Anda di halaman 1dari 9

9.Jelaskan mengapa pasien tidak BAB tidak pernah puas?

Sakit perut melilit, muntah-muntah, tidak bias buang air besar dan tidak bias flatus
dari scenario kemungkinan terjadi akibat adanya suatu etiologi dari obstruksi
misalnya karena parasite, benda asing, stenosis (radang kronik) keganasan dan tumor
intra abdomen yang menyebabkan terjadinya ileus obstruksi artinya terjadi kerukan
atau kehilangan pasase usus yang disebabkan oleh sumbatan lumen usus sehingga
proses perjalanan makanan di lumen usus terganggu yang akan menyebabkan
penggumpalan isi lumen usus atas gas dan cair, jika terjadi penggumpalan isi lumen
usus tersebut maka akan terjadi suatu pelebaran dinding usus (distensi), distensi dan
penyumbatan tersebut akan membuat cairan kelenjar pencernaan mengalami
kelebihan dalam sekresi atau hiperperistaltik usus sehingga akan mengakibatkan
pasien mengeluh kolik abdomen (nyeri abdomen) dan muntah-muntah. Selain itu,
jika pada kasus ini tidak terlalu besar (belum menutup lumen usus 100%) maka hal
tersebut mengakibatkan buang air besar pada pasien tidak terlalu puas.

18.KARSINOMA KOLON

DEFINISI

Kanker usus besar berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau
jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus).Sebagian besar kanker
usus besar adalah adenokarsinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta
melepaskan lendir dan cairan lainnya).

Kanker usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus
besar atau rektum.Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas atau adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat).Kanker kolon dan rektum umumnya mulai tumbuh pada permukaan bagian dalam
(mukosa) yang mengarah ke dalam rongga. Pada stadium awal dimana kanker masih ukuran
kecil, maka tidak akan pernah ada gejala yang dirasakan oleh penderita, dan juga tidak akan
teraba adanya benjolan karena letaknya yang di dalam usus. Penderita juga tidak akan pernah
mengeluh adanya rasa sakit. Hal inilah yang sering menyebabkan penderita datang ke dokter
sudah dalam keadaan terlambat yaitu stadium lanjut.
Penelitian menemukan faktor-faktor risiko berikut ini untuk kanker usus besar:

Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon
atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.

Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn


Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis
ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar

Riwayat kanker pribadi


Orang yang sudah pernah terkena kanker usus besar dapat terkena kanker usus besar
untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus
(endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena
kanker usus besar

Riwayat kanker usus besar pada keluarga


Jika Anda mempunyai riwayat kanker usus besarl pada keluarga, maka kemungkinan
Anda terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara anda terkena kanker pada
usia muda.

Faktor gaya hidup


Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit buah-
buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker usus besar.
Studi-studi lain mengisyaratkan peran obesitas dan aktifitas fisik sebagai faktor resiko
untuk kanker kolon.

Faktor makanan yang paling banyak mendapat perhatian sebagai faktor predisposisi
tingginya insidens kaker adalah (1) asupan kalori makanan yang berlebihan dibandingkan
dengan kebutuhan, (2) rendahnya kandungan serat sayuran yang tidak terserap dalam
makanan, (3) tingginya kandungan karbohidrat olahan, (4) asupan daging merah, dan (5)
kurangnya asupan mikronutrien protektif. Dihipotesiskan bahwa berkurangnya
kandungan serat menyebabkan berkurangnya masa tinja, meningkatnya waktu transit di
usus dan berubahnya flora bakteri usus.Oleh karena itu, konsentrasi produk-produk
sampingan penguraian oksidatif karbohidrat oleh bakteri yang berpotensi toksik
meningkat di tinja dan berkontak lebih lama dengan mukosa kolon.Selain itu, asupan
kolesterol yang tinggi dalam daging merah meningkatkan sintesis asam empedu oleh hati,
yang pada gilirannya mungkin diubah menjadi karsinogen oleh bakteri usus. Diet bahan-
bahan olahan juga kurang mengandung vitamin A, C dan E yang dapat bekerja sebagai
pembersih radikal oksigen. Meskipun spekulasi ini menarik, mekanisme efek makanan ini
masih belum dibuktikan.Memang, studi-studi terakhir mempertanyakan anggapan bahwa
diet rendah lemak tinggi serat dapat melindungi tubuh dari timbulnya adenoma
kolorektum, yaitu prekursor kanker kolon.

Usia di atas 50
Kanker usus besar biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90
persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.

EPIDEMOLOGI

Insidens kanker kolorektum adalah 60 dan 79 tahun. Kurang dari 20% kasus terjadi
sebelum usia 50 tahun. Jika ditemukan kanker kolorektum pada usia muda, perlu dicurigai
adanya kolitis ulseratif atau salah satu sindrom poliposis. Untuk lesi di rektum, rasio pria
terhadap wanita adalah 1,2:1; untuk tumor yang terletak lebih proksimal, tidak terdapat
perbedaan jenis kelamin. Karsinoma kolorektum tersebar di seluruh dunia dengan angka
kematian tertinggi di AS, Australia, Selandia Baru dan negara-negara di Eropa
Timur.Insidensnya jelas lebih rendah 10 kali lipat di Meksiko, Amerika Selatan dan
Afrika.Faktor lingkungan, terutama kebiasaan makan diduga berperan dalam perbedaan
geografik yang mencolok dalam insidens penyakit ini. Orang Jepang dan Polandia yang telah
bermigrasi dari daerah mereka yang beresiko rendah ke AS, dalam waktu sekitar 20 tahun
akan berlaku tingkat insidensi yang sesuai lingkungan baru mereka, kedua kelompok tersebut
umunya mengadopsi kebiasaan makan AS. Studi-studi lain mengisyaratkan peran obesitas
dan aktifitas fisik sebagai faktor resiko untuk kanker kolon.

Pada tahun 2002 terdapat lebih dari 1 juta insiden kanker usus besar dengan tingkat
mortalitas lebih dari 50%. 9,5 persen pria penderita kanker terkena kanker usus besar.
Departemen Kesehatan Indonesia melaporkan angka 1,8 per 100 ribu penduduk. Sejak tahun
1994-2003, terdapat 372 keganasan usus besar yang datang berobat ke RS Kanker Dharmais
(RSKD). Berdasarkan data rekam medik hanya didapatkan 247 penderita dengan catatan
lengkap, terdiri dari 203 (54,57%) pria dan 169 (43,45%) wanita berusia antara 20-71 tahun.

MANIFESTASI KLINIK
Histologi
Dari 201 kasus kanker usus besar periode 1994-2003 di RS Kanker Dharmais
(RSKD) didapatkan bahwa tipe histopatologis yang paling sering dijumpai adalah
adenocarcinoma

Lokasi Kanker
Dua pertiga dari kanker usus besar muncul pada kolon kiri dan sepertiga muncul pada
kolon kanan. (Sebagian besar terdapat di rektum (51,6%), diikuti oleh kolon sigmoid
(18,8%), kolon descendens (8,6%), kolon transversum (8,06%), kolon ascendens (7,8%),
dan multifokal (0,28%).

Gejala
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan dengan suplai
darah yang diterima.Arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan
(caecum, kolon ascendens dan duapertiga proksimal kolon transversum), dan arteri
mesenterika inferior yang memperdarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum,
kolon descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum).
Gambaran klinis sangat bervariasi dan tidak spesifik.Bisa dijumpai tanpa keluhan
sampai adanya keluhan yang berat dan sangat tergantung pada lokasi dan besarnya tumor.
Tumor yang berada pada kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung
tetap tersamar hingga lanjut sekali.Sedikit kecenderungan menyebabkan obstruksi karena
lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Gejala klinisnya:

Sering berupa rasa penuh


Nyeri abdomen, nyeri alih ke umbilikus atau punggung
Perdarahan dan symptomatic anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan
penurunan berat badan)
Tumor yang memproduksi mukus dapat menyebabkan diare. warna feses menjadi
gelap
Tumor seringkali menyebabkan perdarahan samar yang tidak disadari oleh pasien.
Kehilangan darah dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi
Masa abdomen yang dapat diraba di kuadran kanan bawah.
Tumor yang berada pada kolon kiri, gejala klinisnya:
Perubahan pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan.
Perubahan yang nyata pada kebiasaaan usus (konstipasi atau diare, tinja berbentuk
pensil/ pita tenesmus)
Darah makroskopis pada tinja
Nyeri rektal , punggung, kuadran kiri bawah
Anemia, penurunan berat badan
Massa yang dapat diraba dan terdeteksi dengan pemeriksaan digital / endoskopik
Adanya masa pada fosa iliaca kiri
Mengecilnya ukuran feses

METASTASE

Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada saat
direseksi.Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus.Metastase sering
ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal, ovarium dan tulang.

ALUR DIAGNOSTIK

1. Anamnesis
Menggali tentang perubahan kebiasaan pada usus besar seperti diare dengan
atau tanpa darah pada feces klien mungkin merasa perutnya terasa penuh, nyeri atau
berat badan turun tetapi biasanya hal tersebut terlambat ditemukan.Riwayat penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Ca Colon tergantung pada letak tumor. Tanda-tanda yang biasanya
terjadi adalah:

Perdarahan pada rektal


Anemia
Perubahan feces
Kemungkinan darah ditunjukan sangat kecil atau lebih hidup seperti mahoni atau
bright-red stooks.Darah kotor biasanya tidak ditemukan tumor pada sebelah kanan
kolon tetapi biasanya (tetapi bisa tidak banyak) tumor disebelah kiri kolon dan
rektum.

Hal pertama yang ditunjukkan oleh Ca Colon adalah:

Teraba massa
Pembuntuan kolon sebagian atau seluruhnya
Perforasi pada karakteristik kolon dengan distensi abdominal dan nyeri
Ini ditemukan pada indikasi penyakit Cachexia.
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat
dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan
biopsi.
2) Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah: foto dada dan
foto kolon (barium enema). Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat
ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan
tindakan pembedahan.Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect
pada suatu tempat atau suatu striktura.MRI dan Ultrasonografi (USG) jugda dapat
dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening
di abdomen dan di hati.
3) Histopatologi
Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat
untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis.Gambaran
histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan
differensiasi sel.
4) Laboratorium (Hitung Jumlah Darah Lengkap dengan Diferensial dan Trombosit)
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah
dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.
Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian
setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker
(petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA.Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml
biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut.Berdasarkan
penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma
kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus
stadium III.Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya
secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
5) Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum)
Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan
dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.

PENATALAKSANAAN

BEDAH
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan
adalah sebagai berikut:
1. Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah, dan nodus limpatik.
2. Reseksi abdominoperineal dengan colostomy sigmoid permanen (pengangkatan tumor
dan porsi sigmoid permanen dan semua rectum serta sfingter anal)
3. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan
persiapan usus sebelum reseksi)
4. Kolostomi permanen dan ileiostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak
dapat di reseksi)

Pembedahan Reseksi

Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya


diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan
proksimal dari tempat kanker.Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya
dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di
kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat
anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan
hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal.Untuk kanker di
rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat
anastomosis.Desenden kolorektal.Pada kanker di rektum bawah dilakukan
proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari


pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini
dapat bersifat sementara atau permanen.

Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah untuk tindakan dekompresi usus pada kasus
sumbatan/obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum
karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum
dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma
sementara).

NON-BEDAH
Terapi radiasi
Persiapan penggunaan radiasi dapat diberikan pada pasien yang menderita Ca
kolorektal yang besar, walaupun ini tidak dilaksanakan secara rutin.Terapi ini
dapat menyebabkan kesempatan yang lebih banyak dari tumor tertentu, yang
mana terjadi fasilitas reseksi tumor selama pembedahan.
Radiasi dapat digunakan post operatif sampai batas penyebaran metastase.
Sebagai ukuran nyeri, terapi radiasi menurunkan nyeri, perdarahan, obstruksi usus
besar atau metastase ke paru-paru dalam perkembangan penyakit.
Kemoterapi
Obat non sitotoksik memajukan pengobatan terhadap Ca kolorektal kecuali
batas tumor pada anal kanal. Bagaimanapun juga 5 fluorouracil (5-FU,Adrucil)
dan levamisole (ergamisol) telah direkomendasikan terhadap standar terapi untuk
stadium khusus pada penyakit (contoh stadium III) untuk mempertahankan hidup.
Kemoterapi juga digunakan sesudah pembedahan untuk mengontrol gejala-gejala
metastase dan mengurangi penyebaran metastase.Kemoterapi intrahepatik arterial
sering digunakan 5 FU yang digunakan pada klien dengan metastasis liver.
Diet
Menurunkan lemak total dari 40 ke 30% dari total kalori, (b) meningkatkan
konsumsi makanan yang mengandung serat, (c) membatasi makanan yang
diasinkan, diawetkan dan diasapkan, (d) membatasi makanan yang mengandung
bahan pengawet, (e) mengurangi konsumsi alkohol, (f) Berolahraga dan banyak
bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar, dan (g)
Hidup rileks dan kurangi stress.

PROGNOSIS

Prognosis pasien berhubungan dengan dalamnya penetrasi tumor ke dinding kolon.

Anda mungkin juga menyukai