Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu (AKI) merupakan barometer pelayanan kesehatan
ibu di suatu negara. Bila angka kematian ibu masih tinggi berarti pelayanan
kesehatan ibu masih rendah. Sebaiknya bila angka kematian ibu rendah berarti
pelayanan kesehatan ibu sudah baik. Mortalitas dan morbiditas pada wanita
hamil adalah masalah besar di negara berkembang. Saat ini angka kematian
maternal dan neonatal di Indonesia masih tinggi.1
Pada tahun 2011 ada 5 negara memiliki AKI 15-199 per 100.000
kelahiran hidup, yakni: Brunei Darussalam (24), Filipina (99), Malaysia (29),
Vietnam (59), dan Thailand (48) serta 4 negara memiliki AKI 200-499 per
100.000 kelahiran hidup, termasuk Indonesia. AKI di Indonesia pada tahun
2012 sebesar 359/100.000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa Angka
Kematian Ibu di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Filipina, Vietnam
dan Thailand.1,2
Di negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu
dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara
keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko
kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca
persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di
samping ketidak tersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas
kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas.1
Pelayanan kesehatan pada ibu nifas yang sesuai standar, dilakukan
sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam
jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai
dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari
ke-42 pasca persalinan. Berdasarkan data dari profil kesehatan tahun 2016
target kunjungan masa nifas adalah 98%. Target ini diharapkan dapat
menurunkan tingkat komplikasi dan kematian pada masa nifas.3
Namun, angka kunjungan nifas di beberapa wilayah Indonesia masih
belum memuaskan, salah satunya yaitu wilayah di Kelurahan Jati Padang,
Pasar Minggu. Hal ini terlihat dari program kunjungan nifas di Puskesmas
Kelurahan Jati Padang pada tahun 2016 yaitu sebesar 74,9%. Angka ini lebih
rendah dari target program kunjungan nifas yang dicanangkan oleh
Kementerian Kesehatan. Permasalahan yang muncul adalah capaian target yang
belum terpenuhi secara maksimal pada tahun 2016.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terkait dengan penanggung
jawab program dikatakan bahwa program kunjungan nifas banyak ditemukan
kendala. Kendala tersebut dapat berupa sarana dan prasarana yang tidak
memadai, kurangnya informasi mengenai kunjungan nifas yang dapat
dilakukan di puskesmas. Berdasarkan masalah diatas maka perlu dianalisa
ulang mengenai kekurangan dalam pelaksanaan program-program puskesmas
terutama program kunjungan nifas di Puskesmas wilayah kerja Kelurahan Jati
Padang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja hal-hal yang menyebabkan rendahnya angka pencapaian kunjungan
nifas di Puskesmas Kelurahan Jati Padang?
2. Apa saja alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan penyebab masalah
yang ditemukan?
3. Bagaimana prioritas pemecahan masalah sesuai dengan penyebab masalah
yang ada?
4. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah
tersebut?

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari evaluasi program ini adalah untuk meningkatkan kunjungan nifas
ke Puskesmas Kelurahan Jati Padang.

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hasil pencapaian program cakupan kunjungan nifas di
Puskesmas Kelurahan Jati Padang pada Januari – Maret 2017.

b. Menentukan alternatif pemecahan masalah dan solusi dari program


cakupan kunjungan nifas di Puskesmas Kelurahan Jati Padang.
c. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan partisipasi ibu nifas ke
Puskesmas Kelurahan Jati Padang masih rendah.
d. Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan prioritas masalah di
Puskesmas Kelurahan Jati Padang.

1.4 Manfaat
A. Manfaat bagi Penulis
a. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
b. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.
c. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan didalam program puskesmas.

B. Manfaat bagi Puskesmas


a. Membantu Puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum maksimal.
b. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya
puskesmas yang belum memenuhi target SPM.
c. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap
masalah tersebut.

C. Manfaat bagi Masyarakat


Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah meningkatkan partisipasi ibu
nifas ke Puskesmas untuk menurunkan angka kematian ibu kelurahan Jati
Padang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Masa Nifas


Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas atau
puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu atau 42 hari setelah itu. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.4
Masa nifas atau purpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahir plasenta
sampai dengan 6 minggu (42hari). Masa nifas disebut juga masa postpartum atau
purperium, adalah masa setelah persalinan, masa, perubahan, pemulihan,
penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi seperti sebelum
hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca persalinan.5

2.2 Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas


Berdasarkan standar pelayanan kebidanan, standar pelayanan untuk ibu nifas
meliputi perawatan bayi baru lahir (standar 13), penanganan 2 jam pertama
setelah persalinan (standar 14), serta pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa
nifas (standar 15). Apabila merujuk pada kompetensi 5 (standar kompetensi
bidan), maka prinsip asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui harus
yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat. Jika dijabarkan
lebih luas sasaran asuhan kebidanan bagi ibu pada masa nifas meliputi hal-hal
sebagai berikut :

a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.


b. Identifikasi dari penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun
psikis.
c. Mendorong agar dilaksanakannya metode yang sehat tentang pemberian
makanan anak dan peningkatan pengembangan hubungan antara ibu dan
anak yang baik.
d. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan ia
melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus.
e. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.
f. Merujuk ibu ke tenaga yang lebih ahli jika perlu.

2.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas7


Tujuan yang diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.

b. Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila tejadi komplikasipada ibu


maupun bayi.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan


diri,nutrisi,KB, cara dan manfaat. menyusui, imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari.

d. Memberikan pelayanan KB.

2.4 Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi menjadi 3 tahap :7

a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu tlah diperbolehkan untuk berjalan-jalan, Dalam agama
islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote Peurperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan memiliki komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.
2.5 Program dan Kebijakan Teknis

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan
BBL, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang
terjadi antara lain sebagai berikut :7

Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan

Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan

Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah melahirkan

Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah melahirkan

Tabel 2.1 Asuhan Kunjungan Nifas Normal7

KUNJUNGAN WAKTU ASUHAN

I 6.8 jam post partum a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan

c. Memberikan konseling pada ibu mengenai bagaimana


cara pencegahan pendarahan

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru


lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah


hypothermi

II 7hari post partum a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus


berkontraksi, fundus dibawah umbilikus dan tidak ada
tanda-tanda perdarahan abnormal

b. Menilai adaanya tanda-tanda demam, infeksi,


perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan


istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak


memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada


bayi,tali pusat dan merawat bayi sehari-hari

III 2 minggu post a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus


partum berkontraksi, fundus dibawah umbilikus dan tidak ada
tanda-tanda perdarahan abnormal

b. Menilai adaanya tanda-tanda demam, infeksi,


perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapat cukup makan,cairan dan


istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak


memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada


bayi, tali pusat dan merawat bayi sehari-hari

IV 6 minggu post a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia


partum alami

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini,


imunisasi, senam nifas, dan tanda-tanda bahaya yang
dialami oleh ibu dan bayi.
BAB III
DATA UMUM DAN KHUSUS PUSKESMAS JATI PADANG

3.1 Data Umum Puskesmas


3.1.1. Data Demografi
A. Lokasi
Puskesmas Kelurahan Jati Padang berlokasi di Jalan Raya Ragunan No.25 RT
04/ RW 05, Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Kotamadya
Jakarta Selatan.

B. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jati Padang meliputi seluruh wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Jati Padang, yang terdiri dari 10 RW dan 101 RT.

C. Batas wilayah
1. Sebelah Utara : Kelurahan Pejaten Barat
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Pasar Minggu
3. Sebelah Timur : Kelurahan Kebagusan
4. Sebelah barat : Kelurahan Ragunan

D. Keadaan Tanah
1. Luas seluruh wilayah Kelurahan Jati Padang : 2,49 km2
2. Terlampir seluruhnya untuk pemukiman
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kelurahan Jati Padang.

E. Fasilitas Pendidikan

Tabel 3.1 Fasilitas Pendidikan


No. Fasilitas Pendidikan Jumlah
1 TK 5
2 SD 8
3 MI 3
4 SLTP 5
5 SMU 3
6 SMK 2
7 Universitas 2
Total 28

Berdasarkan Tabel 3.1, Kelurahan Jati Padang memiliki 28 fasilitas


pendidikan. Dimana fasilitas pendidikan SD menduduki jumlah teratas dengan
jumlah 8 sekolah, TK dan SLTP masing-masing berjumlah 5 sekolah, MI dan
SMU masing-masing berjumlah 3 sekolah, dan SMK serta Universitas masing-
masing berjumlah 2 sekolah.

F. Fasilitas Kesehatan
Tabel 3.2 Fasilitas Kesehatan
No. Fasilitas Jumlah
1 Rumah sakit -
2 Puskesmas 1
3 Rumah Bersalin -
4 Dokter 24 jam 2
5 Dokter Gigi 4
6 Balkesmas -
7 Bidan Swasta 6
8 Laboratorium -
9 Apotik -
10 Klinik 3
11 Posyandu 30

Kelurahan Jati Padang memiliki beberapa fasilitas kesehatan, dimana


Posyandu merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dengan jumlah terbanyak,
yaitu sebanyak 30 unit. Puskesmas Kelurahan Jati Padang tidak mempunyai
gedung sendiri melainkan mengontrak per tahun pada pihak ketiga.

3.1.2 Data Demografi


Jumlah Penduduk sampai dengan Maret 2017 = 42.857 jiwa.
 Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, maka jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
kelurahan Jati Padang terbagi atas:
Laki-laki : 21.340 jiwa
Wanita : 21.517 jiwa
Jumlah penduduk di Kelurahan Jati Padang sampai dengan bulan Maret 2017
adalah sebanyak 42.857 orang terdiri dari jumlah laki-laki 21.340 orang dan
perempuan sebanyak 21.517 orang dan warga negara asing (WNA) laki-laki
0 orang dan perempuan 0 orang. Jumlah seluruh penduduk adalah 42.857
orang dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 14.169
Dengan luas wilayah sebesar ± 249,77 Km 2, maka tingkat kepadatan
rata-rata penduduk adalah 171.5 jiwa per Km2. Maka tingkat kepadatan dan
pertumbuhan penduduk kelurahan Jati Padang termasuk tinggi. Hal ini
mungkin disebabkan oleh letaknya yang strategis sehingga menjadi daya
tarik tersendiri untuk dijadikan sebagai tempat tinggal dan mengembangkan
usaha.

Tabel 3 . 3 Perincian Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur.

Gol. Umur Laki–Laki Perempuan Jumlah


0–4 2.290 2.308 4.598
5–9 1.943 1.937 3.880
10–14 1.803 1.844 3.647
15–19 1.531 1.591 3.122
20–24 1.527 1.567 3.094
25–29 1.670 1.743 3.413
30–34 2008 2.133 4.141
35–39 1.989 1.968 3.957
40–44 1.826 1.716 3.592
45–49 1.436 1.536 2.972
50–54 1.116 1.180 2.296
55–59 851 486 1.337
60–64 626 616 1.242
65–69 310 376 686
70–74 227 235 462
75+ 160 196 356
Jumlah 21.313 21.432 42.745
Sumber: Data Laporan Susunan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kelurahan
Jati Padang tahun 2016

Dari tabel tersebut diatas, didapatkan bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio)
laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Dari tabel tersebut juga didapatkan
dependency ratio dari populasi di Kelurahan Jati Padang sebesar 0,46%,
atau dengan kata lain setiap 100 orang usia produktif mengandung beban 1
orang usia non-produktif.

Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Pendidikan


No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Belum sekolah 1.804
2 Tidak Tamat SD 3.833
3 Tamat SD 4.265
4 Tamat SMP 4.421
5 Tamat SMA 17.882
6 Akademi Perguruan Tinggi 10.540
Total 42.745

Sumber: Laporan Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Pendidikan

Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk


Kelurahan Jati Padang memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 17.882
siswa/i (41,8%). Sebanyak 10.540 jiwa dengan pendidikan terakhir Perguruan
Tinggi (24,6%), sebanyak 4.421 tamat SMP (10,3%), sebanyak 4.265 tamat SD
(9,9%), sebanyak 3.833 tidak tamat SD (8,9%) dan 1.804 (4,5%) orang belum
sekolah.

Tabel 3.5. Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Agama


No. Agama Jumlah
1 Islam 40.455
2 Katholik 792
3 Protestan 1.345
4 Hindu 95
5 Budha 53
6 Aliran Kepercayaan 5
Total 42.745

Sumber: Laporan Penduduk Kelurahan Jati Padang Berdasarkan Agama

Dari tabel diatas didapatkan bahwa agama Islam merupakan agama


yang mayoritas dianut oleh penduduk Kelurahan Jati Padang, yaitu sebanyak
40.455 jiwa atau 94,6% dari total penduduk kelurahan Jati Padang
berdasarkan agama.

Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Kelurahan Berdasarkan Pekerjaan


No. Pekerjaan Jumlah
1 Bekerja 22.187
2 Tidak bekerja 531
3 Ibu Rumah Tangga 11.472
4 Pelajar/ Mahasiswa 7.635
5 Pensiunan 920
Total 42.745

Sumber: Laporan Penduduk Puskesmas Kelurahan Jati Padang berdasarkan Pekerjaan

Dari tabel diatas didapatkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan


Jati Padang mempunyai pekerjaan, yaitu sebanyak 22.187 (51,9%). Ibu
rumah tangga menduduki peringkat kedua, yaitu berjumlah 11.472 (26,8%)
orang. Pada peringkat ketiga diduduki oleh pelajar/ mahasiswa, yaitu
sebanyak 7.635 (17,8%) orang. Di Kelurahan ini terdapat 920 (2,1%) orang
yang pensiun dan 531 (1,4%) orang yang tidak bekerja.

3.1.3. Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Jati Padang


Tahun 2016
Berdasarkan pendataan tahun 2016 dari bulan Oktober sampai dengan
Desember, infeksi akut lain pada saluran pernafasan atas mempunyai
frekuensi tertinggi sebesar 628 penderita (28,9%) dari total.

Penderita, diikuti oleh penyakit lain sebanyak 472 penderita (21,8%),


penyakit kulit alergi sebanyak 189 penderita (8,73%), hipertensi 169
penderita (7,80%), penyakit pulpa dan jaringan periapikal 169 penderita
(7,80%), penyakit dan kelainan susunan syaraf lain 130 penderita (6%),
penyakit lain pada saluran pernafasan 123 penderita (5,68%), penyakit pada
sistem otot dan jaringan pengikat 121 penderita (5,59%),diare (termasuk
kolera) sebanyak 97 penderita (4,48%), dan TBC paru sebanyak 68 penderita
(3,14%).
Tabel 3.7 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Jati Padang Bulan
Oktober - Desember 2016

No. Diagnosis Penyakit Jumlah Kunjungan Persentase (%)

1. Infeksi akut lain pernafasan atas 628 28,9 %


2. Penyakit lainnya 472 21,8%
3. Penyakit kulit alergi 189 8,73%
4. Hipertensi 169 7,80%
5. Penyakit pulpa & jaringan periodontal 169 7,80%
6. Penyakit & kelainan susunan saraf lain 130 6,00%
7. Penyakit lain pada saluran pernafasan 123 5,68%
Penyakit pada sistem otot dan jaringan
8. 121 5,59%
pengikat
9. Diare 97 4,48%
10. TBC paru 68 3,14%

Total 2.166 100%

Sumber: Laporan Bulanan Data Kesakitan Puskesmas Kelurahan Jati Padang Bulan Oktober
– Desember 2016

3.1.4 Visi Dan Misi Puskesmas


a. Visi Puskesmas
Menjadi puskesmas dengan pelayanan prima menuju masyarakat jati
padang sehat 2020.
b. Misi Puskesmas
1. Mewujudkan upaya kesehatan masyarakat yang bermutu,dengan
mengutamakan pelayanan promotif,preventive,dan tidak mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
2. Membina upaya kesehatan berbasis masyarakat dengan meningkatkan
kerjasama lintas sector.
3. Mewujudkan kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat.
c. Fungsi:
1. Puskesmas Kelurahan merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan,
pengendalian, pengembangan upaya kesehatan, pendidikan, dan
pelatihan di wilayah kerjanya.
2. Melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian terhadap
pengelolaan dan pelayanan kesehatan.
3. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar ISO 9001-2008 yang
meliputi: loket, poli umum, poli gigi, rekam medis, KIA, KB, gizi,
jiwa, ASKES, GAKIN, Laboratrium sederhana, apotek dan
penyuluhan kesehatan serta klinik lain sesuai kebutuhan.
4. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
meliputi kader kesehatan, posyandu, RS, BPS, PKK, RT/RW, karang
taruna dan lain-lain.
5. Mengkoordinasikan program temu lintas sektoral dalam
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat.
6. Menilai dan melaporkan kinerja, terjangkau, berkesinambungan,
mandiri dan mengutamakan kepuasan pelanggan.

d. Program Pokok Puskesmas


1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Setiap puskesmas memiliki upaya kesehatan wajib yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai
daya tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di
wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
e. Promosi Kesehatan
f. Upaya Pengobatan Dasar

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Perawatan Kesehatan masyarakat
c. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
d. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

2.1.6 Tujuan
a. Mengembangkan profesionalisme SDM medis dan non medis
b. Terwujudnya penempatan karyawan sesuai dengan ahlinya
c. Meningkatkan prestasi kerja dan kinerja karyawan
d. Terwujudnya mutu pelayanan kesehatan yang paripurna untuk kepuasan
pelanggan sesuai standar ISO 9001-2008
e. Terwujudnya sistem manajemen puskesmas
f. Terwujudnya kerjasama dengan mitra kerja, lintas sektoral dan institusi
baik pemerintah maupun swasta
g. Terwujudnya pengetahuan masyarakat tentang betapa pentingnya masalah
kesehatan

3.1. DATA KHUSUS PUSKESMAS


3.1.1 Infrastruktur Puskesmas
Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat
pertama, di Indonesia. Pada tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja
Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) sehingga adanya konsep Puskesmas
pertama kali di Jakarta, melalui rapat tersebut tercetus ide agar pelayanan
tingkat pertama disatukan ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan
diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas pada
waktu itu, dibedakan dalam 4 macam, yaitu:
1. Puskesmas tingkat Desa.
2. Puskesmas tingkat Kecamatan.
3. Puskesmas tingkat Kewedanan.
4. Puskesmas tingkat Kabupaten.
Karena adanya kemampuan pemerintah yang berkembang serta
adanya Instruksi Presiden (INPRES) Kesehatan Nomor 5 Tahun 1974,
Nomor 7 Tahun 1975 dan Nomor 4 Tahun 1976 sehingga pada tahun 1979,
dilakukan pembangunan Puskesmas di daerah-daerah tingkat Kelurahan atau
Desa yang memiliki jumlah penduduk berjumlah 30.000 jiwa. Koordinasi
kegiatan-kegiatan yang berada di suatu kecamatan, dilakukan dengan cara
puskesmas yang bersangkutan ditunjuk sebagai penanggung jawab dan
disebut dengan nama Puskesmas Tingkat Kecamatan atau Puskesmas
Pembina. Sedangkan Puskesmas yang ada di tingkat Kelurahan atau Desa
disebut Puskesmas Kelurahan atau Puskesmas Pembantu. Pengkategorian
Puskesmas seperti ini hingga sekarang masih digunakan.
Puskesmas Jati Padang merupakan puskesmas tingkat kelurahan yang
berada langsung dibawah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Puskesmas
yang pada awalnya merupakan balai pengobatan yang hanya bergerak
dibidang upaya kesehatan perorangan saja yang hanya berfokus pada poli
umum, poli gigi, kesehatan ibu dan anak serta KB (KIA-KB). Lokasi
pertama Puskemas Jati Padang berada di Jalan Jati Padang 1A dan dikepalai
oleh dr. Titi. Selanjutnya pada tahun 2013, Puskesmas Jati Padang pindah ke
Jalan Jati Padang Raya RT/RW 07/03 dengan dr. Desi sebagai kepala
Puskesmas. Pada bulan Juli 2016 Puskesmas Jati Padang relokasi tempat
untuk yang keempat kalinya ke Jalan Raya Ragunan No. 25 dengan drg.
Erna sebagai Kepala Puskesmas. Puskesmas Jati Padang masih berupa
sistem sewa. Puskesmas Jati Padang terdiri dari 2 lantai:
a. Lantai I
- Loket
- BPU dan ruang tindakan
- BPG
- KB-KIA, MTBS, Imunisasi
- Ruang Obat dan Apotik
- Ruang TU, Konsultasi Gizi dan Kesehatan Reprodusi Remaja
- Dapur
- Toilet
b. Lantai II
- Poli Paru
- Musholla
- Toilet
- Ruang pertemuan
- Gudang obat

3.2.2 P1 (Perencanaan)
a. Man
Berdasarkan data yang tercantum pada Tabel 11, Puskesmas Kelurahan
Jati Padang memperkerjakan 9 orang, dengan 8 orang tenaga kesehatan
didalamnya, diantaranya ialah 1 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 2
orang bidan, 2 orang perawat, 1 orang perawat gigi, 1 orang administrasi dan 1
orang petugas gizi.

Tabel 3.8 Jumlah Tenaga Kerja di Puskesmas Kelurahan Jati Padang

Gol/Status Kepegawaian
No. Tenaga Kerja Jumlah
PNS Non-PNS
1 Dokter umum 1 orang - 1 orang
2 Dokter gigi 1 orang - 1 orang
3 Bidan 2 orang - 2 orang
4 Perawat 2 orang - 2 orang
5 Perawat Gigi 1 orang - 1 orang
6 Petugas Gizi 1 orang - 1 orang
7 Administrasi/ TU - 1 orang 1 orang
Total 8 orang 1 orang 9 orang

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Jati Padang tahun 2016

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Puskesmas


b. Money
Pendanaan Puskesmas dikelola oleh BLUD (Badan Layanan Umum Daerah)
sehingga bersifat mandiri dan langsung, berdasarkan keputusan Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 366/2012, terdiri dari :
a. Dana kapitasi, pendanaan gaji dan obat
b. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), sebagai sumber dana BOK
(Badan Operasional Kesehatan) yang diperuntukkan untuk cakupan program
Puskesmas
c. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) ditujukan untuk inventory
Puskesmas Jati Padang yang merupakan Puskesmas Tingkat Kelurahan yang
menerima hasil inventory yang dibutuhkan sesuai dengan POA (Plan of Action)
langsung dari kecamatan sejak program e-billing diterapkan.

Gambar 3.3 Skema Pendanaan Puskesmas Kelurahan Jati Padang

APBN Kecamatan Kelurahan Jati


Padang

BLUD BOK POA

c. Material
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Puskesmas Kelurahan Jati Padang
berasal dari alokasi logistik Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dengan penambahan
aset pada tahun 2016 bersumber dari belanja modal dana APBD.

Tabel 3.9 Sarana dan Prasarana


No Jenis Sarana Uraian Kondisi
1. Lantai I
Rak Status (2), Meja (1), Komputer
Ruang Loket (1 set), Filing kabinet (1), buku status Baik
dll
Tempat tidur periksa (1), Meja (1),
Ruang Balai
kursi (3), Lemari alkes (1), Filing Baik
Pengobatan (BP)
kabinet (1), Alkes (1set)
Ruang KIA Baik
Tempat Tidur Periksa (1), Meja (2),
Kursi (4), Kulkas (1), Lemari Alkes
(2), Lemari Buku (1), AC (2) Tensi
No Jenis Sarana Uraian Kondisi
meter (2) Stetoscope, (2) Timbangan
bayi (1), Timbangan dws
(1)

Dental Unit (1), Meja (1), Kursi (3),


Ruang Gigi Lemari Alkes (1), Kompresor (1), Baik
Sterilisator (1), Alat-alat Kesehatan
lain
Lemari obat (1 ), Meja (1), meja obat
Ruang Obat (1), Filing kabinet (1)
Baik
Rak Status (1), Meja (1), Komputer
Ruang TU dan Gizi (2), Filling Kabinet (1), Lemari (1), Baik
Kursi (4)
Ruang Cuci Meja Baik
Ruang Tunggu Bangku Tunggu Baik
Ruang Panel - Baik
Ruang Pompa Jet Pump Baik
Toilet - Baik
2. Lantai II
Tempat Tidur Periksa (1), Meja (1),
Ruang Poli TB Kursi (2), Lemari Buku (1), 1 Baik
Timbangan dws (1)
Mushola Karpet, sajadah, kipas angin Baik

Tabel 3.10 Data Inventoris Wajib dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati Padang
Nama Alat Modal Jumlah
Alat Pendingin (AC) 4 Unit
Alat Kedokteran Umum (Brankar) 1 Unit
Alat Farmasi (Cold Chain) 1 Unit
Alat Kedokteran Gigi (Dental Unit) 1 Unit
Bangku Tunggu 5 Unit
Filling Kabinet 3 Unit
Komputer/PC 3 Unit
Lemari obat 3 Unit
Meja Kerja 11 Unit
Tempat Tidur 2 Unit

d. Method
Target 2016
No Program Identifikasi Program
(%)

UPAYA KESEHATAN WAJIB


2. Kesehatan Lingkungan Pengawasan tempat-tempat potensial 100
perindukan vektor di pemukiman
penduduk dan sekitarnya
Pemberdayaan sasaran / kelompok / pokja 100
potensial dalam upaya pemberantasan
tempat perindukan vektor penyakit di
pemukiman penduduk dan sekitarnya
Desa/lokasi potensial yang mendapat 100
intervensi pemberantasan vektor penyakit
menular

3. KIA - KB Kunjungan Ibu Hamil K1 100

Kunjungan Ibu Hamil K4 96

Angka Kematian Ibu -


Angka Kematian Bayi -
Kunjungan Bayi 97

Pelayanan Anak Balita 92

Pelayanan Ibu Nifas (KF3) 98

Kunjungan Neonatal (KN) 100

Peserta KB Aktif 76,92

Pemberian Makanan Pendamping ASI


4. Gizi pada anak 6-24 bulan dari keluarga -
miskin

UPAYA KESEHATAN WAJIB

4. Gizi Cakupan Balita yang datang dan 85


ditimbang
Gizi Buruk mendapat Perawatan

Distribusi tablet Fe Ibu Hamil 85

Cakupan ASI Eksklusif 40

Distribusi vitan A bulan Agustus dan


Februari dengan sasaran:
- Bayi 6 - 11 bulan - 85
- Balita 12 - 59 bulan - 85

Target 2016
No Program Identifikasi Program
(%)

5. P2P TB PARU

1. Pengobatan penderita TB Paru (DOTS) 94


BTA Positif (baru)
2. Angka Kesembuhan (TB) 85

Kusta

1. Penemuan tersangka penderita Kusta 18

2. Pengobatan penderita Kusta 4

3. Pemeriksaan kontak penderita 22

Pelayanan Imunisasi

1. Imunisasi DPT 1 pada bayi 95

2. Imunisasi HB - 1 < 7 hari 80

3. Imunisasi campak pada bayi 95

4. Imunisasi DT pada anak kelas 1 SD 95

5. Imunisasi TT pada anak SD kelas 2 & 3 95

Diare 63

ISPA

1. Penemuan Kasus diare pneumonia dan 50


pneumonia berat oleh puskesmas dan
kader
Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Angka Bebas Jentik (ABJ) 95

UPAYA KESEHATAN DASAR

5. P2P 2. Cakupan Penyelidikan Epidemiologi 100


(PE)
3. Pelaksanaan fogging focus 100

4. IR DBD 55 / 100,000

Pencegahan dan Penanggulangan IMS


dan HIV/AIDS
1. Kasus IMS yang diobati 100

2. Klien yang mendapat penanganan 100


HIV/AIDS

Target 2016
No Program Identifikasi Program
(%)

6. PERKESMAS Presentae kasus keluarga resiko tinggi / Sesuai Kasus


prioritas yang dibina

1 UKS Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD 100


dan setingkat
2 Jiwa Presentase kunjungan pasien jiwa ke 15
puskesmas

3 Lansia Pembinaan kelompok lansia sesuai 100


standar

4 PTM Presentase perempuan usia 30 - 50 thn 10


yang dilakukan deteksi Ca Cerviks dan
Payudara

Tabel 3.11 Program Puskesmas yang dimiliki Puskesmas Kelurahan Jati


Padang

Unit Pendukung Target


No. Sasaran Indikator Kegiatan
Layanan (%)
1 Program Pembinaan Upaya Kesehatan
Peningkatan UKBM Masyarakat Presentasi 60 Promkes,
melalui Kelurahan Perkesmas,
Pemberdayaan Siaga Aktif Kelurahan
Masyarakat
Siaga Aktif,
UKBM,
Lansia, PSM,
UKS dan
PKPR, UKGS,
Sosialisasi
program
prioritas,
Pelayanan hari
sabtu
2 Program Bina Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak
Pengembangan Masyarakat AKI per 40 PMT Bumil
Pelayanan Kesehatan Umum 100.000 KEK,
Ibu Pengembanga
n Pelayanan
Kesehatan
Bumil, Bulin,
Bufas
Pengembangan dan Masyarakat AKB per 7.3 MP - ASI
Pelayanan Kesehatan umum 1000 Baduta,
Anak Pengembanga
n Pelayanan
Unit Pendukung Target
No. Sasaran Indikator Kegiatan
Layanan (%)
Kesehatan
Anak Balita
dan
Prasekolah

3 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan


Pencegahan dan Masyarakat Angka 59 PE, PJB,
Pengendalian DBD kesakitan Fogging Focus
penyakit
DBD (per
100.000)
Penatalaksanaan TB Masyarakat Persentase 92 Penemuan
Paru penemuan kasus baru TB,
kasus TB Croscheck
Paru BTA BTA,
Positif Pemberian
PMT
Penatalaksanaan dan Masyarakat Presentase 50 IMS / HIV
Pengelolaan HIV / cakupan AIDS
AIDS akses
layanan
kesehatan
pada
ODHA
Penatalaksanaan Masyarakat Presentase 100 Penatalaksana
imunisasi cakupan an kipi, bias
universal campak, bias
Child DT, TT, WUS
Immunizati
on (UCI)
Penatalaksanaan Masyarakat Jumlah 40 Kelompok
penyakit tidak Puskesmas Peduli PTM /
menular yang Posbindu
melakukan
tindakan
penanganan
penyakit
tidak
menular
Unit Pendukung Target
No. Sasaran Indikator Kegiatan
Layanan (%)
Peningkatan kualitas Masyarakat Jumlah 30 Pembinaan
kesehatan lingkungan kelurahan TTU, Diare
di masyarakat dan yang
sarana kesehatan menerapka
n Sanitasi
Total
berbasis
Masyarakat
(STBM)
Tabel 3.12
PLANNING OF ACTION (POA) TAHUN 2016 PUSKESMAS KELURAHAN JATI PADANG
3.2.3 P2 (Pelaksanaan dan Pengorganisasian)
3.2.3.1 Lintas Program
Kerja sama lintas program yang dikumpulkan, dilaksanakan
dalam bentuk Lokakarya Mini Tahunan. Pada lokakarya ini
dibahas pembagian tugas masing-masing staf, berupa:
1. Tugas Pokok merupakan tugas pelayanan dan pembinaan kesehatan
masyarakat, yaitu tugas yang berhubungan dengan fungsi Puskesmas
dan berhubungan dengan pelayanan dan pembinaan kesehatan
masyarakat di Puskesmas yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
pokok.
2. Tugas integrasi merupakan tugas pengembangan peran serta
masyarakat, yaitu tugas yang dibebankan kepada seseorang yang
berkaitan dengan pengembangan dan pembinaan peran serta
masyarakat.
3. Tugas tambahan merupakan tugas yang dibebankan kepada setiap
petugas berdasarkan kesepakatan bersama serta atas perintah
pimpinan.
Petugas bekerja sesuai denga tugas pokoknya masing-masing,
uraian tugas dan uraian kegiatan dibuat agar pelaksanaan prosedur kerja
yang merupakan rangkaian kerja saling berkaitan. Protap-protap juga
dibuat baik teknis medis maupun teknis administratif.
Program Lokakarya Mini Tahunan dilanjutkan dengan rapat kerja
bulanan, dimana pada rapat tersebut dibahas pencapaian kegiatan tiap
bulan, masalah-masalah yang dihadapi serta rencana kegiatan pada bulan
berikutnya. Masalah individu yang berkaitan dengan motivasi kerja juga
dibahas dalam hal ini. Hal yang terpenting dari Lokakarya Mini Tahunan
ini adalah keluarannya, yaitu mengenai pembagian tugas dan masukan
program.
Tabel 3.13 Gantt Chart dalam Pembagian Tugas dan Wilayah Kerja
Sasaran Cakupa Cakupa
Nama Jadw
No Targe dalam 3 n n% Pencapaian
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran al Lokasi
. t (%) bulan kegiatan (%)
s Kerja
berjalan
Kunjungan bumil K1 100 896 224 212 94.6 94.6 Januar
Kunjungan bumil K4 96 896 224 214 95.5 99.4 i-
Ibu hamil dengan komplikasi 45 34 75.5 Maret
88 183 85.7
yang ditangani 2017
Pertolongan persalinan oleh 171 156 91.2
98 686 92
tenaga kesehatan
Kunjungan nifas 98 686 171 127 74,2 75.5
1. KIA
Berlian Kunjungan neonates 100 736 184 121 65.7 65.7
R. KIA
a Penanganan komplikasi 28 22 78.5
100 112 78.5
neonates
Kunjungan bayi 97 736 184 178 96.7 99.6
Kunjungan balita 92 2276 569 367 64.4 69.5
Balita sakit yang ditangani
92 Tidak ada data
dengan MTBS
KB Baru 3883 970 567 58.4 75.9
2. KB 76,9
Peserta KB aktif 2872 718 47 6,5 8
3. Diana P2M 105 11 10.4 R. Poli
Penemuan kasus BTA(+) 94 420 10.6
TB Paru
Cakupan balita dengan 102 4 3
50 411 6 R. KIA/
pneumonia
BP
Cakupan balita dengan diare 63 912 228 56 24.5 38.8
Angka Bebas Jentik 95 Tidak ada data
Imunisasi HB0 87 736 51 27.7 36.9 R.KIA
BCG 90 48 55.1
Sasaran Cakupa Cakupa
Nama Jadw
No Targe dalam 3 n n% Pencapaian
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran al Lokasi
. t (%) bulan kegiatan (%)
s Kerja
berjalan
DPT/HB-Hib (1) 95 97 52.7 54.3
DPT/HB-Hib (2) 90 48 50.5
DPT/HB-Hib (3) 80 43.4 45.6
Polio(1) 91 49.4 51.5
Polio(2) 184 73 39.6 41.6
Polio(3) 70 38 40
Polio (4) 58 31.5 33.1
Campak 40 21.7 22.8
4. Wismar PromKe Penyuluha Kesehatan Ibu 100 Ibu & Dalam /
s n dan Anak Anak Luar
Keluarga gedung
PUS
Berencana
Semua
Gizi
Kalangan
Imunisasi < 1 Tahun
Diare Balita
Demam Berdarah
Dengue
Kelompok
AIDS
Beresiko
Hepatitis
ISPA
Rokok, Narkoba/ Remaja &
obat berbahaya Dewasa
Keganasan, Kelompok
kanker Beresiko
Penyakit Lansia
Sasaran Cakupa Cakupa
Nama Jadw
No Targe dalam 3 n n% Pencapaian
Petuga Upaya Kegiatan Sasaran al Lokasi
. t (%) bulan kegiatan (%)
s Kerja
berjalan
Degeneratif
Air dan kesehatan Rumah
lingkungan Tangga
TBC
Kusta/ Frambusia
Kesehatan Gigi
Semua
dan Mulut
Kalangan
Kesehatan Mata
Kesehatan Jiwa
Kesehatan Kerja
Anak
Kecacingan
sekolah
3.2.3.2 Lintas Sektoral
Terdapat beberapa hal yang penting dalam pembangunan lintas sektoral
Puskesmas Kelurahan Jati Padang, seperti kerjasama antar beberapa tokoh yang ada di
masyarakat kelurahan seperti kader (jumantik, lansia dan posyandu), ibu-ibu PKK, pihak
sekolah, Ketua RT, RW, Kelurahan dan juga masyarakat Jati Padang. Total kader
jumantik sebagai sukarelawan di Kelurahan Jati Padang berjumlah 101 orang ditiap RT
dan kader posyandu berjumlah 30 orang. Dari total 26 sekolah yang dilibatkan, terjalin
kerjasama di 7 TK, 6 SD, 3 MI, 5 SMP/MTS, 2 SMU/MA dan 1 SLB.

3.2.4 P3 (Monitoring dan Evaluasi)


Berdasarakan buku laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2015 dan
juga hasil wawancara dengan pihak puskesmas, yang terdiri dari 3 dari 6 poin manajemen
puskesmas untuk melakukan tahap monitoring dan evaluasi. Seperti yang dilakukan
dibawah ini:
a. Komunikasi internal
Yaitu pemantauan penanggung jawab program puskesmas kecamatan yang berperan
sebagai koordinator program dan pelaksana pada masing-masing Puskesmas
Kelurahan serta menyusun jadwal kegiatan yang telah disusun. Dalam rangka
meningkatkan kerjasama tim antara petugas puskesmas dengan tujuan pemantauan
hasil kegiatan dan mutu pelayanan kesehatan, maka setiap bulan dilakukan mini
lokakarya dan rapat staf. Bila terdapat adanya hambatan / masalah pelayanan di setiap
kegiatan, pada acara ini dibahas dan dibuat rencana untuk tindak lanjut. Penggalangan
kerjasama lintas sektor dilakukan minimal 2 kali dalam setahun dengan tujuan untuk
mengetahui pelaksanaan kegiatan di lapangan, seperti identifikasi masalah pada
pelaksanaan program, hasil kegiatan dan dampak pelaksanaan program bila ditemukan
tenaga pelaksana pengendalian program, dilaksanakan oleh masing-masing
koordinator program tingkat kecamatan.
b. Evaluasi kinerja pegawai
Dalam rangka untuk meningkatkan produktifitas dan kinerja pegawai, setiap pegawai
dituntut bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dan selalu berorientasi pada

4
pemberian pelayanan prima kepada masyarakat. Penilaian kinerja dilakukan melalui
penilaian kinerja bulanan dan kinerja tahunan oleh kepala puskesmas.

3.2.4.1 Komunikasi Internal


Komunikasi internal di Puskesmas Kelurahan Jati Padang sudah dijalankan, hal
ini dibuktikan dengan berjalannya program serta adanya buku kegiatan harian yang
berfungsi sebagai media pencatatan kendala yang dimiliki pada kegiatan harian
puskesmas yang dapat diisi oleh seluruh staf.

3.2.4.2 Pemantauan dan Pengendalian Program


Berdasarkan buku epidemiologi manajerial, didapatkan beberapa panduan
untuk tahap monitoring. Tahap monitoring terdiri dari 5 tahapan menurut WHO 2008:7

Tabel 3.14. Tahapan Pelaksanaan Monitoring.

Langkah Kegiatan
Pertama Monitoring dan evaluasi, menjamin diperolehnya perencanaan dan
pengembangan strategi serta pengalokasian dana yang layak
Kedua Diperolehnya keluaran aktivitas yang relevan untuk kebijakan dan
pelaksanaan program
Ketiga Mengidentifikasi kesesuaian indikator proses, output, outcome antara
realisasi dengan standar yang telah ditetapkan
Keempat Aktivitas monitoring dan evaluasi menghasilkan data dasar sebagai
bahan perencanaan selanjutnya
Kelima Monitoring dan evaluasi merupakan sistem yang berkesinambungan
Sumber: Buku Epidemiologi Manajerial 2011.
Tabel 3.15 Kegiatan monitoring Puskesmas Kelurahan Jati Padang.

Langkah Kegiatan

Pertama Monitoring dan evaluasi, menjamin


diperolehnya perencanaan dan pengembangan
strategi serta pengalokasian dana yang layak.
Dilakukan dalam bentuk lokakarya mini.
Kedua Diperolehnya keluaran aktivitas yang relevan
untuk kebijakan dan pelaksanaan program
Ketiga Mengidentifikasi kesesuaian indikator proses,

5
output, outcome antara realisasi dengan standar
yang telah ditetapkan
Keempat Aktivitas monitoring dan evaluasi
menghasilkan data dasar sebagai bahan
perencanaan selanjutnya
Kelima Monitoring dan evaluasi merupakan sistem
yang berkesinambungan. Dilakukan dalam
bentuk audit internal dan eksternal setiap
tahun.

Selain kegiatan monitoring, supervisi dalam melaksanakan UKM dan UKP juga
dilakukan oleh Puskesmas Kelurahan Jati Padang. Supervisi dilaksanakan secara internal
dan eksternal. Pada bagian eksternal supervisi dilakukan oleh kecamatan serta suku dinas
kesehatan. Supervisi internal dilakukan oleh kepala puskesmas. Berdasarkan buku
epidemiologi manajerial ketika penyelenggaraan supervisi ke sarana pelayanan
kesehatan, diperlukan upaya yang sistematis sebagaimana diuraikan di bawah ini: 7
1. Mengumpulkan informasi
2. Membimbing memecahkan masalah
3. Melaksanakan on the job training
4. Menyusun laporan hasil pelaksanaan supervisi
Berdasarkan sumber yang berasal dari kegiatan lapangan Puskesmas Kelurahan
Jati Padang (wawancara, data collecting, dan observasi), tidak didapatkan pedoman
pelaksanaan supervisi untuk Puskesmas Kelurahan Jati Padang seperti tabel diatas.

3.2.4.3 Evaluasi

Tahap yang dilakukan pada evaluasi dan monitoring tersebut bersumber dari pihak
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Sedangkan untuk evaluasi yang sudah ada di
Puskesmas Kelurahan Jati Padang hanya mengikuti pihak kecamatan meskipun dikatakan
ada yang di modifikasi untuk menyesuaikan dengan program dan penjadwalan yang ada
di Puskesmas Kelurahan Jati Padang.

Tabel 3.16 Jenis Evaluasi Program dan Realisasi di Puskesmas


Kelurahan Jati Padang.

6
Jenis Evaluasi Uraian Realisasi
Evaluasi Formatif Rumusan masalah / Dilakukan dengan
tantangan yang dihadapi brainstorming masalah,
audit internal berdasarkan
ISO
Evaluasi Proses Identifikasi masalah pada audit internal berdasarkan
aspek input, proses dan ISO
output (matriks temuan
masalah)
Evaluasi Evaluasi 1-3 tahun jika Laporan tahunan
Outcome terdapat perubahan pada
aspek input, proses maupun
output
Evaluasi Impact Evaluasi terhadap dampak Laporan tahunan
yang terjadi akibat
perubahan input, proses
maupun output

BAB IV
PERENCANAAN

4.1 Alur Pemecahan Masalah


Pemecahan masalah pada survei ini dilakukan berurutan sesuai dengan gambar berikut ini:

1. Identifikasi Masalah

8.Monitoring dan evaluasi 2. Penentuan proritas masalah

7. Penentuan rencana penerapan 3. Penentuan penyebab masalah

6. Penetapan pemecahan 4. Memilih penyebab masalah


masalah terpilih yang paling dominan
7

5. Menentukan alternatif
pemecahan masalah
Gambar 5. Problem solving cycle.

Studi ini dilakukan dengan panduan alur pemecahan masalah seperti gambar di atas,
dimulai dari identifikasi masalah. Dari masalah-masalah yang ditemukan dipilih salah satu
yang menjadi prioritas utama melalu teknik Hanlon Kuantitatif. Kemudian penyebab masalah
diidentifikasi melalui metode pendekatan sistem. Konfirmasi penyebab masalah yang paling
mungkin dilakukan dengan wawancara dan observasi. Setelah itu setiap masalah dikaji untuk
dicari alternatif pemecahannya yang kemudian diurutkan sesuai prioritas menggunakan
kriteria Matrix. Rencana penerapan pemecahan masalah dituangkan dalam tabel plan of
action. Setelah itu dilakukan intervensi terhadap masalah tersebut dan hasil kegiatan,
monitoring dan evaluasi diserahkan kepada pihak puskesmas.

4.2 Kerangka Pikir Masalah


Pada penelitian ini ditemukan adanya masalah yang terjadi pada program-program
Puskesmas Kecamatan Raguna .Dasar untuk memutuskan adanya masalah, yaitu:
 Adanya kesenjangan antara target dan pencapaian dari program.
 Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut, dikarenakan
pentingnya program kunjungan nifas terhadap berbagai masalah kesehatan dan
tercapainya peningkatan pembangunan kesehatan wilayah.

4.3 Identifikasi Cakupan Masalah


Masalah merupakan kesenjangan antara apa yang diharapkan sesuai target dengan keadaan
aktual yang didapat di Puskesmas Kelurahan Jati Padang. Masalah-masalah yang ditemukan
pada program Puskesmas Kelurahan Jati Padang tercantum dalam Tabel di bawah ini, yakni
dilihat dari cakupan indikator program yang belum mencapai target.

Tabel 26 . Masalah program Puskesmas Kelurahan Jati Padang periode Januari-Maret 2017
Program Pencapaian
(< 100% & >100%)
Cakupan kunjungan bumil K1 94,6%
Cakupan kunjungan bumil K4 99,4%
Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 85,7%
Pertolongan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan 92%
Kunjungan nifas 75,5%
Kunjungan neonates 65,7%

8
Penanganan komplikasi neonates 78,5%
Kunjungan balita 99,6%

KB Baru 75,9%

Peserta KB Aktif 8%

Penemuan kasus BTA (+) 10,6%

Cakupan balita dengan pneumonia 6%

Cakupan balita dengan diare 38,8%

HB0 36,9%

BCG 55,9%

DPT/HB-Hib (1) 54,3%

DPT/HB-Hib (2) 50,5%

DPT/HB-Hib (3) 45,6%

Polio (1) 51,6%

Polio (2) 41,8%

Polio (3) 40,2%

Polio (4) 33,1%

Campak 22,8%

9
4.4 Penentuan Prioritas Masalah (Berdasarkan Hanlon Kuantitatif)
Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode Hanlon Kuantitatif. Kriteria dalam
Hanlon Kuantitatif adalah sebagai berikut :

(A + B) x C x D

1. Kriteria A: Besarnya masalah


2. Kriteria B: Kegawatan masalah
3. Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan
4. Kriteria D: Faktor PEARL

Kriteria A: Besarnya masalah


Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:
Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih persentase pencapaian hasil kegiatan
dengan pencapaian 100%.

Tabel 22. Program yang belum mencapai target di Puskesmas Menteng Dalam Bulan Juni-
Agustus 2016

Program Pencapaian Besarnya masalah


(< 100% & >100%)
Cakupan kunjungan bumil K1 94,6% 5,4%
Cakupan kunjungan bumil K4 99,4% 0,6%
Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 85,7% 14,3%
Pertolongan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan 92% 8%
Kunjungan nifas 75,5% 24,5%
Kunjungan neonates 65,7% 34,3%
Penanganan komplikasi neonates 78,5% 21,5%
Kunjungan balita 99,6% 0,4%
KB Baru 75,9% 24,1%
Peserta KB Aktif 8%
92%

Penemuan kasus BTA (+) 10,6%


89,4%

Cakupan balita dengan pneumonia 6%


94%

Cakupan balita dengan diare 38,8%


61,2%

10
HB0 36,9%
63,1%

BCG 55,9%
44,1%

DPT/HB-Hib (1) 54,3%


45,7%

DPT/HB-Hib (2) 50,5%


49,5%

DPT/HB-Hib (3) 45,6%


54,4%

Polio (1) 51,6%


48,4%

Polio (2) 41,8%


58,2%

Polio (3) 40,2%


59,8%

Polio (4) 33,1%


66,9%

Campak 22,8% 77,2%

Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
Masukkan ke rumus : k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 23
= 1+ 3,3 (1,36)
= 5,48 dibulatkan menjadi 5

11
Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar dengan terkecil
kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah : terbesar 90,6%
terkecil 5,5%
Interval : Nilai terbesar – Nilai terkecil
k
: 99,4 – 6
5
: 18,6 ~ 19

Langkah 4. Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas:
Tabel 23. Pembagian Interval Kelas
Kolom/Kelas Skala Interval Nilai
Skala 1 1 – 16 1
Skala 2 17 – 32 2
Skala 3 33 – 48 3
Skala 4 49 – 64 4
Skala 5 65 – 80 5
Skala 6 81 – 96 6

Langkah 5 : Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya


Tabel 24. Penentuan Nilai Tiap Masalah Berdasarkan Kelas
Besarnya masalah terhadap presentasi pencapaian
No. Masalah 1-16 17-32 33-48 49-64 65-80 81-96 Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Cakupan kunjungan bumil
1. X 1
K1
Cakupan kunjungan bumil
2. X 1
K4
Ibu hamil dengan
3. X 1
komplikasi yang ditangani
Pertolongan persalinan
4. yang dibantu oleh tenaga X 1
kesehatan
5. Kunjungan nifas X 2
6. Kunjungan neonates X 3
Penanganan komplikasi
7. X 2
neonates
8. Kunjungan balita X 1
9. X 2
KB Baru

12
10. Peserta KB Aktif X 6

11. Penemuan kasus BTA (+) X 6

Cakupan balita dengan


12. X 6
pneumonia

Cakupan balita dengan


13. X 4
diare

14. HB0 X 3

15. BCG X 3

16. DPT/HB-Hib (1) X 3

17. DPT/HB-Hib (2) X 3

18. DPT/HB-Hib (3) X 4

19. Polio (1) X 3

20. Polio (2) X 4

21. Polio (3) X 4

22. Polio (4) X 5

23. Campak X 5

Kriteria B: Kegawatan Masalah

13
Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi (U), besarnya masalah (S), tingkat
penyebaran/meluasnya (G), dan sumber daya (P) yang dimiliki untuk mengatasi tiap masalah
dengan sistem scoring dengan skor 1-5.
1. Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut :
a. Sangat mendesak :5
b. Mendesak :4
c. Cukup mendesak :3
d. Kurang mendesak :2
e. Tidak mendesak :1
2. Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :
a. Sangat gawat :5
b. Gawat :4
c. Cukup gawat :3
d. Kurang gawat :2
e. Tidak gawat :1
3. Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth) dinilai sebagai berikut:
a. Sangat mudah menyebar/meluas :5
b. Mudah menyebar/meluas :4
c. Cukup menyebar/meluas :3
d. Sulit menyebar/meluas :2
e. Tidak menyebar/meluas :1
4. Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency) dinilai sebagai
berikut :
a. Sangat banyak :5
b. Banyak :4
c. Cukup banyak :3
d. Kurang banyak :2
e. Tidak banyak :1
Tabel 25. Penilaian Masalah Berdasarkan Kegawatan
No. Masalah U S G P Jumlah
1. Cakupan kunjungan bumil K1 4 2 2 3 11
2. Cakupan kunjungan bumil K4 3 2,5 2 3 10,5
3. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 5 3 2 3 13
4. Pertolongan persalinan yang ditangani 5 2 2 4 13
5. Kunjungan nifas 4 2 2 4 12
6. Kunjungan neonates 4 2 2 4 12
7. Penanganan komplikasi neonatus 5 4 3 3 15

14
8. Kunjungan balita 3 2 2 3 10
9. KB Baru 2 2 3 3 10
10. Peserta KB Aktif 2 2 3 3 10
11. Penemuan kasus BTA (+) 3 3,5 2 3,5 12
12. Cakupan balita dengan pneumonia 3,5 3 2 3 11,5
13. Cakupan balita dengan diare 3 3 4 3 13
14. HBO 3 3 2 2 10
15. BCG 3 2 2 2 9
16. DPT/HB-Hib (1) 3 1 2 2 8
17. DPT/HB-Hib (2) 3 1 2 2 8
18. DPT/HB-Hib (3) 3 1 1 1 6
19. Polio 1 3 1 2 2 8
20. Polio 2 3 1 2 2 8
21. Polio 3 3 1 2 2 8
22. Polio 4 3 1 1 2 7
23. Campak 3 1 3 2 9

Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan


Kemudahan penganggulangan masalah diukur dengan scoring dengan nilai 1 – 5 dimana:
1. Sangat mudah :5
2. Mudah :4
3. Cukup mudah :3
4. Sulit :2
5. Sangat sulit :1

Tabel 26. Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Dalam Penanggulangan


No. Masalah Nilai
1. Kunjungan bumil K1 4
2. Kunjungan bumil K4 4
3. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani 3
4. Pertolongan persalinan yang ditangani 3
5. Kunjungan nifas 3
6. Kunjungan neonatus 3
7. Penanganan komplikasi neonatus 3
8. Kunjungan balita 3
9. KB Baru 3
10. Peserta KB Aktif 3
11. Penemuan kasus BTA (+) 3
12. Cakupan balita dengan pneumonia 3
13 Cakupan balita dengan diare 3
14. HBO 3

15
15. BCG 3
16. DPT/HB-Hib (1) 3
17. DPT/HB-Hib (2) 3
18. DPT/HB-Hib (3) 3
19. Polio 1 3
20. Polio 2 3
21. Polio 3 3
22. Polio 4 3
23. Campak 3

Kriteria D. PEARL faktor


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidak
nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kesesuaian (Propriety)
2. Secara Ekonomis murah (Economic)
3. Dapat diterima (Acceptability)
4. Tersedianya sumber (Resources availability)
5. Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 27. Kriteria D (PEARL FAKTOR)


Hasil
No. Masalah P E A R L
Kali
1. Kunjungan bumil K1 1 1 1 1 1 1
2. Kunjungan bumil K4 1 1 1 1 1 1
Ibu hamil dengan komplikasi yang 1
3. 1 1 1 1 1
ditangani
4. Pertolongan persalinan yang ditangani 1 1 1 1 1 1
5. Kunjungan nifas 1 1 1 1 1 1
6. Kunjungan neonates 1 1 1 1 1 1
7. Penanganan komplikasi neonatus 1 1 1 1 1 1
8. Kunjungan balita 1 1 1 1 1 1
9. KB Baru 1 1 1 1 1 1
10. Peserta KB Aktif 1 1 1 1 1 1
11. Penemuan kasus BTA (+) 1 1 1 1 1 1
12. Cakupan balita dengan pneumonia 1 1 1 1 1 1
13. Cakupan balita dengan diare 1 1 1 1 1 1
14. HBO 1 1 1 1 1 1
15. BCG 1 1 1 1 1 1
16. DPT/HB-Hib (1) 1 1 1 1 1 1
17. DPT/HB-Hib (2) 1 1 1 1 1 1
18. DPT/HB-Hib (3) 1 1 1 1 1 1
19. Polio 1 1 1 1 1 1 1
20. Polio 2 1 1 1 1 1 1
21. Polio 3 1 1 1 1 1 1
22. Polio 4 1 1 1 1 1 1
23. Campak 1 1 1 1 1 1

16
4.5 Penilaian prioritas masalah
Setelah nilai dari kriteria A, B, C, dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam formula nilai
prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan prioritas masalah yang
dihadapi:

NPD = (A+B) x C NPT = (A+B) x C x D

Tabel 28. Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon Kuantitatif


Urutan
Masalah A B C D NPD NPT
Prioritas
Kunjungan bumil K1 1 11 4 1 48 48 V
Kunjungan bumil K4 1 10,5 4 1 46 46 VII
Ibu hamil dengan komplikasi yang
1 13 3 1 42 42 IX
ditangani
Pertolongan persalinan yang
1 13 3 1 42 42 X
ditangani
Kunjungan nifas 2 12 3 1 42 42 XI
Kunjungan neonates 3 12 3 1 45 45 VIII
Penanganan komplikasi neonatus 2 15 3 1 51 51 III
Kunjungan balita 1 10 3 1 33 33 XVIII
KB Baru 2 10 3 1 36 36 XIII
Peserta KB Aktif 6 10 3 1 48 48 VI
Penemuan kasus BTA (+) 6 12 3 1 54 54 I
Cakupan balita dengan pneumonia 6 11,5 3 1 52,5 52,5 II
Cakupan balita dengan diare 4 13 3 1 51 51 IV
HBO 3 10 3 1 33 33 XIX
BCG 3 9 3 1 36 36 XIV
DPT/HB-Hib (1) 3 8 3 1 33 33 XX
DPT/HB-Hib (2) 3 8 3 1 33 33 XXI
DPT/HB-Hib (3) 4 6 3 1 30 30 XXIII
Polio 1 3 8 3 1 33 33 XXII
Polio 2 4 8 3 1 36 36 XV
Polio 3 4 8 3 1 36 36 XVI
Polio 4 5 7 3 1 36 36 XVII
Campak 5 9 3 1 42 42 XII

4.6 Urutan Prioritas Masalah


Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan teknik Hanlon Kuantitiatif, didapatkan
urutan prioritas masalah yang terdapat di Puskesmas Kelurahan Jati Padang adalah :
1. Penemuan kasus BTA (+)
2. Cakupan balita dengan pneumonia
3. Penanganan komplikasi neonates
4. Cakupan balita dengan diare

17
5. Kunjungan bumil K1
6. Peserta KB Aktif
7. Kunjungan bumil K4
8. Kunjungan neonates
9. Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani
10. Pertolongan persalinan yang ditangani
11. Kunjungan nifas
12. Imunisasi Campak
13. KB Baru
14. Imunisasi BCG
15. Imunisasi Polio (2)
16. Imunisasi Polio (3)
17. Imunisasi Polio (4)
18. Kunjungan balita
19. Imunisasi HB0
20. Imunisasi DPT/HB-Hib (1)
21. Imunisasi DPT/HB-Hib (2)
22. Imunisasi Polio (1)
23. Imunisasi DPT/HB-Hib (3)

4.7 Analisis Penyebab Masalah


Terdapat berbagai faktor yang mendasari timbulnya kesenjangan antara target yang ditetapkan
dengan hasil nyata yang dicapai. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan penyebab
masalah adalah dengan membuat diagram fish bone dengan menggunakan data yang telah diolah
selama 3 bulan terakhir terakhir. Cara menganalisis penyebab masalah digunakan pendekatan
ystem yang meliputi input, proses, output, outcome, serta faktor lingkungan, sehingga dapat
ditemukan dan disimpulkan hal-hal yang menyebabkan munculnya permasalahan. Beberapa
kemungkinan penyebab masalah yang ada antara lain :

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN


MAN  Terdapat satu kepala program  Pemegang program yang memiliki
(Tenaga Kerja) kunjungan nifas tugas rangkap memegang program
 Terdapat kader di setiap wilayah RW lainnya
 Kurangnya tenaga bidan yang
hanya berjumlah 2 orang dengan
masing-masing memiliki tugas
rangkap.
 Kurangnya pelatihan khusus
mengenai asuhan pelayanan nifas.
 Kurangnya pemberdayaan kader
dalam hal promosi dan kunjungan
secara aktif ke warga sekitar

18
mengenai pentingnya kunjungan
nifas.

MONEY  Tersedianya dana operasional untuk -


(Pembiayaan) pelayanan nifas berasal dari APBD
dan BPJS

METHOD  Terdapat pencatatan dan pelaporan  Tidak adanya kegiatan sosialisasi


(Metode) kunjungan nifas, baik pada buku dan penyuluhan pada kader
catatan medis pasien maupun rekapan (refreshing kader) mengenai
bulanan. pentingnya kunjungan nifas.
 Tersedianya ystem rujukan untuk ibu  Kegiatan sosialisasi dan
dengan komplikasi pada masa nifas. penyuluhan mengenai pentingnya
kunjungan nifas tidak dilaksanakan
secara rutin

MATERIAL  Tersedianya buku-buku laporan  Tidak adanya form untuk


(Perlengkapan) pencatatan dan pendataan kunjungan penulisan asuhan pelayanan nifas
nifas yang sesuai dengan standar.
 Tidak adanya buku panduan
asuhan pelayanan nifas.
 Media promosi
(leaflet/spanduk/banner) kurang
memadai

MACHINE  Perlengkapan medis umum tersedia :  Tidak tersedia meja ginekologi


(peralatan) - Tensimeter
- Thermometer
- Stetoskop
- Vitamin A
- Tablet Fe
- Format rujukan
- Format pencatatan dan pelaporan
- Buku kunjungan nifas
- Khasa kapas betadin.

PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN


Tabel 30. Analisis kemungkinan penyebab masalah pada rendahnya kunjungan
P1  Tersedianya jadwal
nifas dilihat dari pelayanan
faktor proses asuhan  Tidak
dan lingkungan. ada perencanaan
(Perencanaan) nifas setiap hari kerja pelatihan kader berkala
 Memberikan pelayanan pada ibu
nifas minimal 3 kali
 Pelayanan nifas diberikan sesuai
standar prosedur yang ada
 Konseling mengenai kunjungan nifas

19
ke ibu-ibu hamil sejak pemeriksaan
kehamilan
 Mengadakan kunjungan rumah ke
ibu nifas

P2  Terlaksananya sistem rujukan untuk  Tidak dilakukan kunjungan


(Penggerakan & ibu nifas bila ditemukan masalah rumah ibu nifas
Pelaksanaan)  Sebagian besar ibu nifas tidak
patuh melakukan kunjungan
masa nifas sesuai program
 Media promosi (leaflet)
kurang memadai
 Tidak tersedianya skill dan alat
yang memadai
P3  Terdapat sistem pencatatan dan  Tidak adanya evaluasi rutin
(Penilaian, pelaporan mengenai pelayanan kinerja para kader
Pengawasan, asuhan nifas untuk evaluasi
Pengendalian

LINGKUNGAN  Adanya puskesmas yang dapat di  Kurangnya pengetahuan


jangkau masyarakat masyarakat mengenai
pentingnya kunjungan nifas
minimal 3 kali
 Kurangnya edukasi mengenai
komplikasi yang dapat terjadi
selama masa nifas

20
Gambar 7. Fishbone
Media promosi (leaflet) kurang memadai Tidak tersedia meja
Tidak ada form asuhan pelayanan nifas INPUT ginekologi
MACHINE
Tidak ada buku panduan asuhan pelayanan
nifas Kurangnya SDM dalam program pelayanan asuhan nifas
MATERIAL
Tidak adanya kegiatan sosialisasi dan penyuluhan
MAN
pada kader (refreshing kader) mengenai Kurangnya pelatihan khusus
pentingnya kunjungan nifas
Kurangnya pemberdayaan kader dalam hal promosi dan
Kegiatan sosialisasi dan penyuluhan mengenai kunjungan secara aktif ke warga sekitar
pentingnya kunjungan nifas tidak dilaksanakan METODE
secara rutin

Tidak adanya skrining aktif TB


JUMLAH
KUNJUNGAN
NIFAS RENDAH
LINGKUNGAN P1
Tidak ada perencanaan pelatihan kader berkala

Kurangnya pengetahuan masyarakat


mengenai pentingnya kunjungan nifas
minimal 3 kali
Kurangnya edukasi mengeni komplikasi
yang dapat terjadi selama masa nifas
P3 Tidak adanya evaluasi rutin kinerja para kader

Media promosi (leaflet) kurang memadai P2


Tidak dilakukan kunjungan rumah ibu nifas
Sebagian ibu nifas tidak patuh melakukan kunjungan masa nifas sesuai
program
Tidak tersedianya skill dan alat yang memadai untuk melakukan PROSES
pemeriksaan sederhana

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. In: Kemenkes, editor.
Jakarta; 2015. p. 22-31.
2. Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. In: Kemenkes, editor.
Jakarta; 2013. p 49.
3. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional : Surveri Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012. Badan Pusat Statistik. Kementerian Kesehatan, Agustus 2013.
Available at: http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf. Accessed on 25 April
2017.
4. UNPAD. (1983). Obstetri Fisiologis. Bandung : Elemen. Halaman 315
5. Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Yogyakarta :
Fitramaya
6. Ambarwati, Eny. 2010. Asuhan kebidanan III( Nifas ). Yogyakarta : Fitramaya
7. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2012.

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai