Anda di halaman 1dari 2

Seorang anak rantau berusia 14 tahun yang berani untuk belajar di tempat orang

hanya untuk mengajak teman desa termotivasi agar tidak takut berprestasi. Itu
lah aku Ahmad Fauzan. Berawal dari keinginan sendiri mencoba untuk belajar
mandiri tanpa seorang pun keluarga di rantauan. Dengan keyakinan bahwa
cerita diri itu diciptakan bukan ditunggu maka dari itulah aku bergerak.

Sejak SD aku seringkali dicemooh banyak orang dalam pendidikan akademik


tentunya. Aku tidak mampu membaca dengan baik hingga lagu Desa ku yang
ku cinta saja
Belajar mandiri tanpa keluarga membuatku menjadi sosok yang berani dan
tangguh akan tantangan. Bukan tanpa alasan, sejak berumur 14 tahun aku
mencoba berani melawan zona nyaman dengan merantau di negeri orang.
Merajut asa dari bumi raflessia hingga menetap di pulau sang guru besar
Tjokroaminoto.

Alasanku tak lain dan bukan adalah menjadi pemimpin yang sebenarnya.
Menjadi seorang pemimpin perlu ditempa dengan masalah, Ujar Anies
Baswedan. Itu lah rujukan kalimat ku ketika sedang mengikuti Kawah
Kepemimpinan Pelajar 2015 sebagai salah satu Ketua OSIS terbaik se-Indonesia
yang diundang oleh mas Joko di Istana Negara.

Terlahir sebagai seorang bungsu dalam keluarga membuat ku harus berjuang


lebih keras agar mampu melampaui prestasi yang diraih keluarga. Hingga ikut
aktif dalam berbagai kejuaraan maupun organisasi baik tingkat kabupaten,
provinsi, hingga nasional.

Sebagai seorang penyiar radio muda, aku seringkali mengajak pelajar berani
berprestasi dan bermimpi. Karena setiap orang layak untuk bermimpi. Hal itu
pula yang membawa diri ku menjadi salah satu peserta Indonesia Students Unite
2 di Jakarta serta Wakil Sekretaris Jenderal dari YGTC (Youth Generation of
Tobacco Control).

Anda mungkin juga menyukai