MAkalah Pankreatitis
MAkalah Pankreatitis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pankreatitis adalah reaksi peradangan pankreas. Berdasarkan The Second
International Symposium on The Classification of Pancreatitis, pancreatitis
diklasifikasikan menjadi pancreatitis akut dan kronik. Secara klinis pankreatitis akut
ditandai oleh nyeri perut yang akut disertai dengan kenaikan enzim dalam darah dan urin.
Perjalanan penyakitnya sangat bervariasi dan ringan yang self limited sampai sangat berat
yang disertai dengan ranjatan dengan gangguan ginjal dan paru paru yang berkakibat
fatal.
Pada pankreatits yang berat, enzim enzim pankreas, bahan bahan vasoaktif dan
bahan bahan toksik lainnya keluar dari saluran pankreas dan masuk ke dalam ruang
pararenal anterior dan ruang lain seperti ruang pararenal posterior, lesser sac dan rongga
peritoneum. Penyulit yang serius dapat timbul seperti kehilangan cairan yang banyak
mengandung protein, hipovolemia, dan hipotensi.
Faktor yang menentukan beratnya pankreatitis akut sebagian besar belum
diketahui. Hampir 80% kasus pankreatitis akut, jaringan pankreas mengalami inflamasi
tetapi masih hidup, yang disebut pankreatitis intertisial, sisanya mengalami nekrosis
pankreas atau peripankreas yang merupakan komplikasi yang berat, mengancam jiwa dan
memerlukan perawatan intensif.
Pada pankreatitis kronik jarang didapatkan, akan tetapi insidens makin meningkat
di negara Asia. Diagnosis dan penatalaksanaan pankreatitis kronik seringkali tidak mudah
dan memerlukan teknologi canggih. Komplikasi pankreatitis kronik cukup banyak dan
dapat membahayakan jiwa.
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21
3
1
4
1
5
1
6
2.3.3. Patofisiologi
Pankreatitis akut dimulai sebagai suatu proses autodigesti di dalam kelenjar akibat
aktivasi prematur zimogen (prekursor dari enzim digestif) dalam sel-sel sekretor pankreas
(asinar), sistem saluran atau ruang interstisial. Gangguan sel asini pankreas dapat terjadi
karena beberapa sebab:
Obstruksi duktus pankreatikus. Penyebab tersering obstruksi adalah batu
empedu kecil (microlithiasis) yang terjebak dalam duktus. Sebab lain adalah
karena plug protein (stone protein) dan spasme sfingter Oddi pada kasus
pankreatitis akibat konsumsi alkohol.
Stimulasi hormon cholecystokinin (CCK) sehingga akan mengaktivasi enzim
pankreas. Hormon CCK terstimulasi akibat diet tinggi protein dan lemak
(hipertrigliseridemia) dapat juga karena alcohol.
Iskemia sesaat dapat meningkatkan degradasi enzim pankreas. Keadaan ini
dapat terjadi pada prosedur operatif atau karena aterosklerosis pada arteri di
pankreas.
Gangguan di sel asini pankreas akan diikuti dengan pelepasan enzim pankreas,
yang selanjutnya akan merangsang sel sel peradangan untuk mengeluarkan mediator
inflamasi (bradikinin, platelet activating factor [PAF]) dan sitokin pro inflammatory
(TNF-, IL-1 beta, IL-6, IL-8 dan intercellular adhesive molecules (ICAM 1) dan
vascular adhesive molecules (VCAM) sehingga menyebabkan permeabilitas vaskular
meningkat, teraktivasinya sistem komplemen dan ketidak seimbangan sistem trombo-
fibrinolitik. Kondisi tersebut akhirnya memicu terjadinya gangguan mikrosirkulasi, stasis
mikrosirkulasi, iskemia dan nekrosis sel-sel pankreas.
1
7
1
8
1
9
duodenum distal, maka akan tampak gambaran duodenal cut off sign.
Kadang kadang tampak gaster terpisah dari fleksura dodenoyeyunal
dan kolon. Dilatasi kolon ascendens dan transversum yang berisi gas
disertai dengan menghilannya udara dalam kolon desenden; colon cut
off sign disebabkan karena penyebaran enzim enzim pancreas dan
eksudat purulen sepanjang bidang aksial disekitar arteri mesenterika
superior dan mesokolin transversum.
1
10
1
11
1
12
1
13
1
14
1
15
Gambar. Tampak pembesaran pancreas dengan ekogenitas yang heterogen tanpa disertai
cairan peripankreatik.
1
16
1
17
1
18
1
19
1
20
1
21
Gambar. Gambaran gastric outlet obstruction sebagai akibat dari penyempitan dari
antrum dan proksimal duodenum
1
22
2.3.5. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dapat bersifat lokal maupun sistemik, komplikasi lokal
meliputi kumpulan cairan akut, nekrosis,abses, dan pseudosit (kumpulan getah pankreas
dan pecahan jaringan yang selaputi dengan dinding berserat atau jaringan berbentuk
granul) yang berkembang sekitar 4 6 minggu setelah serangan awal. Abses pankreatik
biasanya merupakan infeksi sekunder dari nekrosis jaringan atau pseudosit dan terkait
dengan keparahan penyakit. Kematian biasanya disebabkan nekrosis infeksi dan sepsis.
Asites pankreatik terjadi ketika sekresi pankreas menyebar ke rongga peritoneal.
Komplikasi sistemik meliputi gangguan kardiovaskular, renal, pulmonary,
metabolik, hemoragik, abnormalitas sistem saraf pusat. Shock adalah penyebab utama
kematian. Hipotensi terjadi akibat hipovolemia, hipoalbuminemia, dan rilis kinin serta
sepsis. Komplikasi renal biasanya disebabkan hipovolemia. Komplikasi pulmonal
berkembang ketika terjadi akumulasi cairan diantara rongga pleura dan menekan paru,
acute respiratory distress syndrome (ARDS) ini akan menahan pertukaran gas, yang dapat
menyebabkan hipoksemia. Pendarahan gastrointestinal terjadi akibat ruptur pseudosit.
Pankreatitis akut berat biasanya disertai kebingungan dan koma.
1
23
2.3.6. Prognosis
Menurut kriteria prognostik Ranson
1. Pada saat masuk rumah sakit
Usia > 55 tahun.
Lekosit > 16000/mL.
Gula darah > 200 mg%.
Defisit basa > 4 mEq/L.
LDH serum > 350 UI/L.
AST > 250 UI/L.
2. Selama 48 jam perawatan
Penurunan hematokrit > 10 %.
Sekustrasi cairan > 4000 mL.
Hipokalsemia < 1.9 mMol (8 mg%).
PO2 arteri < 60 mmHg.
BUN meningkat > 1,8 mmol/L (> 5 mg%) setelah pemberian cairan i.v.
Hipoalbuminemia < 3,2 g%.
3. Skor APACHE II > 12 (Acute Physiologic and Chronic Health Evaluation).
4. Cairan peritoneal hemoragik.
5. Indikator penting
Hipotensi < 90 mmHg atau takikardia > 130/menit.
PO2 < 60 mmHg.
Oligouria < 50 mL/jam atau BUN, kreatinin meningkat.
Metabolik/Ca serum < 8 mg% atau albumin serum < 3.2 g%.
2.4. Pankreatitis Kronik
2.4.1. Definisi
Pankreatitis kronik didefinisikan sebagai proses inflamasi pancreas yang kronik,
kontinyu, yang ditandai adanya perubahan perubahan morfologik yang ireversibel.
2.4.2. Epidemiologi
Data rumah sakit di Amerika Serikat mendapatkan pasien pankreatitis kronik
87.000 kasus pertahun. Data pasien di RS beberapa kota di dunia menunjukkan prevalensi
13
24
yang serupa. Marseille 3,1 per 1.000 perawatan RS, Capetown 4,4 per 1.000 perawatan
RS, Sao Paulo 4,9 per 1.000 perawatan RS, dan Mexico City 4,4 per 1.000 perawatan RS.
Insidens pankreatitis kronik dari tahun 1945 1985 nampak makin meningkat. Perawatan
pankreatitis kronik untuk kulit hitam 3 kali lebih tinggi dibandingkan kulit putih di
Amerika Serikat. Pada penelitian populasi, pria terkena lebih banyak dibandingkan wanita
(6,7 banding 3,2 per 100.000 populasi).
2.4.3. Patofisiologi
Sebagian besar kasus pankreatitis kronis disebabkan oleh alkohol, tetapi
mekanisme pasti bagaimana alkohol menyebabkan pankreatitis kronis belu diketahui.
Sepertinya alkohol menginduksi pankreatitis bermula dari inflamasi yang berkembang
menjadi nekrosis selular.
Perubahan jumlah cairan pankreas tersedia lingkaran untuk pembentukan plug
protein dalam saluran memblok saluran kerusakan struktur saluran dan sel asinus
Ca membentuk kompleks dengan plug protein, di saluran kecil kemudian di saluran utama
luka atau kerusakan jaringan pankreas.
Kerusakan jaringan pankreas menyebabkan berkurangnya sekresi enzim pankreas
dan hormon-hormon seperti insulin. Malabsorpsi lemak dan protein terjadi jika sekresi
enzim berkurang sampai 90%.
2.4.4. Gejala dan Tanda
Gejala pankreatitis kronis umumnya terbagi dalam dua pola. Yang pertama,
penderita mengalami nyeri perut bagian tengah yang menetap, yang beratnya bervariasi.
Yang kedua, penderita mengalami episode pankreatitis yang hilang timbul, dengan gejala
yang mirip dengan pankreatitis akut ringan sampai sedang. Nyerinya kadang-kadang berat
dan berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari.
Pada kedua pola tersebut, sejalan dengan perkembangan penyakitnya, sel-sel yang
menghasilkan enzim pencernaan, secara perlahan mengalami kerusakan, sehingga
akhirnya rasa nyeri tidak timbul. Dengan menurunnya jumlah enzim pencernaan, makanan
tidak diserap secara optimal, dan penderita akan mengeluarkan tinja yang banyak dan
berbau busuk. Tinja bisa berwarna terang dan berminyak dan bahkan bisa mengandung
tetesan tetesan minyak. Gangguan penyerapan juga menyebabkan turunnya berat badan.
2.4.5. Diagnosa
1
25
1
26
1
27
1
28
1
29
1
30
1
31
BAB III
KESIMPULAN
Pankreas merupakan organ yang istimewa karena mempunyai dua fungsi sekaligus
yaitu eksokrin dan endokrin. Kerusakan yang diawali pada sel asini unit eksokrin
mengakibatkan terjadinya pankreatitis baik akut yang dapat normal kembali fungsi
pankreasnya maupun pankreatitis kronik dengan kerusakan permanen.
Pemeriksaan dengan foto polos abdomen dapat dijumpai pelebaran usus atau
memperlihatkan satu atau lebih batu empedu, Pada USG didapati adanya batu empedu di
kandung empedu dan duktus koledokus yang melebar walau tidak tampak adanya batu di
dalamnya adalah indikasi untuk melakukan ERCP dan sfingteretomi. Pada CT Scan untuk
mendeteksi adanya penyakit nekosis, penggumpalan cairan di dalam atau diluar pancreas,
pseudokista, pembentukan flegmon, dan abses.
1
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo W, Seti Setiati, 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
30
II,Edisi VI;Jakarta.
2. Guyton and hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke
-11. Jakarta: EGC.
3. Miller F. H, MD. 2002, Radiology of the pancreas, gallbladder,
and biliary tract, Radiologic Clinics of North Amerika. Available
from
http://dlx.bookzz/genesis/121000/f2790f4c7350809b0b38079910c
046bd/_as/
[]_Radiologic_Clinics_Of_North_America_Rdiology_o(BookZZ.o
rg).pdf. (Accessed 27 Maret 2017)
4. Soetikno R. D., 2011, Severe Acute Pancreatitis, Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, Available
from
31
33
http://repository.unpad.ac.id/12334/1/pustaka_unpd_Severe_Acute
_Pancreatitis.pdf. (Accessed 27 Maret 2017).