Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

LOW BACK PAIN

Pembimbing :

dr. Ananda Setiabudi, Sp. S

Disusun oleh :

Anastasia Yunike Eka

030.10.027

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 19 DESEMBER 20 JANUARI 2016

JAKARTA
DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 2
BAB II LAPORAN KASUS........................................................................ 3
BAB III ANALISIS KASUS......................................................................... 14
BAB IV DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang atau low
back pain (LBP) dan merupakan keluhan yang sering dijumpai. Hampir 90%
penduduk negara-negara industri pernah mengalami NPB. Diperkirakan 40%
penduduk Di Indonesia berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang.
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah dan lipat pantat bawah yaitu daerah lumbal atau lumbo-
sakral dan sering disertai dengan penjalan nyeri kearah tungkai dan kaki. .1,2
Low back pain merupakan kasus yang sering muncul dengan etiologi yang
bervariasi diantaranya seperti kelainan kongenital, trauma dan gangguan mekanis,
inflamasi, neoplasma, osteoporosis degeneratif dan psikis. Nyeri pinggang/LBP dapat
menimbulkan gangguan fungsi yang selanjutnya berdampak pada menurunnya quality
of life seseorang, karena sifat nyeri yang menimbulkan keterbatasan gerak pada
seseorang dan dapat mengganggu aktifitas kesehariannya.
Salah satu yang dapat menyebabkan Low back pain yaitu, spondilolistesis.
Spondilolistesis adalah pergeseran dari salah satu korpus vertebra terhadap korpus
vertebra lain dibawahnya. Spondilolisthesis menunjukkan suatu pergeseran satu
korpus vertebra bila dibandingkan dengan vertebra yang terletak dibawahnya.
Umumnya diklasifikasikan ke dalam lima bentuk : kongenital atau displastik, isthmus,
degeneratif, traumatik, dan patologis. Spondilolisthesis mengenai 5-6% populasi pria,
dan 2-3% wanita dimana rasio pria lebih banyak dibandingan wanita. Gambaran klinis
spondilolisthesis sangat bervariasi dan bergantung pada tipe pergeseran dan usia
pasien. Gejala jarang berhubungan dengan derajat pergeseran (slippage), meskipun
sangat berkaitan dengan instabilitas segmental yang terjadi. Pasien dengan
spondilolisthesis degeneratif biasanya pada orang tua dan muncul dengan nyeri tulang
belakang (back pain), radikulopati, klaudikasio neurogenik, atau gabungan beberapa
gejala tersebut.3,4
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl Komplek Zeni AD blok A no. 8. RT/RW 04/03.
Jakarta Timur
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Kawin : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Kontrol : 1 Januari 2017
No Rekam medis : 927616

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada hari Senin, 1 Januari
2017 pukul 11.30 WIB di Poli Saraf Lantai 2 RSUD Budhi Asih.

Keluhan Utama
Nyeri pada paha kanan sejak 2 bulan SMRS.

Keluhan Tambahan
Kesemutan pada kaki kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Saraf RSUD Budhi Asih pada tanggal 1 Januari
2017 pukul 11.30 WIB dengan keluhan nyeri pada paha kanan sejak 2 bulan
SMRS.
Nyeri dirasakan menjalar dari pinggang kanan ke paha bagian
belakang sebelah kanan dan terkadang menjalar hingga ke betis dan telapak
kaki kanan. Nyeri pada paha kanan bagian belakang tersebut terkadang disertai
kesemutan pada kaki kanan pasien. Nyeri dirasakan semakin memberat 1
bulan sebelum pergi ke Poli Saraf. Nyeri yang dialami hilang timbul. Nyeri
akan timbul saat pasien berdiri terlalu lama, berjalan, maupun membungkuk,
dan mengangkat barang berat sehingga pasien mengalami kesulitan melakukan
ibadah. Pasien mengaku, nyeri yang timbul bisa menjalar hingga ke telapak
kaki pasien dan disertai kesemutan. Pasien mengaku tidak pernah mengalami
hal seperti ini sebelumnya. Sebelum dilakukannya proses terapi pengobatan,
pasien mengatakan terdapat keterbatasan gerak terutama saat mengangkat
kaki, selain itu posisi duduk lama dan perubahan posisi menyebabkan nyeri
timbul kembali. Pasien mengatakan bahwa baru pertama kali berobat untuk
mengobati nyeri pinggang, selama 2 bulan terakir pasien hanya pergi ke
tukang urut untuk menghilangkan nyerinya. Namun nyeri tidak berkurang
namun bertambah berat.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat trauma pada punggung (-), riwayat jatuh (-), riwayat hipertensi dan
diabetes mellitus disangkal, riwayat penyakit jantung (-) dan riwayat penyakit
ginjal (+). Pasien pernah menjalani operasi pengangkatan ginjal kanan
(nefrektomi) pada tanggal 24 April 2009 di Rumah Sakit Angkatan Darat.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), riwayat alergi (-), keluarga pasien
tidak ada yang menderita hal serupa.

Riwayat Obat-obatan
Pasien menyangkal pernah mengonsumsi obat-obat penghilang rasa nyeri
selain yang diberikan oleh dokter.

Riwayat Kebiasaan dan Sosioekonomi


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama keluarga
dan kedua cucu. Aktivitas pasien kurang lebih mengerjakan pekerjaan rumah
tangga seperti menyapu, ngepel dan mencuci baju.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pemeriksaan fisik pada hari Senin, 1 Januari 2017 pukul 11.30
WIB.
A. Status generalis
1. Keadaan umum
Kesan sakit : Tampak sakit sedang,
Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/m, regular, isi cukup
Suhu : 36.7 oC axilla
Pernapasan : 19x /m, irama teratur
3. Kepala
Normosefali, rambut berwarna hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut.
4. Mata
Konjungtiva pucat (-/-) sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
isokor diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya langsung (+/+), reflek
cahaya tidak langsung (+/+)
5. Telinga
Normotia (+/+), discharge (-/-)
6. Mulut
Bibir sianosis (-), pucat (-), mukosa bibir kering (-)
7. Leher
Trakea terletak di tengah, Kelenjar Getah Bening (KGB) dan tiroid
tidak teraba membesar
8. Thoraks
Inspeksi bentuk thoraks simetris, Retraksi intercostae (-/-)
Paru Anterior Posterior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Inspeksi Gerak dinding dada statis dan Gerak dinding dada statis dan
dinamis tampak simetris kanan- dinamis tampak simetris kanan-
kiri kiri
Palpasi Vocal fremitus simetris Vocal fremitus simetris
Perkusi sonor pada seluruh lapang paru sonor pada seluruh lapang paru
kanan-kiri (+/+) kanan-kiri (+/+)
Auskultasi Suara dasar : vesikuler (+/+) Suara dasar : vesikuler (+/+)
Suara tambahan : ronki (-/-), Suara tambahan : ronki (-/-),
Wheezing (-/-) Wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus cordis
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : SI, SII murni, regular, gallop (-),
murmur (-)
9. Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan pada seluruh
kuadran abdomen.
10. Extremitas
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
CRT <2 <2
Oedem -/- -/-
Tonus Otot Normotonus Normotonus
Trofi Otot Normotrofi Normotrofi

B. Status neurologis
1. Rangsang meningen
Kaku Kuduk :-
Laseque : - (> dari 75)
Kernig : - (> dari 135)
Brudzinsiki I :-
Brudzinski II :-
Patrick :-

2. Nervus cranialis
N. I (OLFAKTORIUS)
Penciuman : tidak dilakukan

N. II (OPTIKUS)
Kanan Kiri
Visus (kualitatif) Tidak dilakukan
Lihat Warna Tidak dilakukan
Kampus (Konfrontasi) Tidak dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan

N. III, IV, VI (OKULOMOTORIUS, TROKHLEARIS,


ABDUSEN)
Sikap Bola Mata
- Strabismus :-/-
- Nistagmus : - /-
- Diplopia : -/-
Pergerakkan Bola Mata
- Lateral Kanan : Baik
- Lateral Kiri : Baik
- Medial Kanan : Baik
- Medial Kiri : Baik
- Atas : Baik
- Bawah : Baik
PUPIL
- Bentuk : Bulat, 3mm / 3mm
- Isokor : Isokor

Kanan Kiri
- REFLEKS CAHAYA
- Langsung + +
- Tidak langsung + +
N. V (TRIGEMINUS)
Kanan Kiri
MOTORIK
Membuka Mulut Baik Baik
Gerakan Rahang Baik Baik
Menggigit Baik Baik
SENSORIK Kanan Kiri
Rasa Raba Baik Baik
Rasa Nyeri Baik Baik
Rasa Suhu Tidak dilakukan
REFLEKS
Refleks Kornea Tidak dilakukan

N. VII (FASIALIS)
Sikap Wajah (dalam istirahat) : simetris
Kanan Kiri
Angkat Alis Baik Baik
Kerut Dahi Baik Baik
Kembung Pipi Baik Baik
Menyeringai Baik Baik
Rasa Kecap(2/3 depan) Tidak dilakukan

N. VIII (VESTIBULOKOKHLEARIS)
VESTIBULARIS
Tidak dilakukan
KOKHLEARIS Kanan Kiri
Gesekan Jari : Tidak dilakukan
Tes RINNE : Tidak dilakukan
Tes WEBER : Tidak dilakukan
Tes SCHWABACH : Tidak dilakukan

N. IX, X (GLOSOFARINGEUS, VAGUS)


Arkus Faring : Simetris
Uvula : Letak ditengah
Menelan : Baik
Refleks Muntah : tidak dilakukan

N. XI (ASESORIUS)
Kanan Kiri
Menoleh : tidak dilakukan
Angkat Bahu : tidak dilakukan

N. XII (HIPOGLOSUS)
Julur Lidah : Baik
Gerakan Lidah : Baik
Tremor :-

3. Motorik
DERAJAT KEKUATAN OTOT (0-5)
5555 5555

5555 5555

TONUS OTOT (Hiper, normo, hipo, atoni)


Kanan Kiri
LENGAN
- Fleksor Normotoni Normotoni
- Ekstensor Normotoni Normotoni
TUNGKAI
- Fleksor Normotoni Normotoni
- Ekstensor Normotoni Normotoni
TROFI OTOT
Kanan Kiri
Lengan Normotrofi Normotrofi
Tungkai Normotrofi Normotrofi
4. Keseimbangan dan Koordinasi
- Telunjuk Hidung : Tidak dilakukan
- Jari-jari : Tidak dilakukan
- Disdiadokokinesis : Tidak dilakukan
- Tes Romberg : Tidak dilakukan
-
5. Refleks
REFLEKS FISIOLOGIS
- Biseps :+/+
- Triseps :+/+
- Patella :+/+
- Achilles :+/+

REFLEKS ABNORMAL
- Hoffman Tromer -/-
- Babinski -/-
- Chaddok -/-
- Oppenheim -/-
- Gordon -/-
- Shcaeffer -/-
- Klonus kaki -/-

6. Sensibilitas
EKSTEROSEPTIF
- Rasa raba : baik
- Rasa nyeri : baik
- Rasa suhu : tidak dilakukan

PROPRIOSEPTIF
- Rasa gerak dan arah : Tidak dilakukan
- Rasa sikap dan posisi : Tidak dilakukan
7. Fungsi otonom
- Miksi : baik
- Defekasi : baik
- Salivasi : tidak dilakukan
- Sekresi Keringat : baik

8. Pemeriksaan khusus
- Tes Patrick : -/-
- Range of Motion : (ekstremitas bawah)
Gerakan Dekstra Sinistra

Fleksi regio genu keterbatasan gerak keterbatasan gerak


Ekstensi regio genu keterbatasan gerak keterbatasan gerak
Fleksi regio coxae keterbatasan gerak keterbatasan gerak
Hiperekstensi hip regio keterbatasan gerak keterbatasan gerak
Dorsofleksi keterbatasan gerak keterbatasan gerak
Plantarfleksi keterbatasan gerak keterbatasan gerak

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Foto lumbosacral AP/Lat
Tanggal 1 Januari 2017
Kesan : Scoliosis, Spondilolistesis Lumbal, suspek HNP L3-4, pedikel et
tulang-tulang intak.

V. RESUME
Pasien perempuan, berusia 59 tahun, datang ke Poli Saraf RSUD Budhi Asih
pada tanggal 1 Januari 2017 pukul 11.30 WIB dengan keluhan nyeri pada paha kaki
kanan sejak 2 bulan sebelum ke Poli Saraf. Nyeri dirasakan menjalar dari pinggang
hingga ke telapak kaki. Nyeri pada paha kanan bagian belakang tersebut kadang
disertai kesemutan. nyeri dirasakan semakin berat 1 bulan sebelum pergi berobat ke
Poli Saraf. Nyeri yang dirasa hilang timbul dan dipengaruhi dengan aktifitas pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran Compos Mentis. Tekanan darah
120/80 mmHg, Nadi 82x/menit, pernafasan 19x/menit dan suhu 36,7 oC pada suhu
axillar. Status generalisata dalam batas normal. Pada pemeriksaan neurologis
didapatkan pupil bulat isokor 3mm / 3mm.
Pada pemeriksaan Lumbosacral AP/Lat didapatkan Scoliosis, Spondilolistesis
Lumbal, suspek HNP L3-4, pedikel et tulang-tulang intak.

IV. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Low Back Pain
Diagnosis Etiologi : Scoliosis, Spondilolistesis Lumbal, suspek HNP L3-4
Diagnosis Topis : Radiks L3-4
Diagnosis Patologi : Degeneratif

V. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
Pasien tidak mengangkat benda berat
Pemakaian brace (penyangga eksterna)
Stretching exercise
Medikamentosa
- Racikan :
o Natrium Diclofenac 25mg
o Paracetamol 300mg
o Diazepam 1mg
o M.f.l.a da in caps no. XX
o 2 dd caps I
II. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Malam

BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, seorang perempuan berusia 59 tahun datang dengan keluan
nyeri di paha kaki kanan yang menjalar ke telapak kaki yang dirasakan sejak 2 bulan
yang lalu. Dalam hal ini pasien memiliki faktor resiko untuk LBP, yaitu usia, dimana
dapat terjadi proses degeneratif yang berjalan sesuai dengan usia yang bertambah.
Nyeri pinggang dalam kasus ini tergolong kedalam katagori nyeri yang kronik yang
salah satunya dari diskus interverterbralis dapat disebabkan oleh proses degeneratif. 4

Pinggang merupakan bagian belakang badan yang menopang bagian tubuh


dari thorax ketas, penopang utama bagian ini yaitu tulang belakang lumbal dan
keseluruhan dari tulang belakang. Pada tiap ruas tulang belakang berikut dengan
diskus interverterbralis sepanjang kolumna verterbralis merupakan satuan anatomi
dan fisiologis, dimana bagian depan terdiri atas korpus verterbralis dan diskus
interveterbralis yang berfungsi sebagai pengemban yang kuat, akan tetapi cukup
fleksibel serta dapat menahan terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya. Yang
menahan tekanan tersebut adalahn nukleus pulposus. Fleksibilitas dari tulang
belakang didukung oleh ligamentum dan fasia yang mengikat dan membungkus
korpus serta diskus interverterbralis. Dari berbagai jenis keluhan nyeri pinggang,
nyeri adalah yang paling sering dan mempunyai arti penting. Nyeri pinggang dapat
dibedakan dalam:

1. Nyeri alih (referred pain)

2. Nyeri setempat karena iritasi ujung-ujung saraf pengantar impuls nyeri

3. Nyeri radikular

4. Nyeri akibat kontraksi sebagai tindakan protektif 5

Nyeri dirasakan menjalar dari pinggang hingga telapak kaki. nyeri pada paha kanan
bagian belakang tersebut terkadang disertai kesemutan pada kaki kanan pasien.
Nyeri dirasakan semakin memberat 1 bulan SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul
dan diperparah dengan aktifitas. Hal ini berkaitan dengan tipe nyeri yang timbul dari
keluhan "nyeri pinggang" itu sendiri. Dalam hal ini, dapat dikaitkan dengan nyeri
radikular. Nyeri radikular sepintas menyerupai referred pain. Nyeri radikular menjalar
secara tegas, terbatas pada dermatomnya dan sifat nyerinya lebih keras serta terasa
pada permukaan tubuh. Nyeri radikular timbul karena perangsangan terhadap radiks,
baik yang bersifat penekanan, sentuhan, peregangan, tarikan atau jepitan. Apabila
nyeri radikular timbul menjalar sesuai perjalanan radiks dorsalis, maka sesuai dengan
penjalaran dari Nervus Ischiadicus yang mempersarafi bagian tersebut. Apabila batuk
atau bersin menimbulkan nyeri radikular, menandakan ada proses patologi yang
menekan atau menyentuh/meregang radiks dorsalis. Hal ini disebabkan karena pada
batuk/bersin tekanan ruang subarachnoid melonjak sejenak dan memperhebat
penekanan atau peregangan pada radiks dorsalis yang sedang terganggu.

Nyeri dapat bertambah saat membungkuk atau duduk di kursi, atau saat
bangun dari keadaan duduk. Sesuai dengan yang dirasakan pasien, nyeri sangat terasa
apabila membungkuk dan duduk dalam waktu yang lama serta perubahan posisi.
Nyeri diskogenik biasanya terjadi akibat herniasi L4-L5-Sl. Hal ini dapat
mengindikasikan kearah HNP.

Dari keluhan nyeri pada kaki yang dirasakan pada awal mula keluhan nyeri
pinggang timbul dapat dikaitkan dengan sifat nyeri yang disebabkan oleh
spondilolistesis yang bersifat radikular. Dalam hal ini radiks dorsalis terjepit oleh
artikulus inferior yang tergeser kedepan. Oleh karena spondilolistesis yang paling
sering dijumpai pada tingkat L5-S1 maka nyeri radikular yang terasa menjalar
sepanjang N. Isiadikus dan daerah ujungnya menuju ke kulit yang menutupi jari kaki
ke-empat.6

Spondilolistesis tidak selalu menimbulkan gejala, gejala dapat baru timbul saat
usia lanjut. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan sekunder selama proses selama
masa usianya yang mungkin dapat disebabkan oleh beberapa hal yang termasuk
dalam klasifikasi berikut menurut WiIltse-Newman-Mcnab classification, yaitu
displastik, isthmik, degeneratif, traumatik dan patologik. Gejala yang dirasakan pada
spondilolistesis sendiri dapat terjadi akibat degenerasi dan subluksasi dari facet joint
vertebra, ketegangan pada kapsul facet joint dan ligamen-ligamen vertebra,
penggunaan otot stabilisator secara berlebihan serta adanya stenosis pada foramen
intervertebralis. Banyak hal yang da[at menjadi penyebab spondilolistesis degeneratif,
dan itu saling berkaitan dengan patologi lainnya, misalnya, adanya degenerasi diskus
vertebralis, terjadinya osteoarthritis pada facet joint dan stenosis tulang belakang.
Alasan utama yang mungkin menyebabkan pergeseran vertebral adalah: terjadinya
arthritis pada facet joint, kerusakan dari ligamen yang kemungkinan terjadi akibat
lakta yang berlebihan; dan stabilisasi otot yang tidak efektif. 2,3

Dalam kasus ini pada pemeriksaan fisik pada pasien tampak regio tungkai
bawah kanan tampak sedikit fleksi dibandingkan sebelah kiri. Hal ini dapat
merupakan sikap kompensatorik untuk mengurangi peregangan N. isiadikus. Pada
kasus ini pemeriksaan khusus neurologis seperti pemeriksaan tes Laseque dan Kernig
(-), sedangkan tes Patrick, didapatkan hasil negative dan Range Of Motion (ROM)
pada pasien ini tidak terdapat hambatan gerak. Hal ini dapat disebabkan karena pasien
telah menjalani pengobatan dengan mendapatkan terapi antiinflamasi dan pereda
nyeri neuropatik. Sehingga pasien tidak datang dalam keadaan pinggang yang sedang
nyeri dan memberikan hasil negatif dari pemeriksaan yang telah dilakukan. Namun
pasien mengatakan sebelum dilakukannya proses terapi pengobatan, terdapat
keterbatasan gerak terutama saat mengangkat kaki, selain itu posisi duduk lama dan
perubahan posisi menyebabkan nyeri timbul kembali.
Untuk mengetahui derajat dari spondilolistesis dapat menggunakan teknik
Meyerding : ini melibatkan membagi aspek superior dari vertebra di bawah slip
menjadi 4 divisi yang sama.2
Pada kasus pasien ini berdasarkan hasil foto torakolumbal, maka
disimpulkan L3 dan L4 mengalami pergeseran/slip antara <25% sehingga termasuk
dalam kategori Grade 1.

Selain pemeriksaan radiologi foto torakolombal CT scan juga dapat


dilakukan. CT scan menggambarkan abnormalitas pada tulang dengan baik, akan
tetapi MRI sekarang lebih sering digunakan karena selain dapat mengidentifikasi
tulang juga dapat mengidentifikasi jaringan lunak (diskus, kanal, dan anatomi serabut
saraf) lebih baik dibandingkan dengan foto polos. 9

Pengobatan untuk spondilolistesis umumnya konservatif. Pengobatan non


operatif diindikasikan untuk semua pasien tanpa defisit neurologis atau defisit
neurologis yang stabil. Hal ini dapat merupakan pengurangan berat badan, stretching
exercise, pemakaian brace, pemakain obat anti inflamasi. Hal terpenting dalam
manajemen pengobatan spondilolistesis adalah motivasi pasien. Pada pasien diberikan
obat racikan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan, yaitu ibu berupa OAINS, anti
spasme, dan asetaminofen. Untuk melihat perbaikan atau tidaknya pada pasien dapat
dilihat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Hal yang menjadi permasalahan pada penderita low back pain adalah
kualitas hidup yang menurun. Pasien yang merupakan seorang ibu rumah tangga
dimana banyak mengerjakan perkerjaan ibu rumah tangga. Namun, sekarang hal
tersebut sulit dilakukan oleh pasien akibat nyeri yang diderita. Pasien juga
mengeluhkan bahwa untuk melakukan ibadah seperti biasa pun sudah sulit dilakukan,
sehingga pasien harus duduk saat ingin melakukan ibadah
DAFTAR PUSTAKA

1. Purwanto T.E. Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Dalam: buku nyeri


punggung bawah. Jakarta: PERDOSSI; 2003:133-147
2. Sadeli H.A, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,
Patofisiologi dan Penatalaksanaan. Jakarta: Kelompok Studi Nyeri,
PERDOSSI; 2001:145,149-151
3. Hunter J. D., Kalichman L. Diagnosis and conservative management of
degenerative lumbar spondylolisthesis. Eur Spine J; 2008;17:327335
4. Vookshoor A. Spondilolisthesis, spondilosis and spondilysis. Dalam:
http://emedicine.medscape.com/article/1266860-overview. Diakses Tanggal 8
November 2016
5. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. The epidemiology of low back pain.
Best Pract Res Clin Rheumatol 2010;24: 769-81.
6. Syaanin, Syaiful. Neurosurgery of Spondylolisthesis. Padang: RSUP. Dr. M.
Djamil/FK-UNAND Padang.
7. C. Benjamin Ma. Sciatic Nerve. Available at
https://medlineplus.gov/ency/imagepages/19503.htm. (Diakses Tanggal 2
November 2016)
8. Rodts Mary, Silvery CP. Spondylolisthesis: Back Condition and Treatment.

Available at
https://www.spineuniverse.com/conditions/spondylolisthesis/spondylolisthesis
-back-condition-treatment. (Diakses 8 November 2016)
9. Irani, Z. Spondylolisthesis Imaging. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/396016-overview#showall (Diakses 1
Desember 2016).

Anda mungkin juga menyukai