Anda di halaman 1dari 10

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

PEMUDA DAN SOSIALISASI


Kasus Skandal Ariel Dengan Beberapa Artis Wanita Terkenal Di
Indonesia

Nama : Zico Hardianto


NIM : F1D115036
Program Studi : Teknik Pertambangan
Jurusan : Teknik Kebumian

LABORATORIUM ENERGI REKAYASA DAN MATERIAL II


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fenomena pornografi dan pornoaksi dewasa ini telah mencapai


perkembangan yang sangat pesat, sudah menyentuh setiap lapisan masyarakat
tanpa terhalang oleh sekat-sekat geografis lagi. Bahkan masyarakat pedesaan yang
secara geografis jauh dari kota, di mana diasumsikan sebagai sentra pornografi
dan pornoaksi, pun tak luput terjamah.
Tentu banyak faktor yang melatarbelakanginya. Antara lain misalnya
model busana yang masih menampilkan aurat, media massa baik cetak maupun
elektronik, termasuk juga (terutama) internet, tentu saja ikut andil dalam
penyebaran pornografi dan pornoaksi tersebut.
Sebab pornografi adalah substansi dalam media massa atau alat
komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan tentang seks, cabul atau
erotika. Biasanya aksi porno digambarkan dengan lukisan atau gambar yang
kemudian dikonsumsi publik lewat media cetak. Sedangkan pornoaksi adalah
perbuatan, sikap, perilaku, gerakan tubuh ataupun suara yang erotis dan sensual,
baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja, secara perseorangan
atau berkelompok.
Meski tidak sepenuhnya disebabkan oleh media massa, namun suguhan
berita serta tayangan yang mengusung tema seksualitas berikut derivasinya secara
tak langsung telah memantik imajinasi publik tentang pornografi dan pornoaksi.
Belum lagi internet di mana situs-situs porno begitu gampang diakses tanpa filter
yang ketat jelas menjadi media efektif bagi mewabahnya pornografi dan
pornoaksi.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu porno ?

2. apa faktor penyebab terjadinya porno ?

3. Apa hukuman yang diberikan terhadap pelaku porno ?

4. Bagaimana porno dalam pandangan islam ?

5. Dampak Porno Bagi Pelaku Dan Masyarakat Luas ?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mendorong terjadinya porno

2. Untuk mengetahui dampak yang timbul dari dari perbuatan pornografi


dan pornoaksi baik bagi pelakunya senidir maupun bagi masyarakat
luas.

3. Untuk mengetahui solusi dalam menangani permasalahan mengenai


porno.
BAB II

METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu deskripsi,


dengan menggunakan beberapa kajian teori, data dan sumber yang di dapat
penulis melalui proses membaca, dan informasi dari berbagai media informasi
khususnya internet.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Pornografi

Secara etimologi, pornografi berarti suatu tulisan yang berkaitan dengan


masalah-masalah pelacuran dan tulisan itu kebanyakan berbentuk fiksi (cerita
rekaan) yang materinya diambil dari fantasi seksual, pornografi biasanya tidak
memiliki plot dan karakter, tetapi memiliki uraian yang terperinci mengenai
aktivitas seksual, bahkan sering dengan cara berkepanjangan dan kadang-kadang
sangat menantang.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, Pornografi artinya :


1) Pengambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk
membangkitkan nafsu birahi.
2) Bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk
membangkitkan nafsu birahi dalam seks.

Terdapat beberapa kriteria dalam pornografi :

- Sengaja membangkitkan nafsu birahi orang lain,


- Bertujuan merangsang birahi orang lain/khalayak,
- Tidak mengandung nilai (estetika, ilmiah, pendidikan),
- Tidak pantas menurut tata krama dan norma etis masyarakat setempat, dan
- Bersifat mengeksploitasi untuk kepentingan ekonomi, kesenangan pribadi,
dan kelompok.

3.2 Faktor Penyebab Terjadinya Porno

kesepian,
kurang percaya diri,
dan kurangnya pengendalian diri terhadap masalah seksual.

Adapun factor lain penyebab terjadinya pornografi yaitu :


a. Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi informasi dalam lingkungan global sangat begitu
pesat dan dampaknya telah kita rasakan sampai sekarang ini, baik dampak positif
maupun dampak negatif.Untuk itu fungsi ibadah sangat berperan penting dalam
perkembangan teknologi informasi, dengan beribadah kita dapat memfilter
perkenmbangan dan kita terhindar dari dampak negatifnya.

b. Keluarga

Kurangnya bimbingan dan pengawasan orang tua sudah pasti akan


membuat anak menjadi liar, orang tua yang terlalu percaya kepada anak tanpa
mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh anak-anaknya merupakan tindakan yang
salah yang berakibat fatal bagi si anak sendiri. Bahkan bukan tidak mungkin
sebenarnya orang tua sendiri yang menjerumuskan anaknya.
Orang tua juga seringkali memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Memperhatikan pendidikan dasar agama dan prakteknya.
2. Berkomunikasi yang baik dan benar dengan anak-anak.
3. Mempunyai waktu yang cukup dengan anak (terlalu sibuk dengan urusan
sendiri misal pekerjaan).
4. Tanggap dan gagap teknologi
c. Lingkungan
Sekuat apapun kita mempertahankan diri kalau lingkungan dan orang-
orang terdekat kita tidak mendukung kita, bukan tidak mungkin kita yang
akhirnya terikut dengan mereka.
d. Iman yang lemah
Seseorang yang tidak punya iman dihatinya sudah pasti dia tidak tahan
dengan godaan duniawi yang memang berat, sekecil apapun godaan itu
apalagi godaan berat.

F. Ketagihan
sex sama seperti orang makan, kebutuhan mutlak setiap orang. Tetapi
kalau dia tidak dikelola dengan benar akibatnya bisa gawat. Sekali saja mencoba
pasti akan mau lagi, dan mau lagi, sama seperti kecanduan.

3.3 Tinjauan Hukum Dan Sosiologis Terhadap Kasus Video Porno


Indonesia memiliki beberapa peraturan hukum bagi pelanggar kesusilaan
dan pornografi. Undang-undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dapat
menjerat pelaku atas perbuatan yang melanggar kesusilaan dan pornografi. Dalam
Pasal 4 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa membuat; memproduksi,
dan memperbanyak hal-hal yang berbau porno dan penyimpangan susila dapat
diancam hukuman pidana.
Pada kasus skandal ariel ini terdapat beberapa kejahatan kesusilaan di
negeri ini yang sedang terjebak paradigma ideologi hukum sekuleristik, yaitu
sebuah ideologi hukum yang menihilkan nilai-nilai relijiusitas. Memang betul
negeri ini boleh disebut sebagai negeri berpenduduk mayoritas muslim yang
sangat menjunjung tingi nilai-nilai moralitas, tapi dari segi pengaturan dogma
hukum menyangkut kejahatan kesusilaan, masih terlihat ambigu. Pemberlakuan
pasal 282 KUH pidana yang notabene merupakan produk peninggalan
kolonialisme Belanda, hanya menyebutkan perzinahan sebagai perbuatan kriminal
bila dua pasangan yang bersenggama di luar pernikahan, salah satu atau di antara
kedua pasangan itu masih terikat perkawinan sah dengan orang lain.

3.4 Porno Dalam Pandangan Islam

Diriwayatkan dari al-Miqdad bin al-Aswad r.a, ia berkata, Rasulullah saw.


bersabda kepada para sahabatnya, Bagaimana pandangan kalian tentang zina?
Mereka berkata, Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya maka ia haram
sampai hari kiamat. Beliau bersabda, Sekiranya seorang laki-laki berzina
dengan sepuluh orang wanita itu lebih ringan daripada ia berzina dengan isteri
tetangganya, (Shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad [103].

Islam berpandangan bahwa pornografi adalah semua produk berupa


gambar, tulisan, suara dan sebagainya yang memperlihatkan, menggambarkan,
dan menguraikan segala hal tentang aurat pria dan wanita atau proses hubungan
rumah tangga tanpa tujuan yang dibenarkan oleh hokum islam, misalnya untuk
pendidikan, media, maupun hukum. Pembahasan aurat dalam Islam menduduki
arti penting dan mendapat perhatian yang besar, karena aurat mempunyai
beberapa aspek berkaitan dengan beberapa hal seperti ibadah, etika pergaulan
antara laki-laki dan perempuan, antara muhrim dan bukan muhrim, serta aurat
dalam kaitannya dengan hokum berpakaian. Secara umum aurat diartikan sebagai
bagian anggota tubuh yang tidak patut diperlihatkan kepada orang lain dan
bagian-bagian itu ada beberapa macam sesuai dengan situasi dan kondisi.

Oleh karenanya memperlihatkan aurat yaitu bagian tubuh antara pusar dan
lutut bagi laki-laki serta seluruh bagian tubuh wanita selain muka, telapak tangan
dan telapak kaki adalah haram kecuali dalam hal-hal yang dibenarkan secara
syari.

3.5 Dampak Porno Bagi Pelaku Dan Masyarakat Luas


I. Meningkatnya kriminalitas : berita perkosaan dengan pelaku dan korban
mulai usia dewasa sampai anak-anak, kini menjadi santapan kita setiap hari lewat
televisi dan koran-koran. Tidak heran ribuan anak-anak yang seharusnya riang
gembira meniti masa muda dengan seabreg prestasi, kini mebelenggukan diri
kepada pencuri masa depan di balik dinginnya tembok lp anak.

2. Resiko psikologis dan ancaman terhadap pendidikan :

1. Adiksi : ketagihan
2. Eskalasi: Peningkatan kualitas ketagihan menjadi perilaku yang semakin
menyimpang misalnya seks dengan kekerasan, sesama jenis, hingga
dengan hewan bahkan mayat.
3. Desentisisasi : Kian menipisnya sensitifitas. Pelaku kian permisif dan kian
kebal dengan segala sesuatu yang berbau porno, karena dianggap sebagai
hal yang lumrah.
4. Acting Out : Pecandu pornografi mulai mempraktekan ( melakukan
tindakan di dunia nyata ) Mencari pasangan bersetubuh, mulai relasi suka
sama suka, yang halal maupun yang haram. Jika tidak ada maka mereka
akan mencari budak nafsu yang bisa dibeli ( pekerja seks
komersial/pelacur ). Bagi mereka yang tidak punya istri/suami, dan tidak
punya uang untuk mencari wanita panggilan, maka mereka akan
memperkosa siapa saja. Yang paling mudah tentu saja anak-anak. Maka
tidak aneh, kian hari kasus perkosaan terhadap anak-anak juga kian
meningkat.

3. Pergeseran nilai-nilai : Maraknya pornografi yang dari hari ke hari, kini


tergambar jelas di berbagai media, terutama media internet. Pornografi tidak
hanya mudah diakses di situs porno berbayar, namun juga merambahi situs-situs
jejaring sosial. Begitu mudah dan biasanya anak-anak muda yang berstatus pelajar
dan mahasiswa membuka seluruh bagian tubuhnya di chatroom misalnya, Tak
salah media televisi tidak malu-malu ikut ambil bagian, termasuk mengekspos
perilaku seks bebas di kalangan selebriti.

4.Resiko kesehatan : kecanduan pornografi, akan terjadi tahapan tertentu


sesuai kadar kecanduan. Dan ketika sudah sampai pada tahap 2-3 hingga empat,
akan ada perubahan perilaku dan kecenderungan untuk mempraktekannya di
dunia nyata.Untuk itu mereka akan dihadang oleh resiko kesehatan. Salah satunya
penyakit kelamin

. BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hal-hal yang telah penyusun uraikan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan daari makalah yang disusun yaitu :

1. Adanya problem definisi kejahatan kesusilaan di negeri ini yang sedang


terjebak paradigma ideologi hukum sekuleristik, yaitu sebuah ideologi hukum
yang menihilkan nilai-nilai relijiusitas.

2. Pemberlakuan pasal 282 KUH Pidana yang notabene merupakan produk


peninggalan kolonialisme Belanda, hanya menyebutkan perzinahan sebagai
perbuatan kriminal bila dua pasangan yang bersenggama di luar pernikahan,
salah satu atau di antara kedua pasangan itu masih terikat perkawinan sah
dengan orang lain.

3. Telah terjadi degradasi nilai apa yang disebut sebagai mesum atau bukan
mesum. Artinya, masyarakat bangsa ini memang sedang terjebak persepsi
hukum yang berkiblat sekulerisme ketika memandang persoalan hukum yang
disebut sebagai kejahatan kesusilaan. Mulai ada anggapan bahwa mesum atau
tidak, itu adalah persoalan privasi orang.

DAFTAR PUSTAKA

UU Pornografi karya Drs Usman Yatim M.Pd


Studi Kasus Pornografi (Realitas Dan Tantangan Dalam Konteks Ke-Indonesiaan)

karya Isyrokh Fuaidy Soetaman


Kumpulan Kisah Inspiratif ( Jangan Bugil diDepan Kamera), hal 32. Kick Andy
Sosiologi Suatu Pengantar ( Masalah Sosial), bab 9. Soerjono Soekanto

Anda mungkin juga menyukai