Anda di halaman 1dari 5

Analisis Jurnal

EFEKTIVITAS TEPUNG JINTAN HITAM (Nigella sativa)


UNTUK MENCEGAH INFEKSI Aeromonas hydrophila PADA
IKAN PATIN

By: Sofiyah
NIM:13620089
Pendahuluan
Daya tahan tubuh manusia dapat menurun karena terpapar berbagai faktor
risiko seperti infeksi bakteri, infeksi virus, penyakit kanker, stres psikologis,
alergen, malnutrisi, atau reaksi autoimun endogen. Kondisi ini juga semakin parah
dengan kondisi lingkungan dan cuaca yang tidak menentu. Penurunan daya tahan
tubuh menyebabkan tubuh lebih rentan terserang penyakit. Hal ini membuat
masyarakat lebih menyadari pentingnya pencegahan penyakit dengan menjaga
daya tahan tubuhnya. Salah satu cara untuk menjaga daya tahan tubuh adalah
dengan mengkonsumsi imunostimulan. Imunostimulan adalah bahan yang dapat
merangsang sistem imun tubuh melalui mekanisme respon imun nonspesifik dan
melalui respon imun spesifik. Terdapat 2 golongan imunostimulan, yaitu
imunostimulan sintetik dan imunostimulan biologi. Beberapa contoh
imunostimulan sintetik adalah levamisol, isoprinosin, dan muramil peptidase.
Sedangkan contoh dari imunostimulan biologi adalah sitokin, antibodi
monoklonal, jamur, dan tanaman (Baratawidjaja, 1996).
a. Analisis Rumusan Masalah
Jinten hitam merupakan salah satu kekayaan hayati di Indonesia. Pemanfaatan
jinten hitam sebagai bumbu dapur sekaligus obat sudah sejak beratus-ratus tahun
yang lalu (Hendrik, 2007). Nigella Sativa tumbuh di berbagai belahan dunia,
termasuk Saudi, Afrika Utara dan sebagian Asia, termasuk pula Indonesia.
Banyaknya resistensi antibiotik terhadap Aeromonas hydrophila ini sehingga
diperlukan suatu pengembangan inovasi baru mengenai obat alternatif yang
memanfaatkan obat herbal sebagai antibiotik. Salah satunya adalah minyak jintan
hitam yang mengandung banyak zat aktif, diantaranya adalah Thymoquinone,
Thymohydroquinone dan Tannin yang terbukti memiliki aktivitas antibakteri.
Jinten hitam merupakan spesies tumbuhan semak rendah yang biasa dikenal
dengan berbagai sebutan lain seperti black cumin, fennel flower, black onion seed,
kalonji, habatussauda dan habbat albakarah (biji bakarah). Penelitian yang
dilakukan secara in vitro ini membuktikan bahwa pada konsentrasi tertentu
ekstrak biji Nigella sativa sangat efektif dalam mengobati penyakit misalnya
pada ikan yaitu sebagai imunitas alergi pada ikan.
Jintan hitam dapat merangsang dan memperkuat sistem imun tubuh melalui
peningkatan jumlah, mutu, dan aktifitas sel-sel imun tubuh. Jintan hitam diduga
bekerja sebagai imunomodulator yaitu bekerja dengan melakukan modulasi
(perbaikan) sistem imun. Hasil penelitian Endarti (2009) ekstrak jintan hitam (N.
sativa) konsentrasi 9% dapat meningkatkan jumlah sel darah putih.
Jintan hitam yang mengandung bahan aktif seperti minyak atsiri, alkaloid, dan
flavonoid yang diduga sebagai zat antimikrobial sehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri A. hydrophila. Zat antimikrobial akan menghambat kerja
enzim bakteri sehingga menganggu reaksi biokimiawi dan mengakibatkan
terganggunya metabolisme atau matinya sel bakteri dan diduga pula adanya
penghambatan pembentukan enzim berupa toksin ekstraseluler yang merupakan
faktor virulensi bakteri A. hydophila (Buckly etal., 1981 dalam Setiaji, 2009).
Rumusan masalah
1. Adakah pengaruh ekstrak jinten hitam pada konsentrasi berbeda terhadap
zona bening dan zona hambat bakteri Aeromonas hydrophylla.
2. Bagaimana melihat aktifitas antibakteri dari ekstrak jintan hitam terhadap
bakteri Aeromonas hydrophila dengan metode Kirby-Bauer atau kertas
cakram.
3. Bagaimana mengetahui kemampuan ekstrak jintan hitam dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila dan kadar
hambat minimum (KHM) ekstrak jintan hitam terhadap pertumbuhan
bakteri Aeromonas hydrophilla
b. Rancangan Percobaan
Metode Penelitian atau Rancangan Penelitian pada jurnal ini yaitu
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga
ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah perbedaan penambahan jumlah tepung
jintan hitam ke pakan ikan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai
berikut : P0 = Penambahan tepung jintan hitam 0% (kontrol), P1 = Penambahan
tepung jintan hitam 5%, P2 = Penambahan tepung jintan hitam 10%, P3 =
Penambahan tepung jintan hitam 15%, P4 = Penambahan tepung jintan hitam
20%.
c.Analisis Data
Hasil uji in vitro tepung jintan hitam disajikan dalam Tabel sebagai
berikut:

Perlakuan Rerata Diameter


Zona Hambat (cm)
P0 (0%) 0,00
P1 (5%) 2,15
P2 (10%) 3,50
P3 (15%) 4,15
P4 (20%) 5,90

Hal yang didapat pada data Uji aktifitas antibakteri dengan metode kertas cakram
ditunjukkan dengan adanya zona bening di kertas cakram. Pada uji ini digunakan
tepung jintan hitam dengan dosis 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dengan dua kali
ulangan (duplo). Bakteri A. hydrophila dengan konsentrasi 106 cfu.ml-1 sebanyak
0,1 ml disebar pada permukaan media TSA di cawan petri kemudian didiamkan
selama satu jam. Kertas cakram yang telah direndam dalam jintan hitam pada
berbagai dosis diletakkan di atas media TSA yang sudah disebar bakteri.
Kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Setelah itu dilakukan
pengukuran lebar diameter zona bening dari kertas cakram, semakin lebar zona
bening maka semakin besar pula daya antibakterinya.
Parameter Yang Diamati adalah:
a. Persentase Ikan Yang Terinfeksi (Prevalensi) Pengamatan prevalensi dilakukan
pada hari ke-20. Prevalensi ikan dihitung dengan rumus menurut Fidyandini et al.,
(2012).

= x 100

diamati

Pemeriksaan Hematologi Pemeriksaan hematologi dilakukan pada hari ke-1, hari


ke-14, hari ke-20 dan hari ke-35.

b. Kelangsungan hidup dilakukan pada hari ke-35 pemeliharaan. Kelangsungan


hidup ikan dihitung dengan menggunakan rumus Effendie, (2002) sebagai berikut:
= 100%

Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

c. Pertumbuhan bobot dan panjang mutlak

d. Total leukosit dan kadar hematokrit

e. Fisika Kimia Air Pengukuran parameter kualitas air meliputi kandungan


amonia (NH3), suhu, pH dan kandungan oksigen (DO) yang dilakukan
sebanyak tiga kali selama penelitian yaitu hari ke-1, hari ke-14 dan hari ke-
35.
Data persentase ikan terinfeksi, kelangsungan hidup dan pertumbuhan
dianalisis secara statistik menggunakan analisis sidik ragam dengan taraf 5%. Jika
hasil analisis keragaman menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata maka
dilanjutkan dengan uji BNT (Hanafiah, 2004). Data kadar hematokrit, leukosit,
dan kualitas air dianalisis secara deskriptif.
Berdasarkan data diatas hasil dari pengukuran suhu, pH, DO, dan amonia
selama masa pemeliharaan masih berada dalam kisaran yang optimum untuk
pemeliharaan ikan patin. Menurut Khairuman dan Suhenda (2002) suhu yang
ideal untuk pemeliharaan ikan patin berkisar 25-31 oC, kisaran pH yang baik
adalah 5-9, kandungan oksigen terlarut yang optimum yaitu lebih dari 3 mg.l-1,
dan kisaran kandungan amonia optimal untuk pertumbuhan ikan patin yaitu < 0,01
mg.l-1.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tepung jintan hitam memiliki zat
antibakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila.
Pakan yang ditambahkan tepung jintan hitam (Nigella sativa) sebanyak 15%
efektif untuk mencegah infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Penambahan
tepung jintan hitam juga mampu meningkatkan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan patin.
Baratawidjaja, K.G. 1996. Imunologi Dasar. 3rd. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai