KIMIA KLINIK
OLEH :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang toksik atau bahan
beracun.
Kita menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
fisik, kimia, biologis, dan estetis lingkungan serta mahluk yang ada di dalamnya.
yang dihadapi manusia dan organisme lain selama hidupnya. Keracunan berarti
bahwa suatu zat kimia telah mengganggu proses fisiologis, sehingga keadaan
badan organisme itu tidak lagi dalam keadaan sehat. Sifat dan intensitas gejala
penyakitnya tergantung pada antara lain: jenis racunnya, jumlah yang masuk ke
yang keracunan serta cara kebiasaan hidup orgnaisme itu. Ilmu yang mempelajari
Kata racun toxic adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata
tox, dimana dalam bahasa Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat itu
digunakan sebagai senjata dalam peperangan, yang selalu pada anak panahnya
terdapat racun. Hal ini membuktikan, bahwa efek berbahaya (toksik) yang
ditimbulkan oleh zat racun (tokson) telah dikenal oleh manusia sejak awal
berikut:
1. Sebagai salah satu tugas pokok untuk mata kuliah Kimia Klinik.
2. Sebagai salah satu media untuk menyampaikan informasi mengenai
toksikologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Toksikologi
pengaruhnya dalam organisme hidup, analisa dengan metode analitik dan meode
lainnya serta pengukuran untuk menilai interaksinya dengan efek biologis (Young
mengatakan bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain.
dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia tersebut berbahaya. Oleh sebab itu,
pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut telaah tentang berbagai efek zat
kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada mekanisme efek
berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu terjadi
interaksi antara zat kimia (tokson atau zat aktif biologis) dengan reseptor. Terdapat
zat kimia dengan organisme hidup, yaitu kerja farmakon pada suatu organisme
ilmu, ia dengan dapat dengan bebas meminjam bebarapa ilmu dasar, guna
Ilmu toksikologi ditunjang oleh berbagai ilmu dasar, seperti kimia, biologi, fisika,
biologis yang diakibatkan oleh xenobiotika dapat diungkap melalui bantuan ilmu
patologi, immonologi, dan fisiologi. Untuk mengetahui efek berbahaya dari suatu
zat kimia pada suatu sel, jaringan atau organisme memerlukan dukungan ilmu
sistem kekebakan (immun) tubuh, untuk itu diperlukan bidang ilmu immunologi
guna lebih dalam mengungkap efek toksik pada sistem kekebalan organisme
pertanyaan mengenai ada tidaknya zat beracun yang dicurigai terdapat dalam
itu?
2. Apakah kadar zat beracun dalam tubuh dapat mempengaruhi atau
laboratorium
(CO). Karbon monoksida adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau yang dihasiklan dari suatu pembakaran yang tidak sempurna suatu
zat organik. Di atmosfer juga terdapat gas ini, umumnya akibat dari pemanasan
yang tidak sesuai dan dari pembakaran. Sumber tambahan CO juga berasal dari
sampai 210 kali lebih kuat dibandingkan dengan oksigen. Bahkan dengan adanya
katabolisme heme. Selain sumber ini, CO dari lingkungan juga dihasilkan akibat
asap rokok dan pembakaran, membuat kadar CO dalam darah kurang dari 1%
untuk yang bukan perokok dan 5% untuk perokok hebat. Gejela keracunan CO
seperti nafas yang pendek, sakit kepala, penglihatan berputar dan dapat
dan hasilnya ditunjukkan sebagai persentasi dari total hemoglobin. Prinsip dari
Umumnya dalam manual lab, analisa hemoglobin menggunakan metoda Tietz dan
karboksihemoglobin akan diukur pada panjang gelombang yang sama yaitu pada
555 nm dan 541 nm. Absorbansi pada proses hemolisis akan terlihat jelas
adalah memindahkan pasien dari sumber CO. Waktu yang digunakan untuk
dewasa dalam ruang pernafasan khusus. Untuk kasus keracunan yang lebih
Cockyane, 1993).
level darah muncul sekitar 1 jam setelah konsumsi. Sejumlah kecil etanol yang
Sebagian besar dosis dari yang terkonsumsi diekskresikan di hati. Etanol mula-
kemudian berubah menjadi asam asetat, yang selanjutnya dianggap sebagai asetil
koenzim A kemudian masuk dalam siklus Krebs. Salah satu efek nyata dari
adanya asetaldehid dalam tubuh adalah gangguan dari sistem syaraf (Young dan
Cockyane, 1993).
Jika 1 minuman dianggap mengandung 40% etanol, maka setelah 3-5
gelas dalam tubuh akan terdapat 50-100 mg/dL etanol. Di banyak negara, kadar
0,1 g/dL sudah dianggap melanggar hukum. Pada keadaan ini akan muncul
saliva dan urin yang direaksikan dengan natrium flourida. Jika diperiksa darah,
Serum, plasma, saliva dan urin memiliki kadar alkohol 20% lebih tinggi
akan diuji serum, saliva dan urin (Young dan Cockyane, 1993).
Metode yang paling umum digunakan adalah Gas-Liquid Chromatography
(GLC) dan Enzymatic Analyisis Using Reagent Alcohol (ADH). Reaksi dari
ADH akan menjelakan metabolisme dari etanol yang akan menentukan kadar
NAD menjadi NADH. Akan ada peningkatan absorbansi pada 340 nm akibat
ini juga dapat bersifat spesifik seperti pada isopropanol dan etilen glikol (Young
Pengkonsumsian dari jenis alkohol ini jarang ditemukan, namun jika dikonsumsi
akan menimbulkan efek yang hampir sama dengan yang ditimbulkan oleh
koma yang dapat diikuti oleh kebutaan (Young dan Cockyane, 1993).
Seperti etanol, metanol dan isopropanal dianalisa juga menggunakan GLC,
karena alkohol ini spesifik terhadap NAD. Karena titik didih senyawa ini dibawah
titik didih air, maka suhu kolom akan sekitar 80-85 C. Jika tidak ada zat
campuran lain, maka akan menghasilkan pemisahan yang baik. Zat yang dapat
sebagai internal standar, karena n-propanol memiliki retention time yang lebih
panjang dibandingkan dengan alkohol jenis yang lainnya. Dengan cara ini, dapat
dianalisa mulai dari 5-400 mg/dL dengan presisi 3% (Young dan Cockyane,
1993).
Untuk metanol dapat juga digunakan asam chromotopic untuk pengujian
ditambahkan dengan asam chromotopic akan terbentuk warna ungu yang spesifik
hanya untuk formaldehida tidak untuk alkohol jenis yang lainnya (Young dan
Cockyane, 1993).
Untuk etilen glikol, pengujiannya tidak menggunakan GLC karena titik
didihnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan air. Jadi untuk pengujian, etilen
ester yang kemudian dianalisa dengan menggunakan GLC (Young dan Cockyane,
1993).
3. Logam Berat
Plumbum atau timbal adalah logam berbahaya yang sudah mencemari
modern, pemaparan timbal banyak terdapat dari cat, bahkan sebelum tahun 1978
kadar timbal dalam peralatan rumah tangga sampai 40% (Young dan Cockyane,
1993).
Selain akibat cat, proses industrial sangat mempengaruhi pencemaran dari
timbal, mulai dari pengolahan logam, pembuatan baterai, bahkan hingga bahan
bakar yang mengandung timbal. Lead dapat terbawa mulai dari rambut, kulit,
Pada orang dewasa dengan keadaan tinggal yang sama, kadar timbal
pencernaan, ginjal dan saraf pusat. Untuk anak-anak tanda keracunan timbal
umum seperti hilangnya nafsu makan, mual, pucat dan sakit kepala. Efek terbesar
dari keracunan timbal seperti kerusakan sistem saraf pusat, anemia dan kerusakan
enzim. Efek timbal pada sintesis heme dan anemia bisa menjadi salah satu
indikator untuk analisa timbal. Timbal akan menghambat sintesis dari heme .
dalam uji lapangan karena metode yang diperlukan sangat kompleks dan sangat
mudah terkontaminasi oleh keadaan alam. Darah yang diambil dalam pengujian
harus berasal dari darah vena. Setelah darah dikumpul akan dianalisa dengan
menggunakan alat Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS0 atau dengan
molekul menjadi atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang
berada dalam keadaan dasar ini bisa menyerap sinar yang dipancarkan oleh
sumber sinar, pada tahap ini atom akan berada pada keadaan tereksitasi. Sinar
yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan dan dipancarkan pada detektor,
bergantung pada jumlah atom dalam keadaan dasar. Metode dasar untuk analisa
1993).
Untuk pasien yang telah terpapar oleh logam Pb dapat dilakukan
pengkelat berdasarkan gejala dan kadar Pb dalam tubuhnya. Agen pengkelat yang
digunakan pada umumnya British Anti-Lewisite (BAL) dan Kalsium EDTA (Ca-
EDTA). Senyawa ini akan bereaksi dengan Pb yang berada di jaringan tubuh
kemudian akan mengalami ekskresi melalui urin (Young dan Cockyane, 1993).
4. Pestisida
atau mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama bagi petani sangat luas
fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput,
tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida bukan hanya
menyebabkan kematian bagi hama tetapi juga bagi manusia. 1 dari 1,5 juta
kematian di Amerika Serikat diakibatkan keracunan pestisida (Young dan
Cockyane, 1993).
yang berfungsi untuk menetralkan asetokolin pada ujung syaraf dan syaraf otot.
dengan otot polos dan juga otot rangka, seperti muntah, diare, melambatnya detak
jantung, kelemahan otot, kram, gelisah dan insomia. Pada kasus keracunan akut,
kematian dapat terjadi akibat kelemahan otot dan gagal pernapasan (Young dan
Cockyane, 1993).
pseudokolinterase (ChE). Selain akibat dari pestisida, penurunan kadar ChE dapat
Pestisida yang juga dapat mengurangi kadar ChE dalam tubuh adalah organofosfat
Metode yang digunakan untuk menganalisa ChE dalam tubuh adalah hidrolisis
dari sintesis subtrat yaitu thiokolin ester. Hasil reaksi berupa thiokolin yang akan bereaksi
dengan agen pewarna yang akan memberi warna pada panjang gelombang 410-450 nm.
Metode ini akan diukur dengan DuPont ACA. Aktifitas ChE akan berkurang setelah 24
5. Penyalahgunaan Obat
Obat-obatan yang ditemukan dalam kasus overdosis umumnya terbagi atas
diresepkan sebagai penekan nafsu makan dan pengobatan untuk anak hiperaktif.
Obat turunan yang lain biasanya digunakan dalam pengobatan untuk membantu
diet, dan juga dalam obat flu. Selain untuk penggunaan klinis, disalahgunakan
stimulasi saraf pusat, kehilangan nafsu makan, insomia, kelelahan, dan berbicara
Cockyane, 1993).
b. Barbiturat
Contoh dari obat yang termasuk dalam grup barbiturat adalah amobarbital,
Obat dalam kelompok barbiturat ini termasuk dalam obat anti-depresan dan
ini umumnya diberikan agar untuk membantu penenangan dan tidur, namun
beberapa dari obat ini memiliki efek yang sama dengan alkohol. Overdosis
berpikir, pupil mata mengecil, dan menyerang sistem syaraf. Keracunan yang
terapi dan alkalinisasi urin yang akan mencegah reabsorpsi (Young dan Cockyane,
1993).
c. Benzodiazepin
Kelompok obat benzodiapin termasuk dalam obat-obat yang digunakan
ini digunakan untuk mengatur gangguan tidur, kecemasan, dan kelaian lainnya.
tetapi lebih banyak digunakan dibandingkan yang lain diakibatkan letal dosisnya
yang besar. Meskipun dikonsumsi dalam jumlah yang besar, tidak ada efek
Cockyane, 1993).
d. Kokain
Dahulu, kokain memiliki banyak kegunaan, namun sekarang
stimulasinya. Kokain dapat masuk dihirup oleh hidung dana atau masuk ke
bentuk alkaloid sebagai pembagian dari basa bebas (Young dan Cockyane,
1993).
Kokain adalah anestetik yang secara alami terbentuk dan yang plaing besar
terjadi secara alami smilasi CNS. Gejala dari penyalahgunaan kokainialah sa,a
dengan amfetamin. Pada penambahan efek stimulasi, kokain memiliki efek racun
adalah hasil metabolit yang diukur dengan metode awal untuk pengggunaan
kokain. Karena kokain terurai secara cepat, kelebihan dosis tidak biasa
memerlukan perlakuan secara spesifik. Overdosis biasnaya berjalan secara cepat
sebelum seorang pasien yang overdosis pada ruang emergensi (Young dan
Cockyane, 1993).
e. Cannabinoid
Diantara nama umum untuk kelompok senyawa cannabinoid
(THC). Marijuana dan kokain adalah ialah senyawa paling umum dan illegal
di Amerika Serikat. Senyawa paling aktif dan sebagai psikoaktif pada marijuana
ialah THC. Marijuana biasanya terasapi pada rokok atau pipa saluran
bahagia, sejuk dan gelisah. Karena THC merupakan lemak yang larut
pada masa kritis digunakan pada interval kurang dari setengah hasil dari
besarnya ukuran THC yang tersimpan pada ukuran lemak (Young dan Cockyane,
1993).
f. Metadon
jerman saat perang dua kedua. Metadon ini dapat menghasilkan banyak efek
narkotika yang paling disalahgunakan karena ini sejenis dengan efek yang
Cockyane, 1993).
Kelompok obat beracun termasuk suatu senyawa yang diperoleh dari alam yang
kemudian di sintesis. Senyawa ini diisolasi dari bunga opium yaitu opium,
yang masuk dalam kategori semi sintesis. Contoh dari sintesis obat-obatan yang
Opioid juga menyebabkan efek candu yang banyak disalahgunakan. Opiet ialah
satu dari obat-obatan yang dapat berfungsi sebagai penawar racun (Young dan
Cockyane, 1993).
h. Salisilat
anacin, aspirin, bufferin, exedrin dan midol. Salisilat diklasifikasikan sebagai anti
imflamasi, obat demam, anti nyeri dan digunakan untuk meredakan imflamasi,
demam dan sakit. Efek samping dari penggunaan salisilat dapat menyebabkan
iritasi pada organ pencernaan. Toksisitas salisilat sama pada anak-anak dan orang
i. Trisiklik Anti-Depresan
Kelompok trisiklik anti depresan terdiri dari banyak obat-obatan yang
urin. Pada banyak kasus, uji kualitatif urin akan menyediakan informasi yang
Karena pada umumnya pengobatannya hanya berupa terapi, uji kuantitatif juga
volume uji dari urin membuat uji urin lebih dipilih dibandingkan uji darah (Young
spot bertujuan untuk menganalisa obat atau kelompok obat secara spesifik atau
melalui spektrum Kromatografi Lapis Tipis atau Gas Cair Kromatografi yang
dapat mendeteksi banyak obat dalam 1 kali analisa. Tes awal biasanya memakan
dengan spot test. Uji ini dilakukan dengan menambahkan beberapa pereaksi
Umumnya tes ini dilakukan untuk jenis obat acetaminopin, imipramin, salisilat
dan phenotiazin. Keuntungan dari uji ini adalah tidak adanya perlakuan awal,
mudah dan tidak mahal dan tidak memerlukan ahli. Namun kekurangannya
kurang sensitif dan spesifik dibandingkan uji lain (Young dan Cockyane, 1993).
Lebih kompleks dibandingkan test spot adalah immunoassay.
obatan dalam tubuh pasien dapat diukur dengan radioisotop, enzim dan zat yang
waktu yang lama untuk inkubasi jadi tidak dapat digunakan untuk keadaan
darurat. Metode EMIT dan FPIA tidak memerlukan perlakuan awal, sensitif
immunoessay spesifik untuk 1 obat dan tidak dapat dilakukan untuk semua
kasus ketergantuangan obat terdapat hasil positif yang salah (Young dan
Cockyane, 1993).
fasa cair atau gas sebagai fase gerak dengan fase diam adalah cairan atau padatan.
Tingkat pemisahan pada obat didasarkan pada pada sifat fisika dan sifat kimia dari
kedua fasa. Kromatografi ini sangat baik digunakan untuk metode awal dan
instrumen yang mahal tetapi tes ini sangat objective terhadap analisa obat. Obat
dalam cairan tubuh harus diekstraksi terlebih dahulu sebelum diperiksa, misalnya
organik untuk mengekstraksi obat. Fasa organik kemudian dikeringkan dan residu
kromatogram dapat disemprot dengan reagen warna atau dapat dilihat juga di
sinar UV. Beberapa obat dan metabolitnya dapat diidentifikasi dengan migrasi
dahulu dan metode kedua yang tidak berhubungan seperri immunoassay dan GC.
Tes konfirmasi umumnya memerlukan waktu yang lebih banyak dan instrumentasi
Gas Kromatografi
GC-MS, GC, dan HPLC. Namun instrumen seperti GLC,GC, dan HPLC
memerlukan instrumen yang mahal dan keahlian peneliti yang tinggi. Untuk GLC
memerlukan ekstraksi contoh yang sederhana seperti pada ekstraksi KLT, jadi
contoh yang pekat dan cocok untuk injeksi. Setelah injeksi contoh, contoh
kemudian dibawa oleh gas pembawa. Ada 2 detektor yang digunakan dalam GLC
yaitu flame ionization detector dan thermoionic selective detector. Hasil analisa
HPLC hampir sama dengan GLC kecuali fasa geraknya yang berupa
peak-peak yang akan diinterpretasi. HPLC, GLC dan GC-MS dapat digunakan
sebagai analisa kuantitatif dan kualitatif. Analisa dengan instrumen ini akan
adalah harga dari metode analisa yang tinggi, harus adanya perlakuan awal dan
yang digunakan sebagai detektor. Pada MS, obat ditembak dengan elektron. Ion
yang dihasilkan akan membentuk fragmen-fragmen yang akan dielusidasi
mengidentifikasi obat dalam tubuh. Untuk metode kromatografi, hanya TLC yang
dapat digunakan dalam keadaan darurat karena waktu uji yang diperlukan sangat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Karena sifat dari organ tubuh ini rentan terhadap racun, untuk itu kita
intensitas paparan dari racun tersebut. Dan kita juga perlu mengetahui tindakan
awal apa yang harus dilakukan jika terdapat orang yang keracunan agar efek dari
DAFTAR PUSTAKA
Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar; Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko.
Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, UI Press.
Young, S.C.A., dan Cockyane, S., 1993, Clinical Chemistry :
Concepts And Applications, Philadelphia: Saunders