Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIK LAPANG TERPADU 2017

INDUSTRI DAN PROYEK PERIKANAN TANGKAP

INDUSTRI DAN PROYEK PERIKANAN TANGKAP


DI TANAH BERUKABUPATEN BULUKUMBA
SULAWESI SELATAN

INCE NURHIDAYATUL IM
L23114505

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
berkah dan anugerah-Nya sehingga laporan praktik lapang terpadu 2017 ini
dapat terselesaikan. Tak lupa pula Shalawat dan Salam kita kirimkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya.
Laporan ini dibuat berdasarkan hasil praktik lapang yang dilakukan pada
tanggal 24-26 Maret 2017, di Kelurahan Tanah Beru, Kecamatan Bonto Bahari,
Kabupaten Bulukumba.
Kami menyadari bahwa laporan praktik lapang terpadu 2017 ini tak luput
dari kesalahan dan kekhilafan. Keterbatasan pengetahuan membuat laporan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya kritik dan saran sangat diperlukan
demi kesempurnaan laporan ini.

Makassar, 12 April 2017

INCE NURHIDAYATUL IM
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2

II. METODE PRAKTIK...................................................................................3

A. Waktu dan Tempat.....................................................................................3


B. Alat dan Bahan..........................................................................................3
C. Metode Praktik...........................................................................................3

III. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................5

A. Gambaran Umum Lokasi Praktik Lapang...................................................5


B. Sub Sistem Industri PT..............................................................................7
C. Keragaan Industri PT.................................................................................8
D. Keramahan Lingkungan Alat Penangkapan Ikan........................................9

IV. PENUTUP................................................................................................13

A. Kesimpulan..............................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

L A M P I R A N...................................................................................................15
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Alat dan kegunaan............................................................................................3


2. Produksi Perikanan Tangkap/Laut di 7 Kecamatan PesisirTahun20102014....5
3. Produksi SubSektor Perikanan (Ton) Tahun 2010 2014.................................6
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Bulukumba adalah salah satu Daerah Tingkat II di
provinsiSulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kotakabupaten ini terletak di Kota
Bulukumba. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km dan berpenduduk
sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010). Kabupaten
Bulukumba mempunyai 10 kecamatan, 27 kelurahan, serta 109 desa. Secara
geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 520 sampai
540 Lintang Selatan dan 11950 sampai 12028 Bujur Timur. Berbatasan
dengan Kabupaten Sinjai di Sebelah Utara, Sebelah timur dengan Teluk Bone,
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Kepulauan Selayar, dan Sebelah Barat
dengan Kabupaten Bantaeng (Pemkab Bulukumba, 2016).
Usaha Perikanan adalah semua usaha perorangan dan badan usaha untuk
menangkap ikan, atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan menyimpan,
mendinginkan, atau mengawetkan untuk tujuan komersil (Peraturan Pemerintah,
1990).
Menurut UU RI nomor 31 tahun 2004 bab I ayat 1 dan 5 dan PP RI no. 15
tahun 1991 bahwa industri dan proyek perikanan tangkap adalah usaha atau
industri mulai dari pra prokuksi perikanan tangkap, produksi perikanan tangkap,
pemuatan hasil perikanan tangkap, pengangkutan hasil perikanan tangkap,
penyimpanan hasil perikanan tangkap, penanganan hasil perikanan tangkap,
pengolahan hasil perikanan tangkap, dan pemasaran hasil perikanan tangkap.
Mallawa (2016) mengatakan, Industri dan proyek perikanan tangkap
sebagai suatu sistim didukung oleh beberapa sub sistim dan komponen atau
elemen. Sub sistim dari sistim industri dan proyek perikanan tangkap
dikelompokkan ke dalam yaitu :
1. Sub sistim utama terdiri atas sub sistim sumber daya ikan dan
lingkungannya, sub sistim produksi, sub sistim penangahan dan
pengolahan hasil perikanan dan sub sistim pemasaran, dan
2. Sub sistim pendukung terdiri atas sub sistim jasa keuangan, sub sistim
sarana/prasarana, sub sistim sumber daya manusia, dan sub sistim hukum
dan kelembagaan.
Keragaan dari masing-masing sub sistim tersebut bervariasi antar daerah
dan sangat dipengaruhi oleh faktor demografi, klimatologi, oseanografi, sosial
2

ekonomi dan politik daerah masing-masing. Untuk melihat perbedaan tersenut


perlu mengamati kegaraan industri dan proyek perikanan tngkap menurut
wilayah (Mallawa,2016).
Potensi perikanan di Kabupaten Bulukumba terdiri dari perikanan tangkap
(perikanan laut) dan perikanan budidaya (perikanan darat). Dari 10 kecamatan, 7
diantaranya mempunyai potensi kelautan sedangkan potensi perikanan darat
terdapat di semua kecamatan. Produksi perikanan tangkap/laut di Kabupaten
Bulukumba tahun 2014 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2013.
Produksi tahun 2014 mencapai 53.612,3 ton, sedangkan pada tahun 2013 hanya
33.093,5 ton. Untuk jenis ikan laut yang dihasilkan, maka sebagian besar ikan
laut diperairan Kabupaten Bulukumba berpotensi ekspor, seperti : Cakalang,
Tuna, Tongkol, Layang, Kembung, Tembang, Lamuru, Kerapu dan beberapa
ikan laut lainnya. Ikan Layang dan Tongkol menjadi jenis ikan yang terbesar
dengan jumlah masing-masing 9.092,9 ton dan 8.432,5 ton (Pemerintah
Kabupaten Bulukumba, 2016).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktik lapang industri dan proyek perikanan tangkap di
Bulukumba sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sub sistem dan keragaan industri perikanan di
Kelurahan Tanah Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba
2. Untuk mengetahui tingkat keramahan alat tangkap di Kelurahan Tanah
Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba
II. METODE PRAKTIK

A. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan Praktik Lapang Terpadu Industri dan Proyek Perikanan
Tangkap yang dilakukan selama 3 hari yaitu 24-26 Maret 2017 dengan 1 kali
pengambilan data dengan cara wawancara dengan beberapa nelayan yang ada
di kelurahan Tanah Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktik lapang adalah :

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No Alat Kegunaan
Sebagai pedoman praktik dan wawancarayang
1. Kuisioner
mengandung pertanyaan
2. Alat tulis Mencacat data yang didapat di lapangan
3. Kamera Mendokumentasikan kegiatan

C. Metode Praktik
Adapun metode yang digunakan dalam praktik lapang daerah
penangkapan ini adalah sebagai berikut :

1. Metode observasi
Metode observasi yaitu pengamatan langsung di lapangan yang
dilakukan untuk melihat dan mengetahui apa saja industri dan proyek
perikanan tangkap yang ada di Kelurahan Tanah Beru Kecamatan Bonto
Bahari, Kabupaten Bulukumba.Tahap observasiadalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data sekunder melalui wawancara penduduk di
Kelurahan Tanah Beru yang berprofesi sebagai nelayan.
b. Mencatat hasil wawancara pada kuisioner
c. Pengisian tabel kerja pada lembar kerja kuisioner dan pembuatan
laporan hasil praktik.
2. Metode wawancara (interview )
Metode wawancara yakni penulis melakukan wawancara
(Tanyajawab) dengan pihak terkait yang dianggap mampu memberikan
informasi dan memiliki industri perikanan dalam hal ini adalah nelayan yang
4

ada di kelurahan Tana Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten


Bulukumba.
3. Metode study literatur
Metode study literatur yaitu membandingkan atau melengkapi data
yang kurang dari literatur-literatur yang membahas mengenai industri dan
proyek perikanan tangkap di Bulukumba.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Praktik Lapang

4. Kabupaten Bulukumba adalah salah satu Daerah Tingkat II di


provinsiSulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kotakabupaten ini terletak di Kota
Bulukumba. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km dan berpenduduk
sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010). Kabupaten
Bulukumba mempunyai 10 kecamatan, 27 kelurahan, serta 109 desa. Secara
geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 520 sampai
540 Lintang Selatan dan 11950 sampai 12028 Bujur Timur. Berbatasan
dengan Kabupaten Sinjai di Sebelah Utara, Sebelah timur dengan Teluk Bone,
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Kepulauan Selayar, dan Sebelah Barat
dengan Kabupaten Bantaeng (Pemkab Bulukumba, 2016).
5. Potensi perikanan di Kabupaten Bulukumba terdiri dari
perikanan tangkap (perikanan laut) dan perikanan budidaya (perikanan
darat). Dari 10 kecamatan, 7 diantaranya mempunyai potensi kelautan
sedangkan potensi perikanan darat terdapat di semua
kecamatan. Produksi perikanan tangkap/laut di Kabupaten Bulukumba
tahun 2014 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2013.
Produksi tahun 2014 mencapai 53.612,3 ton, sedangkan pada tahun
2013 hanya 33.093,5 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1
berikut ini :

6. Tabel 2. Produksi Perikanan Tangkap/Laut di 7 Kecamatan


PesisirTahun20102014
8. KE 9. TAHUN
CA
7. 12. 13. 14. 15. 16.
M
2 2 2 2 2
AT
AN

18. Ga
19. 20. 21. 22. 23.
nta
17. 4 4 4 4 7.
ran
g

24. 25. Uj 26. 27. 28. 29. 30.


un
6 6 6 6 1
gb
ulu

32. Uj
33. 34. 35. 36. 37.
un
31. 9 9 9 1 1.
g
loe

39. Bo
nto 40. 41. 42. 43. 44.
38. ba 5 6 5 5 9.
har
i

46. Bo 47. 48. 49. 50. 51.


45. nto 1 1 1 1 2.
tiro

53. He 54. 55. 56. 57. 58.


52. rla 5 5 5 6 9.
ng

60. Kaj 61. 62. 63. 64. 65.


59. an 6 7 7 7 1
g

67. 68. 69. 70. 71.


66. Buluk
3 3 3 3 5
umba

72. Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2014

73. Untuk jenis ikan laut yang dihasilkan, maka sebagian besar ikan
laut diperairan Kabupaten Bulukumba berpotensi ekspor, seperti : cakalang,
tuna, tongkol, layang, kembung, tembang, lamuru, kerapu dan beberapa ikan laut
lainnya. Ikan layang dan tongkol menjadi jenis ikan yang terbesar dengan jumlah
masing-masing 9.092,9 ton dan 8.432,5 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 2 berikut ini :

74. Tabel 3. Produksi SubSektor Perikanan (Ton) Tahun 2010 2014


76. J 77. TAHUN
E
N
I
75. S 80. 81. 82. 83. 84.
2 2 2 2 2
I
K
A
N

87. 88. 89. 90. 91.


85. 86. 2
3 4 5 6 7

93. T
94. 95. 96. 97. 98.
u
92. 1 3 2 2 2
n
a

100.
Ca
k
101. 102. 103. 104. 105.
a
99. 1 3 1 1 2
l
a
n
g

107.
Ton
108. 109. 110. 111. 112.
106. g
1 3 8 8 1
3 k
o
l

113. 114. 115. 116. 117. 118. 119.


4 Lay 9 3 8 9 1
a
n
g

121.
Ke
m 122. 123. 124. 125. 126.
120.
b 3 7 4 4 6
5
u
n
g

128.
Te
m 129. 130. 131. 132. 133.
127.
b 2 1 2 2 3
6
a
n
g

135.
La
136. 137. 138. 139. 140.
134. m
1 1 1 1 2
7 u
r
u

142.
Ker 143. 144. 145. 146. 147.
141.
a 4 1 6 5 8
8
p
u

148. 149. 150. 151. 152. 153. 154.


9 Teri - - - - 0

155. 156. 157. 158. 159. 160. 161.


10 Pe 2 7 3 3 2
p
e
r
e
k

163.
164. 165. 166. 167. 168.
162. Kak
6 2 6 6 1
11 a
p

170.
Lai
171. 172. 173. 174. 175.
169. n
1 1 8 8 1
12 n
y
a

177.
Ju
178. 179. 180. 181. 182.
176. m
3 3 3 3 5
l
a
h
183. Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2014

B. Sub Sistem Industri PT


184. Industri perikanan tangkap sebagai suatu sistem dapat berjalan
sesuai yang diharapkan harus didukung oleh sub sistem yang saling berkaitan
satu dengan yang lainnya. Industri perikanan tangkap memiliki sub sistem utama
dari sub sistem pendukung (Mallawa, 2016).
185. Adapun sub sistem d Kelurahan Tanah Beru, Kecamatan Bonto
Bahari, Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut.
1. Sub Sistem Utama
186. Sub sistem utama perikanan tangkap di Kelurahan Tanah
Beru Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba antara lain:
a. Sub sistem sumber daya ikan dan lingkungan, terdiri atas komponen
antara lain:
1) Sumberdaya ikan pelagis besar sepertiikan cakalang, ikan
tongkol dan ikan baby tuna
2) Sumberdaya ikan pelagis kecil seperti ikan tembang, ikan
layang dan ikan kembung
3) Sumberdaya non ikan antara lain sotong dan cumi-cumi
b. Sub sistem pra produksi, dalam hal ini unit-unit penangkapan ikan
yang komponennya antara lain purse seine, gill net, pancing rawai
dan handline.
c. Sub sistem penanganan dan pongolahan hasil tangkapan.
Penanganan terdiri atas pendinginan es yang biasanya dilakukan jika
jarak dari daerah penangkapan ke fishing base cukup jauh, air laut
dingin digunakan jika es tidak mencukupi, dan air laut digunakan
untuk mencuci hasil tangkapan di atas kapal. Sedangkan pengolahan
terdiri atas penggaraman, pengeringan dan pengasapan. Pengolahan
ini dilakukan disesuaikan dengan kebuthan pasar dan untuk setiap
kelompok usaha produksi biasanya berbeda-beda pengolahan yang
dilakukan.
d. Sub sistem pemasaran yang komponennya meliputi penjulan (pasar,
pengandeng dan pengumpul), transportasi dan promosi.
e. Sub sistem konsumen yang komponennya meliputi konsumen dalam
daerah atau secara lokal dan terkadang luar daerah.
2. Sub sistem pendukung perikanan tangkap antara lain:
a. Sub sistem keuangan, yang komponennya dapat Bank pemerintah,
Bank Swasta, Bank Syariah, Koperasi, Lembaga Simpan Pinjam,
Ponggawa dan lainnya. Namun di kelurahan Tanah Beru keuangan
menggunakan modal individu yanng di keluarkan sesuai dengan
biaya per trip. Sub sistem sumberdaya manusia dan IPTEKS yang
komponennya meliputi pengelola TPI, Pengelola Pelelangan Ikan,
Syahbandar Perikanan, Nelayan yakni punggawa dan ABK.
b. Sub sistem hukum dan kelembagaan yang komponennya meliputi
peraturan dan Per UU yang berkaitan perikanan tangkap, kelompok
nelayan, koperasi masyarakat adat dan sebagainya. Sistem
kelembaagaan di kelurahan Tanah Beru berupa kelompok nelayan.

C. Keragaan Industri PT
187. Industri dan perikanan tangkap perikanan tangkap terdiri dari tiga
kelompok besar yaitu :
1. Keragaan Industri Primer Perikanan Tangkap
188. Keragaan Usaha Penangkapan Ikan. Di kelurahan Tanah
Beru jenis alat penangkapan ikan yang banyak digunakan adalahpurse
seine dengan skala usaha menengah, gill net dengan skala usaha
tradisional, pancing rawai dengan skala usaha menengah dan headline
dengan skala usaha tradisional.
189. Keragaan kapal penangkapan ikan. Kapal penangkapan
ikan di kelurahan Tana Beru terdiri dari kapal <5 GT yang digunakan oleh
nelayan dengan alat tangkap gill net, pancing rawai dan headline. Kapal 30
GT biasanya digunakan oleh nelayan dengan alat tangkap purse seine.
2. Keragaan Industri Sekunder Perikanan Tangkap
190. Keragaan Usaha Pengelolaan. Usaha pengelolaan hasil-
hasil perikanan di Tanah Beru meliputi usaha pengeringan ikan dengan
skala usaha yang bersifat tradisional karena hanya dilakukan oleh industri
rumah tangga dan usaha pengasapan ikan yang juga berskala tradisional.
3. Keragaan Industri Tersier Perikanan Tangkap
191. Keragaan Usaha Pemasaran. Usaha pemasaran di Tanah
Beru dilakukan dengan skala usaha tingkat menengah dimana ikan hasil
tangkapan hanya dijual secara lokal di Kabupaten Bulukumba.

D. Keramahan Lingkungan Alat Penangkapan Ikan


192. Analisis keramahan lingkungan alat tangkap di tana beru
menggunakan metode yang dikemukakan ariomoto dan monintja (1995) melalui
pendekatan sebagai berikut :

1. Selektivitas Alat Tangkap


193. Kriteria selektivitas alat tangkap dinilai dari banyaknya
spesies ikan yang tertangkap oleh alat tangkap tersebut serta dapat dilihat
juga dari ukuran ikan yang tertangkap.
194. Untuk alat tangkap purse seine diberi nilai 4 karena alat
tangkap ini biasanya menangkap 2 jenis spesies saja yang merupakan
jenis ikan pelagis besar seperti ikan cakalang dan ikan tongkol. Untuk alat
tangkap jaring insan diberi nilai 3 karena alat tangkap ini biasanya
menangkap ikan yang ukurannya sesuai dengan mesh size jaring insan itu
sendiri. Untuk rawai dasar di beri nilai 3 karena alat tangkap ini hanya
menangkap ikan yang sesuai dengan bukaan mulut ikan dengan mata kail.
2. Tidak merusak habitat.
195. Krieria tidak merusak habitat dinilai apakah alat tangkap
tersebut dalam pengoperasiannyakhususnya pada saat setting merusak
lingkunganatau tidak merusak lingkungan, dan kalau merusak lingkungan
seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan,
196. Alat tangkap purse seine, jaring insan dan rawai dasar
diberi nilai 4 karena tidak merusak habitat.
3. Ikan hasil tangkapan berkualitas tinggi
197. Kriteria ikan hasil tangkapan berkualitas tinggi dinilai dari
apakah ikan hasil tangkapan dalam keadaan hidup atau mati, segar atau
busuk,
198. Untuk alat tangkap purse seine diberi nilai 4 karena ikan
hasil tangkapan yang diperoleh dalam keadaan masih hidup naik di atas
kapal. Untuk alat tangkap jaring insan diberi nilai 2 karena ikan hasil
tangkapan yang diperoleh dalam keadaan mati. Untuk rawai dasar diberi
nilai 3 karena ikan hasil tangkapan dalam keadaan mati dan masih segar.
4. Alat tangkap dalam pengoperasiannya tidak membahyakan nelayan
199. Kriteria tidak mebahayakan nelayan dinilai berdasarkan
apakah dalam pengopersiannya dapat menyebabkan kematian,
menyebabkan cacat, menyebabkan gangguan kesehatan atau aman bagi
nelayan operator,
200. Untuk alat tangkap purse seine dan rawai dasar diberi nilai
4 karena dalam pengoperasiannya tidak menimbulkan dampak buruk bagi
nelayan seperti menyebabkan kematian, cacat dan gangguan kesehatan
sehingga aman bagi nelayan. Untuk alat tangkap jaring insan diberi nilai 3
karena alat tangkap ini dalam pengoperasiannya aman bagi nelayan
karena tidak menyebabkan kematian, kecacatan dan gangguan kesehatan.
5. Produksi tidak membahayakan konsumen.
201. Kriteria produksi tidak membahyakan konsumen dinilai dari
tingkat keamanan ikan yang dihasilkan terhadap orangyang memakannya.
Apakah produksi dapat menyebabkan kematian, gangguan kesehatan,
relative aman, dan sangat aman bagi konsumen,
202. Alat tangkap purse seine, jaring insan dan rawai dasar
diberi nilai 4 karena tidak menggunakan bahan-bahan atau zat-zat
berbahaya dalam melakukan penangkapan sehingga sangat aman bagi
konsumen.
6. By catch rendah.
203. Kriteria by catch rendah dinilai berdasarkan kuantitas atau
tinggi rendahnya by catch yang dihasilkan alat tangkap tersebut, dan
apakah by catch tersebut dapat terjual atau tidak,
204. Untuk alat tangkap purse seine diberi nilai 4 karena by
catch yang dihasilkan rendah dan dapat terjual. Untuk alat tangkap jaring
insan dan rawai dasar diberi nilai 2 karena alat tangkap ini memiliki banyak
by catch dan by catch yang dihasilkan dapat terjual dan ada juga yang
tidak dapat terjual.
7. Dampak ke biodiversity.
205. Kriteria dampak ke biodiversity dinilai apakah alat tangkap
tersebut menyebabkan kematian biota laut dan merusak habitatnya,
kematian banyak spesies atau sedikit,
206. Untuk alat tangkap purse seine diberi nilai 3 karena
speisies ikan yang mati hanya sedikit kurang dari tigas speises ikan saja.
Untuk alat tangkap jaring insan dan rawai dasar diberi nilai 2 karena alat
tangkap ini menyebabkan beberapa spesies mengalami kematian pada
saat pengoperasian alat tangkap tersebut.
8. Tidak membahayakan biota laut yang dilindungi.
207. Kriteria tidak mebahayakan biota yang dilindungi dinilai
berdasarkan apakah alat tangkap tersebut menangkap atau tidak
menangkapa biota laut yang dilindungi, dan kalau menangkap apakah
selau, sering, dan jarang menagkap biota yang dilindungi,
208. Alat tangkap purse seine, jaring insan dan rawai dasar
diberi nilai 3 karena alat tangkap ini sangat jarang menagkap biota laut
yang dillindungi.
9. Investasi rendah
209. Kriteria investasi rendah dinilai berdasarkan besaran uang
yang dikeluarkan nelayan untuk memperoleh unit penangkapan tersebut,
tinggi, sedang atau rendah,
210. Untuk alat tangkap purse seine diberi nilai 2 karena alat
tangkap ini memerlukan biaya investasi yang besar untuk memperoleh unit
penangkapan. Untuk alat tangkap jaring insan dan rawai dasar diberi nilai 4
karena aat tangkap ini hanya memerlukan biaya investasi yang renda.
10. Tidak menggunakan banyak BBM.
211. Kriteria ini dinilai berdasarkan seberapa banyak BBM yang
diperlukan dalam pengoperasiannya, banyak, sedang atau kurang,
212. Untuk alat tangkap purse seine diberi nilai 2 karena alat
tangkap ini sangat banyak memerlukan BBM untuk melakukan
pengoperasian alat tangkap. Untuk lata tangkap jaring insan diberi nilai 4
karena alat tangkap ini hanya memerlukan sedikit BBM untuk melakukan
pengoperasian alat tangkap. Untuk alat tangkap rawai dasar diberi nilai 3
karena alat tangkap ini memerlukan banyak BBM untuk melakukan
pengoperasian.
11. Menguntungkan bagi nelayan
213. Kriteria menguntungkan dinilai berdasarkan sebesar
keuntungan yang diperoleh oleh nelayan apabila menggunakan alat
tangkap tersebut,
214. Alat tangkap purse seine, jaring insan dan rawai dasar
diberi nilai 3 karena alat tangkap ini menguntungkan bagi nelayan.
12. Menyerap banyak tenaga kerja
215. Kriteria ini dinilai berdasarkan jumlah tenaga kerja yang
digunakan dalam pengoperasian alat tangkap tersenut, relative banyak,
sedang, atau sedikit,
216. Untuk alat tangkap purse seine diberi nilai 4 karena untuk
melakukan pengoperasian pada alat ini menyerap banyak tenaga kerja
sekitar 10-15 tenaga kerja.
217. Untuk jaring insan dan rawai dasar diberi nilai 3 karena alat
tangkap ini tidak menyerap banyak tenaga kerja.
13. Tidak bertentangan dengan kearifan lokal
218. Kriterian dinilai berdasarkan yang berkaitan kearifan local
atau adat istiadat masyarakat nelayan setempat,
219. Alat tangkap purse seine, jaring insan dan rawai dasar
diberi nilai 4 karena ketiga alat tangkap ini tidak bertentangan dengan
kearifan lokal dan adat istiadat masyarakat nelayan setempat.
14. Legal secara hukum
220. Kriteria legal dinilai berdasarkan aspek legalitas alat
tangkap berdasarkan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Mnetri dan sebagainya.
221. Alat tangkap purse seine, jaring insan dan rawai dasar
diberi nilai 4 karena secara hukum ketiga alat tangkap ini legal.
222.
223.
224.

225.

226.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari tujuan praktik lapang industri dan proyek perikanan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

1. Industri perikanan tangkap yang ada di Kelurahan Tanah Beru, Kecamatan


Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba adalah alat tangkap purse seine,
jaring insan dan rawai dasar.
2. Berdasarkan hasil analisis keramahan lingkungan, ketiga alat tangkap yang
dianalisis mendapat nilai diatas 80% sehingga dapat dikatakan ketiga alat
tangkap tersebut ramah lingkungan.

B. Saran
Sebaiknya praktik lapang industri dan proyek perikanan tangkap
selanjutnya menganalisa lebih banyak alat tangkap, tidak Cuma tiga alat tangkap
saja agar diketahui tingkap perbedaan keramahan lingkungan untuk alat tangkap
yang ada pada suatu wilayah.
DAFTAR PUSTAKA

Mallawa, achmar. 2016. Industri dan Proyek Perikana Tangkap. Bahan Ajar Mata
Kuliah Industri dan Proyek Perikanan Tangkap Departemen Perikanan
Unhas, Makassar.

Pemerintah Kabupaten Bulukumba. 2016. Potensi Perikanan dan Kelautan.


http://www.bulukumbakab.go.id/pages/potensi-perikanan-dan-kelautan.
(diakses pada 13 April 2017 pukul 16.55 WITA)

Pemerintah Kabupaten Bulukumba. 2016. Profil Bulukumba.


http://www.bulukumbakab.go.id/pages/profil. (diakses pada 13 April 2017
pukul 16.20)

Peraturan Permerintah. 1990. Peraturan Permerintahan Republik Indonesia


Nomor 15 Tahun 1990 Tentang Usaha Perikanan.
http://tataruangpertanahan.com/regulasi/pdf/pp/PP_15_1990.pdf.
(diakses pada 21 April 2017 pukul 16.33 WITA)
L

N
No Sub Sistem Komponen/Elemen Keterangan

Sumber Daya Ikan &


1 Sumber Daya Ikan:
Lingkungannya

(Cakalang, Baby
1. Ikan Pelagis Besar
Tuna)

(Tembang,
2. Ikan Pelagis Kecil Tongkol, Layang,
kembung)

(Cumi-cumi,
3. Non Ikan sotong)

Lingkungannya:

1. Perairan Bulukumba (Tana Beru)

2. Perairan Selayar

2 Pra Produksi & Produksi 1. Purse seine

2. Gill net

3. Pancing rawai

4. Handline

Penanganan dan
3 Penanganan :
Pengolahan Hasil

1. Pendinginan ES

2. ALDI

3. Air Laut

Pengolahan

1. Penggaraman

2. Pengeringan

3. Pengasapan

(Pasar,
4 Pemasaran 1. Penjualan Pagandeng,
Pengumpul)

2. Transportasi
3. Promosi -

5 Keuntungan/Modal 1. Modal Usaha (Modal individu)

2. Biaya/trip

6 Sarana/Prasarana 1. kapal ATI

2. Jaring

7 Sumber Daya Manusia 1. punggawa

2. ABK

8 Kelembagaan -

No Industri Perikanan Tangkap Unit Usaha Skala Usaha

1 Industri Primer Perikanan Tangkap Purse seine Menengah

Gill net Tradisional

Pancing rawai menengah

handline Tradisonal

2 Industri Sekunder Perikanan Tangkap Ikan Kering Tradisional

Ikan Asap Tradisional

3 Industri Tersier Perikanan Tangkap Pemasaran Menengah


Nilai Menurut Keramahan

Alat Tangkap
No. Kriteria/Sub Kriteria
Purse Jaring Rawai
seine Insang Dasar

1 Selektivitas alat tangkap 4 3 3

2 Tidak merusak habitat 4 4 4

3 ikan tangkapan kualitas tinggi 4 2 3

4 Tidak membahayakan nelayan 4 3 4

Produksi tidak membahayakan


5 nelayan 4 4 4

6 By catch rendah 4 2 2

7 Dampak ke biodiversity 3 2 2

Tidak membahayakan ikan yang


8 dilindungi 3 3 3

9 Investasi rendah 2 4 4

Tidak menggunakan banyak


10 BBM 2 4 3

11 Menguntungkan bagi nelayan 3 3 3

12 Menyerap banyak tenaga kerja 4 3 3

13 Tidak bertentangan adat 4 4 4

14 Legal 4 4 4

Total Nilai Per Alat Tangkap 49 45 46

Nilai Penuh Alat Tangkap 56 56 56

% Keramahan Alat Tangkap 88 80 82


CATATAN:

- PERBAIKI YANG DIKOMENTARI


- BACA TERLEBIH DAHULU SEBLM DIPRINT JGN SAMPAI ADA
KESALAHAN PENULISAN.
- ACC+ SELASA SEBELUM DUHUR.

Anda mungkin juga menyukai