Anda di halaman 1dari 9

Tugas Makalah Mekanika

Tanah II
Studi Kasus Longsor di Pangalengan

Disusun oleh :
PARSAULIAN (1315011089)

FITRI JURIAH (1315011047)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS LAMPUNG

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu kompenen penilaian
dan dapat dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam proses belajar mengajar mata kuliah
mekanika tanah,

Makalah ini, penulis sajikan untuk mengingatkan kembali akan pentingnya


mempelajari proses pembelajaran, karena konsep konsep pembelajaran ini akan sangat
membantu dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan cara belajar atau aspek-
aspek pembelajaran.

Terimakasih kepada dosen mata kuliah Mekanika Tanah atas segala bimbingannya ,
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini.

Akhir kata, Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan masyarakat Indonesia pada umumnya dan ilmu pengetahuan Mekanika Tanah
pada khususnya.

Bandar Lampung, 24 Agustus 2015

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tanah longsor merupakan peristiwa terjadinya pergerakan tanah, seperti jatuhnya


bebatuan atau gumpalan besar tanah, yang terlepas dari bagian utama gunung atau bukit.
Tanah longsor umumnya terjadi dikawasan pegunungan.

Tanah longsor mempunyai beberapa jenis longsoran diantaranya :

Longsoran Translasi
Longsoran ini terjadi karena bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi muncul akibat bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
glincir berbentuk cekung.

Pergerakan Blok
Pergerakan blok terjadi karena perpindahan batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. Longsoran jenis ini disebut juga longsoran transisi blok batu.

Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi saat sejumlah besar batuan atau material lain bergerak kebawah
dengan cara jatuh bebas. Biasanya longsoran ini terjadi pada lereng yang terjal sampai
menggantung, terutama daerah pantai. Runtuhan batu-batu besar dapat menyebabkan
kerusakan parah.

e. Rayapan Tanah
Longsor ini bergerak lambat serta serta jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus.
Longsor ini hampir tidak dapat dikenal. Setelah beberapa lama terjadi longsor jenis rayapan,
posisi tiang-tiang telepon, pohon-pohon, dan rumah akan miring kebawah.
f. Aliran Bahan Rombakan
Longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air dan terjadi di
sepanjang lembah yang mencapai ratusan meter jauhnya. Kecepatan bergantung pada
kemiringan lereng, volume air, tekanan air dan jenis materialnya.

Indonesia merupakan daerah rawan bencana longsor yang mengancam 40,9 juta jiwa.
Daerah rawan longsor tersebar di 274 kabupaten kota. Merata di Sumatera, Jawa, Bali,
Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Bahkan, Data dan Informasi Bencana Indonesia Badan
Nasional Penanggulangan Bencana mencatat ada lebih dari 1.500 bencana tanah longsor yang
pernah terjadi pada 2010-2014.

Salah satu kasus longsor yang memakan banyak korban bertempat di Pangalengan, Jawa
Barat (5 Mei 2015).
Akibat bencana tanah longsor, dilaporkan tujuh orang meninggal dunia dan dua orang lainnya
hilang tertimbun tanah. Selain korban jiwa, bencana itu telah merusak permukiman warga
beserta isinya, sehingga sebanyak 203 jiwa dari 53 kepala keluarga warga setempat terpaksa
harus mengungsi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dari kasus longsor di Pengalengan adalahsebagai berikut:
- Mengetahui pengertian, ciri-ciri, faktor, dan pencegahan longsor,
- Melakukan studi kasus terhadap longsor yang terjadi di Pengalengan,
- Mengantisipasi terjadinya longsor lainnya.

1.3 TUJUAN STUDI KASUS


Tujuan dari penyusunan studi kasus ini adalah sebagai berikut:
- Pengantisipsian faktor-faktor yang menyebabkan longsor.
- Mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan setelah terjadinya longsor untuk
pencegahanan longsor berikutnya.

1.4 METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Metode dan teknik yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data longsor yang
terjadi di Pengalengan dalah dengan mencari data-data dari internet dan mencari sumber-
sumber yang berkaitan dengan kasus tersebut.

1.5 ALASAN PEMILIHAN KASUS


Indonesia merupakan daerah rawan bencana longsor karena masih memiliki banyak
daerah perbukitan . Hal inilah yang mendasari penulis untuk memilih kasus mengenai
longsor agar menambah wawasan pembaca. Dengan begitu makalah ini akan membantu
mengurangi kasus longsor dan mengurangi jumlah kerugian dan korban jiwa longsor.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LONGSOR

Tanah longsor merupakan peristiwa terjadinya pergerakan tanah, seperti jatuhnya


bebatuan atau gumpalan besar tanah, yang terlepas dari bagian utama gunung atau bukit.
Tanah longsor umumnya terjadi dikawasan pegunungan.
Proses terjadinya tanah longsor diawali oleh air yang meresap ke dalam tanah akan
menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai ke tanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan
diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

2.2 JENIS-JENIS LONGSOR

Ada enam jenis tanah longsor, yaitu longsor translasi, longsor rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di indonesia jenis longsor yang
paling sering terjadi adalah longsor translasi dan longsor rotasi. Sementara itu, jenis tanah
longsor yang paling banyak memakan korban jiwa adalah aliran bahan rombakan.

2.3 FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN LONGSOR


a. Faktor alam
Tanah pada bencana tersebut merupakan tanah pelapukan vulkanik yang
subur namun labil dan tempat kejadian merupakan tanah lereng yang sangat terjal. Ini
diperparah dengan terjadinya hujan selama beberapa hari sebelum terjadinya bencana.
b. Faktor kesalahan manusia
Bahwa pada lereng bukit di Pangalengan telah terjadi banyak nya
penggundulan hutan oleh masyarakat sekitar yang menyebabkan berkurang nya
penahan tanah.

2.4 CIRI CIRI LONGSOR

Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing, yang biasanya
terjadi setelah hujan.
a. Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
b. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
c. Air tergenang jika musim hujan, menjelang bencana itu, airnya langsung hilang.
d. Halaman/dalam rumah tiba-tiba ambles ke dalam tanah.

BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 KRONOLOGIS KEJADIAN

Tim Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sudah
memprediksi akan terjadi tanah longsor di Kampung Cibitung, Pangalengan, beberapa hari
sebelum bencana. Tim PVMBG sebelumnya telah melakukan tinjauan ke lokasi atas
permintaan BPBD Bandung dan menemukan pergerakan tanah sepanjang 150 meter dengan
lebar 20-30 cm. Dan Hujan telah turun sejak seminggu sebelum kejadian di wilayah
Pangalengan. Sebelum kejadian BPBD menginformasikan ke warga setempat untuk waspada
longsor. Agar kalau malam hari warga tidur di tenda atau masjid. Namun pada Selasa 5/5
cuaca sangat cerah dan ini membuat sejumlah warga kembali ke rumah. Dan tanpa diduga
ternyata malam Selasa 5/5 itulah terjadi longsor.

3.2 PENCEGAHAN LONGSOR

a. Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman,
Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun permukiman.

b. Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui
retakan, Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.

c. Jangan menebang pohon terutama pohon yang berada pada lereng bukit.

d. Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak, Jangan mendirikan rumah di tepi sungai
yang rawan erosi.

3.3Tindakan perlindungan dan perbaikan


a. CARA VEGETATIF

prinsipnya adalah mencegah air terakumulasi di bidang lincir

Yaitu dianjurkan untuk menanam jenis tanaman yang berakar tunggang agar dapat mengikat
banyak air tanah

b. CARA MEKANIS

1. Pembuatan Saluran Drainase

Tujuan utama adalah mencegah genangan dengan mengalirkan air aliran permukaan,
sehingga kekuatan air mengalir tidak merusak tanah ataupun tanaman.

2. Pembuatan Trap-trap Terasering

Trap-trap terasering ini berfungsi untuk menahan longsoran tanah pada lahan atau tebing
yang curam. Memperkuat bidang berteras, serta melengkapi dan memperkuat cara vegetatif
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Longsor yang terjadi di Pengalengan disebabkan oleh kemiringan lereng yang terjal
dan tanah pelapukan breksi vulkanik yang cukup tebal, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG) melakukan pemeriksaan lapangan atas permintaan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Dari hasil yang terdeteksi oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG),
terlihat ada retakan tanah sedalam 2,5 meter dan sepanjang 500 meter,
yang merupakan cirri akan terjadinya longsor, seperti berikut ini:
Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing, yang biasanya terjadi
setelah hujan.

a. Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.

b. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

c. Air tergenang jika musim hujan, menjelang bencana itu, airnya langsung hilang.

Halaman/dalam rumah tiba-tiba ambles ke dalam tanah.

4.2 SARAN

Setelah mengerjakan makalah studi kasus mengenai longsor di Pengalengan, kami


mengambil kesimpulan guna menyempurnakan studi kasus lainnya :

1. Di lihat dari penyebab longsor di Pengalengan maka perlunya kewaspadaan terhadap


lereng yang terjal, memotong tebing jalan menjadi tegak juga dapat memicu
terjadinya longsor.

2. Perlunya memiliki banyak refrensi mengenai longsor dan mekanis tanah.

DAFTAR PUSTAKA

http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/3370/1/longsor.pengalengan

http://Liputan6.com.pengalengan

http://news.metrotvnews.com/read/2014/12/17/333058/dua-faktor-penyebab-longsor-
pengalengan

Anda mungkin juga menyukai