Anda di halaman 1dari 9

1.

Kajian Keperawatan PEB


a. Pengkajian Primer
1) A (Airway)
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas disebabkan adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka
lakukan :
a) Chin lift atau jaw trust
b) Suction atau hisap
c) Guedel airway atau OPA
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
2) B (Breathing)
Kelemahan menelan atau batuk atau melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi atau
aspirasi, whezing, sonor, stidor atau ngorok, ekspansi dinding dada. Edema paru
terjadi dengan cepat pada pasien hamil yang mengalami PRHD atau pada pasien
yang menerima resusitasi cairan. Ronki basah kasar atau halus dapat
terauskultasi.
3) C (Circulation)
Tekanan darah meningkat , hipertensi terjadi pada tahap lanjut, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
b. Pengkajian skunder
Pengkajian yang dilakukan terhadap preeklamsi berat antara lain
1) Identitas umum ibu : : nama, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan, no CM,
diagnosa medis
2) Data riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil
Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan
terdahulu
Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
Riwayat kesehatan sekarang
Ibu menderita sakit kepala di daerah frontal
Gangguan visus : penglihatan kabur, skotoma, dan diplopia
Mual muntah tidak ada nafsu makan
Edema pada ekstremitas
Tengkuk terasa berat
Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat preeklamsia ringan atau berat dan
eklamsia dalam keluarga
Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau
diatas 35 tahun.
3) Data Subjektif
a) Kenaikan berat badan yang timbul secara cepat dalam waktu yang singkat
menunjukkan adanya retensi cairan dan dapat merupakan gejala dini dari
preeklamsia. Pasien sadar akan edema yang menyeluruh, terutama
pembengkakan pada muka dan tangan. Keluhan yang umum dalah
sesaknya cincicn pada jari-jarinmya.
b) Sakit kepala : meskipun sakit kepala merupakan gejala yang relatif biasa
selama kehamilan, sakit kepala dapat juga menjadi gejala awal dari edema
otak. Sebagai konsekuensinya, tekanan darah passien harus ditentukan.
c) Gangguan penglihatan mungkin merupakan gejala dari preeklamsia dan
dapat menunjukkan spasme arteriolar retina, iskemia, edema, atau pada
kasus-kasus yang jarang, pelepasan retina.
d) Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas menunjukkan pembengkakan
hepar yang berhubungan dengan preeklamsia berat atau menandakan
ruptur hematoma subkapsuler hepar.
4) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum : Tekanan darah meningkat.
b) Pemeriksaan Fisik
Edema menunjukkan retensi cairan. Edema pada muka dan tangan
tampakanya lebih menunjukkan retensi cairan yang patologik.
kenaikan berat badan yang cepat merupakan suatu petunjuk dari
retensi cairan ekstravaskuler.
Pemeriksaan Retina : spasme arteriolar dan kilauan retina dapat
terlihat.
Pemeriksaan toraks : karena edema paru merupakan satu dari
komplikasi serius dari preeklamsia berat, paru-paru harus diperiksa
secara teliti.
Refleks tendon profunda (lutut dan kaki) : hiperefleksia dan klonus
merupakan petunjuk dari peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat
dan mungkin meramalkan suatu kejang eklampsia.
Pemeriksaan Abdomen : rasa sakit daerah hepar merupakan suatu
tanda potensial yang tidak menyenangkan dari preeklampsia berat.
Pemeriksaan uterus penting untuk menilai umur kehamilan, adanya
kontraksi uterus dan presentasi janin.
pemeriksaan Pelvis : keadaan serviks dan stasi dari bagian terbawah
merupakan pertimbangan yang penting dalam merencanakan
kelahiran per vaginam atau per abdominam.

2. Kajian Keperawatan Eklamsia


a. Pengkajian Primer
1) Airway ( Jalan nafas )
Cek airway terlihat apa pasien mengigit lidahnya atau giginya sendiri untuk
itu buka menggunakan laringoskop untuk mencegah terjadinya sumbatan terhadap
jalan nafas.
2) Breathing ( Pernafasan )
Pernafasan yang terganggu akibat sebagian dari otot-otot yang kejang,
3) Circulation ( Sirkulasi )
Hipertensi menyebabkan terganggunya sistem kardiovaskuler yang
menyebabkan terjadi kejang kejang otot dari semua, dan mengganggu juga sistem
otak.
b. Pengkajian Sekunder
1) Data subjektif
Gejala saat ini
a) Serangan kejang : pasien mungkin terlihat selama fase kejang atau keadaan
koma yang mengikuti satu atau lebih kejang.
b) Gejala-gejala lain selama kehamilan kedua akhir atau trimester ketiga,
gejala-gejala yang berikut dapat meramalkan suatu kejang eklampsia :
kenaikan berat badan mendadak akibat retensi cairan, pembengkakan muka
dan tangan, sakit kepala, gangguan visual. Nyeri epigastrium atau kuadran
kanan atas dengan atau tanpa nausea dan vomitus, dan keluaran urin yang
berkurang.
2) Riwayat penyakit dahulu
Ciri khas pasien dengan eklampsia adalah nuliparta dan umur belasan
tahun.Catatan antenatal dapat menyingkap perkembangan yang mendadak atau
bertahap dari hipertensi, edema, kenaikan berat badan, dan albuminuria.
3) Data Objektif
a) Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
Pasien biasanya tidak sadar atau setengah sadar segera setelah
suatu kejang eklampsia.Kejang yang khas ditandai oleh timbulnya
kontraksi tonik umum yang diikuti oleh fase kronik yang berkembang ke
koma.Biasanya gerakan-gerakan kejang dimulai sekitar mulut dalam
bentuk kedutan pada muka (facial twichings).Dalam beberapa detik
seluruh otot tubuh mengalami kontraksi yang rigid (muka mengalami
distorsi, mata menonjol, lengan fleksi, lengan mengepal, dan tungkai
tertarik).Setelah 15 sampai 20 letik otot-otot berkontraksi dan relaksasi
bergantian secara cepat.Gerakan otot dapat sedemikian hebat sehingga
lidah dapat tergigit oleh gerakan rahang yang hebat. Bila pasien sadar
kembali, biasanya ia mengalami disorientasi yang letih selama beberapa
saat. Tekanan darah meningkat, dan frekuensi pernapasan biasanya
meningkat dan sukar.Pada kasus-kasus kesukaran bernapas yang berat
pasien tampak sianosis.Retensi cairan yang menyeluruh seringkali
tampak jelas.Edema muka maupun edema perifer pada tangan dan
tungkai merupakan temuan yang umum.
Pemeriksaan retina dapat menyingkap penyempitan arteriolar dan
edema retina.Pemeriksaan toraks dapat menyingkap ronki kasar di
bagian paru bawah yang sering.Refleks patella dan kaki biasanya
hiperaktif.Klonus kaki merupakan temuan yang sering.
2. Pemeriksaan abdomen
Pengukuran tinggi uterus memberikan perkiraan umur kehamilan
janin.Presentasi janin harus ditentukan untuk merencanakan
kelahiran.Tonus uterus istirahat normal kecuali ada hubungan dengan
pelepasan plasenta.Kontraksi uterus intermiten memberi kesan bahwa
persalinan telah terjadi.Denyut jantung janin biasanya ada kecuali
pelepasan plasenta atau kejang telah menyebabkan anoksia janin.
3. Pemeriksaan vagina
Turunnya bagian terbawah maupun keadaan serviks dievaluasi.
b) Tes Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap & apusan darah
Hematokrit seringkali menimgkat, menandakan
hematokonsetrasi.Jika hematokrit lebih rendah dari yang diperkirakan,
kemungkinan adanya anemia sebelumnya atau hemolisis perlu
dipertimbangkan. Pemeriksaan apusan darah tepi memperlihatkan sel-sel
target, sel helmet atau skitosit yang dihubungkan dengan suatu proses
hemolitik.
2. Urinalisis
Sebuah kateter folley diinsersikan ke dalam kandung kemih dalam
usaha untuk mendapatkan contoh urin permulaan dan untuk memantau
urin yang keluar.Biasanya kandung kemih berisi sejumlah kecil urin
berwarna gelap yang mengandung protein 3+ atau 4+.
3. Golongan darah dan Rh
Darah harus dikirim ke bank untik dilakukan cocok silang pada
kasus yang memerlukan tindakan seksio sesarea dan pasien memerlukan
transfusi darah.

c. Terapi Definitif
Prinsip-prinsep umum :
1) Bersihkan jalan nafas pasien dan berikan cairan intravena.
2) Mengontrol kejang.
3) Mencegah komplikasi-komplikasi hipertensi
4) Memantau tanda-tanda vital pasien secara ketat: tekanan darah, nadi, pernafasan,
suhu, keluaran dan refleks-refleks.
5) Mempersiapkan rencana kelahiran
6) Langkah-langkah khusus :
a) Membersihkan jalan nafas dan pemberian cairan intravena
Ventilasi yang adekuat itu esensi, jalan nafas harus bersih.Oksigen
diberikan melalui masker atau kateter hidung.Setiap sekresi dalam jalan
nafas harus dihisap dan pasien diatur posisinya untuk menghindari aspirasi
muntah.Sebuah bila yang dilapisi mengurangi trauma terhadap lidah.Cairan
intravena yang biasanya diberikan adalah dekstrosa 5% dalam larutan ringer
laktat.

b) Mengontrol kejang
Magnesium sulfat merupakan obat anti kejang yang disukai oleh
banyak ahli kebidanan.Bolus 4g (20ml larutan 20%) disuntikan intravena
dalam waktu tidak kurang dari 3 menit. Pemberian ini segera diikuti dengan
suntikan intramuscular atau infus yang kontinu 1 sampai 2 g per jam.
Dosis intramuscular adalah 10g bolus diikuti dengan 5 g setiap 4 jam
sepanjang reflek patella masih ada, aliran urin mencapai 100ml atau lebih
selama 4 jam sebelumnya dan pernafasan tidak mengalami depresi (lihat
preeklamsi). Amobarbital atau fenobarbital dapat diberikan jika kejang atau
agitasi menetap walaupun pengobatan dengan magnesium sulfat (lihat
serangan kejang pada kehamilan). Diazepam (valium), 5-10 mg perlahan-
lahan secara intravena adalah obat anti kejang yang baik sekali yang lebih
disenangi untuk pencegahan atau pengobatan kejang postpartum. Selama
persalinan diazepam telah dihubungkan dengan meningkatnya risiko
hipotonia janin.
c) Terapi anti hipertensi
Hidralazini (apresoline) intravena direkomondasikan bila tekanan
darah sistolik lebih tinggi dari 170/180 atau diastolic 110/120 dalam usaha
untuk mencegah perdarahan vascular otak ( lihat preeklamasi).
d) Pemantauan keadaan pasien secara ketat
Masukan dan keluaran cairan dicatat setiap jam. Sebuah kateter foley
di dalam kandung kemih memberikan suatu pengukuran keluaran urin yang
tepat. Terapi cairan yang tepat berdasarkan pada kadar elektrolit dan
keluaran urin. Penetuan tekanan vena sentralis atau arteri pulmonalis
membantu memperkecil risiko edema paru yang berhubungan dengan
kelebihan cairan.

3. Kajian Keperawatan Embolisme Ketuban


a. Data Subjektif
Dipsneu akut dan tiba-tiba segera setelah kelahiran yang tergesa-gesa atau
selama persalinan yang tergesa-gesa. Bila pasien dikirim ke Rumah Sakit, ia
memasuki ruang gawat darurat dalam keadaan syok dengan perdarahan pervagina
yang hebat. Gejala lain yang mungkin mencakup nyeri dada, kejang, suka tidur,
ansietas, batuk,vomitus.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umun ; Sianosis dan syok bisa ditemukan. Hipotensi,Takikardia,
dan Trakhipneu merupakan indikasi meluarsnya kolaps kardio vaskuler.
Kelainan lain yang mungkin mencakup kejang,koma,edema paru, dengan
sputum kemerahan seperti karat,dan bahkan henti jantung.
2) Pemeriksaan Pelvis : Perdarahan per-vagina yang persisten biasanya akibat
atonia uteri, dengan atau tampak koagulasi intre vaskuler diseminata.
c. Tes laboratorium
Pemeriksaan tes darah lengkap dan apusan darah merupakan indikasi hilangnya
darah dan anemia yang ada. Urinalisis normal. Golongan darah dan Rhesus, darah
dikirim ke bank darah untuk menentukan golongan dan rhesus. 4 unit dicocock silang
untuk transfuse seperti yang di indikasikan. (defek koagulasi segera diduga bila darah
dalam selang gagal membeku).
d. Penilaian
1) Diagnosis banding
Triadispne, sianosis, dan syok mendadak yang terjadi selama kelahiran
yang kuat atau setelah post partum, terutama bila disertai dengan perdarahan
pervaginam yang hebat dan koagulopati, menyokong diagnosis emboli cairan
ketuban. Kemungkinan-kemungkinan lain yang harus dipertimbangkan meliputi
rupture uteri impersio uteri, solusio plasenta, eklamsia, infak miokard, penyakit
serebro vascular, gagal jantung kongestif, dan aspirasi paru.
2) Komplikasi potensial
Komplikasi yang di perkirakan meliputi koagulasi, intravascular
diseminata, dan atonia uteri.Tingkat formalitas ibu berkisar 80%.
3) Data Diagnosis Tambahan
a) Gas darah arteri: pO2 biasanya menurun.
Tekanan vena sentralis dapat meningkat, normal, atau subnormal,
tergantung pada kuantitas hilangnya darah.Darah vena sentralis dapat
mengandung debris selular cairan amnion.
b) Gambaran koagulasi (fibrinogen, hitung trombosit, massa protrombin,
produk pecahan fibrin dan massa tromboplastin parsial) biasanya
abnormal, menunjukan koagulasi intravascular diseminata.
c) Elektrokardiogram dapat memperlihatkan regangan jantung kanan akut.
d) Keluaran urine dapat menurun, menunjukan perfusi ginajl yang tidak
adekuat.
e) Foto thoraks biasanya tidak diagnostic tapi dapat menunjukan infiltrate.
Scan paru dapat memperlihatkan defek perfusi yang sesuai dengan proses
emboli paru.

e. Faktor-faktor prediposisi
Faktor-faktor prediposisi meliputi kelahiran yang cepat dan kacau dengan
kontraksi uterus yang hipertonik kelahiran yang tergesa-gesa multiparitas, kematian
janin intrauterine, meconium dalam cairan amnion, kelahiran operatif, dan plasenta
previa.
f. Penatalaksanaan dan pendidikan pasien
Terapi krusial meliputi resisutasi ventilasi, dan bantuan sirkulasi dan koreksi
defek yang khusus : atoniauteri, defek koagulasi, dan spasme, arterioler paru.
Oksigen selalu merupakan indikasi.Intubasi dan tekanan akhir ekspirasi positif
(PPEP) mungkin di perlukan.
Penggantian cairan intravena dan darah di perlukan untuk mengoreksi
hipopolemi dan pendarahan.Terapi caiaran dapat di panatau dengan penetuan tekanan
vena sentralis atau diastolic arteri pulmonalis atau tekanan tepi. Plasama beku segar
dan sediaan trombosit mungkin diperlukan untuk memperbaiki defek koagulasi.
Oksitosin yang ditambahkan ke infus intra vena membantu penanganan atonia
uteri. Kompresi binaural uterus dapat juga di perlukan (lihat perdarahan hal.356).
Morfin (10 mg ) dapat mengurangi dispne dan kecemasan. Aminofilin (250 500
mg ) melalui infus intra vena mungkin berguna bila ada bronkospasme. Iso proterenol
( 1-2 mg dilarutkan dalam 500 ml dekstrosa 5% dalam air ) cenderung menyebabkan
vaso dilatasi perifer, relaksasi otot polos bronkus, dan peningkatan frekuensi dan
kekuatan jantung. Iso protrenol diberikan perlahan-lahan melalui intravena untuk
menyokong tekanan darah sistolik kira-kira 100 mmHg.

4. Kajian Keperawatan Pendarahan


a. Pengkajian primer
1) Airway : tidak ada obstruksi
2) Breathing : tekanan darah tidak normal/ turun, pernafasan meningkat, nafas
cepat, nafas dalam dan dangkal
3) Circulation : tekanan darah tidak normal/ turun, nadi meningkat, suhu hangat,
kesadaran normal, sianosis, kapilary refill memanjang, kulit hangat, perdarahan
4) Dissability : badan lemah
5) Exposure : keluar keringat dingin
b. Pengkajian sekunder
1) Aktivitas istirahat : Insomia mungkin teramat.
2) Sirkulasi : kehilangan darah selama proses post portum
3) Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-kira 3
hari setelah melahirkan post portum blues
4) Eliminasi : BAK tidak teratur sampai hari ke 2 dan ke 5
5) Makan dan cairan : Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira
sampai hari ke 5
6) Persepsi sensori: Tidak ada gerakan dan sensori
7) Nyeri dan ketidaknyamanan : Nyeri tekan payudara dan pembesaran dapat
terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
8) Seksualitas:
a) Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun satu jari
setiap harinya
b) Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
c) Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama

Anda mungkin juga menyukai