Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh kita memiliki sistem saluran kemih, saluran kemih yaitu suatu
saluran yang terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Melalui
sistem saluran kemih inilah air kencing atau urin diproduksi dan dibuang.
Organ-organ pda saluran kemih merupakan suatu organ yang kompleks, oleh
karena itu saluran kemih ini juga mempunyai beberapa fungsi yang kompleks.
Ada beberapa fungsi saluran kemih yang harus di ketahui antara lain
menyaring darah dan urin sistemik, mengatur dan menjaga lingkungan tubuh
manusia, jumlah dan komposisi cairan tubuh, menjaga keseimbangan osmotik
dalam tubuh, dan lain sebagainya. Banyaknya fungsi yang ada pada saluran
kemih terkadang dapat mengakibatkan organ-organ dari saluran kemih
tersebut mengalami gangguan, misalnya adanya batu pada saluran kemih.
Batu saluran kemih adalah benda padat yang dibentuk oleh presipitasi
berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih (Pierce A Grace, 2006)
dan dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai dengan kandung kemih dan
ukurannnya bervariasi dari deposit granuler yang kecil disebut pasir atau
kerikil sampai dengan batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange
(Suzzane C Smeltzer, 2002). Batu saluran kemih ini dapat terjadi di beberapa
organ saluran kemih antara lain yaitu, (ginjal, ureter, atau kandung kemih,
uretra).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah Pengertian Dari Batu Saluran Kemih ?
b. Apa Saja Klasifikasi Batu Saluran Kemih ?
c. Bagaimana Etiologi Batu Saluran Kemih ?
d. Bagaimana Patofisiologi Terjadinya Batu Saluran Kemih ?
e. Bagaimanakah Tanda Dan Gejala Batu Saluran Kemih ?
f. Bagaimana Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih ?
g. Apa Saja Pemeriksaan Diagnostik Dan Penunjang Untuk Dapat
Mengetahui Adanya Batu Saluran Kemih ?
h. Bagaimana Pencegahan Batu Saluran Kemih ?
i. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Menderita Batu
Saluran Kemih ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui Pengertian Dari Batu Saluran Kemih
b. Mengetahui Klasifikasi Batu Saluran Kemih
c. Mengetahui Etiologi Batu Saluran Kemih
d. Mengetahui Patofisiologi Terjadinya Batu Saluran Kemih
e. Mengetahui Tanda Dan Gejala Batu Saluran Kemih
f. Mengetahui Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih
g. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Dan Penunjang Untuk Dapat
Mengetahui Adanya Batu Saluran Kemih
h. Mengetahui Pencegahan Batu Saluran Kemih
i. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Menderita Batu
Saluran Kemih ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batu Saluran Kemih


Batu saluran kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan batu di
dalam saluran air kemih, yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra
anterior (RSU Dr. Soetomo Surabaya, 1994).
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal,
ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat,
fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran
kemih. (Luckman dan Sorensen)
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan
uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih
dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di
dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari
pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu
yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat
keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di
saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat
buang air kecil. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus
renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang
hebat di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut
juga daerah kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena
adanya respon ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi
yang dapat menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.

2.2 Klasifikasi Batu Saluran Kemih


Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut
lokasi beradanya, menurut keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya.
1. Menurut tempat terbentuknya
a. Batu ginjal
b. Batu kandung kemih
2. Menurut lokasi keberadaannya :
a. Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)
b. Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra)
3. Menurut Keadaan Klinik :
a. Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu
bertambah besar atau kencing batu.
b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktif
c. Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik)
d. Batu urin yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila
menyebabkan obstruksi, infeksi, kolik, hematuria.
4. Menurut susunan kimiawi
Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu :
batu kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit
(magnesiumammonium fosfat) dan batu sistin
a. Batu Kalsium Oksalat :
Merupakan jenis batu paling sering dijumpai; yaitu lebih kurang 75
85% dari seluruh batu urin. Batu ini lebih umum pada wanita, dan rata-rata
terjadi pada usia decade ketiga. Kadang-kadang batu ini dijumpai dalam
bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya dengan
batu kalsium fosfat )biasanya hidroxy apatite).
Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat dan dihidrat. Batu
kalsium dihidrat biasanya pecah dengan mudah dengan lithotripsy (suatu
teknik non invasive dengan menggunakan gelombang kejut yang
difokuskan pada batu untuk menghancurkan batu menjadi fragmen-
fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah salah satu diantara jenis batu
yang sukar dijadikan fragmen-fragmen.

Faktor terjadinya batu kalsium adalah:

1) Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam,


dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus
(hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium
pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan
resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme
primer atau tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam,
banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar
konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink,
kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3) Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam
urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat
bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari
metabolisme endogen.
b. Batu Struvit :
Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat
(batu struvit) dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi
saluran kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea. Batu dapat tumbuh
menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis
dan kaliks ginjal (6,46) Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar
membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal.
(646) Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda.
Diurin kristal batu struit berbentuk prisma empat persegi panjang.
Dikatakan bahwa batu staghorn dan struit mungkin berhubungan erat
dengan destruksi yang cepat dari ginjal hal ini mungkin karena proteus
merupakan bakteri urease yang poten.
c. Batu asam urat :
Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak
mengandung kalsium dalam bentuk mu rni sehingga tak terlihat dengan
sinar X (Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat dengan USG atau dengan
Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini biasanya berukuran
kecil, tapi kadang-kadang dapat cukup besar untuk membentuk batu
staghorn, dan biasanya relatif lebih mudah keluar karena rapuh dan sukar
larut dalam urin yang asam. Batu asam urat ini terjadi terutama pada
wanita. Separoh dari penderita batu asam urat menderita gout; dan batu ini
biasanya bersifat famili apakah dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal
asam urat berwarna merah orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-
kristal kecil yang terlihat amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan
kristal ini tak bisa dibedakan dengan kristal apatit. Batu jenis dihidrat
cenderung membentuk kristal seperti tetesan air mata.
d. Batu Sistin : (1-2%)
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak
umum), berwarana kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin
tampak seperti plat segi enam, sangat sukar larut dalam air.(6) Bersifat
Radioopak karena mengandung sulfur.
e. Batu Xantin :
Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase.
Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alupurinol yang
berlebihan.

2.3 Etiologi Batu Saluran Kemih


Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum
diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada
saluran kemih yaitu:

1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan
memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine
menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan
batu saluran kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi
daripada daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu saluran kemih.
4. Keturunan
Herediter atau faktor keturunan yang juga memainkan dari semua jenis
penyakit yang menjadi alasan suatu penyakit dapat diturunkan oleh orang
tua ke anak
5. Asupan Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum
menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
6. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
7. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam
air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih
8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang
kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-
buli dan Urethra ).
2.4 Patofisiologi terjadinya Batu Saluran Kemih
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa
faktor predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan konsentrasi
larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-
bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan
sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang
mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah casiran urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung
pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin
yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
. Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu
yang kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah
dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi
saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan
terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena
dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan
mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga
terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya
secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik
yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu batu dapat mengabrasi
dinding sehingga darah akan keluar bersama urin.

2.5 Tanda Gejala Batu Saluran Kemih

Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung


pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran
urine, terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
biasanya disertai gejala demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa
batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak
unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar
biasa ( kolik). Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :

1. Rasa Nyeri Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang
berulang (kolik) tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak
menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal,
tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang
mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar
ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun
hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai
dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter.
2. Demam Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam
darah sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas
normal. Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah,
dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
3. Infeksi BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi
sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan.
Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
4. Hematuria dan kristaluria Terdapatnya sel darah merah bersama
dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang berpasir
(kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK. e.
Mual dan muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan
ureter) seringkali menyebabkan mual dan muntah.
5. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan
pada pria mendekati testis.
d. Mual dan muntah.
e. Diare.
6. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c. Hematuri akibat abrasi batu.
d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 1
cm.
7. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urin.
2.6 Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan
batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan
infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.30 Batu dapat dikeluarkan
dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian
obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih
kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan
batu dapat keluar tanpa intervensi medis.3 Dengan cara
mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang
dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium)
yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus
minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan
agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi
morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi
nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung
pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi
spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran
kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi
sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk
mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.

c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)


Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan
ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui
tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang
diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini
dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur
invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah
sakit.
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan
langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa
tindakan endourologi tersebut adalah :
a) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha
mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal
dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b) Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra
dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam
buli-buli.
c) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan
memasukan alat ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai
energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi/ureterorenoskopi ini. d. Ekstrasi Dormia adalah
mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.
e. Tindakan Operasi
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi.
Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk
penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama
dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana
batu berada, yaitu :
a) Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil
batu yang berada di dalam ginjal
b) Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil
batu yang berada di ureter
c) Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil
batu yang berada di vesica urinearia
d) Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil
batu yang berada di uretra

2.7 Pemeriksaan Diagnostik Dan Penunjang Untuk Dapat Mengetahui


Adanya Batu Saluran Kemih
1. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat),
pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali
( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau
sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK,
BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah
pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau
polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH.
Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
4. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik
pada area ginjal dan sepanjang ureter.
5. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab
nyeri, abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
6. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu atau efek obstruksi.
7. CT Scan : menggambarkan kalkuli dan masa lain.
8. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.

2.8 Pencegahan Batu Saluran Kemih

Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan


tingkat pertama, pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat
kedua, dan pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga.
Tindakan pencegahan tersebut antara lain :

a. Pencegahan Primer
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar
tidak terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan
faktor penyebab dari penyakit BSK. Sasarannya ditujukan
kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah menderita
penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan.
Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK,
dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari.
Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan
menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih.
Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang
pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
b. Pencegahan Sekunder
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan
perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah
terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang
telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan
diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu Saluran
Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik,
laboraturium, dan radiologis. Hasil pemeriksaan fisik dapat
dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ yang
bersangkutan :
a) Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia,
keringatan, mual, dan demam (tidak selalu).
b) Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan
pada daerah pinggul (flank tenderness), hal ini
disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu
melewati ureter menuju kandung kemih. Urinalisis
dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu
peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan
bakteriuria, dengan adanya kandungan nitrit dalam urine.
Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena batu sistin dan
asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0,
sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk
pada pH urine lebih dari 7,2.
Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa
tindakan radiologis yaitu:
a) Sinar X abdomen Untuk melihat batu di daerah ginjal,
ureter dan kandung kemih. Dimana dapat menunjukan
ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan
klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya
menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium
fosfat, sedangkan dengan densitas rendah menunjukan
jenis batu struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini
tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun
batu diluar ginjal.
b) Intravenous Pyelogram (IVP) Pemeriksaan ini bertujuan
menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat
adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya
adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c) Ultrasonografi (USG) USG dapat menunjukan ukuran,
bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi. Pemeriksaan
dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan
pasien yang alergi terhadap kontras radiologi.
Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk
menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan
klasifikasi batu.
d) Computed Tomographic (CT) scan
Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih
jelas tentang ukuran dan lokasi batu.
c. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar
tidak terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap
lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Sasarannya
ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK
agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang
dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling
kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang cara
menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak
akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal
kembali dan tidak terjadi kekambuhan penyakit BSK , dan dapat
memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

Identitas Klien

Nama : Nama Pasien


Umur : Biasa terjadi pada usia 55-74 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Dapat terjadi pada semua agama.
Pendidikan : Dapat menyerang pendidikan apapun
Pekerjaan : lebih banyak terjadi pada orang-orang yang
banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya.
SukuBangsa : Dapat terjadi pada semua Suku.
Alamat : Alamat Pasien
No. Reg :
Tgl. Mrs :
Diagnosa : Batu Saluran Kemih
2.Riwayat keperawatan (Nursing History)

A. Keluhan Utama : Berisi keluhan yang paling di rasakan oleh pasien.


B. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan
didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual,
muntah, hematuri, Buang Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tampias,
rasa terbakar, penurunan haluaran urin, dorongan berkemih.
C. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau
infeksi saluran kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi
sebelumnya

D. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga.
E.PEMERIKSAAN BERDASARKAN POLA
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a. Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
b. Riwayat infeksi saluran kemih.
c. Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
d. Keturunan.
e. Alkoholik, merokok.
f. Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps,
penggunaan kontrasepsi).
2. Pola nutrisi metabolik
a. Mual, muntah.
b. Demam.
c. Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
d. Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
e. Distensi abdominal, penurunan bising usus.
f. Alkoholik
3. Pola eliminasi
a. Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
b. Hematuri.
c. Rasa terbakar, dorongan berkemih.
d. Riwayat obstruksi.
e. Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Pekerjaan (banyak duduk).
b. Keterbatasan aktivitas.
c. Gaya hidup (olah raga).
5. Pola tidur dan istirahat
a. Demam, menggigil.
b. Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
6. Pola persepsi kognitif
a. Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
b. Pengetahuan tentang terjadinya pembentukan batu.
c. Penanganan tanda dan gejala yang muncul.
7. Pola reproduksi dan seksual
a. Keluhan dalam aktivitas seksual sehubungan dengan adanya nyeri
pada saluran kemih.

8. Pola persepsi dan konsep diri


a. Perubahan gaya hidup karena penyakit.
b. Cemas terhadap penyakit yang diderita.
9. Pola mekanisme copying dan toleransi terhadap stres
a. Adakah pasien tampak cemas
b. Bagaimana mengatasi masalah yang timbul.

3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah ;

1.PRE OPERASI

DOMAIN 12 :Kenyamanan
KELAS 1 : Kenyamanan Fisik

NS.
Nyeri Akut
DIAGNOSIS :
(NANDA-I)

Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak


menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan
actual atau potensial atau digambarkan dalam kerusakan
sedemikian rupa (internasional association for study of
DEFINITION:
pain) awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas
dari ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau
berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
dan berlangsung < 6 bulan.

Dilatasi pupil
DEFINING Mengekspresikan perilaku (mis.gelisah, merengek,
CHARACTERI menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)
STICS Gangguan tidur
Melaporkan nyeri secara verbal
Agens cedera(mis., biologis, zat kimia, fisik,
RELATED
psikologis)
FACTORS:
ASSESSMENT

Subjective data entry Objective data entry


Pasien mengeleuh nyeri Tanda-tanda vital :
pada mata dan
Suhu : 37C
penglihatan kabur
TekananDarah : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/mnt
RR : 18x/mnt
Data Fokus :
1. Melaporkan nyeri secara verbal
2. Dilatasi pupil
3. Gangguan tidur
4. Mengekspresikan perilaku (mis.gelisah,
merengek, menangis, waspada, iritabilitas,
DIAGNOSIS

Ns. Diagnosis (Specify):


Client Nyeri Akut
Diagnostic
Statement:
Related to:
Nyeri Akut b.d agens cedera fisik

4. Rencana Asuhan Keperawatan


InisialPasien : Tn. A
NamaMhs :-
Tanggal :-
DiagnosaKeperawatan : Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial atau digambarkan dalam
kerusakan sedemikian rupa (internasional association
for study of pain) awitan yang tiba-tiba atau lambat
dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi
secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.

NIC NOC

INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR


Lakukan Melaporkan Nyeri : 5
Manajemenn Level Nyeri Lama Nyeri : 4
pengkajian nyeri
yeri Keresahan : 3
secara Def: Ekspresi wajah
Def : komprehensif Kekuatan dari terhadap nyeri : 4
termasuk lokasi, nyeri yang RR : 5
Mengurangi karakteristik, diamatia tau
nyeri atau durasi, dilaporkan.
menurunkan frekuensi,
nyeri ke level kualitas dan
kenyamanan faktor
yang diterima presipitasi.
oleh pasien. kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri pasien
Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
Nyeri seperti
suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi
Pilih dan lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non farmakologi,
interpersonal)
Tingkatkan
istirahat
Berikan analgetik
untuk
menguranginyeri

1.4 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian
terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil
perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan
pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi.
II. POST OPERASI
2.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan batu saluran kemih pasca pembedahan menurut
Doenges (2000),Susan Martin tucker ( 1998 ) diperoleh data sebagai berikut :
1. Pola Aktifitas / istirahat.
Gejala : Pekerjaan monoton, klien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi,
keterbatasan aktifitas / imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya
(penyakit tidak sembuh dan cidera medula spinalis).
2. Pola Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi, nyeri pingggang, kolig ginjal,
ansietas, gagal ginjal), kulit hangat dan kemerahan, pucat.
3. Pola Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan
berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih, makanan / cairan.
4. Pola Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat
atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdomen, penurunan / tidak adanya bising usus, muntah.
5. Pola Nyeri / kenyamanan
Gejala : periode akut, nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi
batu, contoh pada panggul di regio sudut kostavertebral : dapat menyebar ke
punggung, abdomen dan turun ke lipat paha/genetalia, nyeri dangkal konstan
menunjukkan kalkulus ada di pelvi atau kalkulus ginjal nyeri dapat
digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi perilaku distraksi, nyeri tekan pada areal ginjal pada
palpasi.
2.2 Diagnosa keperawatan

NS.
DIAGNOSIS : Resiko Infeksi,

(NANDA-I)

DEFINITION: Beresiko terhadap invasi organisme pathogen.


Penyakit kronis
Penekanan system imun
Ketidakadekuatan imunitas dapatan
Pertahanan primer tidak adekuat ( mis : kulit luka, trauma
jaringan, penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh,
perubahan pH sekresi, dan gangguan peristaltis)
Pertahanan lapis ke dua yang tidak memadai ( mis : Hb

RISK turun, leukositopenia, dan supresi respons inflamasi )


Peningkaan pemajanan lingkungan terhadap pathogen
FACTORS: Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan
pathogen.
Prosedur invasive
Malnutrisi
Agens farmasi ( mis : obat imunosupresan )
Pecah ketuban
Kerusakan jaringan
Trauma.

2.3. Intervensi

NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR

Control infeksi Bersihkan Control infeksi Pasien


lingkungan secara dapat
Def :
tepat setelah di menerangka

Meminimalkan gunakan oleh n cara-cara

transmisi pasien penyebaara


Ganti peralatan n:3
agents yang
perawatan pasien Pasien
infeksius
setiap selesai dapat
tindakan menjelaska
Batasi jumlah n tanda dan
pengunjung gejala : 3
Ajarkan tekhnik Pasien dpat
mencuci tangan menjelaska
yang benar untuk n aktivitas
menjaga kesehatan yang dapat
individu meningkatk
Gunakan sabun
an resistensi
antimikrobakterial
terhadap
untuk mencuci
infeksi : 4
tangan
Anjurkan
pengunjung untuk
cuci tangan
sebelum dan
sesudah
meninggalkan
ruangan pasien
Cuci tangan sebelum
dan sesudah
kontak dengan
pasien
Lakukan universal
precautions
Gunakan sarung
tangan steril
Lakukan teknik
perawatan aseptic
pada semua jalur
IV
Lakukan teknik
perawatan yang
tepat
Tingkatkan asupan
nutrisi
Anjurkan asupan
cairan
Anjurkan istirahat
Kolaborasi dengan
tim medis lain
untuk pemberian
terapi antibiotic
Ajarkan pasien dan
keluarga tentng
tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan pasien dan
keluarga
bagaimana
mencegah infeksi

D. Implementasi
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan
situasi yang membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan
intervensi keperawatan dengan praktik terdiri atas keterampilan kognitif,
interpersonal dan psikomotor (teknis).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu ginjal,
pada prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi
tanda-tanda vital, mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan
teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri, memberikan obat dan memantau hasil
pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta melibatkan keluarga dalam setiap
tindakan yang dilakukan.
Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke
dalam catatan keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tanggal, jenis tindakan,
respon klien dan nama lengkap perawat yang melakukan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang
menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana
tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi
keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari ungkapan secara
subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil pengamatan.
Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan
kriteria hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda
vital dalam batas normal dan pengetahuan klien tentang perawatan batu ginjal
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai