Anda di halaman 1dari 3

REDENOMINASI atau SANERING

Menurut Wikipedia,

Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa
mengubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi. jumlah satuan moneter yang sama perlahan-
lahan memiliki daya beli yang semakin melemah. Dengan kata lain, harga produk dan jasa harus
dituliskan dengan jumlah yang lebih besar.

Ketika angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat memengaruhi transaksi harian
karena risiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah lembaran uang yang harus
dibawa, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif menangani perhitungan angka dalam
jumlah besar. Pihak yang berwenang dapat memperkecil masalah ini dengan redenominasi:
satuan yang baru menggantikan satuan yang lama dengan sejumlah angka tertentu dari satuan
yang lama dikonversi menjadi 1 satuan yang baru. Jadi, prosedur ini dapat disebut sebagai
penghilangan nol.

Redenominasi tidak mempengaruhi GDP karena redenominasi tidak mempengaruhi


permintaan dan penawaran agregat. Sebab redenominasi tidak merubah harga-harga relative
dalam perekonomian.

Kita mengenal permintaan dan penawaran agregat dalam perekonomian, lalu apakah
redenominasi memiliki pengaruh terhadap keduanya?

Permintaan agregat terdiri dari penjumlahan konsums(consumer spending), investasi,


pengeluaran pemerintah dan net expor. Pengeluaran pemerintah dipengaruhi oleh perilaku
politik, investasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, yang sangat kecil kemungkinannya
dipengaruhi oleh hal lain. Konsumsi konsumen tidak akan berubah, karena mereka tidak akan
merasa lebih kaya setelah redenominasi ini. Lalu net ekspor juga tidak akan berubah selama
kekuatan nilai tukarnya tidak berubah. Dengan harga relative di dalam dengan di luar negeri
tidak berubah, sehingga import maupun ekspor tidak berubah.

Dalam penawaran agregat, capital dan labor menjadi objeknya. Ketika redenominasi
terjadi, upah untuk membayar buruh tidak menjadi lebih murah karena harga jual produk juga
berubah sesuai dengan rasio awalnya. Sehingga capital maupun labor intensive tidak akan
meningkatkan pendapatan.

Dalam rupiah, Rp 100 yang merupakan satuan terkecil akan menjadi 1 sen, Rp 1000
mejadi Rp 1 , Rp 10.000 menjadi Rp 10, dan seterusnya dengan menghilangkan tiga angka 0
dibelakangnya.
Salah satu negara yang sukses melakukan redenominasi mata uangnya adalah Turki.
Turki tercatat pernah sukses melakukan redenominasi dengan menghilangkan 6 angka nol pada
mata uangnya. Jadi redenominasi yang dilakukan Turki adalah mengubah 1.000.000 lira menjadi
1 lira pada tahun 2005.
Namun redenominasi yang dilakukan Turki ini berbeda dengan yang akan dilakukan Indonesia.
Seperti dikutip dari situs bank sentral Turki, kebijakan redenominasi ini dilakukan untuk
menekan laju inflasi Turki yang sangat tinggi sejak tahun 1970-an. Inflasi yang tinggi ini
menyebabkan nilai ekonomi di negara belahan Eropa tersebut mencapai hitungan triliun, bahkan
kuadriliun.

SANERING

Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nliai uang.
Namun harga-harga barang tetap, sehingga daya beli masyarakat turun. Hal ini pernah terjadi di
Indonesia yang dikenal dengan peristiwa Gunting Syarifuddin.

Kebijakan gunting Syarifuddin dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu
sedang terpurukutang menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung. Dengan kebijaksanaan
yang kontroversial itu, Sjafruddin bermaksud sekali pukul menembak beberapa sasaran:
penggantian mata uang yang bermacam-macam dengan mata uang baru, mengurangi jumlah
uang yang beredar untuk menekan inflasi dan dengan demikian menurunkan harga barang, dan
mengisi kas pemerintah dengan pinjaman wajib yang besarnya diperkirakan akan mencapai Rp
1,5 miliar.

Table perbedaan Redenominasi dengan Sanering

Parameter Redenominasi Sanering

Penyederhanaan denominasi (pecahan) mata uang


Pemotongan daya beli
menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara
Aksi masyarakat melalui
mengurangi digit (angka 0) tanpa mengurangi nilai
pemotongan nilai uang
mata uang tersebut

Pengaruh
terhadap harga Berpengaruh Tidak berpengaruh
barang

Daya beli Tetap Turun


Nilai uang
terhadap barang

Kerugian Tidak Ya

Mengefisienkan dan menyamankan transaksi


Mengurangi jumlah uang
Tujuan
beredar
Menyetarakan ekonomi dengan negara regional

Kondisi saat Makrekonomi stabil, ekonomi bertumbuh, inflasi Makroekonomi labil,


pelaksanaan terkontrol hiperinflasi

Momentum
Bertahap, persiapan matang dan terukur Mendadak, tanpa persiapan
pelaksanaan

Anda mungkin juga menyukai