Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN


BAB 7: MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Doddy Setiawan, SE, MSi, IMRI, PhD, Akt

Disusun Oleh: Kelompok 11

1. Karima Diayu (F1316065)


2. Novita Sari (F1316074)
3. Nur Dzatu Ummu Khollila (F1316075)

PROGRAM STUDI S1 TRANSFER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017

MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG DIKELOLA


Di beberapa unit usaha, mereka lebih memfokuskan pada perolehan laba yang diukur
dari selisih antara pendapatan dan beban. Sedangkan di unit usaha yang lain, laba
dibandingkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Disini kita
akan membahas mengenai berbagai jenis aktiva yang digunakan oleh suatu pusat investasi,
serta bagaimana cara mengukur dan mengendalikan aktiva atau aset tersebut.

Struktur Analisis
Ada 2 tujuan pengukuran penggunaan aktiva, antara lain:
1. Untuk memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan mengenai
aktiva yang digunakan.
2. Untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas ekonomi.

Semakin banyak sumber daya yang digunakan, maka seharusnya semakin besar laba
yang akan diperoleh. Perbandingan ini digunakan untuk menilai kinerja manajer unit usaha
serta memutuskan cara pengalokasian sumber daya.
Umumnya para manajer unit usaha memiliki dua sasaran kinerja. Pertama, mereka
harus menghasilkan laba yang mencukupi dari sumber daya yang digunakan. Kedua, mereka
dapat menggunakan sumber daya tambahan hanya jika penggunaan tersebut menghasilkan
tingkat return yang lebih baik.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghubungkan antara laba dengan
aktiva yang digunakan, yaitu:
1. ROI (Return On Investment) adalah rasio perbandingan yang mengukur tingkat
pengembalian atas investasi. Rumusnya adalah dengan membagi pendapatan dengan
investasi..
2. EVA (Economic Value Added) adalah jumlah uang, bukan rasio. Diperoleh dengan
mengurangkan beban modal dari laba operasi bersih (net operating profit).

Mengukur Aktiva Yang Digunakan


A. Kas

1
Kas biasanya dikendalikan secara terpusat, karena pengendalian pusat
memungkinkan penggunaan saldo kas yang lebih kecil daripada jika setiap unit
memegang saldo kas yang dibutuhkanya untuk menyeimbangkan perbedaan antara kas
masuk dan kas keluar. Akibatnya, saldo kas aktual pada tingkat unit usaha cenderung
lebih kecil dibandingkan dengan saldo kas yang diperlukan.
Suatu alasan untuk memasukkan kas pada jumlah yang lebih besar daripada
saldo yang biasanya dipegang oleh suatu unit usaha adalah bahwa jumlah yang lebih
besar ini diperlukan untuk memungkinkan perbandingan dengan perusahaan luar.
Beberapa perusahaan mengabaikan unsur kas dalam dasar investasi. Alasannya
adalah bahwa karena jumlah kas tersebut mendekati kewajiban lancar (current
liabilities). Jika demikian halnya, jumlah piutang dan perusahaan akan mendekati
jumlah modal kerja (working capital).

B. Piutang
Memasukkan unsur piutang pada harga jual atau pada harga pokok penjualan
merupakan hal yang masih diperdebatkan. Suatu phak dapat berargumen bahwa
investasi riil dari suatu unit dalam piutang adalah hanya sebesar harga pokok
penjualan dan bahwa tingkat pengembalian yang memuaskan atas investasi ini
mungkin sudah mencukupi. Dilain pihak, adalah mungkin untuk mengatakan bahwa
unit usaha dapat mnginvestasikan kembali uang yang diperoleh dari piutang, dan
karena itu, piutang harus dimasukkan pada harga jualnya. Yang biasanya dilakukan
adalah mengambil alternatif yang lebih sederhana dengan memasukkan piutang pada
nilai buku, yang merupakan harga jual dikurangi penyisihan atas piutang tak tertagih.

C. Persediaan
Persediaan biasanya dicatat pada jumlah akhir periode meskipun rata-rata
antarperiode lebih baik secara konsep. Pada saat inflasi, tingkat harga akan mengalami
peningkatan yang cukup tinggi dan akan mempengaruhi nilai persediaan suatu
perusahaan. Untuk memperlihatkan laporan keuangan yang baik dengan tingkat laba
yang cukup tinggi perusahaan disarankan menggunakan metode FIFO karena dalam
metode ini persediaan akhir akan tercatat dalam harga yang tinggi sehingga
menghasilkan harga pokok yang lebih rendah. Sedangkan untuk megurangi pajak yang
harus ditanggung perusahaan maka perusahan disarankan menggunakan LIFO karena
laba yang didapat akan lebih rendah jika menggunakan metode ini.

2
Jika persediaan barang dalam proses (work-in-process) didanai melalui
pembayaran dimuka (advance payment) atau pembayaran cicilan (progress payment)
dari konsumen, pembayaran tersebut akan dikurangi dari jumlah persediaan kotor
(gross inventory amounts), atau dilaporkan sebagai kewajiban.
Beberapa perusahaan mengurangkan utang usaha dari persediaan dengan dasar
bahwa utang mencerminkan pendanaan atas sebagian persediaan oleh pemasok, tanpa
biaya untuk unit usaha. Modal perusahaan yang dibutuhkan untuk persediaan adalah
hanya sebesar selisih antara jumlah persediaan kotor dan utang. Jika unit usaha
tersebut dapat mempengaruhi periode pembayaran yang diperbolehkan oleh pemasok,
maka memasukkan unsur utang dalam perhitungan itu mendorong manajer untuk
mencari persyaratan pembayaran yang terbaik.

D. Modal Kerja Secara Umum


Perlakuan atas modal kerja sangat bervariasi. Pada satu sisi, perusahaan
memasukkan seluruh aktiva lancar ke dalam dasar investasi dengan tidak
mengeliminasi kwajiban lancar. Metode tersebut adalah beralasan dari sudut pandang
motivasional jika unit usaha tidak dapat mempengaruhi utang atau kewajiban lancar
lainnya. Tetapi metode tersebut menyatakan terlalu tinggi (overstate) jumlah modal
korporat yang diperlukan untuk mendanai unit usaha, karena kewajiban lancar
merupakan sumber modal, seringkali dengan biaya bunga sama dengan nol. Dilain
pihak, seluruh kewajiban lancar dapat dikurangkan dari aktiva lancar.

E. Properti, Pabrik, dan Peralatan


Dalam akuntansi keuangan, aktiva tetap awalnya dicatat pada biaya perolehan
dan biaya ini dihapuskan sepanjang umur ekonomis aktiva melalui penyusutan.
Hampir semua perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalam mengukur
profitabilitas atas dasar aktiva dari unit usaha. Hal ini menyebabkan pemasalahan
serius dalam penggunaan sistem tersebut untuk tujuan yang dimaksudkan. Adapun
permasalahan tersebut yaitu berupa:
1. Akuisisi Peralatan Baru
Jika aktiva yang telah disusutkan dimasukkan kedalam dasar investasi
pada nilai buku bersih, maka profitabilitas unit usaha tersebut akan dinyatakan
salah saji pada nilai buku bersih dan para manajer unit usaha akan termotivasi
untuk mengambil keputusan akuisisi yang tepat. Untuk mengilustrasikan

3
bagaimana manajer akan mengambil keputusan, akan diperlihatkan pada
contoh berikut ini:
a) Asumsikan bahwa:
Investasi mesin baru $100.000
Perkiraan kas masuk per tahun $27.000
Masa manfaat 5 tahun
Required return 10% (Investasinya termasuk baik)
b) Asumsinya bahwa:
Mesin tersebut dibeli dan perusahaan mengukur dasar aktiva seperti
gambar 7.1
Perusahaan melaporkan penurunan EVA pada tahun pertama.
Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus

Contoh

(dalam ribuan $)
a) Perhitungan ekonomi
Investasi pada mesin 100
Masa manfaat 5 tahun,
Arus kas masuk, $27.000 per tahun
Nilai sekarang dari arus kas masuk ($27.000 x 3,791*) 102.4
Nilai sekarang bersih 24
Keputusan: Membeli mesin.

2. Nilai Buku Kotor


Fluktuasi dalam EVA dan ROI dari tahun ke tahun pada contoh
Tampilan 7.4 dapat dihindari dengan memasukkan unsur aktiva yang dapat
disusutkan (depreciable asset) dalam dasar investasi pada nilai buku kotornya
(gross book value). Seperti contoh Investasi setiap tahun adalah $100.000 dan
pendapatan tambahannya adalah $7.000 yang didapat dari arus kas masuk
sebesar $27.000 penyusutan sebesar $20.000). Meskipun demikian, EVA-nya
akan menurun sebesar $3.000 ($7.000 beban bunga sebesar $10.000), ROI-
nya sebesar 7% ($7.000 / $100.000). Kedua angka tersebut menandakan bahwa
profitabilitas perusahaan tersebut menurun, yang pada kenyataannya tidak
benar. ROI yang dihitung berdasarkan nilai buku kotor akan selalu menyatakan
terlalu rendah tingkat pengembalian sebenarnya.

Contoh

4
Dampak Akuisisi terhadap Laba Tahunan yang Dilaporkan

Nilai Buku Awal Pendapatan Beban


EVA ROI
Tahun Tahun Inkremental Modal
a b c b-c b+a
1 100 7 10 -3 7%
2 80 7 8 -1 9%
3 60 7 6 1 12%
4 40 7 4 3 18%
5 20 7 2 5 35%

3. Disposisi Aktiva
Jika satu mesin baru dianggap akan menggantikan mesin yang telah ada
dan yang masih memilliki nilai buku yang belum disusutkan, diketahui bahwa
nilai buku tersebut tidak relevan dalam analisis ekonmi atas usulan pembelian
(kecuali bahwa secara tidak langsung hal tersebut mempengaruhi pajak
penghasilan). Tetapi, menghilangkan nilai buku dari aktiva lama dapat
mempengaruhi perhitungan profitabilitas unit usaha secara substansi. Nilai
buku kotor akan meningkat hanya sebesar selisih antara nilai buku bersih
setelah tahun pertama dari mesin yang baru dengan nilai buku bersih dari
mesin yang lama.
Dalam kedua kasus tersebut, jumlah yang relevan dari investasi
tambahan akan dinyatakan terlalu rendah, dan selanjutnya EVA akan
dinyatakan terlalu tinggi. Hal ini akan mendorong para manajer untuk
mengganti mesin lama dengan mesin baru, bahhkan ketika penggantian itu
tidak dibenarkan secara ekonomis. Lebih lanjut lagi, unit-unit usaha yang
paling banyak melakukan penggantian akan menunjukkan kenaikan
profitabilitas yang besar.

4. Penyusutan Anuitas
Jika penyusutan ditentukan oleh metode anuitas dan bukan oleh metode
garis lurus, maka perhitungan profitabilitas perusahaan akan menunjukkan
EVA dan ROI yang tepat. Hal ini disebabkan karena metode penyusutan
anuitas sesungguhnya mengaitkan pengembalian investasi yang implisit dalam
perhitungan present value. Penyusutan anuitas merupakan kebalikan dari
penyusutan yang dipercepat, dimana jumlah penyusutan tahunan adalah rendah

5
pada tahun-tahun pertama ketika nilai investasinya masih tinggi dan meningkat
setiap tahunnya seiring dengan menurunnya nilai investasi tetapi tingkat
pengembalian hasil tetap konstan.
Namun hanya sedikit sekali manajer yang menerima ide mengenai
penyisihan penyusutan yang meningkat pada saat umur asset semakin tua.
Mereka melihat penyusutan akuntansi sebagai cerminan dari penurunan
kondisi fisik atau kerugian dalam ekonomis. Oleh karena itu, mereka percaya
bahwa penyusutan dengan metode garis lurus, ataupun yang dipercepat,
merupakan metode yang paling menggambarkan kondisi dilapangan.
Akibatnya, sangat sulit untuk meyakinkan mereka guna menerima konsep
metode anuitas untuk mengukur laba unit usaha.

5. Metode Penilaian yang Lain


Beberapa perusahaan menggunakan nilai buku bersih tetapi
menetapkan batas bawah, biasanya 50%, sebagai biaya awal yang dapat
dihapus. Hal ini mengurangi distorsi yang terjadi dalam unit usaha yang
memiliki aktiva yamg tua. Kesulitan dalam metode ini adalah bahwa suatu unit
usaha dengan aktiva tetap yang memiliki nilai buku bersih diatas 50% nilai
buku kotornya dapat mengurangi dasar investasi dengan sepenuhnya
membuang aktiva aktiva yang masih bagus. Perusahaan-perusahaan lain sama
sekali tidak menggunakan catatan akuntansi dan menggunakan estimasi nilai
sekarang (current value) dari aktiva. Perusahaan-perusahaan memperoleh
jumlah tersebut dengan cara menilai aktiva secara berkala (katakanlah, setiap
lima tahun atau ketika manajer unit usaha yang baru mengambil alih), dengan
menyesuikan biaya awal menggunakan suatu indeks perubahan pada harga
peralatan, atau dengan menggunakan nilai asuransi.

F. Aset-aset yang Disewagunausahakan

Asumsikan suatu unit usaha yang yang laporan keuangan yang ditunjukkan
pada Tampilan 7.1 menjual aktiva tetapnya seharga nilai bukunya yaitu $300.000,
mengembalikan hasil penjualannya kepada kantor pusat korporat, dan kemudian

6
menyewagunausahakan aktiva tersebut denfan tariff sewa $60.000 per tahun.
Sebagaimana yang ditunjukan oleh Tampilan 7.8, laba sebelum pajak dari unit usaha
tersebut akan menurun akibat beban sewa baru yang lebih tinggi daripada beban
penyusutan yang dihilangkan. Meskipun demikian EVA-nya akan naik karena biaya
yang lebih tinggi tersebut akan diimbangi oleh penurunan beban modal yang
dihilangkan. Oleh karena itu, para manajer unit usaha lebih terdorong untuk menyewa
daripada memiliki aktiva ketika beban bunga terkandung dalam biaya sewa lebih kecil
daripada beban modal yang dikenakan sebagai dasar investasi dari unit usaha.

Banyak perjanjian sewa guna usaha merupakan perjanjian pendanaan, yaitu


perjanjian tersebut memberikan cara alternatif untuk menggunakan aktiva yang
seharusnya didapatkan dari pendanaan dengan utang dan modal. Sewa guna usaha
finansial (yaitu sewa guna usaha jangka panjang yang setara dengan nilai sekarang
dari arus beban sewa) adalah sama dengan utang dan dilaporkan juga dalam neraca.

Dampak dari Sewa Guna Usaha atas Aktiva Laporan Rugi (dalam ribuan $)

Jika Aset
Tampilan 7.1 Disewagunausahakan
Pendapatan 1,000 1,000
Pengeluaran selain di
bawah ini 850 850
Penyusutan 50 900
Beban Sewa 60 910
Laba sebelum pajak 100 90
Beban modal $500 x 10% 50
$200 x
10% 20
EVA 50 70

G. Aktiva yang Menganggur

7
Jika suatu unit usaha memiliki aktiva yang menganggur (idle asset) yang dapat
digunakan oleh unit lain, maka unit usaha tersebut dapat diperbolehkan untuk
mengeluarkan aktiva tersebut dari dasar investasinya. Tujuan dari izin ini adalah untuk
mendorong para manajer unit usaha guna melepas aktiva menganggur ke unit lain
yang mungkin memerlukannya.

Tetapi, jika aktiva tetap tersebut tidak dapat digunakan oleh unit lain, maka
pemberian izin untuk menjual atau mengganti aktiva tersebut akan menimbulkan
tindakan-tindakan yang disfungsional. Misalnya, hal tersebut akan mendorong
manajer unit usaha untuk menganggurkan aktiva yang tidak menghasilkan tingkat
pengembalian yang sama dengan target laba unit usaha. Jika tidak ada alternatif lain
dari penggunaan peralatan, kontribusi apa pun dari peralatan tersebut akan
meningkatkan laba perusahaan.

H. Aktiva Tidak Berwujud

Beberapa perusahaan cenderung melaksanakan penelitian dan pengembangan


yang intensif, sedang yang lainnya cenderung fokus pada pemasaran. Ada keuntungan
dalam mengkapitalisasi aktiva tidak berwujud seperti R & D dan pemasaran, serta
kemudian mengamortisasinya selama masa manfaatnya. Metode tersebut akan
mengubah cara para manajer unit usaha memandang pengeluaran semacam ini.
Dengan menghitung aktiva semacam ini sebagai investasi jangka panjang, manajer
unit usaha akan memperoleh manfaat jangka pandek yang lebih sedikit dari
pengurangan atas pengeluaran untuk pos tersebut. Sebagai contoh, jika pengeluaran
R&D langsung dibebankan, maka setiap dolar dari pengurangan R&D merupakan
tambahan dolar untuk laba sebelum pajak. Di lain pihak, jika biaya R&D
dikapitalisasi, maka setiap pengurangan satu dolar akan mengurangi aktiva yang
digunakan sebesar satu dolat, sehingga beban modal dapat berkurang sebesar satu
dolar dikalikan biaya modal, yang hanya memiliki dampak positif yang jauh lebih
kecil terhadap EVA.

8
I. Kewajiban Tidak Lancar

Kadang-kadang, suatu unit usaha menerima modal permanennya dari


kumpulan dana korporat. Korporat memperoleh dana tersebut dari pemberi pinjaman,
investor modal, dan laba ditahan. Bagi unit usaha, jumlah total dari dana tersebut
adalah relevan tetapi tidak dengan sumber daya dari mana dana tersebut berasal.
Meskipun demikian, dalam situasi yang tidak lazim, pendanaan suatu unit usaha
mungkin saja merupakan hal yang aneh bagi unit usaha itu sendiri. Sebagai contoh,
suatu unit yang membangun atau mengoperasikan suatu perumahan atau gedung
kantor menggunakan proporsi yang jauh lebih besar untuk modal utang dibandingkan
dengan suatu unit manufaktur atau pemasaran. Karena modal tersebut didapat melalui
pinjaman hipotik atas aktiva unit usaha tersebut, maka sebaiknya dana dipinjam
diperhitungkan secara terpuisah dang perhitungan EVA-nya dilakukan berdasarkan
aktiva diperoleh dari sumber umum korporat, dan bukan total aktiva.

J. Beban Modal

Kantor pusat korporat menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk


menghitung beban modal (capital charge). Tarif tersebut seharusnya lebih tinggi
daripada tarif korporat untuk pendanaan dengan utang karena dana yang terlibat
merupakan campuran antara utang dan modal berbiaya lebih tinggi (higher-cost
equity). Biasanya tarif tersebut ditetapkan dibawah estimasi biaya modal perusahaan
sehingga EVA atas rata-rata unit usaha berada di atas nol.

Beberapa perusahaan menggunakan tarif yang lebih rendah untuk modal kerja
daripada untuk aktiva tetap. Hal ini dapat mencerminkan penilaian bahwa modal kerja
lebih kecil risikonya daripada aset tetap, karena dananya disalurkan untuk periode
yang lebih pendek. Dalam kasus-kasus lain, tarif yang lebih rendah merupakan cara
untuk mengkompensasikan fakta bahwa perusahaan tersebut memasukkan unsur
persediaan dan piutang dalam dasar investasinya pada jumlah kotor (yaitu, tanpa
mengurangkan utang usaha). Perusahaan tersebut menyadari fakta bahwa dana yang
didapatkan dari utang usaha memiliki biaya bunga sama dengan nol.

9
K. Survei-survei Praktik

Praktik-praktik pengelolaan pusat investasi disimpulkan dalam Tampilan 7.7,


7.9 dan 7.10. Kebanyakan perusahaan memasukkan unsur aktiva tetap ke dalam dasar
investasi pada nilai buku bersih. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukannya
karena ini merupakan jumlah dimana aktiva tersebut dicatat dalam laporan keuangan
tersebut, mencerminkan jumlah modal yang digunakan dalam divisi tersebut.
Manajemen menyadari bahwa metode ini memberikan sinyal yang menyesatkan,
tetapi mereka yakin orang-orang harus memberikan kelonggaran untuk kesalahan
tersebut pada saat menginterprestasikan laporan laba unit usaha dan metode alternatif
penghitungan dasar investasi tidak dapat dipercaya karena sangat subyektif. Mereka
menolak pendekatan penyusutan anuitas dengan dasar cara penghitungan penyusutan
untuk tujuan pelaporan keuangannya.

Aktiva-aktiva yang Termasuk dalam Dasar Investasi

Persentase Responden
yang Memasukkan
Aktivanya ke dalam dasar
akuntansi
Amerika
Serikat Belanda
Aktiva Lancar
Kas 47% 59%
Piutang 90% 94%
Persediaan 95% 93%
Aktiva lancar lainnya 83% 79%
Aktiva Tetap
Tanah dan bangunan yang digunakan
sendiri oleh pusat laba tersebut 97% 82%
Alokasi tanah dan bangunan yang
digunakan oleh dua pusat laba atau lebih 49% 47%
Peralatan yang digunakan oleh pusat laba
tersebut 96% 88%
Alokasi peralatan yang digunakan oleh
dua pusat laba atau lebih 48% 46%

10
Sebuah alokasi aset untuk sentra riset
kantor pusat 19% 16%
Lain-lain
Investasi 53% Tidak ada
Goodwill 55% Tidak ada

Kewajiban yang Dikurangka dalam Menghitung Dasar Investasi

Persentase Responden yang


Memasukkan Kewajibannya ke
dalam dasar akuntansi
Amerika
Serikat Belanda

Utang usaha 73% 91%


Utang intraperusahaan 46% 57%
Kewajiban lancar lainnya 68% 69%
Utang pajak 28% Tidak ada
Kewajiban tak lancar lainnya 47% 58%

EVA vs ROI
Hampir semua perusahaan yang mempunyai pusat investasi mengevaluasi unit-unit
usahanya berdasarkan ROI, dibandingkan yang menggunakan EVA. Ada tiga keuntungan
ROI.:
1. ROI merupakan pengukuran yang komprehensif dimana semua hal yang
mempengaruhi laporan keuangan tercermin dari rasio ini.
2. ROI mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam pengertian absolut.
3. ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan ke setiap unit organisasi yang
bertanggung jawab terhadap profitabilitas, tanpa mempedulikan ukuran dan jenis
usahanya. Kinerja dari berbagai unit yang berbeda dapat saling dibandingkan secara
langsung. Selain itu, data ROI tersedia sebagai pembanding dan dapat digunakan
sebagai dasar untuk perbandingan.

Hasil jumlah EVA tidak tersedia sebagai dasar untuk pembanding. Namun pendekatan
EVA memiliki beberapa keuntungan. Ada empat alasan yang mendorong untuk menggunakan
EVA atas ROI.

11
1. Dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk perbandingan
investasi. Di lain pihak, pendekatan ROI memberikan insentif yang berbeda untuk
investasi diantara unit-unit usaha.
2. Keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat
menurunkan laba keseluruhan. Jika kinerja suatu pusat investasi diukur dengan EVA,
maka investasi-investasi yang menghasilkan laba diatas biaya modal akan
meningkatkan EVA dan oleh karena itu, akan lebih menarik bagi manajer.
3. Tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aset yang berbeda pula.
4. EVA berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap
perubahan-perubahan dalam nilai pasar perusahaan.

Para pemegang saham merupakan pemilik kepentingan yang penting dalam


perusahaan. Ada beberapa alasan mengapa penciptaan nilai pemegang saham menjadi sangat
penting bagi perusahaan:
a. Mengurangi risiko pengambilalihan (takeover);
b. Menciptakan nilai tukar unutk agresivitas dalam merger dan akuisisi, dan
c. Mengurangi biaya modal, sehingga memungkinkan investasi yang lebih cepat untuk
pertunbuhan masa depan.

Jadi, mengoptimalkan nilai pemegang saham merupakan tujuan penting bagi suatu
perusahaan. Tetapi karena nilai pemegang saham mengukur nilai konsolidasi perusahaan
secara keseluruhan, maka hampir tidak mungkin untuk menggunakannya sebagai kriteria
kinerja untuk suatu tanggung jawab individual organisasi. Oleh karena itu, sebagai pemegang
saham mengharapkan terdapat peningkatan nilai saham dengan menciptakan dan
meningkatkan EVA. Kecenderungan bahwa perusahaan dengan EVA yang tinggi
memperlihatkan nilai tambah pasar yang tinggi dan keuntungan yang tinggi bagi para
pemegang saham. Ketika digunakan sebagai ukuran kinerja, EVA mendorong para manajer
untuk meningkatkan EVA dengan cara mengambil tindakan-tindakan yang konsisten dengan
peningkatan nilai pemegang saham. EVA diukur dengan cara sebagai berikut:

EVA = Laba bersih Beban modal


dengan
Beban Modal = Biaya modal x modal yang digunakan (1)

Cara lain untuk menyatakan persamaan ( 1 ) adalah :

12
EVA = Modal yang digunakan ( ROI Biaya modal ) (2)

Tindakan-tindakan berikut akan meningkatkan EVA sebagaimana ditunjukkan oleh


persamaan (2):
i. peningkatan ROI melalui business process reengineering dan productivity gains, tanpa
menaikkan dasar investasi;
ii. divestasi aktiva, produk dan atau bisnis yang ROI-nya kurang dari biaya modal;
iii. investasi agresif yang baru dalam aktiva,produk, dan atau bisnis yang ROI-nya
melebihi biaya modal; dan
iv. peningkatan penjualan,margin laba,atau efisiensi modal (rasio penjualan terhadap
modal yang digunakan), atau penurunan persentase biaya modal tanpa mempengaruhi
variable lain dalam persamaan (2).
Tindakan-tindakan tersebut jelas merupakan yang terbaik bagi kepentingan perusahaan.

EVA memecahkan permasalan mengenai perbedaan tujuan laba untuk aktiva yang
sama dalam unit usaha yang berbeda dan tujuan laba yang sama pada unit usaha sama.
Metode tersebut memungkinkan untuk memasukkan peraturan keputusan yang sama dengan
yang digunakan dalam proses perencanaan ke dalam sistem pengukuran: Semakin rumit
proses perencanaan, semakin rumit juga perhitungan EVA-nya.

Pertimbangan Tambahan dalam Mengevaluasi Manajer


Dengan melihat kelemahan ROI, kelihatannya mengejutkan bahwa ROI digunakan
secara luas. Diketahui dari pengalaman pribadi bahwa kesalahan konseptual ROI untuk
evaluasi kinerja adalah nyata dan menyebabkan timbulnya perilaku disfungsional dari para
manajer unit usaha.
Penggunaan EVA sebagai perangkat pengukuran kinerja sangat disarankan. Tetapi,
EVA tidak menyelesaikan seluruh masalah yang berkaitan dengan penghitungan aktiva tetap,
seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, kecuali metode penyusutan anuitas dipergunakan,
dan hal ini jarang dilakukan dalam praktik bisnis sehari-hari. EVA menyelesaikan masalah
yang ditimbulkan dari perbedaan potensi laba. Seluruh unit usaha, tanpa melihat
profitabilitasnya, akan termotivasi untuk meningkatkan investasi jika tingkat pengembalian
dari investasi tersebut melebihi tarif yang ditentukan oleh sistem pengukuran.

13
Lebih lanjut lagi, beberapa aktiva mungkin akan dinyatakan terlalu rendah nilainya
ketika dikapitalisasi, sementara aktiva lain ketika dibebankan. Meskipun biaya pembelian
aktiva tetap biasanya dikapitaliasi, sejumlah besar investasi dalam biaya awal, pengembangan
produk baru, organisasi dealer, dan sebagainya, mungkin dapat dihapuskan sebagai beban, dan
dengan demikian tidak akan terlihat dalam dasar investasi. Hal tersebut biasa digunakan pada
unit-unit pemasaran. Ketika sekelompok unit usaha dengan tanggung jawab pemasaran yang
berbeda-beda diberikan peringkat, maka unit dengan kegiatan pemasaran yang relatif besar
akan cenderung memiliki EVA yang lebih besar.
Dengan mempertimbangkan hal ini, beberapa perusahaan memutuskan untuk
mengeluarkan unsur aktiva tetap dari dasar investasi. Perusahaan-perusahaan tersebut
membebankan beban bunga hanya untuk aktiva yang dapat dikendalikan, dan mengendalikan
aktiva tetap dengan perangka terpisah. Aktiva yang dapat dikendalikan pada dasarnya
merupakan modal kerja. Para manajer dapat membuat kebijakan yang mempengaruhi aktiva-
aktiva tersebut. Jika keputusan tersebut salah, dampak serius akan timbul.
Investasi dalam aktiva tetap dikendalikan oleh proses anggaran modal sebelum
terjadinya dan oleh audit setelah penyelesaian untuk menentukan apakah ada arus kas yang
diantisipasi terwujud. Hal tersebut jauh lebih dari memuaskan karena penghematan atau
pendapatan aktual dari akuisisi aktiva tetap tidak dapat diidentifikasikan.

Mengevaluasi Kinerja Ekonomi Suatu Entitas


Laporan-laporan ekonomi merupakan instrumen yang diagnostik. Laporan tersebut
memberikan indikasi apakah strategi unit usaha yang sekarang sudah memuaskan dan jika
tidak, keputusan apa yang harus diambil untuk unit usaha-memperbesar, memperkecil,
mengubah arah, atau menjualnya. Analisis ekonomi atas suatu unit usaha dapat
memperlihatkan bahwa rencana yang sekarang atas produk-produk, pabrik dan peralatan baru,
atau strategi baru yang lain.
Laporan-laporan ekonomi dapat dijadikan dasar untuk memperoleh nilai perusahaan
secara keseluruhan. Nilai semacam ini disebut breakup value yaitu, estimasi jumlah yang
akan diterima oleh para pemegang saham jika masing-masing unit usaha dijual. Laporan
tersebut menunjukkan unit usaha yang menarik dan dapat mengindikasikan bahwa
manajemen senior salah mengalokasikan waktu mereka yang terbatas yaitu, menghabiskan
waktu yang terlalu banyak untuk unit usaha yang cenderung tidak banyak memberikan

14
kontribusi kepada profitabilitas total perusahaan. Jarak antara profitabilitas yang sekarang
dengan breakup value menunjukkan perubaha-perubahan yang harus dilakukan.
Perbedaan yang paling nyata antara kedua jenis laporan tersebut adalah bahwa laporan
ekonomi lebih terfokus pada profitabilitas di masa depan daripada profitabilitas yang sekarang
atau yang lalu. Nilai buku dari aktiva dan penyusustan berdasarkan biaya historis aktiva.
Informasi ini tidaklah relevan untuk laporan yang memperkirakan masa depan.
Secara konsep, nilai suatu unit usaha adalah nilai sekarang dari pendapatan di masa
depan. Hal ini dihitung dengan mengestimasi arus kas untuk setiap tahun di masa depna dan
mendiskusikan setiap arus kas tersebut pada tarif laba yang telah ditentukan. Analisis tersebut
dilakukan untuk lima, atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang. Meskipun estimasi-
estimasi tersebut pada umumnya berupa estimasi yang kasar, namun tetap memberikan cara
yang berbeda dalam melihat unit usaha, dibandingkan dengan apa yang ada pada laporan-
laporan kinerja.

15

Anda mungkin juga menyukai