1. Pengertian
2. Tujuan
1) Untuk mengkaji status cairan intravaskuler pasien. (Mary E.
Mancini, 2000 : 164)
2) Sebagai pemandu pemberian cairan pada pasien sakit yang serius
3) Sebagai pengukur volume efektif darah yang beredar
(Smeltzer;2001:747-748)
3. Prosedur Pemasangan
1) Persiapan alat
a. pencukuran
b. bersihkan daerah sekitar pemasangan cvp
c. anastesi local
d. kateter
e. salep antiseptic
f. kasa steril kering
g. cairan intra vena
h. balutan
i. manometer dan pipa infuse
2) Cara pemasangan
a. tempat pemasangan cvp dipersiapkan dengan pencukuran dan
dibersihkan dengan larutan antiseptic
b. anastesi local digunakan
c. kateter dimasukan melalui vena jugularis eksterna, antekubital,
atau femoral ke vena kava tepat diatas atau dalam atrium kanan.
d. bila kateter sudah dimasukan , oleskan salep antiseptic dan tutup
dan tutup dengan kasa steril kering.
e. balutan, cairan intra vena, manometer, dan pipa, diganti sesuai
dengan kebijaksanaan dan protocol rumah sakit.
f. interval pergantiaan komponen yang umum adalah sebagai
berikut: larutan intravena tiap 24 jam , pipa infuse setiap 24 48 jam,
balutan pada tempat masuk kateter tiap 24 72 jam.
g. cvp di ukur berdasarkan tingginya kolom air pada manometer . saat
mengukur cvp , titik nol manometer harus sejajar dengan titik acuan
standar , disebut aksis flebostatik.
h. bila posisinya telah ditentukan tandailah dengan tinta pada kulit
dada.
i. bila digunakan aksis flebostatik, cvp dapat diukur dengan tepat
dengan pasien dalam posisi telentang dan kepala ditinggikan sampai
450. cvp normal adalah 4 10 cm ( smeltzer ; 2001 : 748)
Gambar 1.4 pemasangan central vena pressure
7. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi
1) Kelebihan cairan
Ketidaktepatan pemasangan kateter pada atrium kanan menyebabkan
nilai CVP tidak akurat dan tidak sesuai dengan kondisi pasien, sehingga
pemberian terapi cairan beresiko berlebihan.
2) Infeksi pada tempat tusukan dan Sepsis
Perawatan pada tempat pemasangan kateter CVP pada tubuh pasien
harus memperhatikan teknik steril, sehingga apabila tidak dilakukan
perawatan yang benar maka akan timbul sepsis akibat adanya infeksi
dan ketidasterilan perwatan pada tempat pemasangan kateter CVP.
3) Emboli pulmoner : walaupun <20 mL jarang menyebabkan
masalah, namun volume udara yang lebih besar dapat menyebabkan
embolisme paru dan henti jantung.
(Mary E. Mancini, 2000 : 164)
Selain itu maka kemungkinan komplikasi lain yang terjadi setelah
pemasangan menurut (Jevon, 2008: 146) antara lain:
1) Malposisi kateter
2) Tertusuknya arteri (R. perdarahan)
Kesalahan atau ketidaktepatan penentuan lokasi pemasangan akan
beresiko menusuk pembuluh darah yang berada di sekitar lokasi
pemasangan dan dapat menimbulkan perdarahan.
8. Lokasi Pemasangan
Lokasi pemasangan kateter vena sentral biasanya di vena jugularis
interna (kanan dan kiri) dan vena subclavia (kanan atau
kiri)..
N Langkah-langkah Rasional
o
1 Identifikasi klien yang Klien-klien yang beresiko
potensial mengalami hipotensi atau mengalami
ketidakseimbangan ketidakseimbangan cairan
cairan atau hipotensi meliputi klien dengan
yang memerlukan dekompensasi kordis
pengukuran CVP. (termasuk
kardiomiopati),infeksi yang
menimbulkan sepsis,
hemoragi, pemulihan
pascaoprasi, syuok bentuk
apa saja, dan kondisi lain
dimana terjadi perpindahan
cairan dengan cepat.