Anda di halaman 1dari 6

Materi Kuliah Pendidikan Agama Islam Tingkat 1 Semester 1

Posted on 10 January 2015 by dwia1


RUANG LINGKUP AGAMA
1. MANUSIA DAN AGAMA
Manusia dan Agama adalah ikatan kehidupan yang penting untuk mengarungi
kehidupan,dan dibagi diantaranya:
a. Manusia dan alam semesta
b. Manusia menurut Agama Islam
c. Agama arti dan ruang lingkupnya
d. Hubungan manusia dan agama
2. AGAMA DAN AGAMA ISLAM
Agama adalah keyakinan suatu makhluk kepada Sang Penciptanya,dibagi
diantaranya:
a. Arti dan ruang lingkup agama islam
b. Klasifikasi dalam agama islam
c. Agama Islam dan IPTEK
Sosialnya makhluk dengan binatang ada banyak persamaan,diantaranya yang
membedakan yaitu:
a. Mengembangkannaluri
b. Etika
c. Peradaban
Agama itu suatu keyakinan manusia mencapai hidup yang benar menurut Zat Yang
Maha Tinggi.
Unsur pokok dari agama itu yaitu:
a. Sistem oredo (keyakinin)
b. Sistem ritus (Peribadatan)
c. Sistem norma (tatakaidah)
Faktor dari agama itu adalah:
adanya keyakinan
adanya syariat (ibadah)
adanya rosul (utusan)
adanya kitab suci
Ada 3 Pilar dalam Islam yaitu:
a.
Akidah adalah ilmu tentang tauhid Keesaan Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Syariat adalah nilai dalam peribadatan.
c.
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa dan sehingga menimbulkan
perbuatan.
Keyakinan/nilai keimanan harus all out atau kaffah menyeluruh ibarat akidah itu
akar,syariat tangkai dan daun dan sedangkan akhlak sendiri buah perbuatan tersebut.
Dalam 3 pilar islam haru diwujudkan dengan proses pelaksanaan dari akidah dan
syariat lalu menghasilkan akhlakul kharimah.
Unsur kebahagiaan bukanlah dinilai dengan materi tetapi hidup yang mempunyai
tujuan bahagiah didunia dan akhirat.
Pertanyaan:
Bagaimana caranya kalo kita banyak pekerjaan yang padat setiap hari biar tetap
semangat..??? jawab.. lakukanlah dengan ikhlas semangat dan nikmatilah segala
sesuatunya dengan cinta.
KLASIFIKASI AGAMA
Yaitu meliputi:
a.
Agama wahyu

b.
Agama budaya
AGAMA ISLAM DAN IPTEK
Agama islam adalah wahyu dari Allah yang lewat malaikatnya kepada rosul.
Ilmu pengetahuan adalah pikiran manusia yang hasil dari penyelidikkan dan analisis.
Sedangkan teknologi adalah suatu alat kebutuhan manusia dalam rangka mencapai
kesejahteraan kepada Allah.
SUMBER AGAMA ISLAM
Terdiri dari:
a.
Al Quran
b.
Al Hadist
c.
Ijtihad
Janganlah jadi mahasiswa yang instan dan bermalas malasan dan siap untuk
bersaing!
Pembahasan: AQIDAH
Aqidah (
)

) menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-aqdu (

yang berarti ikatan, at-tautsiiqu(
) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang

kuat, al-ihkaamu (
) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu

) yang berarti mengikat dengan kuat.
biquw-wah (


[1] Sedangkan menurut istilah (terminologi): aqidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah
dengan segala pelaksanaan ke-wajiban, bertauhid [2] dan taat kepada-Nya,

beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir,


takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang
Prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa
yang menjadi ijma (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qathi
(pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut
Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih serta ijma Salafush Shalih.
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersamasama dengan orang-orang yang dianugerahi nimat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya (QS. An-Nisa:69
Pembagian Aqidah
Walaupun masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat
Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para
Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa rnenempuh jalan kebenaran dalam
pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha dan qadar adalah termasuk
rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam salah satu di
antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:
Pertama: Tauhid Al-Uluhiyyah, ialah mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah
hanya kepada Allah dan karenaNya semata.
Kedua: Tauhid Ar-Rububiyyah, ialah rneng esakan Allah dalam perbuatanNya, yakni
mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang Mencipta, menguasai dan
mengatur alam semesta ini.

Ketiga: Tauhid Al-Asma was-Sifat, ialah mengesakan Allah dalam asma dan sifatNya.
Artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah Subhanahu
wa Taala. dalam dzat, asma maupun sifat.
Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam
Ahmad berkata: Qadar adalah kekuasaan Allah. Karena, tak syak lagi, qadar (takdir)
termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah
rahasia Allah yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali
Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita
tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk
makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid
Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila
yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal
ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki
dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah
masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Taala
dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman
Allah pada surat Yusuf ayat 40. [Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas]
Perkembangan Aqidah
Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena
masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham, kalaupun
terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita dapatkan keterangan para
sahabat yang artinya berbunyi : Kita diberikan keimanan sebelum Al-Quran
Nah, pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman
-pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah
karena melakukan tahkim lewat utusan masing-masing yaitu Abu Musa Al-Asyari dan
Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah yang menuhankan Ali bin Abi Thalib dan
timbul pula kelompok dari Irak yang menolak takdir dipelopori oleh Mabad Al-Juhani
(Riwayat ini dibawakan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Shohih Muslim oleh Imam
Nawawi, jilid 1 hal. 126) dan dibantah oleh Ibnu Umar karena terjadinya
penyimpangan-penyimpangan. Para ulama menulis bantahan-bantahan dalam karya
mereka. Terkadang aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid, ushuluddin (pokokpokok agama), As-Sunnah (jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad), Al-Fiqhul Akbar
(fiqih terbesar), Ahlus Sunnah wal Jamaah (mereka yang menetapi sunnah Nabi dan
berjamaah) atau terkadang menggunakan istilah ahlul hadits atau salaf yaitu mereka
yang berpegang atas jalan Rasulullah SAW dari generasi abad pertama sampai
generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya : Aqidah
Islamiyah yang shahih bisa disebut Tauhid, fiqih akbar, dan ushuluddin. Sedangkan
manhaj (metode) dan contohnya adalah ahlul hadits, ahlul sunnah dan salaf.
Bahaya Penyimpangan Aqidah
Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam
seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan
yang tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas
dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya
penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya :

1. Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian


dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang
aqidah yang benar.
2. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah
yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan
menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang
artinya : Dan apabila dikatakan kepada mereka, Ikutlah apa yang telah diturunkan
Allah, mereka menjawab: (Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami
dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apabila mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk.
3. Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi
yang tepat sesuai dengan argumen Al-Quran dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh
panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.
4. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh
yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan,
atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka
sebagai penengah/arbiter antara dia dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan
tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan
kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika
mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : Dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula
Suwa, Yaghuts, Yauq dan Nasr.
5. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap
peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan
ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima
tingkah laku dan kebudayaan mereka.
6. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam,
sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad SAW
telah memperingatkan yang artinya : Setiap anak terlahirkan berdasarkan
fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya,
atau memajusikannya (HR: Bukhari).
Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh
acara / program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
7. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan
keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu
dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass
media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan
mendistorsinya secara besar-besaran.
Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari
hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan
Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai
kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akherat kita, Allah SWT berfirman
dalam Surah An-Nisa 69 yang artinya : Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi

nimat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : Barangsiapa yang mengerjakan
amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.
Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina
setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan
kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan
persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan
perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan
sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mujizat dan merealisasikan
kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Demi membina setiap individu muslim, perlu kiranya kita mengingatkannya tentang
sumbangsih-sumbangsih akidah yang telah dimiliki oleh orang-orang sebelumnya dan
meyakinkannya akan validitas akidah itu dalam setiap zaman dan keselarasannya
dengan segala era.
Kita bisa menyimpulkan peranan penting akidah dalam membina manusia di berbagai
sisi dan dimensi kehidupan dalam poin-poin berikut :
1. Dalam Sisi Pemikiran.
Akidah menganggap manusia sebagai makhluk yang terhormat. Adapun kesalahan
yang terkadang menimpa manusia, adalah satu hal yang biasa dan bisa diantisipasi
dengan taubat. Atas dasar ini, akidah meyakinkannya bahwa ia mampu untuk
meningkatkan diri dan tidak membuatnya putus asa dari rahmat Allah dan ampunanNya
Akidah telah berhasil memerdekakan manusia dari penindasan politik para penguasa
zalim dan membebaskannya dari tradisi menuhankan manusia lain.
Akidah juga memberikan kebebasan penuh kepadanya. Namun ia membatasi
kebebasan itu dengan hukum-hukum syariat, penghambaan kepada Allah supaya hal
itu tidak menimbulkan kekacauan.
Begitu juga, akidah telah berhasil membebaskannya dari jeratan hawa nafsu,
menyembah fenomena-fenomena alam di sekitarnya dan dongengan-dongengan
yang tidak benar.
Melalui proses pembebasn pemikiran ini, akidah melakukan proses pembinaan
manusia. Ia memberikan kedudukan yang layak kepada akal, mengakui peranannya
dan membuka cakrawala pemikiran yang luas baginya. Di samping itu, akidah juga
membuka jendela keghaiban baginya, membebaskannya dari jeratan ruang lingkup
indra yang sempit dan mengarahkan daya ciptanya yang luar biasa untuk
merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah di segenap cakrawala raya dan diri
mereka, serta menjadikan renungan (tafakkur) ini sebagai ibadah yang paling utama.
Tidak sampai di situ saja, akidah juga mengarahkan daya akal untuk menyingkap
rahasia-rahasia sejarah yang pernah terjadi pada umat dan bangsa-bangsa terdahulu,
dan merenungkan hikmah yang tersembunyi di balik syariat guna mengokohkan
keyakinan muslim terhadap syariat dan validitasnya untuk setiap masa dan tempat.

Dari sisi lain, akidah mendorong manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan dan
mengikat ilmu pengetahuan itu dengan iman. Karena memisahkan ilmu pengetahuan
dari iman akan menimbulkan akibat jelek.
Akidah juga memerintahkan akal untuk meneliti dan merenungkan dengan teliti untuk
menyimpulkan sebuah Ushuluddin dan melarangnya untuk bertaklid dalam hal itu.
2. Dalam Sisi Sosial.
Akidah telah berhasil melakukan perombakan besar dalam sisi ini. Di saat masyarakat
Jahiliah hanya mementingkan diri mereka dan kemaslahatannya, dengan mengenal
akidah, mereka relah mengorbankan segala yang mereka miliki demi agama dan
kepentingan sosial.
Akidah telah berhasil menghancurkan tembok pemisah yang memisahkan antara
ketamakan manusia akan kemaslahatan-kemaslahatan pribadinya dan jiwa berkorban
demi kemaslahatan umum dengan cara menumbuhkan rasa peduli sosial dalam diri
setiap individu.
Akidah telah berhasil menumbuhkan rasa peduli sosial ini dalam diri setiap individu
dengan cara-cara berikut: menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap
kepentingan orang lain, menanamkan jiwa berkorban dan mengutamakan orang lain
dan mendorong setiap individu muslim untuk hidup bersama.
Dari sisi lain, akidah telah berhasil merubah tolok ukur hubungan sosial antar anggota
masyarakat, dari tolok ukur hubungan sosial yang berlandaskan fanatisme, suku,
warna kulit, harta dan jenis kelamin menjadi hubungan yang berlandaskan asas-asas
spiritual. Yaitu takwa, fadhilah dan persaudaraan antar manusia. Akidah telah berhasil
merubah kondisi pertentangan dan pergolakan yang pernah melanda masyarakat
insani menjadi kondisi salang mengenal dan tolong menolong. Dengan ini, mereka
menjadi sebuah umat bersatu yang disegani oleh bangsa lain. Di samping itu, akidah
Islam juga telah berhasil merubah tradisi-tradisi Jahiliah yang menodai kehormatan
manusia dan menimbulkan kesulitan.

Anda mungkin juga menyukai