Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai potensi sumber

daya alam yang melimpah, baik itu sumber daya alam hayati maupun sumber

daya alam non-hayati. Sumber daya mineral merupakan salah satu jenis sumber

daya non-hayati. Sumber daya mineral yang dimiliki oleh Indonesia sangat

beragam baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Endapan bahan galian pada

umumnya tersebar secara tidak merata di dalam kulit bumi. Sumber daya mineral

tersebut antara lain : minyak bumi, emas, batu bara, perak, timah, dan lain-lain

(Kompas 22 Januari 2003).


Cadangan batu bara Indonesia pada tahun 2001 diprediksi sekitar 44,2 miliar

ton yang tersebar di beberapa wilayah. Dari cadangan sebanyak itu, yang

diproduksi baru sekitar 92,5 juta ton atau kurang dari 0,5% dari cadangan yang

tersedia (Kompas Cyber Media, 13 Juli 2003).Tembaga pada tahun yang sama

dengan cadangan 7,745 juta ton dan produksi emas serta perak nasional

mencapai 14.279 kg dan 32.990 kg (1991), yang meningkat menjadi 57.663 kg

dan 95.602 kg (1997). Produksi nikel pada tahun 1997 mencapai 2,830 juta ton.

Luas areal pertambangan timah di Bangka, Belitung dan Singkep mencapai 4.377

ha onshore dan 3.335 ha offshore. Produksi perusahaan negara timah menaik dua

kali lipat dari 20.866 ton (1993) menjadi 44.679 ton (1997). Demikian juga hasil

tambang lainnya seperti bentonite (yang naik dari 18.615 ton pada tahun 1987

menjadi 89.780 ton pada tahun 1993). Pada periode yang sama, gipsum menaik

dari 4 juta ton (1987) menjadi 7.386 juta ton (1997). Kaolin menaik dari 519.298

1
ton menjadi 1.125 juta ton pada kurun waktu yang sama. Disamping itu,

sejumlah penambangan konvensional juga menghasilkan berbagai hasil tambang,

utamanya pada wilayah-wilayah penambangan besar. Jumlah izin eksplorasi yang

ada di Indonesia adalah seluas 42,96 juta hektar atau 21% dari luas daratan

Indonesia. Sisa eksplorasi pada tahun 2001 mencapai 6 juta hektar (Kompas 22

Januari 2003).
Catatan Australia's Mining Monthly (February 1994) menempatkan

Indonesia berada pada urutan empat dari 15 negara penghasil tambang, setelah

Chili, Argentina dan Amerika. (Manaf, 2003). Ini menunjukkan bahwa

sumbangan sektor pertambangan signifikan terhadap ekonomi nasional, yang

pada 2001 mencapai Rp 45,5 trilyun. Pertambangan juga merupakan dasar pajak

dengan dampak ganda sebanyak 10 kali lipat terhadap sektor lain. Misalnya, pada

subkontrak, suplai peralatan, pembelian makanan, dan pajak penghasilan

pegawai. Kegiatan pertambangan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem

ekonomi nasional. Masalahnya, sejumlah besar lahan bekas tambang merupakan

kawasan yang secara ekologi telah mengalami kerusakan. Lahan tersebut

menjadi tidak dapat ditanami, menimbulkan resiko bencana alam dan hal-hal lain

yang berhubungan dengan degredasi lingkungan, bahkan pada kawasan lain

Kompas 13 Juni 2003).

Masalah ekologi pertambangan di Indonesia utamanya bersumber dari dua

hal. Pertama, pengusaha pertambangan lebih menyukai pola pertambangan

terbuka (surface mining atau open pit mining). Kedua, sejumlah besar lahan

2
pertambangan terdapat pada kawasan hutan, dengan eksplorasi yang

menimbulkan resiko tingginya degredasi lingkungan. Sistem tambang tertutup

(underground mining) cenderung ditolak para pelaku pertambangan. Kedua

masalah itu tidak disikapi dengan pelaksanaan Pasal 38 UU Nomor 41 Tahun

1999 tentang Kehutanan, yang menegaskan bahwa pada kawasan hutan lindung

dilarang melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka. Desakan

untuk mengubah batas kawasan, serta mengubah kawasan hutan dari yang

awalnya berstatus hutan lindung menjadi hutan produksi ditengarai lazim terjadi.

Perubahan status kawasan hutan itu, contohnya, dilakukan memakai proses

rescoring (Tumpal HS. 2017).


Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penting dilakukan pembahasan yang

lebih mendalam tentang Peranan Ekologi Dalam Pertambangan. Makalah ini akan

membahas secara mendalam peran ekologi dalam pertambangan.

A. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin bahas dalam makalah ini adalah untuk

mengetahui peranan ekologi dalam pertambangan ?......

B. Tujuan

Tujuan secara umum makalah ini adalah untuk mengetahui peranan ekologi

dalam pertambangan.

3
1. Tujuan Khusus

Tujuan khusus makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian secara umum ekologi itu sendiri.

2. Untuk mengetahui pembagian ekologi secara umum

3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup ekologi

4. Untuk mengetahui hubungan ekologi dengan ilmu lainnya

5. Untuk mengetahui pengertian pertembangan itu sendiri

6. Untuk mengetahui bagaimana peranan ekologi dalam pertambangan

C. Manfaat Pembuat

1. Bagi Pembuat Makalah

Manfaat pembuat makalah adalah dapat menambah pengetahuan dan

wawasan pembuat mengenai pengaruh ekologi dalam pertambangan serta

memperdalam wawasan pembuat tentang pertambangan berwawasan

lingkungan.

2. Bagi Rekan Mahasiswa

Menambah informasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta

pemahaman rekan mahasiswa tentang peranan ekologi dalam pertamabangan.

3. Bagi Institusi Pertambangan

Sebagai informasi dan masukan bagi institusi pertamabangan yang

terkait dengan pengambilan keputusan, penetapan kebijakan dan perencanaan

4
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekologi
Ekologi berasal dari bahasa Yunani Oikos yang berarti rumah atau tempat

hidup, dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiyah Ekologi adalah pengkajian

hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap

lingkungannya. Ekologi merupakan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara

5
organisme dan lingkungannya. Atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor

lingkungan terhadap jasad hidup. Ada juga yang mngatakan bahwa ekologi

adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan,

binatang, dan manusia dengan lingkungannya di mana mereka hidup, bagaimana

kehidupannya, dan mengapa berada di tempat tersebut (Onrizal 2007).


Ekologi merupakan salah satu cabang Biologi yang hanya mempelajari apa

yang ada dan apa yang terjadi di alam dengan tidak melakukan percobaan. Tetapi

biasanya ekologi didevinisikan sebagi pengkajian hubungan organisme-

organisme atau kelompok-kelompok organisme terhadap lingkungannya, atau

ilmu hubungan timbal-balik antara organisme-organisme hidup dan

lingkungannya. Sebab ekologi memperhatikan terutama biologi golongan-

golongan organisme dan dengan proses-proses fungsional di daratan dan air

adalah lebih tetap berhubungan dengan upaya mutakhir untuk mendevinisikan

ekologi sebagai pengkajian struktur dan fungsi alam, telah dipahami bahwa

manusia merupakan bagian dari pada alam (Onrizal 2007).


Menurut Odum (1971) ekologi mutakhir adalah suatu studi yang

mempelajari struktur dan fungsi ekosistem atau alam di mana manusia adalah

bagian dari alam. Struktur di sini menunjukan suatu keadaan dari sistem ekologi

pada waktu dan tempat tertentu termasuk kerapatan atau kepadatan, biomas,

penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi, faktor-faktor fisik dan

kimia lainnya yang mencirikan sistem tersebut. Sedangkan fungsinya

menggambarkan sebab-akibat yang terjadi dalam sistem. Jadi pokok utama

6
ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di alam (Onrizal

2007).
Jelaslah bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup dalam

rumah tangganya atau ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal

balik antara makhluk hidup sesamanya dan dengan komponen di sekitarnya.

Dengan demikian seorang ahli ekologi juga menaruh minat kepada manusia,

sebab manusia merupakan spesies lain (makhluk hidup) dalam kehidupan di

biosfer (tempat hidup) secara keseluruhan. Selanjutnya dengan adanya gerakan

kesadaran lingkungan di negara maju sejak tahun 1968 sedangkan di Indonesia

sejak tahun 1972, di mana setiap orang mulai memikirkan masalah pencemaran,

daerah-daerah alami, hutan, perkembangan penduduk, masalah makanan,

penggunaan energi, kenaikan suhu bumi karena efek rumah kaca atau pemanasan

global, ozon berlubang dan lainnya telah memberikan efek yang mendalam atas

teori ekologi. Ekologi merupakan disiplin baru dari Biologi yang merupakan

mata rantai fisik dan proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani

antara ilmu alam dan ilmu sosial (Tulalessy, 2012).


B. Pembagian Ekologi
Secara garis besar ekologi itu sendiri dapat dibagi menjadi 2 bagain besar,

yaitu:
1. Autekologi: membahas pengkajian individu organisme atau spesies. Sejarah-

sejarah hidup dan prilaku sebagai cara-cara penyesuaian diri terhadap

lingkungan biasanya mendapatkan penekanan. Pembahasan melaiputi aspek

siklus hidup,adaptasi,sifat parasitik,non-parasitik,dan lain-lain (Ramli,2014).

7
2. Sinekologi: membahas pengkajian golongan atau kumpulan organisme-

organisme yang berasosiasi bersama sebagai satu kesatuan yang saling

berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Bila diadakan suatu studi mengenai

hubungan suatu jenis pohon terhadap lingkungan, pengkajian itu akan

bersifat autekologi. Apabila studi itu memperhatikan atau mengenai hutan di

mana jenis pohon itu tumbuh, pendekatannya bersifat sinekologi

(Ramli,2014).
Pembagian ekologi seperti ini sangat berguna dalam penelitian. Seseorang

yang akan melakukan penelitian dapat memusatkan diri pada proses-proses,

tingkat-tingkat, lingkungan-lingkungan, organisme-organisme, atau masalah-

masalah dan membuat sumbangan-sumbangan yang bernilai terhadap

keseluruhan mengenai biologi lingkungan (Ramli,2014).

C. Ruang Lingkup Ekologi


1. Populasi
Populasi adalah kelompok individu-individu yang memiliki kesamaan

genetik,dan berada bersama-sama dalam tempat dan waktu yang sama.

Secara umum, apabila kita bicara populasi,maka yang kita maksudkan

adalah anggota-anggota dari spesies yang sama,yang satu sama lain

berdekatan. Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi

interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam komunitasnya.

Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut (Devi,2014)


a. Alelopati

8
Merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu

menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.

Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi

tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat

toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai

anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika

yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu (Devi,2014)


b. Kompetisi
Merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat

kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan

apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing

dengan populasi sapi di padang rumput (Devi,2014)


2. Komunitas
Komunitas adalah kelompok populasi yang berada bersama-sama dalam

tempat dan waktu tertentu. Tingkatannya tergantung pada skala yang kita

tetapkan. Kita dapat menggunakan komunitas untuk menunjukkan semua

benda yang hidup di dalam suatu ekosistem ,atau kita dapat membatasi

perhatian kita hanya pada komunitas burung, atau komunitas tanaman dan

sebagainya (Devi,2014).
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan

mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak.

Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan :


a. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau

indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau

9
hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan

dominan seperti hutan sklerofil.


b. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan

lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan, dan lain-lain.


c. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe

metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti

iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang

terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropic

(Devi,2014).

D. Hubungan Ekologi dengan Ilmu-ilmu lain


Ekologi mempunyai perkembangan yang berangsur-angsur. Dari

perkembangan itu semakin terlihat bahwa ekologi mempunyai hubungan dengan

hampir ilmu-ilmu lainnya. Guna memahami ruang lingkup dan sangkut-pautnya

ekologi, persoalannya harus dipandang dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu

lain. Untuk mengerti hubungan antara organisme dan lingkungan, semua bidang

ilmu yang menerangkan tentang komponen-komponen makhluk hidup dan

lingkungan itu sangat diperlukan. Jika berbicara mengenai pencemaran hutan,

perkembangan penduduk, masalah makanan, penggunaan energi, kenaikan suhu

bumi karena efek dari rumah kaca atau pemenasan global, ozon berlubang dan

lainnya, ini berarti juga harus berbicara mengenai ilmu kimia, fisika, pertanian,

kehutanan, ilmu gizi, klimatologi, pertambangan dan lainnya. Boleh dikatakan

10
bahwa semakin hari semakin terasa hubungan ekologi dengan hampir semua

bidang ilmu yang ada. Semakin terasa bahwa semua orang harus memahami

ekologi.
Dalam ekologi, istilah populasi dinyatakan sebagai golongan individu-

individu dari setiap spesies organisme. Sedangkan komunitas adalah semua

populasi-populasi yang menduduki daerah tertentu. Komunitas dan lingkungan

yang tidak hidup berfungsi bersama sebagai sistem ekologi atau ekosistem.

Penting untuk diketahui bahwa tidak ada garis pemisah yang jelas ditunjukan

pada spektrum yang dimaksud. Interaksi dengan lingkungan fisik (energi dan

mineral) pada setiap tingkat menghasilkan sistem-sistem fungsional yang khas.

Di mana sistem tersebut mempunyai tujuan dan merupakan gabungan dari

berbagai komponen yang secara teratur berinteraksi satu sama lain dan saling

ketergantungan serta membentuk satu kesatuan secara keseluruhan.


Agar mudah dimengerti hubungan organisme dan lingkungannya, semua

bidang ilmu yang dapat menerangkan setiap makhluk hidup dan lingkungan

sangat diperlukan. Penyebaran, adaptasi dan aspek-aspek fungsi organisme dan

komunitas banyak dipelajari dalam ekologi dan erat hubungannya dengan ilmu-

ilmu biologi lainnya seperti taksonomi, morfologi, fisiologi, genetika. Sedangkan

klimatologi, ilmu tanah, geologi, dan fisika memberikan informasi mengenai

keadaan lingkungan. Jadi pengetahuan dan biologi sangat diperlukan bagi

seorang ahli ekologi untuk dapat mengungkapkan hubungan antara lingkungan

dan dunia kehidupan.


E. Pengertian Pertambangan

11
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,

penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan

galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Paradigma baru kegiatan industry

pertambangan ialah mengacu pada konsep Pertambangan yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi; 1) Penyelidikan Umum

(prospecting), 2) Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci, 3) Studi

kelayakan : teknik, ekonomik, lingkungan(termasuk studi amdal), 4) Persiapan

produksi (development, construction), 5) Penambangan (Pembongkaran,

Pemuatan, Pengangkutan, Penimbunan), 6) Reklamasi dan Pengelolaan

Lingkungan, 7) Pengolahan (mineral dressing), 8) Pemurnian/metalurgi

ekstraksi, 9) Pemasaran, 10) Corporate Social Responsibility(CSR), 11)

Pengakhiran Tambang (Ahmad H. 2012).


F. Peranan Ekologi Dalam Pertambangan.
Peranan ekologis dalam pembangunan pertambangan sangat perlu dalam

rangka meningkatkan mutu hasil pertambangan dan untuk memperhitungkan

sebelumnya pengaruh aktivitas pembangunan pertambangan pada sumber daya

dan proses alam lingkungan yang lebih luas (Ahmad H. 2012).


Segala pengaruh sekunder pada ekosistem baik local maupun secara lebih

luas perlu dipertimbangkan dalam proses perencanaan pembangunan

pertambangan, dan sedapatnya evaluasi sehingga segala kerusakan akibat

pembangunan pertambangan ini dapat dihindari atau dikurangi, sebab melindungi

ekosistem lebih mudah daripada memperbaikinya (Ahmad H. 2012).

12
Dalam pemanfaatan sumber daya pertambangan yang dapat diganti

perencanaan, pengolahan dan penggunaanya harus hati-hati seefisien mungkin.

Harus tetap diingat bahwa generasi mendatang harus tetap dapat menikmati hasil

pembangunan pertambangan ini (Ahmad H. 2012).


Selain itu peranan ekologi dalam pertambangan adalah sebagai bahan

pertimbangan untuk penyusunan AMDAL, Analisis Dampak Lingkungan

(ANDAL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL),Rencana Pengelolaan

Lingkungan (RKL) dan Reklamasi. Setiap perusahaan pertambangan sebelum

beroperasi dan mulai beroprasi diwajibkan untuk melakukan dan laporan

AMDAL, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pemantauan

Lingkungan (RPL), dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Reklamasi

hal ini dialakukan agar lingkungan serta makluh hidup yang berada di tempat

proyek-proyek pertambangan tidak rusak ataupun mati karena adanya proyek

pertambangan tersebut selain itu hal ini di perlukan untuk menciptakan proyek

pertambangan yang berwawasan lingkungan (Wahyu, 2011).


Sebagai contoh untuk menghindari timbulnya dampak lingkungan yang

tidak dapat ditoleransi maka perlu disiapkan rencana pengendalian dampak

negative yang akan terjadi. Untuk dapat merencanakan pengendalian dampak

negatif harus diketahui dampak negatif apa yang akan terjadi dan untuk dapat

mengetahui dampak yang akan terjadi maka perlu dilakukan pendugaan dampak

lingkungan. Langkah ini disebut Pendugaan Dampak Lingkungan atau

Environmental Impact Assessment dan pendugaan ini merupakan proses dalam

AMDAL. AMDAL dilakukan untuk menjamin tujuan proyek-proyek

13
pertambangan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak

kualitas lingkungan hidup (Wahyu, 2011).

III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas di peroleh kesimpulan peranan ekologis

dalam pembangunan pertambangan sangat perlu dalam rangka meningkatkan

mutu hasil pertambangan dan untuk memperhitungkan pertimbangkan dalam

proses perencanaan pembangunan pertambangan, dan sedapatnya evaluasi

sehingga segala kerusakan akibat pembangunan pertambangan ini dapat dihindari

atau dikurangi, sebab melindungi ekosistem lebih mudah daripada

memperbaikinya.
B. Saran

Dengan adanya makalah ini dapat memberikan masukan kepada pemerintah

maupun pengusaha pertambangan agar dalam melakukan kegiatan pertambangan

senan tiasa menerapkan kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmat,H. (2012). Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan Tambang Marmer di


Kabupaten Tulungagung dengan Pendekatan Willingness to pay dan Fuzzy
MCDM Tahun 2012. Jurnal Teknik ITS. Volume 1, Nomor 1 Halaman 119-121.

Wahyu. (2012).Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan


Penambangan Pasir Di Desa Keningar Daerah Kawasan Gunung Merap
Tahun 2011. Jurnal Lingkungan Hidup. Volume 9, Nomor 2 Halaman 76-84

Ramli. (2014). Ekologi Dan Lingkungan Hidup. (Makalah) Fakultas Teknik Geologi
Universitas Indonesia.

Tulalessy, (2012). EKOSAINS Tahun 2014, Jurnal Ekologi Dan Sains, Volume 01
Nomor 1 Halaman 2337-5329

Kompas Cyber Media 13 juli 2003. Kekayaan Alam Dikuras, Rakyat Tetap Memelas
Di Akses Pada Tanggal 20 Maret 2017

Kompas 22 Januari 2003. Tujuh Perusahaan Tambang Akan Tutup. Di Akses Pada
Tanggal 20 Maret 2017

Dr.Ir.Tumpal HS Siregar Dip.Agr. 20/03/2017. Potensi dan Pemanfaatan Lahan


Bekas Tambang untuk Usaha Agribisnis Perkebunan Berbasis Karet . Medan,
Sumatera Utara, Indonesia.

Onrizal (2007), Studi Ekologi Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara.
Jurnal Biodiversitas, Volume 9 Nomor 1 Halaman 25-29

15
Devi (2014), Ekologi, Pemanfaatan,Dan Dampak Aktivitas Manusia Terhadap
Ekosistem Mangrove di Kawasan Serapuh Kecam Atan Tanjung Pura, Kabupaten
Langkat. (Skripsi). Fakultas Pertanian, Uiversitas Sumatera Utara

16

Anda mungkin juga menyukai