b.
Agama budaya
AGAMA ISLAM DAN IPTEK
Agama islam adalah wahyu dari Allah yang lewat malaikatnya kepada rosul.
Ilmu pengetahuan adalah pikiran manusia yang hasil dari penyelidikkan dan analisis.
Sedangkan teknologi adalah suatu alat kebutuhan manusia dalam rangka mencapai
kesejahteraan kepada Allah.
SUMBER AGAMA ISLAM
Terdiri dari:
a.
Al Quran
b.
Al Hadist
c.
Ijtihad
Janganlah jadi mahasiswa yang instan dan bermalas malasan dan siap untuk
bersaing!
Pembahasan: AQIDAH
Aqidah (
)
) menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-aqdu (
yang berarti ikatan, at-tautsiiqu(
) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang
kuat, al-ihkaamu (
) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu
) yang berarti mengikat dengan kuat.
biquw-wah (
[1] Sedangkan menurut istilah (terminologi): aqidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
dengan segala pelaksanaan ke-wajiban, bertauhid [2] dan taat kepada-Nya,
Ketiga: Tauhid Al-Asma was-Sifat, ialah mengesakan Allah dalam asma dan sifatNya.
Artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah Subhanahu
wa Taala. dalam dzat, asma maupun sifat.
Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam
Ahmad berkata: Qadar adalah kekuasaan Allah. Karena, tak syak lagi, qadar (takdir)
termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah
rahasia Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali
Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita
tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk
makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid
Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila
yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal
ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki
dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah
masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Taala
dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman
Allah pada surat Yusuf ayat 40. [Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas]
Perkembangan Aqidah
Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena
masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham, kalaupun
terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita dapatkan keterangan para
sahabat yang artinya berbunyi : Kita diberikan keimanan sebelum Al-Quran
Nah, pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman
-pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah
karena melakukan tahkim lewat utusan masing-masing yaitu Abu Musa Al-Asyari dan
Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah yang menuhankan Ali bin Abi Thalib dan
timbul pula kelompok dari Irak yang menolak takdir dipelopori oleh Mabad Al-Juhani
(Riwayat ini dibawakan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Shohih Muslim oleh Imam
Nawawi, jilid 1 hal. 126) dan dibantah oleh Ibnu Umar karena terjadinya
penyimpangan-penyimpangan. Para ulama menulis bantahan-bantahan dalam karya
mereka. Terkadang aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid, ushuluddin (pokokpokok agama), As-Sunnah (jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad), Al-Fiqhul Akbar
(fiqih terbesar), Ahlus Sunnah wal Jamaah (mereka yang menetapi sunnah Nabi dan
berjamaah) atau terkadang menggunakan istilah ahlul hadits atau salaf yaitu mereka
yang berpegang atas jalan Rasulullah SAW dari generasi abad pertama sampai
generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya : Aqidah
Islamiyah yang shahih bisa disebut Tauhid, fiqih akbar, dan ushuluddin. Sedangkan
manhaj (metode) dan contohnya adalah ahlul hadits, ahlul sunnah dan salaf.
Bahaya Penyimpangan Aqidah
Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam
seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan
yang tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas
dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya
penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya :
nimat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : Barangsiapa yang mengerjakan
amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.
Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina
setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan
kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan
persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan
perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan
sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mujizat dan merealisasikan
kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Demi membina setiap individu muslim, perlu kiranya kita mengingatkannya tentang
sumbangsih-sumbangsih akidah yang telah dimiliki oleh orang-orang sebelumnya dan
meyakinkannya akan validitas akidah itu dalam setiap zaman dan keselarasannya
dengan segala era.
Kita bisa menyimpulkan peranan penting akidah dalam membina manusia di berbagai
sisi dan dimensi kehidupan dalam poin-poin berikut :
1. Dalam Sisi Pemikiran.
Akidah menganggap manusia sebagai makhluk yang terhormat. Adapun kesalahan
yang terkadang menimpa manusia, adalah satu hal yang biasa dan bisa diantisipasi
dengan taubat. Atas dasar ini, akidah meyakinkannya bahwa ia mampu untuk
meningkatkan diri dan tidak membuatnya putus asa dari rahmat Allah dan ampunanNya
Akidah telah berhasil memerdekakan manusia dari penindasan politik para penguasa
zalim dan membebaskannya dari tradisi menuhankan manusia lain.
Akidah juga memberikan kebebasan penuh kepadanya. Namun ia membatasi
kebebasan itu dengan hukum-hukum syariat, penghambaan kepada Allah supaya hal
itu tidak menimbulkan kekacauan.
Begitu juga, akidah telah berhasil membebaskannya dari jeratan hawa nafsu,
menyembah fenomena-fenomena alam di sekitarnya dan dongengan-dongengan
yang tidak benar.
Melalui proses pembebasn pemikiran ini, akidah melakukan proses pembinaan
manusia. Ia memberikan kedudukan yang layak kepada akal, mengakui peranannya
dan membuka cakrawala pemikiran yang luas baginya. Di samping itu, akidah juga
membuka jendela keghaiban baginya, membebaskannya dari jeratan ruang lingkup
indra yang sempit dan mengarahkan daya ciptanya yang luar biasa untuk
merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah di segenap cakrawala raya dan diri
mereka, serta menjadikan renungan (tafakkur) ini sebagai ibadah yang paling utama.
Tidak sampai di situ saja, akidah juga mengarahkan daya akal untuk menyingkap
rahasia-rahasia sejarah yang pernah terjadi pada umat dan bangsa-bangsa terdahulu,
dan merenungkan hikmah yang tersembunyi di balik syariat guna mengokohkan
keyakinan muslim terhadap syariat dan validitasnya untuk setiap masa dan tempat.
Dari sisi lain, akidah mendorong manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan dan
mengikat ilmu pengetahuan itu dengan iman. Karena memisahkan ilmu pengetahuan
dari iman akan menimbulkan akibat jelek.
Akidah juga memerintahkan akal untuk meneliti dan merenungkan dengan teliti untuk
menyimpulkan sebuah Ushuluddin dan melarangnya untuk bertaklid dalam hal itu.
2. Dalam Sisi Sosial.
Akidah telah berhasil melakukan perombakan besar dalam sisi ini. Di saat masyarakat
Jahiliah hanya mementingkan diri mereka dan kemaslahatannya, dengan mengenal
akidah, mereka relah mengorbankan segala yang mereka miliki demi agama dan
kepentingan sosial.
Akidah telah berhasil menghancurkan tembok pemisah yang memisahkan antara
ketamakan manusia akan kemaslahatan-kemaslahatan pribadinya dan jiwa berkorban
demi kemaslahatan umum dengan cara menumbuhkan rasa peduli sosial dalam diri
setiap individu.
Akidah telah berhasil menumbuhkan rasa peduli sosial ini dalam diri setiap individu
dengan cara-cara berikut: menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap
kepentingan orang lain, menanamkan jiwa berkorban dan mengutamakan orang lain
dan mendorong setiap individu muslim untuk hidup bersama.
Dari sisi lain, akidah telah berhasil merubah tolok ukur hubungan sosial antar anggota
masyarakat, dari tolok ukur hubungan sosial yang berlandaskan fanatisme, suku,
warna kulit, harta dan jenis kelamin menjadi hubungan yang berlandaskan asas-asas
spiritual. Yaitu takwa, fadhilah dan persaudaraan antar manusia. Akidah telah berhasil
merubah kondisi pertentangan dan pergolakan yang pernah melanda masyarakat
insani menjadi kondisi salang mengenal dan tolong menolong. Dengan ini, mereka
menjadi sebuah umat bersatu yang disegani oleh bangsa lain. Di samping itu, akidah
Islam juga telah berhasil merubah tradisi-tradisi Jahiliah yang menodai kehormatan
manusia dan menimbulkan kesulitan.