PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lebih dari 80% dari keseluruhan penduduk di daerah pedesaan
mengandalkan sektor pertanian. Ketersediaan air merupakan salah satu unsur
pokok bagi pertumbuhan tanaman, dan juga merupakan salah satu faktor
terpenting peningkatan produksi pangan dalam bidang pertanian. Khususnya
penentuan banyaknya air yang dibutuhkan tanaman perlu diketahui dengan pasti
secara baik dan teliti. Maka dari itu penggunaan air irigasi selayaknya dilakukan
secara efektif dan efisien.
Selain kebutuhan air, padi membutuhkan tempat untuk tumbuh yaitu lahan
atau sawah. Lahan atau sawah yang baik untuk pertanian ialah tanah yang mudah
dikerjakan, bersifat produktif, serta subur dan cukup akan ketersediaan air. Dalam
memilih tempat penanaman padi, faktor topografi sangat berpengaruh. Dalam
pemberian air dipengaruhi elevasi tempat dimana tanaman tumbuh, maka
pengaturan sistem irigasi harus disesuaikan dengan kondisi topografi daerah
tersebut. Kelebihan atau kekurangan air di suatu daerah pertanian dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman pada areal tersebut terganggu.
Pada lahan pertanian di RT 13 Kelurahan Makroman, Kecamatan
Sambutan terdapat 1.800 meter saluran irigasi primer yang mengaliri sebesar 280
Ha area persawahan. Sumber air utama yang dimanfaatkan oleh kelompok-
kelompok tani berasal dari air hujan yang ditampung pada dua folder sebagai
embung atau daerah penampungan air untuk selanjutnya disaluran ke petak-petak
sawah warga.
Tanaman padi merupakan tanaman yang membutuhkan air, khusus nya
pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air. Agar produktfitas padi dapat
efektif dalam satu satuan luas lahan maka dibutuhkan pasokan air yang cukup
melalui saluran irigasi. Tersedianya air yang cukup dan terkontrol merupakan
input untuk meningkatkan produksi padi. Luas lahan atau sawah di dalam daerah
pengairan dibagi bagi sedemikian rupa sehingga memudahkan pembagian air nya.
1
Untuk negara agraris seperti Indonesia yang hanya memiliki dua musim,
yaitu musim hujan dan kemarau, pengelolaan air sangat penting. Saat musim
hujan petani harus dapat mengatur debit air yang melimpah agar tanaman tidak
terendam dan akhirnya mati. Begitu pula saat musim kemarau, sumber air yang
mengering sering menjadi kendala. Dalam kata lain di Indonesia sepanjang tahun
ketersediaan air tidak merata. Kebutuhan air cenderung meningkat sementara di
sisi lain ketersediaan air kurang terpenuhi karena secara kuantitas ketersediaan air
relatif konstan dan menunjukkan tingkat kecenderungan menurun.
Irigasi merupakan sistem penghematan air dan secara langsung
ditunjukkan untuk meningkatkan produksi pangan. irigasi adalah suatu usaha
pengendalian, penyaluran dan pembagian air. Pola pendistribusian air yang
seimbang sangat diperluan, oleh karena itu perhitungan mengenai besar air yang
tersedia, jumlah tanaman yang memerlukan air, dan jalur pendistribusian airnya
harus dilakukan secara cermat dan teliti. Hal ini juga tidak terlepas dari adanya
faktor seperti jenis tanaman, kebutuhan air setiap tanaman, ketersediaan air, serta
luas daerah aliran air.
Dalam perkembangannya, pengoperasian jaringan irigasi mengalami
banyak perubahan. Penurunan kapasitas sebagai akibat dari endapan sedimen dan
sampah dari masyarakat sekitar yang menumpuk di saluran primer. Selain itu
pembagian air yang kurang proporsinal mengakibatkan kekurangan air terutama
pada saluran sekunder yang berada paling ujung atau hilir.
3
1. Memberikan sumbangan dalam ilmu pengetahuan dalam bidang irigasi dan
pengairan sebagai acuan peneliti selanjutnya
2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi masyarakat guna
menyikapi serta mengelola kebutuhan air ditengah tidak meratanya
ketersediaan air
3. Bahan informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa teknik sipil pada
khususnya, serta mahasiswa jurusan lain pada umumnya mengenai
jaringan irigasi, perhitungan debit secara aktual, dan pemanfaatannya
secara optimal
4. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi masyarat dalam upaya
pengelolaan jaringan irigasi guna mendukung keberhasilan panen
BAB II
STUDY LITERATUR
2.1 IRIGASI
4
Menurut peraturan pemerintah No. 25 Tahun 2001, pada BAB 1 Pasal 1
tentang irigasi, yang dimaksud irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi
air tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak.
Sedangkan menurut Mawardi Erman, irigasi adalah usaha untuk
memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan
penunjang produksi pertanian.
Ditinjau dari pengelolaannya, sistem irigasi dibagi menjadi :
1. Sistem irigasi non teknis
Yaitu irigasi yang dibangun oleh masyarakat dan pengelolaan sepenuhnya
dilakukan oleh masyarakat setempat.
2. Sistem irigasi teknis
Suatu sistem yang dibangun oleh pemerintah dan pengelolaan jaringan
utama seperti bendung saluran primer, saluran sekunder, dilakukan oleh
pemerintah. Sementara untuk saluran tersier dilakukan oleh masyarakat.
Tersedianya air irigasi pada peraturan pemerintah No. 25 tahun 2001 pada
Bab 1 pasal 2 memberikan manfaat dan kegunaan, antara lain :
1. Mempermudah pengolahan pertanian
2. Memberantas tumbuhan pengganggu
3. Mengatur suhu tanah
4. Memperbaiki kesuburan tanah
5
Persamaan Kontinuitas
Q1 = Q2 = Q3 + Q4 Atau,
A1 x V1 = A2 x V2 = (A3 x V3) + ( A4 x V4 )
6
4. Sistem pembuang berupa saluran dan bangunan bertujuan untuk
membuang kelebihan air dari sawah ke sungai atau saluran-saluran
alamiah.
7
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang
permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah
dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah
terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum
sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur karena belum mampu mengatur
dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.
Gambar berikut memberikan ilustrasi jaringan irigasi semi teknis sebagai
bentuk pengembangan dari jaringan irigasi sederhana.
8
b. Bangunan penyadap yaitu bagunan untuk keperluan penyadapan air
dari saluran primer dan sekunder
c. Bangunan pengukur, untuk mengetahui banyak nya air / debit yang
masuk ke jaringan irigasi dari sumber air
2. Bangunan pelengkap untuk mengatasi halangan atau rintangan sepanjang
saluran dan bangunan irigasi. Seperti :
a. Kantong lumpur, sebagai tempat jebakan untuk lumpur (Endapan)
yang ikut bersama air, sehingga tidak masuk ke areal persawahan.
b. Bangunan pelimpah samping, untuk mebuang air yang berlebih ke
saluran.
c. Bangunan persilangan antara selokan, jalan, gunung dan bukit
disekitarnya.
d. Bangunan untuk mengurangi kemiringan dasar saluran yaitu
bangunan terjun.
9
a. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung
saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
b. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan sadap terakhir
c. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan boks tersier terkahir
d. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter
terkahir
10
terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu
pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.
c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.
11
Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah
atasnya atau dari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pernbuang
tersier menampung air buangan dari saluran pernbuang kuarter. Saluran
pernbuang primer menampung dari saluran pernbuang tersier dan
membawanya untuk dialirkan kernbali ke sungai.
R80 = M/(n+1)
R = ( R1 + R2 + R3 + ....Rn ) / n
2.3 EMBUNG
Embung adalah daerah tangkapan air dari sumber air sebelum dialirkan ke
saluran primer, sekunder dan tersier kemudian ke petak-petak sawah. Dalam studi
ini di RT 13 Kelurahan Makroman, Kecamatan Sambutan terdapat 2 embung yang
digunakan untuk menampung air hujan. Saat musim hujan ketersedian air akan
melimpah. Berbeda jika memasuki musim kemarau, apalagi di samarinda musim
hujan dan kemarau susah untuk diprediksi. Saat musim kemarau warga RT 13
Kelurahan Makroman, Kecamatan Sambutan akan kesulitan mencari air. Saat
musim kemarau inilah air yang terkumpul di polder dialirkan ke petak sawah
warga.
2.4 KEBUTUHAN AIR
Kebutuhan air disawah untuk tanaman padi dapat ditentukan oleh beberapa
faktor sebagai berikut :
1. Cara penyiapan lahan
2. Kebutuhan air untuk tanaman
3. Curah hujan efektif
Angka kebutuhan air beradarkan Dirjen Pengairan, Bina program PSA 010 1985
yaitu :
1. Pengelolaan sawah dan penyemaian selama 1-1,5 bulan dengan kebutuhan
air 10-14 mm/hari
2. Pertumbuhan pertama (vegetatif), selama 1-2 bulan dengan kebutuhan air
sebesar 4-6 mm/hari
3. Pertumbuhan kedua (vegetatif), 1-1,5 bulan dengan kebutuhan air sebesar
6-8 mm/hari
4. Pemasakan selama 1-1,5 bulan dengan kebutuhan air 5-7 mm/hari
14
Selama ini warga mengairi sawah dengan ketinggian air sekitar 5-10 cm
dimaksudkan untuk menghambat / meniadakan pertumbuhan ruput / gulma.
15
Apabila air diberikan secara berelanjutan, dengan debit kurang lebih konstan
maka tidak akan timbul masalah dalam pengorganisasian. Kehilangan air pada
setiap saluran terjadi akibat adanya rembesan dan evaporasi.
16
BAB III
METODOLOGI
17
d. Papan ukur, untuk mengukur kedalaman saluran
e. Kamera, untuk doumentasi
3.4.2 WAWANCARA
3.4.3 DOKUMENTASI
Bentuk dokumen yang digunakan meliputi data-data dari peneliti
sebelumnya, catatan, dokumen, dan sebagainya
Metode ini dapat depelajari dari buku dan referensi yang ada hubungannya
dengan materi dalam penelitian ini. Data-data yang didapat mengenai debit, hasil
pertanian, pembagian air untuk petak-petak sawah.
18
Analisis data dalam penelitian ini meliputi :
19
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Analisa Data
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan Saran
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Jakarta
20
Mawardi. Erman. 2007. Desain Hidrolik Bangunan Irigasi. Jakarta: Alfabeta
Peraturan Pemerintah No. 25, 2001. Tentang Sumber Daya Air. Jakarta.
21