Abortus Incompletus
Abortus Incompletus
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan ibu merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat
menentukan kuaitas sumber daya manusia mendatang. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), serta lambatnya
penurunan angka kematian ibu menunjukkan bahwa pelayanan KIA sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari segi
jangkauan maupun kualitas pelayanan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap
tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Dikawasan Asia Tenggara
total kematian ibu dan bayi baru lahir diperkirakan berturut-turut 170.000 dan 1,3 juta pertahun. Di Indonesia menurut
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 248
per 100.000 kelahiran hidup.
Sri Hermiyati (2008), mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena ketiga kasus (kehamilan,
persalinan dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan melahirkan tersebut akibat terjadinya perdarahan (28%),
eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama (5%) dan abortus (5%). Perdarahan yang menyebabkan kematian ibu
sekarang yang banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap tahunnya.
Angka kejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus
spontan di Indonesia adalah 10% - 15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600 - 900 ribu, sedangkan abortus
buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta setiap tahunnya. (Ulfa Anshor, 2006).
Manuaba (2007), mengemukakan diperkirakan terjadi gugur kandung secara ilegal pada kehamilan yang tidak
di inginkan sebanyak 2,5 3 juta orang pertahun dengan kematian sekitar 125.000 130.000 orang pertahun di
Indonesia.
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami teori yang didapatkan selama proses belajar mengajar sehingga
dapat menerapkan secara nyata, sesuai tugas dan wewenang bidan dan untuk menambah pengetahuan tentang
ibu hamil dengan abortus inkompletus, macam, serta penanganannya.
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada ibu hamil dengan abortus inkompletus.
2. Mahasiswa mampu mengintepretasikan data dasar / diagnosa masalah.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tindakan kebutuhan segera
5. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan dan rasionalisasi berdasarkan diagnosa
6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang telah dibuat
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by
law. (Jeffcoat)
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16, dimana proses plasentasi belum selesai. (Holmer)
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 209)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar.
(Obstetri Patologi, Hal : 7)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan umur kehamilan <>
(Pedoman Diagnosis & Terapi Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Dr. Soetomo)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada kehamilan atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, hal : 145)
2.2 Klasifikasi Abortus
2.2.1 Menurut Macam-Macamnya
1. Abortus Spontan
Abortus yang terjadi dengan sendirinya.
2. Abortus Provokatus
Abortus yang disengaja di gugurkan.
3. Abortus Provokatus Terapeutikus
Abortus yang terjadi dengan alasan kehamilan membahayakan ibunya atau janin.
4. Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus yang dilakukan tanpa alasan medis yang sah.
2.2.2 Menurut Derajatnya
1. Abortus Imminens
Abortus imminens adalah keguguran yang mengancam. Abortus ini baru mengancam dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya.
2. Abortus Incipiens
Abortus incipiens adalah keguguran yang berlangsung. Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat
dicegah lagi.
3. Abortus Incompletus
Abortus incompletes adalah keguguran yang tidak lengkap. Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan
tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim.
4. Abortus Completus
Abortus completus adalah keguguran yang lengkap. Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan
lengkap.
5. Missed Abortion
Missed abortion adalah keguguran yang tertunda. Missed abortion ialah keadaan dimana janin telah mati
sebelum minggu ke-22, tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
6. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah keguguran yang berulang-ulang. Abortus yang telah berulang dan berturut-turut
terjadi sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.
7. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik
Abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum.
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 211)
2.2.3 Etiologi
a. Ovum patologik (Blighted Ovum)
Embrio degenerasi yang kadang-kadang disertai pertumbuhan plasenta abnormal.
b. Kromosom Abnormal
Misalnya : Monosomia dan Trisomia
c. Kelainan pada sel telur dan Sperma
Spermatozoa maupun sel telur yang mengalami aging process sebelum fertilisasi akan meningkatkan
insiden abortus.
d. Kondisi Rahim yang tidak optimal
Gangguan kontrol hormonal dan faktor-faktor endogen lainnya yang berhubungan dengan persiapan uterus
dalam menghadapi proses implantasi dan penyediaan nutrisi janin.
e. Penyakit Ibu
Penyakit Kronis : Hepatitis, TBC, Diabetes Melitus, Hipertensi, dll.
Penyakit Infeksi : Toksoplasmosis, Sipilis, dll.
f. Malnutrisi
g. Incompabilitas Rhesus
Reaksi antara Rh dan anti Rh menyebabkan proses automoklogik sehingga terjadi enteroblastosis fetalis.
h. Laparatomi
Makin dekat lokasi pembedahan ke organ pelvic, kemungkinan abortus akan meningkat.
i. Organ Reproduksi Abnormal
Misalnya : Mioma Uteri, Leukompetensia Serviks
j. Trauma Fisik dan Jiwa
Misalnya : Rasa Frustasi, Kepribadian Premature
k. Keracunan
Misalnya : Keracunan Tembakau, Alkohol, Radiasi, dll
2.2.4 Patologis
Abortus biasanya ditandai dengan adanya perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan nekrotik di
jaringan sekitarnya, buah kehamilan dapat terlepas sebagian atau seluruhnya dan menjadi benda asing di dalam
uterus, sehingga merangsang kontraksi uterus yang mengakibatkan pengeluaran janin.
(Obstetri Patologi, hal : 9)
Pada kehamilan dibawah 8 minggu hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum
menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 14 minggu telah masuk agak dalam, sehingga
sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan.
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 221)
2.2.5 Masa Terjadinya Abortus
Kebanyakan abortus terjadi dalam kehamilan 12 minggu, mengeluh perdarahan antara kehamilan 12 -20
minggu, sekitar 1 dalam 6 kehamilan berakhir dengan abortus sering kali antara 6 10 minggu abortus jarang
pada wanita dibawah usia 25 tahun kasusnya 1 dalam 10 wanita, usia lebih tua 35 tahun 1 dalam 5 kehamilan
berakhir dengan abortus.
Diperkirakan frekuensi keguguran berkisar antara 10 15 % frekuensi seluruh keguguran yang pasti
sukar ditentukan karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, juga karena sebagian keguguran spontan
hanya disertai gejala dan tanda ringan sehingga penderita tidak datang ke dokter, rumah sakit atau fasilitas
kesehatan.
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 221)
2.2.6 Komplikasi Abortus
a. Perdarahan
Dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
transfusi darah, kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
b. Perforasi Uterus
Dapat terjadi perforasi pada kerokan terutama pada uterus dalam posisi hiperetrofleksi, jika terjadi
perforasi harus segera dilakukan laparatomi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus. Lebih sering ditemukan pada
abortus inkompletus dan abortus buatan yang tanpa memperhatikan aseptik dan antiseptik.
d. Syok
Keadaan syok dapat ditimbulkan oleh bermacam-macam sebab yang terbanyak adalah syok
hipovolemik yaitu adanya kekurangan volume darah yang beredar akibat perdarahan atau dehidrasi.
(Ilmu Kebidanan, hal : 311)
2.3 Konsep Dasar Abortus Incompletus
2.3.1 Pengertian Abortus Incompletus
Abortus incompletus adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah
keluar dari cavum uteri melalui kanalis servikalis.
Abortus incompletus adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan dan yang tertinggal
adalah desidua / plasenta.
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 212)
Abortus incompletus adalah hanya sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian
(biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim.
(Obstetri Patologi, hal : 8)
Abortus incompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.
(Ilmu Kebidanan, hal : 307)
2.3.2 Gejala Abortus Incompletus
a. Amenorhea
b. Sakit Perut (kram / nyeri perut di bagian bawah)
c. Mules-mules
d. Perdarahan biasanya berupa stosel (darah beku)
e. Perdarahan bisa sedikit atau banyak
f. Sudah ada keluar fetus atau jaringan
g. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus.
h. Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan oleh orang yang tidak
ahli, sering terjdi infeksi.
i. Pada VT untuk abortus yang baru terjadi di dapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa
jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri.
j. Uteri berukuran lebih kecil dari seharusnya dan ada pula yang seusia kehamilan.
(Sinopsis Obstetri Jilid 1, hal : 212)
2.3.3 Komplikasi Abortus Incompletus
1. Perdarahan mengakibatkan syok hemoragik
2. Perforasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan curettage
3. Infeksi dan Tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok
(Ilmu Kebidanan, hal : 309)
2.3.4 Penatalaksanaan Abortus Incompletus
a. Temukan besarnya uterus (taksir usia gestasi) kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok,
infeksi / sepsis)
b. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang, dapat
dikeluarkan secara digital atau cunam ovum, setelah itu evaluasi perdarahan.
Bila perdarahan berkausi, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral.
Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau DDK (pilihan
tergantung dari usia / gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian janin).
c. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotik provilaksis (acupisillin 3x500 mg selama 5 hari, atau
doksisiklin 100 mg)
d. Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gr dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam.
e. Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu segera lakukan evakuasi dengan AVM.
f. Bila pasien tampak anemia, berikan sulfat ferosus 600 mg perhari selama 2 minggu (anemi sedang) atau
transfusi darah.
g. Setelah syok diatasi lakukan gerakan dengan karet tajam lalu suntikkan erginetrium 0,2 mg IM.
h. Bila janin sudah keluar tetapi plasenta belum terlepas, lakukan pelepasan plasenta secara manual.
i. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
2.3.5 Hal-hal yang harus diperhatikan pada Abortus Incompletus
Pada beberapa kasus, abortus incompletus erat kaitannya dengan abortus tidak acuan. Oleh sebab itu,
perhatikan hal-hal berikut dibawah ini :
a. Pastikan tidak ada komplikasi berat, perforasi uterus atau oedema intra abdomen (mual, muntah, nyeri
panggul, demam, perut kembung, nyeri perut bagian bawah, duktus perut tegang, nyeri tulang)
b. Berdasarkan ramuan tradisional, jamu bahan kautik, kayu atau benda-benda lainnya dari rasio genetalia.
c. Berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis servikalis
dan pasien pernah di imunisasi
d. Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan Anti Tetanus Serum (ATS) 1500 unit mm diikuti
dengan pemberian terutama 0.5 ml setelah 4 minggu.
e. Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lebih lanjut.
2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan ini adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada klien atau pasien yang
pelaksanaannya dilakukan dengan cara :
Bertahap dan Sistematis
Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan
Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997 :
1. Pengertian
Proses pemecahan masalah
Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.
Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis.
Untuk pengambilan suatu keputusan
Yang berfokus pada klien.
2. Langkah-langkah
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar / Pengkajian
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data subjektif data objektif. Data subjektif adalah yang
menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang termasuk
data subjektif antara lain biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, pengetahuan klien.
Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari
pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus
(inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) dan pemeriksaan penunjang (laboratorium, catatan baru dan
sebelumnya).
Langkah II : Intepretasi Data Dasar / Diagnosa Masalah
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial & Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa
atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan Konsultai,
Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh / Intervensi
Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau di
antisipasi.
Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman / Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah di identifikasi didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika
memang benar dalam pelaksanaannya.
(Saminem, 2008)
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal : 21 Oktober 2010 Jam : 16.00 WIB Oleh : Yusraini Jabbar
RS / BPS / Klinik : RS. Wijaya, Surabaya
3.1.1 DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. R
Umur : 18 th Umur : 23 th
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan :- Penghasilan :-
Alamat : Jl. Raya Ngelom IV no.73 Alamat : Jl. Raya Ngelom IV no.73
Sepanjang - Sidoarjo Sepanjang Sidoarjo
2. Alasan kunjungan saat ini / Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil anak pertama dengan usia 3 bulan 2 minggu disertai nyeri perut bagian bawah dan
keluar darah / flek-flek sudah 3 hari yang lalu dan sejak tadi malam mulai keluar gumpalan darah
bewarna merah dan sampai sekarang bertambah banyak.
3. Riwayat Perkawinan
RIWAYAT PERKAWINAN
STATUS : MENIKAH / BELUM MENIKAH / PERN
1 17 th 1 th - -
4. Riwayat Kebidanan
4.1 Riwayat Menstruasi
Siklus Menstruasi : 28 hari Menarche : 12 tahun
Lama : 7 hari HPHT : 08 07 2010
Warna : Merah segar HPL : 15 04 2011
Suhu : 37 C RR : 20 x/menit
Perdarahan : 150 cc / 2 kotek
A : P00010 2 jam post curettage
P : Observasi KU, TTV dan perdarahan pervaginam
Berikan HE pada ibu tentang : Nutrisi
Istirahat
Personal Hygiene
Anjurkan pasien meminum obat secara teratur
* Catatan Perkembangan
Tanggal : 22 Oktober 2010 Jam : 08.00 WIB
S : Ibu mengatakan rasa mules dan nyeri perut bagian bawah sudah mulai mereda / berkurang
O : Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
TTV : TD : 120/70 mmHg Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37 C RR : 20 x/menit
Perdarahan : 100 cc / 2 kotek
Ekspresi Wajah : Tampak baik dan tidak menyeringai kesakitan
A : P00010 post curettage hari pertama
P : Observasi KU, TTV dan perdarahan pervaginam
Anjurkan ibu untuk tidak berhubungan seksual selama 1 bulan
Anjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi pada tanggal 28 Oktober 2010 atau sewaktu-waktu
jika ada keluhan
BAB IV
PENUTUP
Setelah penulis memberikan asuhan kebidanan pada Ny. A G I P00000 dengan abortus incompletus di ruang VK /
bersalin RS. Wijaya, Surabaya, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan dan saran sesuai uraian dibawah berikut :
4.1 Kesimpulan
1. Pengkajian
DS : Ibu mengatakan hamil anak pertama dengan usia 3 bulan 2 minggu disertai nyeri perut bagian bawah
dan keluar darah / flek-flek sudah 3 hari yang lalu dan sejak tadi malam mulai keluar gumpalan
darah bewarna merah dan sampai sekarang bertambah banyak.
DO : Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Lemah
TTV : TD : 110/70 mmHg Nadi: 88 x/menit
Suhu : 37,5 C RR : 22 x/menit
BB : 41,5 kg
TB : 150 cm
Lingk. Lengan Atas : 23,5 cm
VT : Ada pembukaan
Perdarahan : 350 cc / 4 kotek
2. Intepretasi Data Dasar / Diagnosa Masalah
Diagnosa : GI P00000, UK 13 14 minggu dengan abortus incompletus
DS : Ibu mengatakan hamil anak pertama dengan usia 3 bulan 2 minggu disertai nyeri perut bagian
bawah dan keluar darah / flek-flek sudah 3 hari yang lalu dan sejak tadi malam mulai keluar
gumpalan darah bewarna merah dan sampai sekarang bertambah banyak.
DO : Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Lemah
TTV : TD : 110/70 mmHg Nadi : 88
x/menit
Suhu : 37,5 C RR : 22
x/menit
BB : 41,5 kg
TB : 150 cm
Lingk. Lengan Atas: 23,5 cm
VT : Ada pembukaan
Perdarahan : 350 cc / 4 kotek
Masalah : Mules dan nyeri perut bagian bawah
DS : Ibu mengatakan merasakan nyeri perut yang hebat pada bagian bawah perut.
DO : Ekspresi wajah tampak menyeringai kesakitan
3. Identifikasi Diagnosa Potensial
Potensial terjadinya anemi dan syok
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Pasang O2 dengan kecepatan 2 lpm
Pasang infuse RL
Kolaborasi dengan dokter untuk segera dilakukan tindakan curettage
5. Intervensi
Diagnosa : GI P00000, UK 13 14 minggu dengan abortus incompletus
1. Lakukan pendektan pada klien dengan komunikasi terapeutik
R/ Agar terjalin hubungan kerjasama yang baik antara petugas dengan klien
2. Berikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada klien
R/ Dengan menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien diharapkan klien mengetahui kondisinya saat ini
3. Lakukan observasi KU, TTV dan perdarahan pro curettage
R/ Dengan melakukan observasi KU, TTV dan perdarahan diharapkan keadaan klien bisa dipantau serta
dapat mencegah terjadinya komplikasi
4. Lakukan pro kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pro curettage
R/ Dengan melakukan pro kolaborasi dengan dokter obgyn diharapkan tindakan curettage segera dilakukan
5. Lakukan informed consent / persetujuan untuk dilakuakan tindakan curettage
R/ Bukti tertulis klien dan keluarga menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan
6. Siapkan pasien dan peralatan untuk curettage serta obat-obatan
R/ Dengan menyiapkan pasien serta peralatan untuk curettage dan obat-obatan diharapkan tindakan
curettage bisa dilakukan dengan efektif dan efisien
7. Berikan O2 serta pemasangan infuse
R/ Dengan diberikan O2 sebanyak 2 lpm serta pemasangan infuse diharapkan dapat membebaskan jalan
nafas dan mengganti cairan tubuh yang hilang.
8. Bantu pelaksanaan curettage secara septik dan antiseptik
R/ Untuk mempermudah dan mempercepat proses curettage
9. Lakukan pre kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi post curettage
R/ Agar terapi yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dan mempercepat proses pemulihan
10. Lakukan observasi KU, TTV dan perdarahan post curettage
R/ Agar KU, TTV dan perdarahan dalam batas normal dan untuk memastikan tidak terjadi syok
11. Berikan HE kepada ibu tentang nutrisi, istirahat dan personal hygiene
R/ a. Nutrisi : Dengan mengkonsumsi makan bernutrisi seimbang diharapkan
memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga mempercepat proses pemulihan
keadaan klien.
b. Istirahat : Dengan istirahat cukup diharapkan mampu mengembalikan stamina tubuh
klien.
c. Personal Hygiene : Dengan menjaga kebersihan khususnya pada daerah kemaluan agar tidak
terjadi infeksi
12. Beritahukan kepada klien untuk kontrol ulang
R/ Untuk mengetahui dan dapat memantau perkembangan kondisi klien
Masalah : Mules dan nyeri perut bagian bawah
1. Jelaskan pada ibu tentang penyebab rasa nyeri
R/ Dengan diberikan penjelasan pada ibu tentang penyebab rasa nyeri dan diharapkan pasien mengerti
tentang penyebab rasa nyeri yang dialaminya
2. Berikan posisi yang nyaman pada pasien
R/ Dengan memberikan posisi yang nyaman diharapkan rasa nyeri dapat berkurang
3. Berikan HE kepada pasien tentang cara mengurangi rasa nyeri dengan teknik relaksasi
R/ Dengan melaksanakan teknik relaksasi otot dan pernafasan akan mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit
R/ Analgesik dapat mempengaruhi syarat yang dapat menyebabkan rasa nyeri hilang
6. Implementasi
Diagnosa : GI P00000, UK 13 14 minggu dengan abortus incompletus
1. Melakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik agar terjalin kerja sama yang baik antara
petugas dengan pasien secara ramah dan sopan
2. Memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada pasien
3. Melakukan observasi KU, TTV dan perdarahan pro curettage
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Lemah
TTV : TD : 110/70 mmHg Nadi : 88
x/menit
Suhu : 37,5 C RR : 22
x/menit
Perdarahan : 350 cc / 4 kotek
4. Melakukan pro kolaborasi dengan dokter obgyn agar tindakan curettage segera dilakukan
5. Melakukan informed consent pada klien untuk menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan
6. Menyiapkan pasien di meja ginekologi serta peralatan untuk tindakan curettage :
Celemek
Lampu sorot
Obat-obatan : Metergin 1 ampul, syntocinon 2 ampul, petidin 1 ampul
Peralatan curettage : Kapas savlon, cucing, betadine, duk, depress, handscoon, spekulum,
tenakulum, tampon tang, busi / diktator, sendok curet ukuran 1/2/3/4,
king tang, kokel tang, abortus tang dan kateter
7. Memberikan O2 sebanyak 2 lpm untuk membebaskan jalan nafas saat pasien tidak sadar dan memasang infuse
untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang
8. Membantu pelaksanaan curettage dengan cara aseptik dan antiseptik
9. Melakukan pre kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi :