PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN MASALAH
METODE PENULISAN
PEMBAHASAN
kesepian,
kurang percaya diri,
dan kurangnya pengendalian diri terhadap masalah seksual.
b. Keluarga
F. Ketagihan
sex sama seperti orang makan, kebutuhan mutlak setiap orang. Tetapi
kalau dia tidak dikelola dengan benar akibatnya bisa gawat. Sekali saja mencoba
pasti akan mau lagi, dan mau lagi, sama seperti kecanduan.
Oleh karenanya memperlihatkan aurat yaitu bagian tubuh antara pusar dan
lutut bagi laki-laki serta seluruh bagian tubuh wanita selain muka, telapak tangan
dan telapak kaki adalah haram kecuali dalam hal-hal yang dibenarkan secara
syari.
1. Adiksi : ketagihan
2. Eskalasi: Peningkatan kualitas ketagihan menjadi perilaku yang semakin
menyimpang misalnya seks dengan kekerasan, sesama jenis, hingga
dengan hewan bahkan mayat.
3. Desentisisasi : Kian menipisnya sensitifitas. Pelaku kian permisif dan kian
kebal dengan segala sesuatu yang berbau porno, karena dianggap sebagai
hal yang lumrah.
4. Acting Out : Pecandu pornografi mulai mempraktekan ( melakukan
tindakan di dunia nyata ) Mencari pasangan bersetubuh, mulai relasi suka
sama suka, yang halal maupun yang haram. Jika tidak ada maka mereka
akan mencari budak nafsu yang bisa dibeli ( pekerja seks
komersial/pelacur ). Bagi mereka yang tidak punya istri/suami, dan tidak
punya uang untuk mencari wanita panggilan, maka mereka akan
memperkosa siapa saja. Yang paling mudah tentu saja anak-anak. Maka
tidak aneh, kian hari kasus perkosaan terhadap anak-anak juga kian
meningkat.
. BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal yang telah penyusun uraikan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan daari makalah yang disusun yaitu :
3. Telah terjadi degradasi nilai apa yang disebut sebagai mesum atau bukan
mesum. Artinya, masyarakat bangsa ini memang sedang terjebak persepsi
hukum yang berkiblat sekulerisme ketika memandang persoalan hukum yang
disebut sebagai kejahatan kesusilaan. Mulai ada anggapan bahwa mesum atau
tidak, itu adalah persoalan privasi orang.
DAFTAR PUSTAKA