Laporan Praktikum Lab Sistem Manufaktur
Laporan Praktikum Lab Sistem Manufaktur
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya pengerjaan modul 2 yakni Permesinan Konvensional dapat terselesaikan. Serta banyak
terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing kami, Bpk. Slamet Budiharto, dan kepada
asisten dosen, Zahratika Rahma Dyani, yang telah membantu kami dalam penyelesaian modul 2 ini.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum Proses Manufaktur yang
bertujuan untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam proses turning, drilling, rolling dan wire
drawing. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
berharap agar para pembaca mau memberikan saran perbaikan..
Akhirnya, semoga pengerjaan modul ini mampu benar-benar dirasakan manfaatnya dan
mempu berguna bagi kedepannya. Kepada para pembaca yang sekiranya bersedia memberikan saran
dan kritiknya, kami mengucapkan terima kasih.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan.........................................................................................................................................1
1.3 Manfaat.......................................................................................................................................1
1.4 Batasan........................................................................................................................................2
1.5 Asumsi.........................................................................................................................................2
2.2.1 Turning................................................................................................................................3
2.2.2 Drilling...............................................................................................................................5
2.2.3 Rolling.................................................................................................................................6
6.1 Kesimpulan...............................................................................................................................36
6.2 Saran.........................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................38
LAMPIRAN........................................................................................................................................38
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, batasan, serta asumsi dari
praktikum proses rolling, wire drawing, turning dan drilling.
1.2 Tujuan
Dalam subbab ini akan dibahas mengenai tujuan dari dilaksanakannya praktikum permesinan
konvensional meliputi turning, drilling, rolling, dan wire drawing.
Tujuan dari pelaksanaan modul ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis-jenis proses permesinan beserta prinsip kerjanya, terutama proses drilling,
turning, rolling, dan wire drawing.
2. Memahami konsep permesinan konvensional dan keterkaitannya dengan pembuatan produk
3. Membuat desain sederhana produk yang dapat dibuat dengan menggunakan mesin
konvensional.
4. Mewujudkan desain menjadi suatu produk melalui serangkaian proses permesinan
konvensional.
1.3 Manfaat
Dalam subbab ini akan dibahas mengenai manfaat dari proses praktikum konvensional yang
meliputi turning, drilling, rolling, dan wire drawing. Adapun manfaat yang diperoleh dari
praktikum proses turning, drilling, rolling, dan wire drawing ini adalah :
1. Memperoleh pengetahuan mengenai jenis-jenis proses permesinan beserta prinsip kerjanya,
terutama proses drilling, turning, rolling, dan wire drawing.
2. Memperoleh pengalaman mengenai proses permesinan konvensional dan keterkaitannya
dengan pembuatan produk.
3. Mengetahui tatacara dan kendala dalam proses permesinan konvensional.
1
4. Mengetahui cara kerja mesin dan cacat pada produk permesinan konvensional.
1.4 Batasan
Dalam subbab ini akan dibahas batasan yang akan digunakan dalam proses praktikum
permesinan ini.Adapun batasan yang digunakandari praktikum proses turning, drilling, rolling,
dan wire drawing ,ini adalah :
1 Praktikum dilakukan di laboratorium Sistem Manufaktur jurusan Teknik Industri.
2 Bentuk desain produk telah ditentukan.
3 Produk berbentuk solid, simetris dan silindris.
4 Material logam berbahan dari alumunium.
5 Proses permesinan berupa turning, drilling, rolling dan wire drawing.
6 Waktu yang diperlukan pada setiap praktikum kurang lebih 45 menit.
7 Pengukuran yang dilakukan secara manual.
1.5 Asumsi
Dalam subbab ini akan dibahas asumsi yang akan digunakan dalam proses praktikum
permesinan ini. Adapun asumsi tersebut adalah :
1 Dalam praktikum ini diasumsikan bahwa peralatan yang digunakan dipengaruhi oleh tekanan
udara, terutama untuk neraca.
2 Peralatan yang digunakan dalam praktikum turning, drilling, rolling, dan wire drawing,ini
bekerja dengan baik.
3 Praktikan dalam kondisi baik atau sehat.
4 Data yang digunakan bersifat valid.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi permesinan konvensional, jenis-jenis, proses
penggunaan, serta jenis-jenis kecacatan yang diakibatkan oleh praktikan.
Gambar 2.1 Gerakan utama proses bubut (a) pemakanan memanjang; (b) pemakanan melintang (facing)
2.2.2 Drilling
Drilling adalah proses yang dilakukan oleh mesin perkakas berupa putaran yang
dilakukan pahat dengan gerak makan berupa gerak translasi dengan pemberian tekanan kepada
4
benda kerja sehingga terbentuk lubang. Mesin ini menggunakan titik-titik kendali berupa
kepala mesin dan dua poros mengendalikan atau meja kerja.
Mesin bor sendiri terdiri dari beberapa jenis. Berdasarkan tenaga penggerak mesin bor
dapat dibedakan atas mesin bor tangan dan mesin bor listrik. Berdasarkan kedudukan spindel
dibedakan menjadi jenis mesin bor vertikal dan mesin bor horizontal.
Adapun bagian-bagin dari mesin bor secara umum yaitu badan (rumahan), pilar (tiang),
tenaga penggerak, transmisi, spindel Head ( Spindel tempat memasang mata bor ), meja,
perangkat kontrol (saklar utama, tombol emergency, saklar pemutar spindel, saklar penggerak
laju pemakanan).
Mesin drilling memiliki beberapa jenis yaitu mesin gerund tangan (hand drill), mesin
gerudi tangan mudah alih (protable electric drill), mesin geruddi meja (bench drilling
machine), mesin gerudi tiang (biliar drilling machine), mesin gerudi jenis turus (column type
drilling machine), mesin gerudi jejarin (radial arm drilling machine), mesin gerudi gandar
(gang spindle drilling machine), mesin geruddi banyak gandar (multi spindle machine, mesin
gerudi khas. Mesin gerudi tiang biasanya digunakan untuk kerja berat. Memiliki tapak yang
besar, kedudukan yang stabil, serta pesawat-peswat pemboleh ubah dan hantaran otomatis.
Pada mesin gerudi tiang kebanyakan, kelajuan spindle tidak lagi menggunakan takal dan tali
sawat namun menggunakan gear. Mesin gerudi jejarin biasanya digunakan untuk melubangi
benda dengan komponen yang besar. Hal ini dikarenakan gerudi ini mempunyai kemudahan
seperti spindle yang bebas bergerak ke luar atau ke dalam di atas lengan jejarin, lengan ini di
pasang di atas turus tegak mesin itu. Gerakan berpadu ini mengijinkan spindle gerudi
diletakkan di tempat bebas di atas permukaan benda kerja. Dengan demikian kerja tidak perlu
dilakukan berulang-ulang. Selain itu gerudi jejajrin juga memiliki kelebihan lain yaitu
mejanya yangbesar dan turunya yang tinggi, pemilihan kelajuan drilling lebih banyak , gerudi
jenis ini tegap dan tidak bergegar. Sedangkan mesin gerudi mudah alih lebih fleksibel karena
mudah dibawa kemana-mana. Biasanya digunakan untuk membuat lubang yang kecil dan
dikendalikan oleh listrik. Gerudi muda alih memiliki dua macam yaitu jenis pistol yang ringan
dan cocok untuk pekerjaan ringan serta jenis kerja berat yag jelas lebih berat dan cocok untuk
pekerjaan berat. Mesin gerudi khas digunakan dalam kerja-kerja khusus untuk berbagai
kegunaan. Mesin ini memiliki beberapa macam yaitu gerudi berbilang spindle, gerudi regu,
gerudi turret, gerudi kawalan angka berkomputer.
Elemen-elemen dasar dari proses drilling yaitu kecepatan potong, pemakanan benda
kerja, MRR (Material removal rate) yaitu perbandingan antara volume material yang terbuang
dengan lama waktu pemakanan. Prinsip dasar dari proses pengeboran yaitu gerak berputarnya
mata bor yang sering disebut main motion yang mana bergantung pada material benda kerja,
material mata bor, serta diameter dari alat bor. Gerak putar spindel utama didapatkan dari
gerak putar motor utama yang dilanjutkan lewat beberapa sistem transmisi yaitu transmisi
sabuk yang biasanya digunakan untuk bor meja, yang kedua yaitu sistem transmisi roda gigi
(gear), serta sistem transmisi gabunga roda gigi dan sabuk. Prinsip yang kedua yaitu
berkenaan dengan kelajuan pemakanan material benda kerja yang mana mempengaruhi
5
kualitas dari permuakaan benda kerja. Kecepatan potong mesin bor yaitu jarak yang dicapai
selama pemotongan dalam satuan menit. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi cutting
speed yaitu material benda kerja, mataerial alat pemotong, kedalaman pemotongan, pendingin,
keadaan mesing, serta sistem pencekaman benda kerja. Prosedur pengoperasian mesin drilling
yaitu membuat pola atau titik yang akan dipotong pada benda kerja, meletakkan benda kerja
pada meja kerja, mengunci benda kerja dengan ragum, memasang drilling spindle,
mengarahkan penggurdi ke bagian yag akan dipotong, menyalakan mesin pengurdi agar mata
bor berputar dan melubangi bagian yang diinginkan.
Adapun karakteristik dari proses drilling yaitu beram harus keluar dari lubang yang
diinginkan. Beram yang berukuran besar dapat menyebabkan masalah. Proses pembuatan
lubang akan sulit untuk lubang yang dalam, sehingga dimungkinkan untuk dilakukan
perlubangan secara bertahap untuk mendapatkan kedalaman lubang yang diinginkan. Untuk
pembuatan lubang yang dalam pada benda kerja yang berukuran besar, cairan pendingin
dimasukkan ke permukaan potong melalui tengah mata bor.
2.2.3 Rolling
Dalam pengerjaan permesinan logam, rolling adalah salah pembentukan logam dengan
cara permesinan yaitu batangan logam yang melewati dua batang rol yang bergerak. Dalam
rolling, logam yang akan di rolling diberikan tekanan melebihi kekuatan yield sehingga terjadi
deformasi plastis yang merubah dimensi logam yaitu dimensi panjang dan dimensi luas.
Ketebalan benda kerja berkurang dengan gaya tekan yang diberikan oleh dua rol secara
berlawanan.
Mesin rolling sering disebut rolling mills. Kebanyakan ukuran mesin sangat besar
(massive), tetapi ada juga yang kecil, biasanya digunakan sesuai konteks kebutuhan. Mesin
yang digunakan di pabrik biasanya berharga mahal sehingga cocok digunakan proses produksi
masal.
Secara umum proses rolling dibagi menjadi dua yaitu hot rolling dan cold rolling.
a. Hot Rolling
6
Hot rolling yaitu dilakukan dengan memanaskan logam terlebih dahulu . Setelah logam
panas logam dimasukkan kedalam mesin roll. Proses hot rolling kelebihannya yaitu energi
yang digunakan tidak sebesar cold rolling dan bebas dari residual stress, karena dilakukan
dengan temperature tinggi sehingga logam lebih empuk. Sedangkan kerugiannya adalah
toleransi yang rendah dan karakteristik permukaan yang oxide scale.
b. Cold Rolling
Cold rolling adalah proses pengerjaan logam dengan rolling dengan suhu kamar. Cold
rolling digunakan untuk mengurangi ukuran dan ketebalan logam dan proses ini juga
meningkatkan kekuatan dan kekerasan dari logam. Biasanya cold rolling merupakan proses
lanjutan dari hot rolling. Keuntungannya adalah kebalikan dari hot rolling yaitu meningkatkan
toleransi dan bebas dari permukaan oxide scale.
Cold rolling selesai pada suhu kamar dan logam dilewatkan melalui dua atau lebih rol
yang ditetepkan. Giling akan mengurangi ketebalan logam dan proses ini juga akan
meningkatkan kekuatan dan kekerasan logam. Ada banyak aplikasi untuk logam yang telah
selesai dengan proses cold rolling. Namun biasanya dibuat menjadi tiga produk yaitu, lempang
logam, lembar logam, dan foil.
Jenis rolling lainnya yaitu thread roll, ring rolling, dan roll piercing.
a. Thread rolling biasanya dilakukan pada pembuatan ulir. Proses thread rolling diakukan
dengan cara cold rolling, kecepatan produksi biasanya 8 unit perdetik. Keuntungan pada
proses ini yaitu material yang terbuang sedikit, ulir yang dihasilkan lebih kuat, permukaan
ulir lebih rata dan tahan terhadap kelelahan.
b. Jenis rolling yang lain yaitu ring rolling. Proses ini dilakukan dengan hot rolling jika ring
berdiameter besar dan cold rolling jika ring berdiamater kecil. Contoh produk yang
dihasilkan yaitu roda kereta api, ring pipa, dan benda lainnya yang berbentuk cincin.
c. Roll piercing biasanya digunakan dalam pembuatan pipa berdinding tebal yang berasal dari
logam. Biasanya disebut rotary tube piercing atau proses Mannesmann. Rollpiercing
dilakukan pada keadaan hot rolling.
7
Gambar 2.8 Roll Piercing
8
D2
D1
r=reduksi area=1
Skematika cetakan untuk wire drawing ditunjukan pada Gambar 1. Konstruksi tempat
masuknya logam ke cetakan (die) dibuat sedemikian, sehingga kawat yang masuk cetakan
akan menarik pelumas bersama dengan masuknya batang kawat. Bentuk lonceng dibuat agar
dapat meningkatkan tekanan hidrostatis dan memindahkan aliran pelumas.
Sudut reduksi (reduction angle) adalah bagian dari cetakan di mana terjadi reduksi
diameter. Sudut reduksi ini merupakan variabel dies yang sangat penting dalam proses wire
drawing. Pada daerah bantalan (bearing) tidak terjadi reduksi diameter, namun menambah
gesekan pada permukaan kawat. Fungsi utama daerah permukaan bantalan adalah untuk
memastikan diameter dan roundness kawat sesuai dengan targetnya. Tirus belakang
(backrelief) pada dies memungkinkan kawat untuk mengembang sedikit, setelah kawat keluar
dari cetakan.
Pada umumnya reduksi penampang untuk setiap tahap dies atau draft tidak lebih dari 30
35%. Untuk mendapatkan diameter akhir dengan total lebih besar dari 35 %, maka diperlukan
reduksi ganda atau bertahap untuk mencapai reduksi keseluruhan. Diameter kawat berkurang
setelah melalui dies tertentu, sedangkan kecepatan dan panjang kawat bertambah. Jadi
kecepatan setiap blok atau capstan harus bertambah besar agar tidak terjadi slip antara kawat
dan blok. Hal ini dapat dicapai bila kecepatan setiap blok atur dengan memasang motor
tersendiri. Bila kecepatan kawat dan kecepatan blok tidak sesuai, maka kawat akan menggeser
pada blok sewaktu berputar. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gesekan berlebihan yang
menimbulkan panas.
9
Gambar 2.12 Skematika Mesin Wire drawing, Penarikan Kawat
Pada umunya jenis cacat yang ditemukan pada hasil wire drawing ada 5, adapun jenis
kecacatan tersebut diantaranya adalah :
a. Surface cracking, yaitu jika suhu penarikan, gesekan, atau kecepatan terlalu tinggi maka
suhu permukaan meningkat secara signifikan dan dapat menyebabkan retak permukaan
(keretakan pohon-cemara atau retak kecepatan).
b. Pipe, cacat ini dikenal sebagai cacat pipa (knalpot atau fishtailing).
c. Internal cracking,pusat dari produk yang ditarik dapat mengembangkan retak, pusat-pecah,
panah patah, atau retak chevron
d. Material Pickup, terbentuknya lipatan material, karena sirip-sirip yang seharusnya hilang
saat proses wire drawing justru hanya melipat dan tidak dapat ditarik, dan hanya
membentuk seperti goresan.
e. Center burst, Karena permukaan kawat mendapat gaya tekan yang besar, sedangkan bagian
tengah kawat menerima gaya tarik yang besar, menyebabkan permukaan kawat yang lebih
keras dan rendahnya keuletan
10
Lembar kerja yang sangat kecil di mana alat pemotong konvensional dapat merusak bagian
dari alat pemotong kelebihan tekanan.
Tidak ada kontak langsung antara alat dan bekerja sepotong. Oleh karena itu bagian dan
lemah lembut dapat bahan mesin dengan distorsi apa pun.
Kerugian :
Laju yang lambat removal material.
Tambahan waktu dan biaya yang digunakan untuk membuat elektroda untuk ram / setempel
EDM.
Mereproduksi sudut tajam pada benda kerja sulit karena memakai elektroda.
Konsumsi daya spesifik sangat tinggi.
11
Yaitu jika suhu penarikan, gesekan, atau kecepatan terlalu tinggi maka suhu permukaan
meningkat secara signifikan dan dapat menyebabkan retak permukaan (keretakan pohon-
cemara atau retak kecepatan).
Pipe
Cacat ini dikenal sebagai cacat pipa (knalpot atau fishtailing).
Internal cracking
Pusat dari produk yang ditarik dapat mengembangkan retak, pusat-pecah, panah patah, atau
retak chevron
Material Pickup
Terbentuknya lipatan material, karena sirip-sirip yang seharusnya hilang saat proses wire
drawing justru hanya melipat dan tidak dapat ditarik, dan hanya membentuk seperti goresan.
Center burst
Karena permukaan kawat mendapat gaya tekan yang besar, sedangkan bagian tengah kawat
menerima gaya tarik yang besar, menyebabkan permukaan kawat yang lebih keras dan
rendahnya keuletan
12
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Berikut ini merupakan alat dan bahan yang dibutuhkan pada proses drilling.
a. Mesin drilling
b. Benda material hasil turning sebelumnya
c. Alat ukur
d. Timbangan digital
13
Berikut ini merupakan alat dan bahan yang dibutuhkan pada proses rolling.
a Batangan Alumunium e Penggaris Benang
b Kapur f Gergaji
c Alat Roliing g Timbangan
d Jangka Sorong h Sarung Tangan
Tahap pertama pada proses turning adalah mempersiapkan alat dan bahan. Selanjutnya ukur
berat dan dimensi dati logam alumunium. Kemudian logam alumunium dic pasang pada mesin
turning dan proses turning dimulai. Logam tersebut diturning dengan ukuran yang ditetapkan
sehingga terbentuk logam alumuniumc yang diinginkan. Terakhir, logam hasil turning tersebut
diukur beratnya.
14
3.3.2 Penjelasan Flowchart Praktikum Proses Drilling
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai flowchart dari proses praktikum drilling.
Berdasarkan flowchart diatas pertama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Selanjutnya timbang benda sebelum di bor. Tandai pada bagian benda yang ingin dibor. Kemudian
pasangkan benda kerja pada tanggem dan cekam dengan kuat serta pastikan bahwa benda kerja
terpasang secara tegak lurus dengan sumbu spindel bor. Arahkan mata bor ke benda kerja, lalu
nyalakan mesin bor dan mulai membuat lubang pada benda kerja. Setelah lubang terbentuk ambil
benda kerja dan timbang benda kerja hasil proses drilling tersebut.
Dalam proses wire drawing pertama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian
ujung kawat hasil rolling dikikis. Lalu kawat dimasukkan ke matriks wire drawing. Setelah itu kawat
ditarik dengan tang hingga keluar dari matriks. Setelah kawat hasil wire drawing terbentuk catat
dimensi pada kawat tersebut.
16
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini akan dipaparkan data-data yang didapatkan dari praktikum permesinan
konvesional.
v
N=
a. Do
L
b.
T ( min)=
fr
c.
f r=N f
d.
MRR=N D o f r d
Perhitungan :
N (kecepatanrotasi) = 540 rpm / min
Hasil dari perhitungan yang telah dilakukan kemudian dicatat dalam tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Pada Segmen 1
Jumlah Massa
Step Waktu D0 V fr f MRR
No. Pemakanan Terbuang
Ke- (menit) (mm) (mm/min) (mm/min) (mm) (mm3/min)
(mm) (gr)
1 1 0,30 0,25 25,4 43068,24 101,41 0,19 2021,98 1,61506
2 2 0,32 0,25 24,9 42220,44 95,24 0,18 1861,57 1,58327
3 3 0,28 0,25 24,4 41372,64 106,64 0,20 2042,49 1,55147
18
4 4 0,24 0,25 23,9 40524,84 124,91 0,23 2343,56 1,51968
5 5 0,30 0,25 23,4 39677,04 101,52 0,19 1864,87 1,48789
6 6 0,26 0,25 22,9 38829,24 114,50 0,21 2058,38 1,45610
7 7 0,28 0,25 22,4 37981,44 107,59 0,20 1891,88 1,42430
8 8 0,26 0,25 21,9 37133,64 116,05 0,21 1995,15 1,39251
9 9 0,54 0,25 21,4 36285,84 55,21 0,10 927,55 1,36072
10 10 0,48 0,25 20,9 35438,04 62,00 0,11 1017,28 1,32893
Total Massa yang Terbuang 14,71993
Sedangkan kecacatan yang terjadi pada proses turning yaitu dijelaskan pada tabel dibawah ini.
19
Dalam subbab ini akan dipaparkan pengumpulan dan pengolahan data yang diperoleh pada
saat praktikum drilling.
Proses drilling merupakan proses pemberian lubang pada benda kerja. Dalam praktikum ini
yaitu membuat lubang pada benda kerja dari sisi atas hingga tembus sisi bawah. Berikut lama
waktu yang dibutuhkan untuk proses drilling.
20
3 Langkah ketiga mencari f
fr
fr = Nf f= N
MRR =
Perhitungan dilakukan dua step ( atas dan bawah ) karena mata drill yang pendek dan tidak
dapat menembus alumunium dalam satu tahap. Berikut hasil perhitungan yang diperoleh.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa panjang awal dari batang adalah 4,92 cm, hingga
menjadi 114 cm pada pengerollan segmen 10. Panjang penampang diameter pada setiap segmen
berbeda karena bentuk penampang yang berbeda juga karena pengaruh mesin pengerolan.
Sedangkan berat dari 4,45 menjadi 4,04. Perbedaan massa tersebut dikarenakan adanya partikel
yang terbuang ketika pengerjaan.
22
Dalam subbab ini akan dipaparkan perhitungan perbedaan volume. Berikut merupakan
penghitungan mengenai perbedaan volume dan rumus untuk mendapatkan luas penampang
berdasarkan bentuk penampang.
Lingkaran
L= (d /2)2
Persegi
L=d 2
Setengah lingkaran (pipih)
2
(d /2)
L=
2
Contoh penghitungan diameter pada saat segmen 1 langkah 1 :
L=d 2
L= 0,62
= 0,36 cm2
Setelah didapatkan luas penampang, cara penghitungan terhadap volume adalah sebagai
berikut.
Volume=LuasPenampangxPanjangNyata
23
Setengah
5 1 13,6 0,25 0,024531 0,333625 0,027463 Bertambah
lingkaran
Setengah
2 14 0,24 0,022608 0,316512 -0,01711 Berkurang
lingkaran
Setengah
3 14 0,23 0,020763 0,290686 -0,02583 Berkurang
lingkaran
6 1 20 0,20 Persegi 0,04 0,8 0,509315 Bertambah
7 1 32,5 0,17 Persegi 0,0289 0,93925 0,13925 Bertambah
2 34 0,16 Persegi 0,0256 0,8704 -0,06885 Berkurang
8 1 50,5 0,15 Persegi 0,0225 1,13625 0,26585 Bertambah
2 56 0,14 Persegi 0,0196 1,0976 -0,03865 Berkurang
9 1 75 0,11 Persegi 0,0121 0,9075 -0,1901 Berkurang
2 82 0,10 Lingkaran 0,00785 0,6437 -0,2638 Berkurang
10 1 114 0,08 Lingkaran 0,005024 0,572736 -0,07096 Berkurang
Data diolah pada 23 April 2014
Dari data diatas didapatkan luas penampang, volume, dan selisih volume. Luas penampang
didapatkan dari diamater penampang dan bentuk penampang.
Dari data tersebut terlihat bahwa massa segmen 1 sampai segmen 5tetap dan mulai terjadi
penurunan pada segmen 5 proses ke 3, penurunan berkisar 0,01. Tetapi pada segemen 9 dan 10
terjadi pengurangan yang cukup besar yaitu 0,11 dan 0,14 pada segmen 10.
25
Kecil
Lebih
7 1 0,17 Persegi 46 -0,108 -0,0111 Berkurang
Kecil
2 0,16 Persegi -0,0033 Berkurang
Lebih
8 1 0,15 Persegi 20 -0,05 -0,0031 Berkurang
Kecil
2 0,14 Persegi -0,0029 Berkurang
Lebih
9 1 0,11 Persegi 24 -0,042 -0,0075 Berkurang
Kecil
2 0,10 Lingkaran -0,00425 Berkurang
Lebih
10 1 0,08 Lingkaran 20 -0,04 -0,00283 Berkurang
Kecil
Data diolah pada 23 April 2014
Dari data tersebut terlihat bahwa hampir semua luas penampang berkurang hanya pada segmen 1
langkah ke-1dan segmen 6 langkah ke-1saja luas penampang bertambah.
1
v = r2 t
4
26
Selisih volume : Volume Akhir Volume Awal
1 2
v= r
4
Selisih Luas Penampang : Luas Penampang Awal Luas Penampang Akhir
27
BAB V
ANALISA DAN INTERPRETASI DATA
Pada subbab ini akan dibahas mengenai analisis dari data-data yang telah diperoleh dan dioleh
untuk masing-masing kegiatan praktikum.
pada benda kerja adalah 82,97 gram sehingga selisih dari massa awal dengan massa akhir pada
proses turning di segmen satu adalah 13,73 gram. Diameter benda kerja juga berubah dari 2,54
cm menjadi 2,08 cm pada segmen satu. Sementara itu, pada proses turning disegmen dua juga
terjadi perbedaan massa awal dengan massa akhir. Massa awal sebelum proses turning pada
segmen dua adalah 82,97 gram. MRR terbesar terjadi pada step kedua dengan nilai 404,00
3
mm /menit fr
dengan nilai adalah 25,86 mm/menit sehingga massa akhirnya adalah
75,52 gram. Selisih massa awal sebelum turning di segmen dua dan setelahnya adalah 7,45.
28
Diameter awal benda kerja sebelum proses turning pada segmen kedua adalah 2,08 cm berubah
menjadi 1,68 cm.
Perbedaan massa dan diameter benda kerja setelah proses pemakanan ini disebabkan adanya
pengikisan bagian benda kerja. Pengikisan benda kerja tersebut dilakukan oleh pahat dengan 10
step pada masing masing segmen dengan jumlah pemakanan pada setiap step adalah 0,25 cm.
sehingga akibat pengikisan bagian benda kerja tersebut massa aktual atau massa benda kerja
berkurang setelah mengalami proses turning pada segmen satu dan segmen kedua.
29
Gambar 5.1 Fishbone Faktor Penyebab Cacat Proses Turning
Dari diagram fishbone diatas dapat dilihat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kesalahan, kekurangan, dan cacat pada proses turning, adapun faktor-faktor tersebut adalah :
a. Faktor Human
- Terlalu lambatnya menggerakkan mesin turning pada saat proses pemakanan segmen 2
yang mengakibatkan sisa pemakanan tidak terbuang dengan sempurna, sehingga masih
menempel pada produk yang dapat mengakibatkan terhambatnya mata pahat untuk
melakukan pemakanan hingga menyebabkan terbentuknya sisa pemakanan yang
menyerupai mahkota bunga pada produk.
- Terlalu cepatnya menggerakkan mesin turning pada saat proses pemakanan segmen 1
yang mengakibatkan tidak halusnya permukaan pada segmen 1.
- Tidak dibersihkannya sisa pemakanan yang masih berada pada mesin yang mengakibatkan
terhambatnya gerakan mata pahat untuk memakan produk.
- Kesalahan modul yang di buat oleh asisten praktikum, sehingga kami sebagai kelompok
pertama yang melakukan praktikum harus mengulang dari awal, karna segmen 1 termakan
terlalu dalam, yaitu sedalam 0,5 cm, padahal yang benar adalah 0,25 cm.
b. Faktor Machine
- Kurang tajamnya mata pahat yang mengakibatkan sisa pemakanan kurang terbuang secara
sempurna, sehingga masih terdapat sisa yang menempel pada produk.
c. Faktor Methode
- Kurang berpengalamannya praktikan, mengakibatkan praktikan tidak tau dan tidak dapat
menggerakkan sumbu dengan kecepatan yang tepat dan secara maksimal, sehingga hasil
yang diperoleh juga tidak maksimal.
d. Faktor Material
- Ketidaktahuan praktikan akan material apa yang digunakan pada produk, mengakibatkan
ketidaktahuan masa jenis material tersebut, sehingga praktikan tidak tahu apakah material
tersebut akan mudah untuk di makan atau tidak.
e. Faktor environment
- Diakibatkan karena ruangan praktikum sempit dan pada saat praktikum kondisi ruangan
tidak kondusif.
Dari diagram fishbone diatas dapat dilihat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kesalahan, kekurangan, dan cacat pada proses drilling, adapun faktor-faktor tersebut adalah :
a. Pengaruh Human
- Tidak akuratnya penentuan letak mata bor pada titik pusat / titik tengah saat proses
pengeboran.
31
- Kurang kuatnya tekanan yang diberikan pada penahan produk, sehingga pada waktu
dilakukannya proses pengeboran/ drilling salah satu sisi produk ikut bergerak kebawah
yang mengakibatkan tidak lurusnya lubang yang terbentuk terhadap garis horizontal.
- Terlalu lambatnya proses drilling / pengeboran yang mengakibatkan terbentuknya chip
pada sekitar lubang yang mengakibatkan produk tidak halus.
b. Pengaruh Machine
- Terdapatnya sisa-sisa serbuk pada bagian pemutar penahan produk yang sulit di
singkirkan, yang mengakibatkan penahan tidak bekerja secara meksimal sehingga produk
ikut bergerak ketika produk menjalani proses pengeboran / drilling.
c. Pengaruh Method
- Terlalu lambatnya proses pengeboran pada lubang yang pertama, dan terlalu cepatnya
proses pengeboran pada lubang yang kedua.
d. Pengaruh Material terhadap Proses Drilling
Tidak ada pengaruh yang berarti dari bahan / material terhadap praktikum proses drilling
e. Pengaruh Environment terhadap Proses Drilling
Tidak ada pengaruh yang berarti dari lingkungan terhadap praktikum proses drilling.
34
Proses rolling merupakan langkah awal untuk memperoleh kawat alumunium yang memiliki
diameter lebih kecil, hal ini memungkinkan hasil kawat alumunium dapat dikenai proses
wiredrawing. Pada proses rolling haruslah melakukan beberapa kali iterasi. Hal ini bertujuan agar
mampu memperoleh diameterkawat hasil produk sesuai yang diharapkan. Selanjutnya dilakukan
proses wire drawing, dengan menarik kawat aluminium hasil rolling dalam salah satu matrik yang
diharapkan ukurannya. Cara penarikannya sendiri dilakukan dengan menarik kawat alumunium
yang mendapatkan hambatan oleh matrik wire drawing. Wire drawing dilakukan secara berulang-
ulang untuk mencapai diameter benda terkecil serta pertambahan panjang yang menyerupai kawat.
Daerah deformasi pada proses wire drawing, dimana gaya yang terlibat pada pembentukan, akan
menyebabkan logam berubah bentuk atau dimensi. Resultan dari semua gaya yang terlibat pada
daerah deformasi disebut gaya pembentukkannya. Sedangkan gaya luar yang diberikan pada proses
wire drawing adalah gaya tarik. Gaya yang menarik wirerod ke luar dari dies. Gaya ini akan
menimbulkan gaya tekan tak langsung akibat reaksi antara wirerod dan dies. Kombinasi gaya-gaya
yang ada menyebabkan wirerod mengalir sepanjang daerah deformasi melalui dies, sehingga
menyebabkan perbandingan diameter rata-rata, diameter setelah dengan panjang daerah deformasi.
Penarikan yang tidak kontinu dapatmenimbulkan potensi kecacatan produk hasil drawing.
Pemilihan lubang matrik juga diperhatikan untuk mempermudah proses penarikan pada drawing,
sehingga dapat menghasilkan proses yang bersifat kontinu.
35
Pada proses wire drawing sebenarnya tidak ada cacat yang terbentuk, misalnya terjadi
kepatahan. Yang terjadi ialah tidak bisa menghilangkan cacat sirip dari proses rolling pada
penarikan pertama, selain itu penarikan yang terlalu cepat menyebabkan edge cracking. Namun,
pada penarikan-penarikan selanjutnya cacat dari proses rolling bisa dihilangkan. Hal itu bisa terjadi
karena diameter matriks diturunkan sehingga menyebabkan proses penghalusan bisa terjadi secara
maksimal.
Berdasarkan hasil praktikum faktor penyebab terjadinya cacat pada produk hasil proses
wire drawing dalam praktikum ini adalah:
a. Method
Penarikan yang terlalu cepat menyebabkan edge cracking. Tanda kecacatan awal dapat terlihat
ketika proses penarikan tidaklah kontinu, dengan kecepatan tarikan yang tidaklah kontinu
berpotensi menyebabkan besar gesekan bertambah. Ketika tiap langkah telah dilakukan, suhu
aluminium meningkat dari suhu awalnya. Hal ini menandakan terjadi kecacatan dalam proses
wire drawing.
b. Material
Pengelupasan pada permukaan benda kerja juga dapat disebabkan oleh kualitas material
ataupun hasil proses rolling yang kurang baik.
c. Man
Keteledoran praktikan pada saat melakukan penarikan pada lubang matriks wire drawing
menyebabkan terjadinya patah pada kawat (benda kerja)
36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum permesinan
konvensional dan saran untuk praktikan serta saran untuk praktikum permesinan konvensional yang
dilakukan.
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang dilakukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai adalah
sebagi berikut.
Proses permesinan konvensional merupakan proses manufaktur yang membentuk objek
dengan cara membuang atau menghilangkan sebagian material dari benda kerjanya.
Proses permesinan secara konvensional secara umum meliputi proses
turning (pembubutan), drilling (pengeboran), rolling (pengerolan), serta
wire drawing (penarikan kawat).
Proses turning adalah proses pembentukan benda kerja dengan
mengurangi material (material removal). Proses turning dapat digunakan
untuk membuat pion catur dan komponen mesin dari logam. Untuk proses
turning, dilakukan dengan cara batang logam diletakkan pada mesin yang dapat memutarkan
benda kerja dan akan dipotong sedikit demi sedikit segmennya oleh pisau pemotong sehingga
sesuai dengan hasil yang diinginkan.
Drilling adalah proses yang dilakukan oleh mesin perkakas berupa putaran
yang dilakukan pahat dengan gerak makan berupa gerak translasi dengan
pemberian tekanan kepada benda kerja sehingga terbentuk lubang. Proses
drilling dapat digunakan untuk membuat komponen mesin yang terbuat
dari logam. Untuk proses drilling, dilakukan dengan cara seperti pemboran.
Rolling adalah salah pembentukan logam dengan cara permesinan yaitu
batangan logam yang melewati dua batang rol yang bergerak. Contoh
produk yang dapat dibuat dengan proses rolling adalah kawat. Untuk
proses rolling, memiliki prinsip kerja dimasukkannya batang logam yang
pendek pada segmen yang berurutan dan diakhir segmen batang tersebut
akan memanjang sehingga menjadi kawat.
Proses wire drawing, penarikan kawat merupakan suatu proses
pembentukan logam dengan cara menarik wire rod, kawat batangan,
melalui dies (matriks wire drawing : sebuah cetakan untuk proses wire
drawing yang terdiri dari banyak dies dengan berbagai ukuran diameter).
Contoh produk yang dihasilkan dari proses wire drawing adalah kawat.
Untuk proses wire drawing dilakukan dengan cara, hasil kerja dari proses
rolling dimasukkan kedalam matriks wire drawing dan ditarik untuk
menghilangkan chip yang menempel.
Suatu produk dapat dibuat dengan melihat keamampuan mesin. Misalnya
kawat dapat dibuat dengan proses rolling dan wire drawing.
Pada proses permesinan konvensional terdapat beberapa kecacatan,
yakni : pada hasil turning, permukaan tidak rata dan pemakanan tidak
sempurna, sedangkan pada produk hasil drilling mengalami cacat yaitu berupa adanya
chip di sekitar lubang hasil drilling. Untuk proses rolling terdapat cacat aligatoring, waviness,
dan Dede crakcking. Sedangkan wire drawing, tidak ditemukan cacat.
6.2 Saran
37
Dari proses praktikum yang telah dilaksanakan berikut ini adalah saran yang dapat diberikan
untuk praktikum proses rolling, wire drawing, turning dan drilling.
1. Pada saat proses rolling, sebaiknya praktikan berada dalam kondisi sehat
karena dibutuhkan energi yang cukup untuk memutar mesin rolling
2. Pada proses turning dan drilling, sebaiknya menggunakan pelindung
kepala karena terdapat chip yang terlempar selama proses.
DAFTAR PUSTAKA
Schey, A. John, 2009, Proses Manufaktur Introduction to Manufacturing Processes,
3rd edn, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Budiharto, Slamet 2014, Bulk Deformation, Power Point, Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Metal Rolling, diakses 8 April 2014
Abrianto, 2014, Pengantar Proses Manufaktur, Scribd, diakses 8 April 2014
<http://id.scribd.com/doc/34107997/Pengantar-Proses-Manufaktur>
38
Lampiran
39