Cara Kerja Dan Resistensi Antibiotik
Cara Kerja Dan Resistensi Antibiotik
1. Aminoglikosida
Cara kerja streptomisin telah dipelajari lebih intensif daripada
aminoglikosida, tetapi kemungkinan cara kerja keduanya sama.
Langkah pertama adalah pelekatan aminoglikosida ke protein
resptor spesifik (P12 pada streptomisin) pada subunit 30S ribosom
mikroba. Kedua, aminoglikosida menyekat aktivitas normal
"kompleks inisiasi" pembentukan peprida (mRNA + formil metionin
+ tRNA). Ketiga, pesan mRNA dibaca salah pada "regio pengenalan"
ribosom; akibatnya, asam amino yang salah dimasukkan ke daiam
peptida, menyebabkan protein nonfungsional. Keempat, pelekatan
aminoglikosida menyebabkan pemecahan polisom menjadi monosom
sehingga tidak mampu melakukan sintesis protein. Aktivitas
tersebut terjadi kurang lebih secara simultan, dan efek keseluruhan
biasanya adalah kejadian ireversibel-membunuh bakteri.
2. Makrolid, Azalid
Obat-obat ini (eritromisin, azitromisin, dan klaritromisin) berikatan
dengan subunit 50S ribosorn, dan tempat pengikatannya adalah
rRNA 23S. Obat-obat tersebut dapat mengganggu pembentukan
kompleks inisiasi untuk sintesis rantai peptida atau dapat
mengganggu reaksi translokasi aminoasii. Beberapa bakteri resistan
makrolid tidak memiliki reseptor yang tepat pada ribosom (melalui
metilasi rRNA). Keadaan tersebut mungkin diatur plasmid atau
kromosom.
3. Linkomisin
Klindamisin berikatan dengan subunit 50S ribosom mikroba. Tempat
pengikatan, aktivitas antibakteri, dan cara kerja klindamisin serupa
dengan rnakrolid. Mutasi kromosom resistan karena tidak memiliki
tempat pengikatan yang tepat pada subunit 50S.
4. Tetrasiklin
Tetrasiklin berikatan dengan subunit 30S ribosom mikroba. Tetrasiklin
menghambat sintesis protein dengan menghambat pelekatan tRNA-
aminoasil yang bermuatan.
Oleh karena itu, tetrasiklin mencegah masuknya asam amino baru
ke rantai peptida yang baru timbul. Kerja tetrasiklin biasanya
bersifat inhibitor dan reversibel pada
penghentian obat.
5. Kloramfenikol
Kloramfenikol berikatan dengan subunit 50S ribosom. Obat tersebut
mengganggu pengikatan asam amino baru ke rantai peptida yang
baru timbul, sebagian karena
klorarnfenikol menghambat peptidil transferase. Kloramfenikol
terutama bersifat bakteriostatik, dan pertumbuhan mikroorganisme
berlanjut ketika obat dihentikan. Mikroorganisme yang resistan
terhadap kloramfenikol menghasilkan enzim kloramfenikol
asetiltransferase, yang menghancurkan aktivitas obat. Produksi
enzim tersebut biasanya diatur oleh suatu piasmid.
Sumber: Jawetz, Melnick, and Adelbergs. 2004. Mikrobiologi Kedokteran, Ed. 23.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pg. 166 167