Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (DENGUE HIGH FEVER) PADA ANAK

Disusun Oleh :

Winda Ade Kusuma


SN. 161167

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

LAPORAN PENDAHULUAN
DHF (DENGUE HIGH FEVER) PADA ANAK
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Demam dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan virus
dengue yang disebarkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti yang
terinfeksi dengan virus dengue tersebut (Riyadi Sujono dan suharsono, 2010).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aedypti (Suriadi dan Rita Yuliani, edisi 2, 2010).
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri
demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi
menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1,
2013).
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan
sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan
yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue
hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue, dan dengue shock
sindrom (DDS) (Widoyono, 2008).

2. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic
fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah
diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari
arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab
terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan
sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir
ini adalah kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk yang
membawa virus, maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari sampai
gejala demam Dengue muncul (Meilany, 2010).
Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang
menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain :
a. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
b. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti:
hinggap di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau
ditempat kaleng bekas yang menampung air hujan.
c. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah
betina, sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada tumbu-
tumbuhan.
d. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan
peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan
beberapa jam setelah mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan
untuk bertelur.

3. Manifestasi Klinik
Bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi 13-15 hari, tetapi
rata-rata 5-8 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-
tiba), sering disertai menggigil. Dengan adanya gejala-gejala klinis yang dapat
menimbulkan terjadinya DHF seperti adanya gejala pendarahan pada kulit (ptekie,
ekimosis, hematom) dan pendarahan lain (epitaksis, hematemesis, hematuri, dan
melena) tingkat keparahan yang ditemui dari hasil pemeriksaan darah lengkap. Selain
demam dan pendarahan yang merupakan ciri khas dhf, gambaran klinis lain yang tidak
khas yang biasa dijumpai pada penderita dhf adalah :
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia)diare,
konstipasi.
c. Keluhan pada sistem tubuh lain :
1) Nyeri atau sakit kepala.
2) Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)
3) Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati
4) Pegal-pegal pada seluruh tubuh
5) Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka
6) Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar mata
sakit apabila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
7) Trombosit < 500.000 / mm3
4. Komplikasi
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah
diantaranya :
a. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang
b. Disorientasi dan penurunan kesadaran
c. Perdarahan luas.
d. Shock atau renjatan dan dapat terjadi Anoksia jaringan

5. Patofisiologi dan Pathway


Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin,
trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia
menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari,
penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus
(Murwani, 2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik
kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan
adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis
secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak
tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15
hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto, 2006).
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran hati (hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks
virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen.
Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler.
Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Noersalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang
diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan
jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga
pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat
cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik
(Murwani, 2011).

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) DHF Tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 2 liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th
dosis 50 mg im dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika 15 menit kejang
belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb ( anak <1th dan
pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg bb.
-Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF Dengan Renjatan
- Pasang infuse(RL, NaCl Faali) yang biasa digunakan
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20 30
ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pengawasan tanda tanda vital secara kontinue tiap jam
2) Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3) Observasi intik output
4) Diet makan lunak
5) Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 liter 2 liter per
hari, beri kompres.
6) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
7) Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
8) Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
9) Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian
anak, remaja dan dewasa.
2) Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu
makan menurun.
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh
tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan
menurun.
4) Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5) Riwayat penyakit keluarga.
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
6) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak
mandi jarang dibersihkan.

b. Pola Gordon
1) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Menggambarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status
kesehatan dan praktek pencegahan penyakit, keamanan/proteksi,
tumbuh kembang, riwayat sakit yang lalu, perubahan status kesehatan
dalam kurun waktu tertentu
2) Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai konsumsi
makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan
suplemen, vitamin makanan. Masalah nafsu makan, mual, rasa panas
diperut, lapar dan haus berlebihan.
3) Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai pola BAB,
BAK frekwensi karakter BAB terakhir, frekwensi BAK.
4) Aktivitas Latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan
energy, tipe dan keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah,
atau tempat sakit.
5) Istirahat tidur
Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekwensi dan durasi periode
istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur,
masalah yang dirasakan saat tidur.
6) Kognitif- perceptual
Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori, kenyamanan
dan nyeri, fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah
dengan pengecap dan pembau, sensasi perabaan, baal, kesemutan.
7) Konsep diri-persepsi diri
Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan peran social,
kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran
8) Seksual reproduksi
Meliputi informasi tentang focus pasutri terhadap kepuasan atau
ketidakpuasan dengan seks, orientasi seksual.
9) Koping toleransi stress
Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk mengatasi atau
koping terhadap stress
10) Nilai kepercayaan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan, dan kepercayaan
berhubungan dengan pilihan membuat keputusan kepercayaan spiritual

c. Pemeriksaan Fisik

d. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah lengkap :
- Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat 20 % / lebih )
- Trombositopenia 100.000/mm atau kurang
- Hemoglobin meningkat lebih dari 20%
- Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga.
- Masa perdarahan memanjang.
- Protein rendah (hipoproteinemia)
- Natrium rendah (hiponatremia)
- SGOT/SGPT bisa meningkat
- Astrup : Asidosis metabolic
2) Serologi : uji HI ( hemoaglutination inhibition test )
3) Rontgen thoraks : Efusi pleura
4) Urine : Kadar albumin urine positif (albuminuria)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
c. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

3. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
NOC :
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and fluid Intake
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,BJ urine
normal,HT normal
2) Tekanan darah,nadi dan suhu tubuh dalam batas normal
3) Tidak ada tanda dehidrasi,Elastisitas turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab,tidak ada rasa haus berlebihan

NIC :
Fluid management
a) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b) Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
c) Monitor vital sign
d) Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
e) Monitor status nutrisi
f) Dorong masukan oral
g) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
h) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan penurunan intake makanan
NOC :
Nutritional status : food and fluid intake (1008)
Nutritional status : nutrient intake (1009)
Kriteria hasil:
1) Status nutrisi teratasi
2) Status nutrisi terpenuhi dengan asupan gizi yang cukup, dengan diit
tinggi protein rendah kalori
NIC :
Nutrition Management
a) Kaji adanya alergi makanan
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
c) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
d) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
e) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
a) Monitor adanya penurunan berat badan
b) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
c) Monitor turgor kulit
d) Monitor mual dan muntah
e) Monitor kalori dan intake nutrisi
c. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus
NOC : Thermoregulasi
Kriteria Hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal
2) Nadi dan RR dalam rentang normal
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
NIC :
Fever Treatment
a) Monitor suhu sesering mungkin
b) Monitor IWL
c) Monitor warna dan suhu kulit
d) Monitor tekanan darah, Nadi dan RR
e) Monitor penurunan tingkat kesadaran
f) Monitor WBC, Hb dan Hct
g) Monitor intake dan output
h) Berikan antipiretik
i) Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
j) Kolaborasi pemberian cairan intravena
k) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Temperatur regulation
a) Monitor suhu tiap 2 jam
b) Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
c) Monitor TD,nadi dan RR
d) Monitor warna dan suhu kulit
e) Monitor tanda hipotermi dan hipertermi
f) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik


NOC : Pain control (1605)
Kriteria hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang
NIC :
Pain management
a) Lakukan pengkajian nyeri PQRST
b) Observasi keadaan umum dan Tanda tanda vital
c) Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi nafas dalam)
d) Atur posisi klien senyaman mungkin (posisi semi fowler)

Anda mungkin juga menyukai