Metode seismik refleksi tersebut digunakan sebagai acuan terkait karakteristik batuan
dan perlapisannya dengan melihat pengukuran waktu tiba (penggunaannya terbatas) dan
variasi amplitudo dan frekuensi (Telford, 1976). Dengan kata lain, mempelajari
karakteristik gelombang tersebut dapat mempermudah dalam mengidentifikasi struktur
geologi dan jenis jebakan hidrokarbon di bawah permukaan bumi.
Suatu rekaman seismik adalah hasil konvolusi antara medium bumi (reflektivitas)
dengan suatu masukan sumber sinyal seismik (wavelet). Proses mendapatkan rekaman
seismik merupakan proses pemodelan ke depan (forward modeling). Secara matematis,
Hampson dan Russell (1988) merumuskan rekaman jejak seismik sebagai berikut.
S ( t )=W (t ) R ( t ) + n ( t )
dengan:
S ( t ) : jejak seismik,
W (t) : wavelet
R (t) : koefisien refleksi
n (t) : noise
2. Gelombang Seismik
4
V p=
k+
3 atau V p=
+2
V p=
dengan: kecepatan gelombang primer ( m/s )
k = modulus bulk (Gpa)
=
konstanta lame (Gpa)
= modulus shear/rigiditas (Gpa)
= densitas ( kg /m )
V s=
V s=
dengan: kecepatan gelombang sekunder ( m/s )
= modulus shear/rigiditas (Gpa)
= densitas ( kg /m )
Hubungan kecepatan gelombang primer dan kecepatan gelombang
sekunder dapat dinyatakan dengan persamaan berikut (Abdullah, 2007).
2
( V p /V s ) 2
= 2
2 (( V p /V s ) 1 )
Hubungan hasil perambatan gelombang seismik yaitu gelombang primer dan gelombang
sekunder yang mengalami refleksi dan transmisi dapat dirumuskan sebagai berikut.
sin 1 sin '1 sin 2 sin 1 sin 2
= = = = =p
V p1 V p1 V p2 V s1 V s2
V p 1=
dengan: kecepatan gelombang primer pada medium A
V p 2= kecepatan gelombang primer pada medium B
Ri=
dengan: koefisien refleksi medium ke- i
i= indeks medium.
Nilai koefisien refleksi pada bidang batas dua medium dapat bernilai negatif atau
positif dan berpengaruh pada polaritas gelombang seismik yang dipantulkan. Ada beberapa
kesepakatan mengenai penggunaan polaritas tersebut, umumnya yang digunakan adalah
kesepakatan dengan koefisien refleksi bernilai positif berupa lembah yang menunjukkan
kenaikan impedansi akustik dan koefisien refleksi bernilai negatif berupa puncak (Brown,
1999).
5. Wavelet
Wavelet adalah kumpulan beberapa gelombang harmonik dengan amplitudo,
frekuensi dan fase yang berbeda-beda. Wavelet merupakan suatu fungsi yang
menggambarkan amplitudo terhadap fungsi waktu dan dapat dinyatakan pula dalam
kawasan frekuensi melalui suatu transformasi (Sismanto, 2006).
Umumnya, terdapat empat jenis wavelet, yaitu zero phase, minimum phase,
maximum phase, dan mixed phase. Pada eksplorasi seismik, jenis wavelet yang umum
dipakai adalah zero phase dan minimum phase (Russel, 1991). Perbedaan keempat wavelet
tersebut terletak pada konsentrasi energinya. Zero phase wavelet mempunyai konsentrasi
maksimum di tengah dan waktu tunda nol dengan gelombangnya simetri terhadap origin.
Wavelet berfase nol biasa disebut wavelet simetris merupakan wavelet yang paling baik
dari semua jenis wavelet dengan spektrum amplitudo yang sama. Wavelet berfase minimum
memiliki energi terkecil pada waktu tundanya. Wavelet berfase maksimum memiliki energi
yang terpusat secara maksimal di bagian akhir. Wavelet berfase campuran merupakan
wavelet yang energi tidak terkonsentrasi di bagian awal maupun akhir dari wavelet
tersebut.
Untuk menghasilkan bentuk penampung seismik dengan resolusi yang baik dan
setiap reflektor dapat terekam tajam pada lokasi yang tepat, maka wavelet yang dapat
memenuhi kriteria tersebut adalah wavelet berfase nol. Setiap reflektor akan digambarkan
pada wavelet tersebut.
6. Polaritas
Polaritas merupakan penggambaran koefisien refleksi sebagai suatu gelombang yang
bernilai positif atau negatif. Polaritas dalam penampang seismik mempunyai dua tipe,
yaitu polaritas SEG dan polaritas Eropa. Kedua polaritas ini saling berkebalikan. Dalam
penelitian ini, polaritas yang digunakan adalah polaritas standar SEG normal dengan
wavelet berfase minimum. Polaritas tersebut berkaitan dengan anomali amplitudo zona
reservoir terutama gas pada penampang seismik.
7. Resolusi Vertikal Seismik
Resolusi vertikal merujuk pada kemampuan untuk memisahkan dua objek berdekatan
pada level kedalaman yang berbeda. Menurut Sukmono (1999), resolusi vertikal seismik
adalah jarak minimum antara dua objek yang dapat terpisah oleh gelombang seismik.
Resolusi berperan penting dalam interpretasi struktur maupun stratigrafi. Range frekuensi
dari seismik berkisar antara 1070 Hz yang secara langsung menyebabkan
keterbatasan resolusi dari seismik. Seismik mempunyai resolusi vertikal yang lebih rendah
dibandingkan dengan resolusi sumur yang hampir mencapai 0,5 ft . Frekuensi dominan
gelombang seismik berperang penting dalam menentukan resolusi vertikal.
Ukuran untuk resolusi vertikal adala panjang gelombang dominan yang didefinisikan
sebagian pembagian antara kecepatan gelombang seismik dengan frekuensi dominannya.
Secara matematis, dapat dituliskan sebagai berikut.
v
=
f
=0,25 , diperoleh hasil dengan menghilangkan 25% sampel paling besar dan
25% sampel paling kecil dalam window analisis dan merata-rata 50% sampel yang
mempunyai nilai di sekitar median.
Dengan menggabungkan ketiga filter tersebut, diperoleh filter berorientasi struktur
dengan dua tahap, yang pertama adalah mempertajam dan mempertahankan detail yang
diharapkan dan yang kedua adalah smoothing dengan menghilangkan random noise.
10. Atribut Seismik
Atribut seismik adalah semua informasi yang diperoleh dari data seismik, baik
pengukuran, logika maupun hasil perhitungan analisis (Taner, 2000). Atribut seismik
menyajikan informasi tentang amplitudo, bentuk atau posisi bentuk gelombang seismik.
Atribut seismik diperlukan sebagai alat bantu dalam interpretasi seismik untuk
menunjukkan anomali yang tidak terlihat dengan jelas dari data normal seismik. Dalam
penelitian tersebut atribut yang digunakan adalah atribut amplitudo RMS (Root Mean
Square) dan atribut variance.
a. Atribut Amplitudo RMS
Amplitudo merupakan atribut paling dasar dari jejak seismik. Amplitudo
seismik paling banyak digunakan mengenali anomali amplitudo akibat hidrokarbon.
Selain itu, amplitudo juga digunakan untuk pemetaan fasies dan sifat reservoir.
Perubahan lateral amplitudo sering digunakan pada studi-studi stratigrafi untuk
membedakan satu fasies dengan fasies yang lain. Lingkungan yang kaya akan pasir
umunya mempunyai amplitudo yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan
yang kayak akan serpih (Sukmono, 2001).
Jenis amplitudo yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah amplitudo
RMS. Amplitudo jenis tersebut sangat sensitif terhadap nilai amplitudo yang ekstrem,
karena nilai amplitudo yang diperoleh terlebih dahulu dirata-rata sebelum diakar
seperti pada persamaan berikut.
N
1
Amplitudo RMS=
N i=1
a2i
b. Atribut Variance
Menurut Sukmono (2000), atribut didefinisikan sebagai derivatif dari data
seismik hasil pengukuran (Brown, 1999). Informasi dasar yang terkandung dari data
pengukuran seismik adalah waktu, amplitudo, frekuensi dan atenuasi. Semua
informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar klasifikasi atribut. Pada klasifikasi
tersebut, atribut variance merupakan derivatif dari informasi waktu yang
diaplikasikan pada data seismik post-stack.
Pada anaslisi probabilistik, variance adalah ukuran dari persebaran data yang
ada di sekitar nilai rata-ratanya dengan persamaan sebagai berikut.
l
( x i x )2
2= i=1
l
Atribut variance merupakan metode untuk mendeteksi dan menggambarkan
diskontinuitas. Atribut variance dapat diaplikasikan pada data seismik langsung
maupun pada data seismik yang telah mengalami structural smoothing. Ukuran
window merupakan parameter yang sangat penting untuk memperoleh diskontinuitas
sebaik mungkin. Window waktu vertikal mentransformasikan atribut variance dari
sebuah atribut struktural menjadi atribut stratigrafi yang baik, dimana fitur-fitur
geologi, seperti reefs, channels, splays, dan lain-lain, akan diperkuat (Azevedo,
2009).