Anda di halaman 1dari 25

1.

Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada skenario


a. Anamnesis( kebiasaan pasien & menanyakan tingkat linu)
Usia 20 tahun, gigi 36 dan anterior RA linu saat minum dingin, sejak 1 tahun yang
lalu
Gigi 36 : linu tidak tajam berakhir lambat
Gigi anterior RA : linu tajam berakhir cepat

b. Pemeriksaan IO( Pemeriksaan vitalitas CE, sondasi, perkusi, palpasi, pemeriksaan


thermal dan elektrik puptes untuk mengetahui vitalitas dari pulpa)
CE + = pulpa masih vital
Sondasi - = tidak nyeri
Perkusi - = tidak nyeri
Palpasi - = jaringan masih normal

c. Pemeriksaan RO (radiografi)
d. Pemeriksaan lab

2. Apa diagnosa dan diagnosa banding pada kasus diskenario?


Diagnosa :
Gigi 36 : linu tidak tajam berakhir lambat
Gigi anterior RA : linu tajam berakhir cepat

Diagnosa banding :
Gigi 36 : hiperemi pulpa bisa menjadi pulpitis,
Gigi anterior : fraktur kelas 1

3. Pengertian dari Fraktur elise :


Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi fraktur pada gigi anterior menurut
banyaknya struktur gigi yang terlibat. Fraktur gigi adalah suatu kondisi gigi geligi
yang memperlihatkan hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi utuh. Kondisi
ini biasanya disebabkan oleh trauma pada bagian wajah atau gigi geligi seperti
olahraga yang melakukan kontak fisik atau terlibat dalam kecelakan mobil.

4. Pengertian hipersensitivitas dentin


5. Perbedaan hipersensitivitas dentin dengan pulpitis reversible & fraktur
Hipersensitivitas dentin Pulpitis Reversibel Pulpitis irreversibel
Bersifat tajam tapi singkat pada - Rasa sakit yang tajam dan Rasa sakit biasanya berlanjut jika
dentin yang tidak terlindung hanya sebentar biasanya karena penyebab telah dihilangkan, dan
email.
makanan,minuman, dan udara
dapat datang dan pergi secara
dingin
spontan, tanpa penyebab yang jelas.
- Tidak timbul secara spontaan, Rasa sakit seringkali dilukiskan
dan tidak berlanjut apabila
oleh pasien sebagai menusuk, tajam
etiologi sudah dihilangkan
atau menyentak-nyentak, dan
- Untuk pulpitis reversible umumnya adalah parah.
asimtomatik ditandai dengan
Rasa sakit bisa sebentar-sebentar
adanya karies dan telah menjadi
normal kembali setelah di atau terus-menerus tergantung pada
restorasi dengan baik tingkat keterlibatan pulpa dan
tergantung pada hubungannya
dengan ada tidaknya suatu stimulus
eksternal.
Rasa nyeri pulpitis irreversible dapat
berupa nyeri spontan, nyeri berdenyut,
menjalar, dan menyebabkan penerita tidak
dapat tidur sehingga membuat kondisi
menjadi lemah dan akan mengganggu
aktifitas penderita
Merupakan respons pulpa Respon pulpa terhadap rangsang - perubahan temperatur yang tiba-tiba,
terhadap rangsang termal, taktil, termal, taktil, osmotik dengan terutama dingin;
osmotik atau kimia tanpa keterlibatan bakteri
keterlibatan bakteri. - bahan makanan manis ke dalam kavitas
- pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau
pipi
Bisa dirasakan pada satu atau Pasien dapat menentukan lokasi Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit
beberapa gigi. nyeri yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke
pelipis atau ke telinga bila bawah belakang
yang terkena.

6. Perbedaan pulpitis reversible dengan irreversible dari pemeriksaan anamnesa,


histopatologi, etiologi, aspek lainnya

Pulpitis Reversibel Pulpitis Irreversibel


Anamnesis Linu tajam, singkat, ada stimulus Linu tajam / tumpul, lama, intermitten,
tanpa ada stimulus (spontan)
Lokalisasi
Bisa terlokalisasi, bisa diffuse

Ada paroksisme
IO Sondasi + Hanya di pulpa & belum menjalar ke
Perkusi + ligamen periodontal
Palpasi + Sondasi -
Mobilitas + Perkusi +
CE + Palpasi +
Mobilitas +
CE +

Apabila sudah menjalar


Sondasi -
Perkusi -
Palpasi -
Mobilitas +
CE -

RO Jaringan periapikal masih normal


Gejala Subjektif Ditemukan lokasi nyeri lokal Nyeri tajam (panas, dingin), spontan
(setempat), rasa linu timbul bila ada (tanpa ada rangsangan sakit), nyeri
rangsangan, durasi nyeri sebentar. lama sampai berjam-jam.
Gejala Objektif Kariesnya tidak dalam (hanya Karies profunda, kadang-kadang
mengenai enamel, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan
mencapai selapis tipis dentin), perkusi, kadang-kadang ada keluhan.
tekanan tidak sakit.

Terapi Jika karies media dapat langsung Pulpektomi


dilakukan penumpatan, tetapi jika
karies porfunda perlu pulp capping
terlebih dahulu, apabila 1 minggu
kemudian tidak ada keluhan dapat
langsung dilakukan penumpatan.
Etiologi - Trauma, misalnya dari suatu Kerusakan pulpa yang parah akibat
hubungan oklusal yang terganggu pengambilan dentin yang luas selama
(Trauma from Occlusion)
prosedur operatif atau terganggunya
- Syok termal, misalkan pada preparasi aliran darah pulpa akibat trauma atau
kavitas dengan bur tumpul
pergerakan gigi dalam perawatan
- Membiarkan bur terlalu lama ortodonsi dapat pula menyebabkan
berkontak dengan gigi
pulpitis irreversibel (Walton dan
- Karena panas yang berlebihan saat Torabinejed, 2003)
memoles tumpatan

- Dehidrasi kavitas dengan


alkohol/kloroform yang berlebihan

- Rangsangan pada servikal gigi yang


dentinnya terbuka

- Penempatan tumpatan amalgam baru


yang berkontak dengan suatu restorasi
emas

- Stimulus kimiawi, misalnya dari


bahan makanan manis/masam/dari
iritasi tumpatan silikat

Histopatologi
A. Pulpitis reversibel
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan
sampai sedang terbatas pada daerah di mana tubuli dentin terlibat,seperti misalnya
karies dentin. Secara mikroskopis, terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan
odontoblas, pembesaran pembuluh darah, ekstravasasi cairan edema, dan adanya
sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi
kronis menonjol, dapat dilihat juga sel inflamasi akut.
B. Pulpitis Irreversibel
Gangguan ini mempunyai tingkatan inflamasi kronis dan akut di dalam pulpa.
Pulpitis irreversibel dapat disebabkan oleh suatu stimulus berbahaya yang
berlangsung lama seperti misalnya karies. Bila karies menembus dentin dapat
menyebabkan respon inflamasi kronis. Bila karies tidak diambil, perubahan
inflamasi di dalam pulpa akan meningkat keparahannya jika kerusakan mendekati
pulpa.
7. Apa etiologi dari diagnosa kasus pada skenario

a. Bakteri yang menyebabkan karies bisa menyebabkan pulpitis


b. Trauma karena tekanan yg besar
c. Panas preparasi kavitas, gesekan, pemolesan
d. Dingin dari asupan yang dimakan
e. Erosi pada servikal gigi menyebabkan linu
f. Fisis : trauma, thermal, erosi
g. Kimia : zat kimia
h. Abfraksi karena tekanan berlebih menyebabkan retakan pada servikal gigi
i. Iritasi mekanik : pada orthodonsi, preparasi kavitas
j. Iritasi kimia : dentin terbuka dan terpapar obat obatan,

8. Etiologi dari retakan kecil pada gigi 12, 11 ,21, 22

Abfraksi karena tekanan berlebih menyebabkan fraktur berupa retakan pada servikal
gigi

9. Apa saja macam macam dari fraktur pada gigi?


1. Gigi anterior oleh karena trauma menurut ELLIS (FINN):
a. Fraktur simpel : fraktur hanya email atau hanya melibatkan sedikit
dentin.
b. Fraktur klas II : fraktur mengenai jaringan dentin tetapi pulpa belum
terkena.
c. Fraktur kias III : fraktur gigi yang mengenai dentin dan pulpa sudah
terkena.
d. Fraktur kias IV : fraktur karena trauma sehingga gigi menjadi non
vital, dapat atau tanpa disertai hilangnya struktur mahkota gigi.
e. Fraktur kias V : fraktur karena trauma yang menyebabkan
terlepasnya gigi tersebut.
f. Fraktur kias VI : fraktur akar gigi tanpa atua diserta hilangnya
struktur mahkota gigi.
g. Fraktur klas VII : pindahnya tempat gigi tanpa disertai fraktur akar
maupun mahkota.
h. Fraktur KIas VIII : fraktur mahkota disertai dengan perubahan
tempat gigi ybs.
i. Fraktur klas IX : khusus untuk gigi decidui, di mana trauma akan
menyebabkan kerusakan gigi tsb.

2. Klasifikasi fraktur menurut ELLIS (GROSSMAN DKK 1988) 6 kelompok


dasar :
a. Fraktur kias I : fraktur email.
b. Fraktur kias II : fraktur dentin, pulpa belum terbuka.
c. Fraktur klas III : fraktur mahkota disertai pulpa terbuka.
d. Fraktur klas IV : fraktur akar.
e. Fraktur kias V : gigi Iuksasi.
f. Fraktur klas VI : gigi intrusi.
Sumber: Daradjati S., Sri. 2004. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi IV. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

10. Bagaimana patofisiologi diagnosa pada skenario?


Karies kedalaman dentin lalu minum dingin rangsangan dingin masuk
melalui kavitas masuk ke tubulus dentin menuju pulpa saraf a delta
menghantarkan rasa nyeri

Retakan kecil lesi pada enamel/dentin tubullus dentin terbuka rangsangan


dari tubulus dentin mengenai saraf pada pulpa saraf perifer pulpa mengirimkan
ranganan ke otak rangsangan panas, mekanis, kimia mengenai dentin akibat lesi
meningkatkan cairan dentin tingkat potensial pada saraf interdental persepsi
pada otak linu

Karies merusak lapisan odontoblas terjadi vasodilatasi(pembuluh darah)


udema menekan serabut saraf serabut saraf c terkumpul sel radang terjadi
pulpitis reversible gangguan sistem sirkulasi pada pulpa saraf tertekan
pulpitis irreversible

11. Klasifikasi dari penyakit pulpa


1. Menurut ingle

1. Pulpitis Reversibel

Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi klinis yang berhubungan dengan penemuan
tanda tanda baik bersifat subjektif maupun objektif yang mengindikasikan adanya inflamasi
ringan atau sedang di dalam jaringan pulpa. Pada pulpitis reversibel apabila penyebab
dihilangkan, inflamasi akan hilang dan pulpa akan kembali ke kondisi normal seperti
sebelumnya. Stimulus ringan atau stimulus yang hilang dengan cepat, seperti karies baru,
erosi servikal, atrisi oklusal, kebanyakan prosedur oeprasi, dan retaknya enamel akan
mengakibatkan terpaparnya tubulus dentin sehingga akan menyebabkan pulpitis reversibel.

Penyebab

Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh :


Trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang terganggu.
Syok termal, seperti yang timbul sewaktu melakukan preparasi dengan bur tumpul, atau
membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi, atau karena panas yang berlebihan
saat memoles tumpatan.
Dehidrasi kavitas akibat penggunaan alkohol dan klorofom yang berlebihan atau
rangsangan pada leher gigi yang dentinnya terbuka.
Penempatan tumpatan amalgam baru yang berkontak dengan restorasi emas.
Stimulus kimiawi, misalnya dari bahan makanan manis atau masam, atau karena iritasi
tumpatan silikat atau akrilik swa-polimeerisasi.
Bakteri, misalnya dari karies.

Histopatologi
Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan inflamasi ringan sampai
sedang terbatas pada daerah di mana tubuli dentin terlibat,seperti misalnya karies dentin.
Secara mikroskopis, terlihat dentin reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran
pembuluh darah, ekstravasasi cairan edema, dan adanya sel inflamasi kronis yang secara
imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol, dapat dilihat juga sel
inflamasi akut.

Gejala-gejala klinis

Pulpitis reversibel pada umumnya asimptomatis, namun dapat timbul gejala klinis.
Stimulus pada gigi, seperti rangsangan panas atau dingin, ataupun udara dapat menyebabkan
nyeri yang tajam dan transien. Apabila stimulus tersebut dihilangkan, rasa nyeri akan hilang.
Stimulus yang menyebabkan nyeri pada pulpitis reversibel pada umumnya tidak akan
menyebabkan nyeri pada gigi yang sehat.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala pasien dan berdasarkan pemeriksaan fisik. Rasa
sakit pada pulpitis tajam dan berlangsung sebentar. Gejala yang khas adalah apabila stimulus
dihilangkan maka rasa nyeri akan hilang. Rasa sakit dapat menjadi kronis, dimana dapat
terjadi juga serangan serangan yang bersifat akut. Meskipin masing-masing paroksisme
(serangan hebat) mungkin berlangsung sebentar, paroksisme dapat berlanjut berminggu-
minggu atau bahkan berbulan-bulan. Pulpa dapat sembuh sama sekali, atau rasa sakit dapat
tiap kali dapat berlangsung lebih lama dan interval keringanan dapat menjadi lebih pendek,
sampai akhirnya pulpa mati.

Karena pulpa sensitif terhadap perubahan temperatur, terutama dingin, aplikasi


dingin merupakan suatu cara yang bagus untukmendiagnosis gigi yang terlibat. Sebuah gigi
dengan pulpitis reversibel secara normal bereaksi terhadap perkusi, palpasi, dan mobilitas,
dan pada pemeriksaan radiografi jaringan periapikal adalah normal.

Pada anamnesa biasanya didapatkan nyeri terutama apabila minum minuman dingin
atau panas, bahkan bisa karena stimulasi udara. Nyeri bersifat tajam dan berlangsung singkat.
Apabila rangsangan dihilangkan maka rasa nyeri akan menghilang dengan cepat.

Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan karies yang mengenai dentin (karies
profunda), pulpa masih belum terbuka, uji sondase +, dan uji vitalitas dengan chlor etil +.

Perawatan

Perawatannya mencakup perawatan periodik untuk mencegah perkembangan karies,


penumpatan awal bila kavitas meluas, desensitisasi leher gigi dimana terdapat resesi gingival,
pengunaan pernis kavitas atau semen dasar sebelum penumpatan, dan memerhatikan
preparasi. Begitu gejala pulpitis reversibel mereda, gigi harus dites vitalitasnya, untuk
memastikan bahwa tidak terjadi pulpitis irreversibel atau nekrosis.

2. Pulpitis Irreversibel

Pulpitis irreversibel dapat diklasifikasikan menjadi simptomatik dan asimptomatik.


Pulpitis irreversibel merupakan suatu kondisi klinis yang berhubungan dengan penemuan
subjektif maupun objektif yang mengindikasikan adanya inflamasi yang berat pada jaringan
pulpa. Pada umumnya pulpitis irreversibel merupakan sequele dari pulpitis yang reversibel.
Selain itu pulpitis irreversibel juga dapat disebabkan karena kerusakan akibat pelepasan
dentin pada tindakan operatif, atau akibat gangguan vaskularisasi pulpa akibat trauma.
Berdasarkan adanya rasa sakit, respon pulpa pada pulpitis irreversibel berbeda dengan respon
gigi yang tidak mengalami inflamasi. Rasa sakit tetap ada meskipun stimulus termal
dihilangkan.

Penyebab

Sebab paling umum pada kasus pulpitis irreversibel adalah keterlibatan bakteri ke
dalam pulpa melalui karies, meskipun faktor klinis, kimiawi, termal, atau mekanis mungkin
juga dapat menyebabkan pulpitis irreversible.

Gejala Klinis

Pulpitis irreversibel umumnya asimtomatik, atau biasanya pasien hanya mengeluh


gejala yang ringan. Pulpitis irreversibel berhubungan dengan nyeri spontan yang dapat
bersifat terus menerus atau hilang timbul. Yang dimaksud nyeri spontan pada pulpitis
irreversibel adalah nyeri dapat dirasakan tanpa adanya stimuli seperti panas atau dingin. Rasa
nyeri pada pulpitis ireversibel disebabkan karena inflamasi yang ireversibel pada jaringan
pulpa. Sifat nyeri yang dapat ditemukan pada penderita pulpitis irreversibel adalah nyeri
tajam atau nyeri tumpul, dapat bersifat terlokalisir atau difus, dan dapat berlangsung selama
beberapa menit sampai beberapa jam. Pada stadium awal, serangan rasa sakit dapat
disebabkan oleh hal-hal berikut :

Perubahan temperatur secara tiba-tiba, terutama dingin.


Bahan makanan manis atau asam.
Tekanan makanan yang masuk ke dalam kavitas atau penghisapan yang
dilakukan lidah atau pipi.
Sikap berbaring yang menyebabkan kongesti pembuluh darah.
Rasa sakit biasanya berlanjut meski penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan
pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Pasien biasanya melukiskan rasa sakit
seperti ditusuk dan dihentak. Lama atau tidaknya rasa sakit tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan hubungannya dengan stimulus eksternal.

Pada stadium akhir, rasa sakit semakin parah dan biasanya dilukiskan sebagai tajam
menusuk, perih sekali, atau berdenyut, atau gigi seolah-olah berada dalam tekanan konstan.
Secara makroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umumnya terdapat pembukaan
sedikit, atau jika tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak. Bila tidak ada jalan
keluar, baik karena tertutup karies atau suatu tumpatan atau karena masuknya makanan ke
dalam pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat.
Jika inflamasi tidak menyebar ke daerah periapikal, gigi akan memberi respon normal
pada proses palpasi. Tetapi, jika perluasan inflamasi sampai ke ligamen periodontal maka
akan menyebabkan sensitivitas perkusi (percussion) dan perubahan lokalisasi rasa sakit.

Histopatologi
Gangguan ini mempunyai tingkatan inflamasi kronis dan akut di dalam pulpa. Pulpitis
irreversibel dapat disebabkan oleh suatu stimulus berbahaya yang berlangsung lama seperti
misalnya karies. Bila karies menembus dentin dapat menyebabkan respon inflamasi kronis.
Bila karies tidak diambil, perubahan inflamasi di dalam pulpa akan meningkat keparahannya
jika kerusakan mendekati pulpa.

Diagnosis
Pada anamnesa biasanya penderita mengeluhkan nyeri tajam yang bersifat spontan dan
berlangsung terus menerus, tidak hilang meskipun rangsangan atau stimuli telah dihilangkan
dan dapat menjalar kebelakang telinga. Pada umumnya akibat nyeri yang menyebar,
penderita sulit menunjukan lokasi gigi yang sakit. Pada pemeriksaan fisik biasanya
ditemukan kavitas yang dalam dan kadang kadang dapat ditemukan sisa makanan, pulpa
dapat terlihat terbuka, dan pemeriksaan dengan sondase, dan chlor etil memberikan hasil
positif. Apabila dilakukan perkusi hasilnya bisa positif ataupun negatif.

Perawatan

Perawatan terdiri dari pulpektomi dan penumpatan suatu medikamen intrakanal


sebagai disinfektan atau obtunden seperti misalnya kresatin, eugenol, atau formokresol.
Perawatan saluran akar atau ekstraksi dilakukan sebagai opsi terakhir.

3. Pulpitis Hiperplastik

Pulpitis hiperplastik merupakan pulpitis yang bersifat ireversibel yang berasal dari
pertumbuhan jaringan pulpa muda yang mengalami inflamasi kronis. Pulpitis hiperplastik
disebut juga polip pulpa. Umumnya polip pulpa atau pulpitis hiperplastik ini ditemukan di
mahkota gigi yang mengalami caries dentis, umumnya pada pasien yang berusia muda. Pada
jaringan pulpa yang muda dapat ditemukan banyak vaskularisasi, dan selain itu memiliki
saluran drainase yang baik dan kemampuan proliferasi yang baik, sehingga memungkinkan
timbulnya pulpitis hiperplastik.

Penyebab

Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif merupakan penyebabnya.
Iritasi mekanis yang disebabkan karena pengunyahan dan infeksi bacterial sering
mengadakan srimulus.

Gejala Klinis

Pulpitis hiperplastik biasanya bersifat asimptomatik. Biasanya tampak sebagai


pertumbuhan jaringan berbentuk seperti kembang kol ke dalam caries. Gejalanya sering
menyerupai gejala pulpitis irereversibel seperti nyeri spontan. Gejala juga sering ditemukan
selama mastikasi, bila tekanan bolus makanan menyebabkan rasa yang tidak menyenangkan.
Stimulasi elektrik dan palpasi menunjukkan hasil yang sama dengan pulpa normal. Penyakit
ini terdapat pada mahkota gigi yang rusak (umumnya pasien muda).

Histopatologi

Secara histopatologis, permukaan polip pulpa ditutup epithelium skuamasi yang


bertingkat-tingkat. Polip pulpa gigi sulung lebih mungkin tertutup oleh epithelium skuamasi
yang bertingkat-tingkat/berstrata daripada polip pulpa gigi permanen. Epithelium semacam
itu dapat berasal dari gingival atau dari sel epithelial mukosa atau lidah yang baru saja
mengalami deskuamasi. Jaringan didalam kamar pulpa sering berubah menjadi granulasi,
yang menonjol dari pulpa masuk ke dalam lesi karies. Jaringan granulasi adalah jaringan
penghubung vaskuler,muda dan berisi neutrofil PMF, limfosit, dan sel-sel plasma. Jaringan
pulpa mengalami inflamasi kronis. Serabut saraf dapat ditemukan pada lapisan epithelial.

Diagnosis

Gangguan ini sering ditemukan pada pasien berusia muda, terutama anak anak.
Tampak sebagai jaringan polip yang tumbuh ke dalam caries, berwarna merah dan bentuknya
seperti kembang kol. Jaringan polipoid kurang sensitif daripada jaringan normal daripada
jaringan pulpa normal dan lebih sensitif daripada jaringan gingival. Pemotongan jaringan ini
tidak menyebabkan rasa sakit. Pada jaringan polip mudah terjadi perdarahan, karena jaringan
ini kaya akan vaskularisasi. Jika jaringan pulpa hiperplastik meluas melewati kavitas atau
gigi, maka akan terlihat seolah-olah jaringan gusi tumbuh di dalam kavitas.
Tidak begitu sukar untuk mendiagnosi pulpitis hiperplastik kronis dengan hanya
pemeriksaan klinis. Jaringan pulpa hiperplastik di dalam kamar pulpa atau kavitas gigi adalah
khas dalam penampilannya. Radiografi umumnya menunjukkan suatu kavitas besar yang
terbuka dengan pembukaan kamar pulpa. Gigi bereaksi lemah atau sama sekali tidak terhadap
tes termal, kecuali jika digunakan dingin yang ekstriem, seperti etil klorida. Diperlukan lebih
banyak arus daripada gigi normal untuk mendapatkan suatu reaksi dengan menggunakan
tester pulpa listrik.

Perawatan

Usaha perawatan harus ditujukan pada pembuangan jaringan polipoid diikuti oleh
ekstirpasi pulpa, asalkan gigi dapat direstorasi. Kemudian jaringan yang terdapat pada kamar
pulpa diambil seluruhnya, dan suatu dressing formokresol ditumpatkan berkontak dengan
jaringan pulpa radikular. Perawatan selanjutnya adalah ekstirpasi pulpa radikular (Grossman,
1988) pulpitis hiperplastik ini juga dapat ditangani dengan pulpotomy, perawatan saluran
akar, atau ekstraksi.

4. Resorpsi Internal

Inflamasi pulpa dapat menginisiasi resorpsi jaringan keras di dekatnya (Walton,


2002). Resorpsi internal adalah suatu proses idiopatik progresif resorptif yang lambat atau
cepat yang timbul pada dentin kamar pulpa atau saluran akar gigi (Grossman, 1988). Pulpa
ditransformasikan ke dalam jaringan vaskuler yang terinflamasi melalui aktivitas
dentinoclastic; proses tersebut meresorpsi dinding dentin dan berkembang dari pusat menuju
perifer.

Penyebab

Penyebab resorpsi internal tidak diketahui, tetapi pasien demikian sering memiliki
riwayat trauma.

Gejala Klinis

Resorpsi internal pada akar gigi adalah asimtomatik. Pada mahkota gigi, resorpsi
internal dapat terlihat sebagai daerah yang kemerah-merahan, disebut pink spot. Daerah
kemerahan ini menggambarkan jaringan bergranulasi yang terlihat melalui daerah mahkota
yang teresorpsi (Grossman, 1988). Lesi ini sering kali bersifat progresif dan terkadang
melubangi lateral periodontium. Jika hal tersebut terjadi, maka pulpa akan mengalami
nekrosis dan menyebabkan masalah besar pada proses perawatan.

Perawatan

Ekstirpasi pulpa menghentikan proses resorpsi internal. Diindikasikan perawatan


endodontik rutin, tetapi obturasi kerusakan memerlukan suatu bahan penutup khusus, lebih
diutamakan menggunakan gutta-perca yang telah diliatkan. Pada kebanyakan pasien, resorpsi
internal berkembang tanpa terlihat karena tidak menimbulkan rasa sakit, sampai akar
berlubang. Dalam kasus semacam ini, pasta kalsium hidroksida dimampatkan pada saluran
akar dan diperbaharui secara periodik sampai kerusakan menjadi baik.

5. Nekrosis Pulpa
. Nekrosis adalah matinya pulpa. Dapat terjadi sebagian atau seluruhnya tergantung
keterlibatan pulpa. Nekrosis, meskipun sebuah akibat inflamasi, dapat juga terjadi setelah
injuri traumatik sehingga pulpa rusak sebeklum terjadi inflamasi. Sebagai hasilnya, suatu
infark sistemik dapat berkembang dan menyebabkan nekrotik pulpa dengan gangren kering

Jenis Jenis Nekrosis Pulpa

Nekrosis Koagulasi

Pada nekrosis koagulasi, bahan jaringan yang dapat larut diubah menjadi bahan solid.
Perkejuan (caseation) adalah bentuk nekrosis koagulasi dimana jaringan berubah menjadi
massa yang menyerupai keju, terutama terdiri atas protein yang mengental, lemak, dan air.

Nekrosis Likuefaksi

Jaringan pulpa berada dalam dinding yang bersifat padat, dan tidak memiliki sirkulasi
darah kolateral, selain itu venula dan saluran limfatik nya juga mengalami kolaps apabila
terjadi peningkatan tekanan dalam jaringan pulpa. Oleh karena itu pulpitis irreversibel
apabila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan terjadinya nekrosis likuefaksi.
Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang
lunak, disebut debris amorfus.

Penyebab

Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh injuri yang membahayakan pulpa, seperti
bakteri, trauma, dan iritasi kimiawi.

Gejala klinis

Gigi yang terlihat normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan gejala rasa sakit.
Diskolorisasi gigi merupakan indikasi pertama dari kematian pulpa. Gigi mengalami
perubahaan warna menjadi keabuan atau kecoklatan sehingga tidak berkilau. Adanya nekrotik
pulpa mungkin hanya ditemukan secra kebetulan karena bersifat asimtomatik. Gigi dengan
nekrosis sebagian tetap dapat bereaksi terhadap perubahan termal karena masih terdapat
serabut saraf vital yang melalui jaringan inflamasi di dekatnya.

Histopatologi
Jaringan pulpa nekrotik, debris seluler dan mikroorganisme mungkin terlihat di dalam
kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal, atau menunjukkan sedikit inflamasi yang
dijumpai pada ligament periodontal.

Diagnosis
Pada pemeriksaan radiografi umumnya menunjukkan suatu kavitas yang besar dengan
suatu saluran terbuka ke saluran akar, dapat juga ditemukan penebalan ligamentum
periodontal. Beberapa gigi tidak mempunyai kavitas atau pun tumpatan, dan pulpanya mati
sebagai akibat trauma. Biasanya penderita nekrosis pulpa asimptomatik, namun adang kadang
dapat ditemukan nyeri spontan dan rasa tidak nyaman pada gigi saat terjadi penekanan pada
gigi. Pada kasus lain, pasien tidak sadar bahwa pulpa telah mati secara perlahan-lahan dan
diam-diam, tanpa gejala. Gigi dengan nekrosis pulpa pada umumnya tidak memebrikan
respon pada sitmulus dingin, tes pulpa listrik atau tes kavitas.
Pada pemeriksaan fisik, gigi yang mengalami nekrosis pulpa tidak akan memberikan
respon terhadap test atau uji vitalitas. Nekrosis pulpa sering disertai dengan keberadaan
berbagai respon inflamasi yang lain seperti pulpitis reversibel yang mungkin dapat
mengacaukan hasil pemeriksaan. Pada umumnya nekrosis tidak terbatas pada kanal saja,
sering ditemukan penyebaran reaksi inflamasi ke jaringan periradicular. Gigi dengan nekrosis
pulpa sering memberikan hasil positif pada pemeriksaan dengan cara perkusi.

Perawatan

Perawatan terdiri dari prepsrasi dan obturasi saluran akar.

6. Gangren pulpa
Gangren pulpa adalah keadaan gigi di mana jarigan pulpa sudah mati sebagai sistem
pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang
rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa
yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih
hidup. Proses terjadinya gangren pulpa diawali oleh proses karies. Karies dentis adalah suatu
penghancuran struktur gigi (email, dentin, dan sementum) oleh aktivitas sel jasad renik
(mikroorganisme) dalam dental plak. Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila
terdapat faktor yang saling tumpang tindih. Adapun faktor-faktor tersebut adalah bakteri,
karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi serta waktu.
Perjalanan gangren pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai email (karies
superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1 milimeter. Selanjutnya
proses berlanjut menjadi karies pada dentin (karies media) yang disertai dengan rasa nyeri
yang spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu dingin atau makanan yang manis dan
segera hilang jika rangsangan dihilangkan. Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies
pada pulpa yang didiagnosa sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih dari 1
milimeter. pada pulpitis terjadi peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah,
dan pempuluh limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjut dan
mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan terjadinya
gangren pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat berwarna kecoklatan atau
keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut tercium bau busuk akibat dari proses
pembusukan dari toksin kuman.

Gejala klinis
Gejala yang didapat dari pulpa yang gangren bisa terjadi tanpa keluhan sakit, dalam
keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi terlihat berwarna kecoklatan
atau keabu-abuan Pada gangren pulpa dapat disebut juga gigi non-vital dimana pada gigi
tersebut sudah tidak memberikan reaksi pada cavity test (tes dengan panas atau dingin) dan
pada lubang perforasi tercium bau busuk, gigi tersebut baru akan memberikan rasa sakit
apabila penderita minum atau makan benda yang panas yang menyebabkan pemuaian gas
dalam rongga pulpa tersebut yang menekan ujung saraf akar gigi sebelahnya yang masih
vital.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan objektif (ekstraoral dan
intraoral). Berdasarkan pemeriksaan klinis, secara objektif didapatkan:
Karies profunda (+)
Pemeriksaan sonde (-), dengan menggunakan sonde mulut, lalu ditusukkan beberapa
kali ke dalam karies, hasilnya (-). Pasien tidak merasakan sakit.
Pemeriksaan perkusi (-), dengan menggunakan ujung sonde mulut yang bulat,diketuk-
ketuk kedalam gigi yang sakit, hasilnya (-). Pasien tidak merasakan sakit.
Pemeriksaan penciuman, dengan menggunakan pinset, ambil kapas lalu sentuhkan
pada gigi yang sakit kemudian cium kapasnya, hasilnya (+) akan tercium bau busuk
dari mulut pasien.
Pemeriksaan foto rontgen, terlihat suatu karies yang besar dan dalam, dan terlihat juga
rongga pulpa yang telah terbuka dan jaringan periodontium memperlihatkan
penebalan.

Diagnosis banding
Periodontitis merupakan komplikasi dari karies profunda non vitalis atau gangren pulpa,
dimana pada pemeriksaan klinis ditemukangigi non vital, sondase (-), dan perkusi (+)
Gangren pulpa Periodontitis
Pemeriksaan sonde (-)
Pemeriksaan perkusi (+)
Reaksi panas/dingin (-)
Pemeriksaan panas/dingin (-)

Untuk menentukan apakah pulpa masih dapat diselamatkan, bisa dilakukan beberapa
pengujian:
Diberi rangsang dingin, rangsang dihentikan, nyeri hilang artinya pulpa sehat. Pulpa
dipertahankan dengan mencabut bagian gigi yang membusuk danmenambalnya. Jika
nyeri tetap, meskipun rangsang nyeri sudah dihilangkan atau jika nyeri timbul secara
spontan, maka pulpa tidak dapat dipertahankan.
Penguji pulpa elektrik, alat ini digunakan untuk menunjukkan apakah pulpa masih
hidup, bukan untuk menentukan apakah pulpa masih sehat, jika penderita merasakan
aliran listrik pada giginya, berarti pulpa masih hidup.
Mengetuk gigi dengan sebuah alat, jika dengan pengetukan gigi timbul nyeri, berarti
peradangan telah menyebar ke jaringan tulang dan sekitarnya.
Rontgen gigi, dilakukan untuk mengetahui adanya pembusukan gigi dan
menunjukkan apakah penyebaran peradangan telah menyebabkan pengeroposan
tulang disekitar akar gigi.

12. Perbedaan linu dikedua gigi pada skenario

Gigi geraham pertama bawah : linu tdk tajam dan berakhir lambat serabut saraf c,
0,2 m/detik, diameter 0,4 mikrometer, karena adanya inflamasi
Gigi depan atas :linu tajam dan berakhir cepat serabut saraf a, diameter 200
mikrometer, 12-30m/detikletaknya ditepi, merupakan mekanoreseptor yaitu peka
terhadap impuls yg diberikan, berfungsi untuk menerima rangsang halus, contoh
rangsangan dari semut, mielin ada namun impulsnya yang menghilang bergabung
dengan saraf yang disebut fleksus raschkeow

13. Proses linu pada gigi anterior


Tekanan berlebih pada gigi anterior (abfraksi) retakan kecil pada servikal gigi
kedalaman lesi pada enamel/dentin tubullus dentin terbuka rangsangan dari
tubulus dentin mengenai saraf pada pulpa saraf perifer pulpa mengirimkan
ranganan ke otak rangsangan panas, mekanis, kimia mengenai dentin akibat lesi
meningkatkan cairan dentin tingkat potensial pada saraf interdental persepsi
pada otak linu

14. Hubungan kavitas di 36 dengan gigi geraham pertama terasa linu saat minum dingin
Kavitas di 36 minum dingin tubulus dentin terbuka pergerakan cairan di
tubulus dentin

15. Mengapa pasien merasakan linu padahal pemeriksaan sondasi perkusi dan palpasi
negatif?
Sondasi - : kavitas masih di dentin
Perkusi - : jar periodontal masih baik
Palpasi - : tdk terbentuk abses
CE + : masih vital
Jar pulpanya masih terlokalisasi blm sampai pulpa

16. Perawatan dari diagnosis di skenario

Anda mungkin juga menyukai