Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan
memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine
menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan
batu saluran kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi
daripada daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu saluran kemih.
4. Keturunan
Herediter atau faktor keturunan yang juga memainkan dari semua jenis
penyakit yang menjadi alasan suatu penyakit dapat diturunkan oleh orang
tua ke anak
5. Asupan Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum
menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
6. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
7. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam
air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih
8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang
kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-
buli dan Urethra ).
2.4 Patofisiologi terjadinya Batu Saluran Kemih
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa
faktor predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan konsentrasi
larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-
bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan
sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang
mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah casiran urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung
pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin
yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
. Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu
yang kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah
dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi
saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan
terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena
dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan
mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga
terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya
secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik
yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu batu dapat mengabrasi
dinding sehingga darah akan keluar bersama urin.
1. Rasa Nyeri Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang
berulang (kolik) tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak
menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal,
tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang
mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar
ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun
hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai
dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter.
2. Demam Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam
darah sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas
normal. Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah,
dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
3. Infeksi BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi
sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan.
Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
4. Hematuria dan kristaluria Terdapatnya sel darah merah bersama
dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang berpasir
(kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK. e.
Mual dan muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan
ureter) seringkali menyebabkan mual dan muntah.
5. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan
pada pria mendekati testis.
d. Mual dan muntah.
e. Diare.
6. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c. Hematuri akibat abrasi batu.
d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 1
cm.
7. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urin.
2.6 Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan
batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan
infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.30 Batu dapat dikeluarkan
dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian
obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih
kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan
batu dapat keluar tanpa intervensi medis.3 Dengan cara
mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang
dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium)
yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus
minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan
agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi
morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi
nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung
pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi
spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran
kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi
sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk
mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
a. Pencegahan Primer
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar
tidak terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan
faktor penyebab dari penyakit BSK. Sasarannya ditujukan
kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah menderita
penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan.
Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK,
dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari.
Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan
menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih.
Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang
pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
b. Pencegahan Sekunder
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan
perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah
terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang
telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan
diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu Saluran
Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik,
laboraturium, dan radiologis. Hasil pemeriksaan fisik dapat
dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ yang
bersangkutan :
a) Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia,
keringatan, mual, dan demam (tidak selalu).
b) Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan
pada daerah pinggul (flank tenderness), hal ini
disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu
melewati ureter menuju kandung kemih. Urinalisis
dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu
peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan
bakteriuria, dengan adanya kandungan nitrit dalam urine.
Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena batu sistin dan
asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0,
sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk
pada pH urine lebih dari 7,2.
Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa
tindakan radiologis yaitu:
a) Sinar X abdomen Untuk melihat batu di daerah ginjal,
ureter dan kandung kemih. Dimana dapat menunjukan
ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan
klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya
menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium
fosfat, sedangkan dengan densitas rendah menunjukan
jenis batu struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini
tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun
batu diluar ginjal.
b) Intravenous Pyelogram (IVP) Pemeriksaan ini bertujuan
menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat
adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya
adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c) Ultrasonografi (USG) USG dapat menunjukan ukuran,
bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi. Pemeriksaan
dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan
pasien yang alergi terhadap kontras radiologi.
Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk
menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan
klasifikasi batu.
d) Computed Tomographic (CT) scan
Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih
jelas tentang ukuran dan lokasi batu.
c. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar
tidak terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap
lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Sasarannya
ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK
agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang
dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling
kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang cara
menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah rusak
akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal
kembali dan tidak terjadi kekambuhan penyakit BSK , dan dapat
memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
Identitas Klien
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah ;
1.PRE OPERASI
DOMAIN 12 :Kenyamanan
KELAS 1 : Kenyamanan Fisik
NS.
Nyeri Akut
DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
Dilatasi pupil
DEFINING Mengekspresikan perilaku (mis.gelisah, merengek,
CHARACTERI menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)
STICS Gangguan tidur
Melaporkan nyeri secara verbal
Agens cedera(mis., biologis, zat kimia, fisik,
RELATED
psikologis)
FACTORS:
ASSESSMENT
NIC NOC
1.4 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian
terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil
perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan
pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi.
II. POST OPERASI
2.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan batu saluran kemih pasca pembedahan menurut
Doenges (2000),Susan Martin tucker ( 1998 ) diperoleh data sebagai berikut :
1. Pola Aktifitas / istirahat.
Gejala : Pekerjaan monoton, klien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi,
keterbatasan aktifitas / imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya
(penyakit tidak sembuh dan cidera medula spinalis).
2. Pola Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi, nyeri pingggang, kolig ginjal,
ansietas, gagal ginjal), kulit hangat dan kemerahan, pucat.
3. Pola Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan
berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih, makanan / cairan.
4. Pola Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat
atau fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdomen, penurunan / tidak adanya bising usus, muntah.
5. Pola Nyeri / kenyamanan
Gejala : periode akut, nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi
batu, contoh pada panggul di regio sudut kostavertebral : dapat menyebar ke
punggung, abdomen dan turun ke lipat paha/genetalia, nyeri dangkal konstan
menunjukkan kalkulus ada di pelvi atau kalkulus ginjal nyeri dapat
digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi perilaku distraksi, nyeri tekan pada areal ginjal pada
palpasi.
2.2 Diagnosa keperawatan
NS.
DIAGNOSIS : Resiko Infeksi,
(NANDA-I)
2.3. Intervensi
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR
D. Implementasi
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan
situasi yang membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan
intervensi keperawatan dengan praktik terdiri atas keterampilan kognitif,
interpersonal dan psikomotor (teknis).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu ginjal,
pada prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi
tanda-tanda vital, mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan
teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri, memberikan obat dan memantau hasil
pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta melibatkan keluarga dalam setiap
tindakan yang dilakukan.
Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke
dalam catatan keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tanggal, jenis tindakan,
respon klien dan nama lengkap perawat yang melakukan tindakan keperawatan.
E. Evaluasi
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang
menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana
tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi
keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari ungkapan secara
subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil pengamatan.
Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan
kriteria hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda
vital dalam batas normal dan pengetahuan klien tentang perawatan batu ginjal
meningkat.