Menurut Wikipedia,
Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa
mengubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi. jumlah satuan moneter yang sama perlahan-
lahan memiliki daya beli yang semakin melemah. Dengan kata lain, harga produk dan jasa harus
dituliskan dengan jumlah yang lebih besar.
Ketika angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat memengaruhi transaksi harian
karena risiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah lembaran uang yang harus
dibawa, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif menangani perhitungan angka dalam
jumlah besar. Pihak yang berwenang dapat memperkecil masalah ini dengan redenominasi:
satuan yang baru menggantikan satuan yang lama dengan sejumlah angka tertentu dari satuan
yang lama dikonversi menjadi 1 satuan yang baru. Jadi, prosedur ini dapat disebut sebagai
penghilangan nol.
Kita mengenal permintaan dan penawaran agregat dalam perekonomian, lalu apakah
redenominasi memiliki pengaruh terhadap keduanya?
Dalam penawaran agregat, capital dan labor menjadi objeknya. Ketika redenominasi
terjadi, upah untuk membayar buruh tidak menjadi lebih murah karena harga jual produk juga
berubah sesuai dengan rasio awalnya. Sehingga capital maupun labor intensive tidak akan
meningkatkan pendapatan.
Dalam rupiah, Rp 100 yang merupakan satuan terkecil akan menjadi 1 sen, Rp 1000
mejadi Rp 1 , Rp 10.000 menjadi Rp 10, dan seterusnya dengan menghilangkan tiga angka 0
dibelakangnya.
Salah satu negara yang sukses melakukan redenominasi mata uangnya adalah Turki.
Turki tercatat pernah sukses melakukan redenominasi dengan menghilangkan 6 angka nol pada
mata uangnya. Jadi redenominasi yang dilakukan Turki adalah mengubah 1.000.000 lira menjadi
1 lira pada tahun 2005.
Namun redenominasi yang dilakukan Turki ini berbeda dengan yang akan dilakukan Indonesia.
Seperti dikutip dari situs bank sentral Turki, kebijakan redenominasi ini dilakukan untuk
menekan laju inflasi Turki yang sangat tinggi sejak tahun 1970-an. Inflasi yang tinggi ini
menyebabkan nilai ekonomi di negara belahan Eropa tersebut mencapai hitungan triliun, bahkan
kuadriliun.
SANERING
Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nliai uang.
Namun harga-harga barang tetap, sehingga daya beli masyarakat turun. Hal ini pernah terjadi di
Indonesia yang dikenal dengan peristiwa Gunting Syarifuddin.
Kebijakan gunting Syarifuddin dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu
sedang terpurukutang menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung. Dengan kebijaksanaan
yang kontroversial itu, Sjafruddin bermaksud sekali pukul menembak beberapa sasaran:
penggantian mata uang yang bermacam-macam dengan mata uang baru, mengurangi jumlah
uang yang beredar untuk menekan inflasi dan dengan demikian menurunkan harga barang, dan
mengisi kas pemerintah dengan pinjaman wajib yang besarnya diperkirakan akan mencapai Rp
1,5 miliar.
Pengaruh
terhadap harga Berpengaruh Tidak berpengaruh
barang
Kerugian Tidak Ya
Momentum
Bertahap, persiapan matang dan terukur Mendadak, tanpa persiapan
pelaksanaan