Segala puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya referat dengan judul
Perbedaan Depresi Unipolar dan Depresi Bipolar. Penulisan referat ini dibuat dengan tujuan
untuk memenuhi salah satu Kepaniteraann Ilmu Kedokteran Jiwa di RS Jiwa Dr. Soeharto
Herdjan Periode 14 November 12 Desember 2016.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagi pihak sangatlah sulit
untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Galianti Prihandayani, Sp. KJ selaku pembimbing yang telah
membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, dan kepada semua pihak
yang turut serta membantu penyusunan makalah ini.
Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya selama proses kemajuan pendidikan
selanjutnya.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Penulis
DAFTAR ISI
Depresi merupakan salah satu gangguan psikiatrik yang sering ditemukan dengan
prevalensi seumur hidup adalah kira kira 15%. Pada pengamatan yang universal terlepas
dari kultur atau negara prevalensi gangguan depresi berat pada wanita dua kali lebih
besar dari pria. Pada umumnya onset untuk gangguan depresi berat adalah pada usia 20
sampai 50 tahun, namun yang paling sering adalah pada usia 40 tahun. Depresi berat juga
sering terjadi pada orang yang tidak menikah dan bercerai atau berpisah.
Depresi tersebar luas, pasien yang hanya menderita episode depresif berat
dikatakan memiliki gangguan depresi berat atau depresi unipolar. Pasien dengan episode
manik maupun depresif dikatakan memiliki gangguan bipolar. Banyak pasien yang
didiagnosis memiliki gangguan depresi berat, pada pemeriksaan yang teliti menunjukkan
adanya episode manik atau hipomanik di masa lampau yang hilang tanpa terdeteksi.
Depresi bipolar sering tidak terdiagnosis atau terdiagnosis sebagai depresi unipolar.
Padahal gejala-gejala depresi bipolar tidak sama dengan depresi unipolar. Penangannya
juga berbeda. Sehingga tingginya prevalensi mengharuskan klinisi mengenali dan
memberikan tatalaksana depresi klinis pada pasien.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Depresi
2.1 Depresi
Depresi adalah suatu bentuk gangguan alam perasaan (mood), yang ditandai dengan
kehilangan energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, mengalami hilangnya
nafsu makan, berpikir mati atau bunuh diri sehingga hilangnya kegairahan hidup.1,2
Menurut DSM-IV-TR, gangguan depresi berat yang juga dikenal sebagai depresi unipolar
terjadi tanpa riwayat episode manik, campuran atau hipomanik.2 Gangguan depresi
mayor paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15 %. Penderita
perempuan dua kali lipat lebih besar dibanding laki-laki. Diduga karena adanya
perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stressor psikososial. Rata-rata
terjadi pada usia 40 tahun-an. Hampir 50 % awitan diantara 25-50 tahun. Depresi berat
dapat timbul baik pada masa anak maupun lanjut usia.
Selain karena faktor jenis kelamin dan usia, depresi juga dapat ditemukan pada
orang yang mempunyai hubungan interpersonal yang erat atau mereka yang bercerai atau
berpisah. Perempuan yang tidak menikah memiliki kecenderungan lebih rendah untuk
menderita depresi, namun hal ini berbanding terbalik dengan laki-laki. Depresi juga lebih
sering ditemukan di daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan.1
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya depresi, yaitu :1
1. Faktor organobiologik
Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada pasien-pasien
dengan gangguan mood. Norepinephrine dan serotonin adalah dua neurotransmitter
yang paling terlibat patofisiologi gangguan mood. Depresi juga dapat disebabkan oleh
pelepasan norepinefrine dan serotonin berkurang akibat aktifnya reseptor b 2-
presinaptik. Jalur dopamine mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada depresi.
2. Faktor genetik
Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan mood. Didapatkan
penelitian dalam keluarga, generasi pertama dan kedua sampai 10 kali lebih sering
mengalami depresi berat.
3. Faktor psikososial
Peristiwa kehidupan yang membuat seseorang merasa tertekan (stress) dapat
mencetuskan terjadinya depresi.
Patofisiologi depresi dijelaskan dalam beberapa hipotesis. Hipotesis monoamina telah menjadi
dasar teori neurobiologis depresi selama 50 tahun terakhir. Berdasarkan pengamatan dari
mekanisme kerja