasi:
Hipersensitivitas terhadap obat inni atau pada anti polinergik lain
glaukoma sudut tertutup.
- Efek samping:
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,
agitasi, konstipasi, dilatasi ginjal, retensi urin.
- Manfaat:
Anti depresi, menetralkan dan menghilangkan efek samping
dari anti spikasi seperti mual.

6. Pohon Masalah

Risti mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Defisit perawatan diri PPS : Halusinasi

Intoleransi aktivitas Isolasi Sosial

Harga diri rendah kronis


Koping individu tidak Koping keluarga tidak efektif
efektif
Gambar 2. Pohon masalah isolasi sosial

C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Isolasi Sosial : Menarik Diri
2. Data yang perlu dikaji
No Data yang perlu dikaji Masalah Keperawatan
.
1. Data Subyektif Isolasi sosial : menarik diri
a. Pasien mengatakan saya tidak
mampu.
b. Pasien mengatakan tidak bisa.
c. Pasien mengatakan tidak tahu
apa-apa.
d. Pasien mengatakan dirinya
bodoh.
e. Pasien mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri
sendiri.
f. Pasien mengatakan tidak mau
berbicara dengan orang lain
g. Data tentang pasien biasanya
didapat dari keluargayang
mengetahui keterbatasan
pasien (suami, istri, anak, ibu,
ayah atau teman dekat)
Data Obyektif
a. Pasien tampak lebih suka
sendiri.
b. Pasien tampak bingung.
c. Pasien berkeinginan
mencederai diri/ ingin
mengakhiri hidup.
d. Pasien terlihat apatis.
e. Ekspresi wajah pasien sedih
f. Pasien sering melamun.
g. Afek pasien tumpul.
h. Pasien tampak banyak diam.
i. Komunikasi pasien kurang
atau tidak ada.
j. Kontak mata pasien kurang.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
G. N I. Perencanaan
o L. Diagnosa
F. Tgl
H. D M. Tujuan N. Krireria hasil O. Intervensi P. Rasional
Keperawatan
x
Q. 1. S. Isolasi T. SP untuk klien AE. Setelah .. 1. Tanyakan pada 1. Untuk
U. SP 1 : AF. Interaksi
Sosial : pasien tentang : mengetahui
Mengidentifikasi
klien mampu orang yang
Menarik Diri peyebab pasien
penyebab isolasi sosial
mengidentifikasi : tinggal
Berdiskusi dengan isolasi sosial
1. Penyebab isolasi
serumah/teman 2. Untuk
klien tentang
sosial dari :
sekamar memberikan
keuntungan
Diri Sendiri
pasien. motivasi
berinteraksi dengan
Orang Lain Orang yang kepada pasien
orang lain.
Lingkungan paling dekat
Berdiskusi dengan supaya dapat
2. Keuntungan dengan klien
pasien tentang berinteraksi
berhubungan dirumah atau di
kerugian tidak dengan orang
dengan orang ruang
berinteraksi dengan lain
lain, misalnya perawatan. 3. Agar pasien
orang lain.
Mengajarkan kepada Banyak teman Apa yang dapat
pasien tentang cara Tidak membuat berinteraksi
berkenalan dengan kesepian pasien dekat dengan orang
satu orang Bisa diskusi dengan orang lain.
Mengajurkan kepada
Saling tersebut.
pasien memasukkan Orang yang
menolong.
kegiatan berbincang- tidak dekat
3. Kerugian isolasi
berbincang dengan dengan pasien
sosial misalnya :
orang lain dalam Sendiri di rumah atau
Kesepian
kegiatan harian. di ruang
Tidak bisa
V.
diskusi perawatan.
W. SP 2 : Apa yang
4. Dapat berkenalan
Mengevaluasi jadwal membuat
dengan satu
kegiatan harian pasien. pasien tidak
orang
Memberikan
5. Dapat dekat dengan
kesempatan kepada
memasukkan orang tersebut.
pasien mempraktikan Upaya yang
kegiatan
cara berkenalan sudah
berbincang-
dengan satu orang. dilakukan agar
bincang dengan
Membantu pasien
orang lain dalam dekat dengan
memasukkan kegiatan
kegiatan harian. orang lain.
berbincang-bincang 2. Diskusikan dengan
6. Dapat
dengan orang lain pasien penyebab
Mengevaluasi
sebagai salah satu isolasi sosial atau
jadwal kegiatan
kegiatan harian. harian pasien tidak mau bergaul
X. 7. Dapat berkenalan
dengan orang lain.
Y. SP 3 : dengan satu 3. Beri pujian
Mengevaluasi jadwal orang. terhadap
8. Dapat
kegiatan harian pasien. kemampuan pasien
Memberikan memasukkan
mengungkapkan
kesempatan kepada kegiatan
perasaannya.
pasien berkenalan berbincang- 4. Tanyakan pada
dengan dua orang atau bincang dengan pasien tentang
lebih. orang lain Manfaat
Mengajurkan kepada 9. Dapat berkenalan
hubungan
pasien memasukkan dengan dua orang
sosial
dalam jadwal kegiatan atau lebih.
10. Dapat Kerugian
harian.
memasukkan menarik diri
kegiatan ke 5. Diskusikan
AA. SP untuk Keluarga
dalam kegiatan bersama pasien
AB. SP 1 :
harian. tentang manfaat
Mendiskusikan
berhubungan
masalah yang
sosial dan
dirasakan keluarga
kerugian isolasi
dalam merawat pasien
Menjelaskan sosial
6. Beri pujian
pengertian, tanda dan
terhadap
gejala isolasi sosial
kemampuan
berserta proses
pasien
terjadinya.
Menjelaskan cara-cara mengungkapkan
merawat pasien isolasi perasaanya.
7. Observasi
sosial
perilaku pasien
AC. SP 2 :
saat berhubungan
Melatih keluarga
sosial
mempraktekkan cara
8. Beri motivasi dan
merawat pasien isolasi
bantu Pasien
sosial.
untuk berkenalan
Melatih keluarga
atau
melakukan cara
berkomunikasi
merawat langsung
dengan :
kepada pasien isolasi
Perawa
sosial.
AD. SP 3 : t lain

Membantu keluarga Pasien


lain
membuat jadwal Kelom
aktivitas dirumah pok
termasuk minum obat. 9. Libatkan pasien
Menjelaskan follow up
dalam Terapi
pasien setelah pulang.
aktivitas
kelompok
sosialisasi
Diskusikan
jadwal harian
yang dapat
dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan
pasien
bersosialisasi.
Beri motivasi
pasien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
dengan jadwal
yang telah
dibuat.
10. Beri pujian
terhadap
kemampuan
pasien
memperluas
pergaulannya
melalui aktivitas
yang
dilaksanakan.
AI. DAFTAR PUSTAKA
AJ. Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa.
Jakarta. ECG

AK. Ernawati, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.

AL. Farida, Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

AM. Keliat, Budi Anna. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.


Jakarta: EGC.

AN. Nita, Fitria. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan
SP). Jakarta: Salemba Medika.

AO. Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

AP.
AQ.
AR.

AS.

Anda mungkin juga menyukai