Anda di halaman 1dari 5

Jangan Biarkan Amalan Berlalu

Sia-Sia
Salah satu tujuan utama dalam beramal adalah mendapat pahala
dari Allah ta'alla, lantas bagaimana jika amalan yang sangat
diharapkan sebagai tabungan diakherat ternyata 'kopong' alias sia-
sia dan tak tertulis sabagai amalan?

By Redaksi Muslimah.Or.Id May 13, 2010


24 3753 23

Salah satu tujuan utama dalam beramal adalah mendapat pahala dari Allah
taalla, lantas bagaimana jika amalan yang sangat diharapkan sebagai
tabungan diakherat ternyata kopong alias sia-sia dan tak tertulis sabagai
amalan?

Bagaimana mungkin amalan akan diterima tatkala kita tidak mengetahui


cara agar amalan bisa diterima dan mendapat ridho dari Allah? Apalagi jika
barometer kesuksesan dalam beramal tatkala mendapat pujian belaka. Tak
dapat diragukan lagi walaupun lisan ini mengatakan Aku ikhlas namun
ikhlas tak semudah hanya ucapan saja dan malahan perlu dicek lagi arti
keikhlasannya. Baiklah marilah kita berusaha mengetahui kaidah-kaidah
dalam beramal agar amalan kita tidak sia-sia. Dan ingatlah tak ada satu
detik waktupun menjadi sia-sia dan berakhir penyesalan jika segera diikuti
dengan taubat dan membenahi cara beramal dengan benar.

Amalan tidak lepas dari 2 hal yaitu ikhlas dan ittiba.

1. Ikhlas adalah niat dalam beramal, dan ikhlas merupakan ruh bagi
amalan. Dalilnya,
Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niat dan
sesungguhnya setiap orang itu mendapatkan balasan sesuai dengan
yang diniatkannya. (Muttafaqunalaihi)

2. Yang kedua adalah ittiba. Iittiba adalah amalan hendaknya dilakukan


sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam. Dan ittiba ini laksana jiwa bagi amalan. Allah taala berfirman,
Kataknlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Ali Imran:31)

Kedua syarat tersebut jangan sampai tercecer, karena jika salah satu syarat
hilang maka ia tidak benar (bukan amal shalih) dan tidak akan diterima di
sisi Allah, diantara dalil yang memperkuat pernyataan tersebut,

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah


ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-nya. (Qs. AL Kahfi: 110)

Tidak Ikhlas Namun Ittiba

Misalnya, melakukan shalat sesuai dengan rukun-rukun shalat yang telah


dicontohkan Rasulullah, namun ditengah perjalanan shalat tersebut, ada
orang yang melihat dan hati timbul rasa ingin memperbagus gerakan,
memperlama waktu shalat, dll. Nah inilah perlu dipertanyakan keikhlasan
shalatnya. Apakah shalat hanya mengharap wajah Allah ataukah disertai
pula mengharap pujian orang lain?

Ikhlas Namun Tidak Ittiba


Misalnya, mencari berkah dikuburan, mengkhususkan membaca surat yasin
selama 7 hari setelah kematian. Mungkin mereka ikhlas melakukannya,
namun sayangnya tidak ada contoh dari Rasulullah dan perbuatan tersebut
bisa dikatakan bidah.
Pada artikel ini penulis akan lebih memperinci mengenai syarat yang
pertama yaitu berkaitan dengan keikhlasan. Hendaknya dalam beramal
selain mengetahui syarat-syarat beramal juga mengetahui bagaimana
caranya agar dapat mewujudkan syarat-syarat tersebut dengan mudah.

Untuk mewujudkan keikhlasan dalam beramal ada beberapa cara :

1. Doa. Berdoalah agar setiap amalan ikhlas karena Allah. Sebagai


manusia tak lepas dari riya, pamer dan suka dipuji. Khalifah besar
seperti Umar Ibnul Khattabradhiyallahuanhum yang merupakan
shahabat Rasul dan sudah dijanjikan surga kepadanya pun masih saja
berdoa agar ikhlas dalam beramal. Ya Allah jadikanlah amalku shalih
semuanya dan jadikanlah ia ikhlas karena-Mu dan janganlah Engkau
jadikan untuk seseorang dari amal itu sedikitpun.
2. Menyembunyikan amal. Sembunyikan amal seperti
menyembunyikan keburukan, seperti perkataan Bisyr Ibnul Harits
berkata, Jangan kau beramal supaya dikenang. Sembunyikanlah
kebaikanmu seperti kamu menyembunyikan kejelekanmu.
3. Memperhatikan amalan mereka yang lebih baik. Bacalah
biografi-biografi dari para shahabat, tabiin serta orang-orang
terdahulu, sebagai suri teladan dalam beramal. Karena hidup di jaman
sekarang ini terkadang dari penampakan terlihat bagus dan banyak
yang meneladani, namun ternyata amalan-amalan bidah yang
dilakukannya. Naudzubillahi min dzalik
4. Memandang remeh apa yang telah diamalkan. Terkadang
manusia terjebak dengan godaan setan, yaitu melakukan sedikit amal
dan merasa kagum dengan sedikit amal tersebut. Dan akibatnya bisa
fatal, karena bisa jadi satu amal kebaikan bisa memasukkan manusia
ke neraka. Seperti perkataan Sad bin Jubair, Ada seseorang yang
masuk surga karena sebuah kemaksiatan yang dilakukannya dan ada
yang masuk neraka karena sebuah kebaikan yang dilakukannya.
Seseorang yang melakukan maksiat setelah itu ia takut dan cemas
terhadap siksa Allah karena dosanya, kemudian menghadap Allah dan
Allah mengampuninya karena rasa takutnya kepada-Nya dan
seseorang berbuat suatu kebaikan lalu ia senantiasa mengaguminya
kemudian ia pun menghadap Allah dengan sikapnya itu maka Allah
pun mencampakkannya ke dalam neraka.
5. Khawatir kalau-kalau amalnya tidak diterima. Poin ini berkaitan
dengan poin sebelumnya, bahwa lebih baik menganggap remeh amal
yang telah diperbuat agar dapat menjaga hati ini dari rasa kagum
terhadap amal yang telah diperbuat.
6. Tidak terpengaruh dengan ucapan orang. Orang yang mendapat
taufik adalah orang yang tidak terpengaruh dengan pujian orang. Ibnul
Jauzy (Shaidul Khaathir) berkata, Bersikap acuh terhadap orang lain
serta menghapus pengaruh dari hati mereka dengan tetap beramal
shaleh disertai niat yang ikhlas dengan berusaha untuk menutup-
nutupinya adalah sebab utama yang mengangkat kedudukan orang-
orang yang mulia.
7. Senantiasa ingat bahwa surga dan neraka bukan milik
manusia. Manusia tidak dapat memberikan manfaat maupun
menimpakan bencana kepada manusia, begitu pula manusia bukanlah
pemilik surga maupun neraka. Manusia tidak bisa memasukkan
manusia lain ke surga dan mengeluarkan manusia lain keluar dari
neraka,lantas untuk apalagi beramal demi manusia, agar dipuji atasan,
agar disanjung mertua, atau agar datang simpati dari manusia lain?
8. Ingatlah bahwa Anda akan berada dalam kubur sendirian. Jiwa
akan menjadi lebih baik tatkala ingat tempat ia kembali. Bahwa ia akan
beralaskan tanah dikuburnya sendiri, tak ada yang menemani, ingat
bahwa manusia tidak dapat meringankan siksa kuburnya, seluruh
urusannya berada ditangan Allah. Ketika itulah ia yakin bahwa tidak
ada yang dapat menyelamatkannya kecuali dengan mengikhlaskan
seluruh amalnya hanya kepada Allah Yang Maha Pencipta semata.
Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan oleh Allah untuk
mengamalkan ilmu dengan disertai keikhlasan dalam mengamalkannya
tersebut. Ingatlah bahwa hanya Allah yang dapat membolak-balikkan hati
hamba-Nya.

Disusun ulang oleh: Ummu Hamzah Galuh Pramita Sari


Murojaah: Ust. Aris Munandar
Rujukan:
Ikhlas Syarat Diterimanya Ibadah, penerbit Pustaka Ibnu Katsir
Langkah Pasti Menuju Bahagia, penerbit Daar An Naba
Sucikan Iman Anda dari Noda Syirik dan Penyimpangan, penerbit Putaka
Muslim

Sumber: https://muslimah.or.id/699-jangan-biarkan-amalan-berlalu-sia-
sia.html

Anda mungkin juga menyukai