Anda di halaman 1dari 14

1

Bagian Ilmu Penyakit Dalam


FK Universitas Alkhairaat
Rumah Sakit Umum Daerah Undata
Palu, 08 Juli 2016

REFARAT
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Disusun oleh

Nama : Yunifa .O. Paputungan

No.stambuk : 11 777 047

Pembimbing : dr. Dewi Suriany Angdjaja,

Sp. KJ

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU

2016
2

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Yunifa Oktaviani Paputungan

NIM : 111 677 14 106

Judul Referat : Gangguan Afektif Bipolar

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian poliklinik

jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat.

Palu, Juli 2016

Pembimbing,

dr. Dewi Suriany A , Sp.KJ


3

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gangguan bipolar terdiri dari afek yang meningkat, dan juga aktivitas yang
berlebih (mania atau hipomania), dan dalam jangka waktu yang berbeda terjadi
penurunan afek yang disertai dengan penurunan aktivitas (depresi). Gangguan bipolar
terdiri dari afek yang meningkat, dan juga aktivitas yang berlebih (mania atau
hipomania), dan dalam waktu yang berbeda terjadi penurunan mood yang diikuti
dengan penurunan energi maupun penurunan aktivitas (depresi).1

Jumlah kejadian setiap tahun dari gangguan bipolar dalam populasi diperkirakan
antara 10-15 per 100000 di antara manusia. Angka ini lebih tinggi di kalangan wanita
dan bahkan dapat mencapai 30 per 100000 . Kondisi ini dapat mempengaruhi orang
dari hampir semua usia, dari anak-anak sampai usia lanjut. Prevalensi serupa terjadi
pada pria maupun wanita.2

Populasi diperkirakan antara 10-15 per 100000 di antara manusia. Prevalensi


serupa pada pria dan wanita pada semua kelompok budaya dan etnis. Gangguan ini
dimulai sejak awal masa dewasa, tetapi pada kasus gangguan bipolar lainnya sudah
terjadi pada masa remaja maupun pada masa kanak-kanak.3

Gangguan afektif bipolar merupakan peringkat kedua terbanyak sebagai penyebab


disabilitas. Sebanyak 4% dari populasi menderita gangguan bipolar. Bahaya kematian
bisa terjadi pada penderita bipolar. Salah satu penyebab kematian pada penderita
bipolar mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.3
4

Gangguan bipolar dibedakan menjadi dua bagian meliputi (1) gangguan bipolar I
dan (2) bipolar II. Gangguan bipolar I ditandai adanya dua episode yang berbeda
yaitu episode manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan
hipomanik dan depresi. Gangguan bipolar terbentuk oleh episode berulang (paling
sedikit dua) yang tertuju pada suasana hati pasien (mood) dan aktivitas yang
terganggu, pada waktu tertentu gangguan ini terdiri dari suasana hati yang berubah-
ubah (mood), pada waktu lainnya bisa terjadi penurunan suasana hati (mood)
peningkatan aktivitas, energi dan perilaku (mania atau hipomania), energi dan
pengurangan aktivitas (depresi).1,4

Gangguan bipolar ini sifatnya berulang dimana pasien memperlihatkan


bagaimana perasaannya, gangguan ini terjadi meningkatnya suasana pemikiran,
aktivitas, perilaku dan pada saat yang berbeda berupa afek menurun juga rendahnya
perilaku, energi dan kegiatan (depresi). Pada gangguan ini spesialnya adalah ada
penyembuhan total yang sempurna di setiap episode.1
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. Gangguan Afektif Bipolar


2.1 Definisi
Gangguan bipolar merupakan gangguan yang terdiri dari afek yang
meningkat, dan juga aktivitas yang berlebih (mania atau hipomania), dan
dalam jangka waktu yang berbeda terjadi penurunan afek yang disertai dengan
penurunan aktivitas (depresi).1

2.2 Epidemiologi
Lebih dari 2 juta orang AS (atau 1 % populasi) berusia 18 th ke atas
menderita bipolar Umumnya berkembang pada akhir masa remaja atau awal masa
dewasa, namun mungkin ada juga yang memulai gejalanya sejak anak-anak
Sering tidak dikenal sebagai penyakit, sehingga baru ketahuan setelah agak lama
diderita.5

2.3 Klasifikasi Gangguan Afektif Bipolar4


Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi dua bagian meliputi (1) gangguan bipolar I dan (2) bipolar II.
Gangguan bipolar I ditandai adanya dua episode yang berbeda yaitu episode
manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik
dan depresi.

2.4 Etiopatogenesis
6

Etiologi gangguan bipolar, belum diketahui secara pasti. Bisa terjadi karena
berbagai faktor seperti faktor genetika dan psikososial. Para peneliti juga
berpendapat bahwa disregulasi heterogen terjadi dari neurotransmitter di otak.
Gangguan jiwa bipolar adalah penyakit gangguan jiwa yang bukan disebabkan
tekanan psikologis, melainkan karena terjadinya gangguan keseimbangan pada
otak. Bipolar terjadi secara biologis berupa gangguan di neurotransmitter otak
yang berfungsi mengatur keseimbangan, dimana dari amin biogenic 2
neurotransmiter yaitu norepinefrin dan serotonin adalah neurotransmiter yang
paling terkait didalam patofisiologi gangguan mood. Faktor genetika dianggap
sebagai mekanisme gen yang saling bergantung, sedangkan aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar merupakan faktor dari segi
psikososial biasanya mendahului episode awal dari gangguan bipolar. Ada 10-
12% kasus pada gangguan jiwa bipolar yang semakin memburuk setelah
mengkonsumsi NAPZA. Faktor neurokimia lain, sejumlah peneliti telah
mengajukkan bahwa sistem messenger kedua seperti regulasi kalsium, adenilat
siklase dan fosfatidilinositol dapat menjadi penyebab. Asam amino glutamate dan
glisin tampaknya menjadi neurotransmitter eksitasi utama pada sistem saraf pusat.
Glutamate dan glisin berikatan dengan reseptor N-metil-D-aspartat (NMDA), jika
berlebihan dapat memiliki efek neurotoksik. Hipokampus memiliki konsentarasi
reseptor NMDA yang tinggi, sehingga mungkin jika glutamate bersama dengan
hiperkortisolemia memerantarai efekneurokognitif pada stress kronis.4
2.5 Gejala Klinis
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi dua bagian meliputi (1) gangguan bipolar I dan (2) bipolar II.
Gangguan bipolar I ditandai adanya dua episode yang berbeda yaitu episode manik
dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi.
Pembagian PPDGJ III membagi dengan klasifikasi yang berbeda meliputi episode
saat kini yang dialami penderita. Gangguan bipolar terbentuk oleh episode berulang
(paling sedikit dua) yang tertuju pada suasana hati pasien (mood) dan aktivitas yang
7

terganggu, pada waktu tertentu gangguan ini terdiri dari suasana hati yang berubah-
ubah (mood), pada waktu lainnya bisa terjadi penurunan suasana hati (mood)
peningkatan aktivitas, energi dan perilaku (mania atau hipomania), energi dan
pengurangan aktivitas (depresi). Terlihat lebih khas ketika adanya penyembuhan
antar episode. Episode manik biasanya diawali secara tak terduga berlangsung sekitar
dua minggu sampai dengan lima bulan. Episode ini sangat sering terjadi setelah
kehidupan yang penuh beban pikiran (stres) atau trauma. Menurut PPDGJ III,
pedoman diagnostik untuk gangguan afektif bipolar, episode manik dengan psikotik,
episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk manik dengan gejala psikotik dan
harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran
di masa lampau. Keadaan tersebut disertai paling sedikit empat gejala berikut
peningkatan aktivitas atau ketidaktenangan fisik, lebih banyak bicara dari biasanya
atau adanya dorongan untuk bicara terus menerus, rasa harga diri yang melambung,
berkurangnya kebutuhan tidur, mudah teralih perhatian, keterlibatan berlebih dalam
aktivitas. Pada pasien ini terdapat gejala utama dan empat gejala lainnya yaitu
keadaan afek yang meningkat, atau iritabel, peningkatan aktivitas, lebih banyak
berbicara, lompat gagasan, berkurangnya kebutuhan tidur. Gejala-gejalan tersebut
sudah berlangsung selama satu bulan.4

2.6 Diagnosis
Tabel 12.1-3
Kriteria DSM-IV-TR Episode Manik
A. Periode terpisah mood yang secara abnormal dan persisten meningkat,
ekspansif, atau iritabel yang berlangsung hingga setidaknya 1 minggu (atau
beberapa pun lama waktunya jika memerlukan rawat inap).
B. Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut telah ada
(empat gejala jika mood hanya iritabel ) dan signifikan :
1) Harga diri membumbung atau rasa kebesaran
8

2) Berkurangnya kebutuhan tidur (cth, merasa telah beristirahat setelah tidur


hanya 3 jam)
3) Lebih banyak berbicara dari pada biasanya atau ada tekanan untuk terus
berbicara.
4) Flight of ideas atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya saling
berlomba.
5) Perhatian mudah teralih (perhatian terlalu mudah ditarik kestimulus
eksternal yang tidak penting dan tidak relevan)
6) Meningkatnya aktivitas yang berorientasi tujuan (baik secara sosial,
ditempat kerja atau sekolah, maupun secara seksual) atau agitasi
psikomotor.
7) Keterlibatan yang berlebihan didalam aktivitas yang menyenangkan dan
berpotensi tinggi memiliki akibat menyakitkan (cth, terlibat didalam
kegiatan berbelanja yang tidak bisa di tahan, tindakan seksual yang tidak
bijaksana, atau investasi bisnis yang bodoh)
C. Gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran.
D. Gangguan mood cukup berat hingga menyebabkan hendaya nyata fungsi
pekerjaan maupun aktivitas atau hubungan sosial yang biasa dengan orang
lain, atau memerlukan rawat inap untuk mencegah mencelakakan diri sendiri
atau orang lain, atau terdapat cirri psikotik.
E. Gejala tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung suatu zat (cth, obat
yang disalahgunakan, obat, atau terapi lain) atau kondisi medis umum (cth,
hipertiroidisme).

Tabel 12.1-4
Kriteria DSM-IV-TR Episode Hipomanik
A. Periode terpisah mood yang secara persisten meningkat, ekspansif, atau
iritabel, berlangsung hingga setidaknya 4 hari, yang secara nyata berbeda dari
mood nondepresi yang biasa.
9

B. Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut telah ada
(empat gejala jika mood hanya iritabel) dan signifikan :
1) Harga diri yang memumbung atau rasa kebesaran
2) Berkurangnya kebutuhan tidur (cth, merasa telah beristirahat setelah tidur
hanya tiga jam)
3) Lebih banyak berbicara daripada biasanya atau ada tekanan untuk terus
bicara
4) Flight of idea atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya saling
berlomba.
5) Perhatian mudah teralih (perhatian terlalu mudah ditarik ke stimulus
eksternal yang tidak penting dan tidak relevan)
6) Meningkatnya aktivitas yang berorientasi tujuan (baik secara sosial,
ditempat kerja atau sekolah, atau secara seksual) atau agitasi psikomotor.
7) Keterlibatan yang berlebihan didalam aktivitas yang menyenangkan dan
berpotensi tinggi memiliki akibat menyakitkan (cth, terlibat didalam
kegiatan berbelanja yang tidak bisa ditahan, tindakan seksual yang tidak
bijaksana atau investasi bisnis yang bodoh))
C. Episode ini disertai perubahan jelas fungsi yang tidak khas pada orang
tersebut ketika tidak bergejala.
D. Gangguan mood dan perubahan fungsi dapat diamati orang lain.
E. Episode ini tidak cukup berat untuk menimbulkan hendaya nyata fungsi
pekerjaan dan sosial, atau memerlukan rawat inap, dan tanpa cirri psikotik.
F. Gejala tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung suatu zat (cth, obat yang
disalahgunakan, obat, atau, terapi lain) atau kondisi medis umum (cth,
hipertiroidisme).

Tabel 12.1-17
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Bipolar II
A. Adanya (riwayat) satu atau lebih episode depresi berat.
10

B. Adanya (riwayat) setidaknya satu episode hipomanik.


C. Sebelumnya ada setidaknya satu episode manic atau campuran.
D. Gejala mood kriteria A dan B sebaiknya tidak dimasukkan kedalam gangguan
skizoafektif dan tidak tumpang tindih dengan gangguan psikotik yang tidak
tergolongkan.
E. Gejala secara klinis menimbulkan penderitaan yang bermakna atau hendaya
fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
Tentukan episode terkini :
Hipomanik : jika kini (terkini) berupa episode hipomanik.
Depresi : jika kini (terkini) berupa episode terberat.
Jika seluruh kriteria saat ini memenuhi episode depresi berat, tentukan status
dan/atau cirri klinis saat ini:
Ringan, sedang, berat tanpa cirri psikotik/berat dengan cirri psikotik.
Catatan : kode lima digit tidak dapat digunakan di sini karena kode gangguan
bipolar II sudah menggunakan digit kelima.
Kronik
Dengan cirri katatonik
Dengan cirri melainkolik
Dengan cirri atipikal
Dengan awitan pasca melahirkan
Jika seluruh kriteria saat ini tidak memenuhi episode hipomanik atau episode
depresi berat, tentukan status klinis gangguan bipolar II dan atau cirri episode
depresi berat terkini (hanya jika merupakan tipe episode mood terkini):
Dalam remisi parsial, dalam remisi penuh. Catatan: kode lima digit tidak dapat
digunakan disini karena kode untuk gangguan bipolar II sudah menggunakan digit
kelima.
Kronik
Dengan cirri katatonik
Dengan cirri melankolik
11

Dengan cirri atipikal


Dengan awitan pasca melahirkan
Tentukan:
Poin penentu perjalanan longitudinal (dengan atau tanpa pemulihan antar
episode)
Dengan pola musiman (hanya berlaku untuk pola episode depresi berat)
Dengan siklus cepat.
2.7 Pengobatan
Pasien yang memiliki gangguan bipolar sangat membutuhkan semangat serta
dorongan untuk mempertahankan dan melanjutkan pengobatan dengan segala
keterbatasannya lithium yang merupakan salah satu pengobatan yang telah lama
digunakan pada penderita gangguan bipolar. Meskipun saat ini terdapat obat- obat
terbaru yang sudah ditemukan, namun kasus bunuh diri masih sering dilakukan.
Pada masa anak-anak dan masa remaja gangguan bipolar dapat disembuhkan
dengan lithium. Litium karbonat merupakan obat pilihan utama untuk meredakan
sindrom mania akut atau profilaksis terhadap serangan sindrom mania yang
kambuhan pada gangguan afektif bipolar. Efek anti mania dari lithium disebabkan
kemampuan mengurangi dopamine receptor supersensitivity, dengan
meningkatkan cholinergic muscarinic activity, dan menghambat Cyclic AMP
(adenosine monophosphate) & phosphoinositides.Penggunaan lithium
dikontraindikasi pada gangguan ginjal karena akan menghambat proses ekskresi
yang nantinya dapat menghasilkan toksik. Dilaporkan juga lithium dapat merusak
ginjal bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Karena kontraindikasi
itulah, penggunaan lithium mulai ditinggalkan pemakaiannya. Pada pasien ini
diberikan antipsikotik tipikal haloperidol untuk mengatasi hiperaktivitas,
impulsivitas, iritabilitas dengan onset yang cepat. Ketelitian harus dilakukan jika
ingin memberi antipsikotik jangka panjang khususnya pada generasi pertama
(golongan tipikal) karena dapat menimbulkan adanya efek samping.
12

Trihexyphenidyl diberikan untuk mencegah gangguan ekstrapiramidal, sindrom


neuroleptic maligna, dan tardive dyskinesia.1,6
Tujuan Terapi :
1. Mengurangi gejala bipolar
2. Mencegah episode berikutnya
3. Meningkatkan kepatuhan pasien pada pengobatan
4. Menghindari stressor yang dapat memicu kejadian episode
5. Mengembalikan fungsi-fungsi kehidupan menjadi normal
Strategi terapi5
1. Terapi non farmakologi
Psychoeducation for the patient and family
Psikoterapi Stress reduction (relaxation, yoga, massage, etc)
Sleep, nutrition, exercise support outcomes
ECT(electroconvulsive therapy)
2. Terapi farmakologis menggunakan obat-obat mood stabilizer Contoh:
Lini pertama :Lithium, Valproat, dll.
Lini kedua/alternatif: Carbamazepin, Gabapentin, lamotrigin,
topiramat (antikonsvulsan), nimodipin, verapamil (Ca bloker),
olanzapin, risperidon (antipsikotik atipikal)

BAB III
KESIMPULAN

Gangguan bipolar merupakan gangguan yang terdiri dari afek yang


meningkat, dan juga aktivitas yang berlebih (mania atau hipomania), dan
dalam jangka waktu yang berbeda terjadi penurunan afek yang disertai dengan
penurunan aktivitas (depresi).
13

Lebih dari 2 juta orang AS (atau 1 % populasi) berusia 18 th ke atas


menderita bipolar Umumnya berkembang pada akhir masa remaja atau awal
masa dewasa, namun mungkin ada juga yang memulai gejalanya sejak anak-
anak Sering tidak dikenal sebagai penyakit, sehingga baru ketahuan setelah
agak lama diderita

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusdi Maslim. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian


Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
2. Ketter TA. Diagnostic features, prevalence, and impact of bipolar disorder. J
Clin Psychiatry. Jun 2010;71(6):e14
14

3. Chawla, J.M., Singh-Balhara, Y.P., Mohan, I. and Sagar, R. 2006. Chronic


mania: an unexpectedly long episode. Indian Journal of Medical Science,
60(5).
4. Kaplan & Sadock. Gangguan Mood/Suasana Perasaan. Buku Ajar Psikiatri
Klinis, EGC, Edisi 2. 2010
5. Zulies Ikawati. Bipolar. Lecture Notes. 2009
6. Soreff S. Bipolar affective disorder treatment & management. 2011. Diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/2 86342-Treatment.

Anda mungkin juga menyukai