Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Hal.

10-17
Program Studi Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995
Universitas Sebelas Maret http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DAN PENYEBABNYA PADA


SISWA KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI

Fera Astuti1*, Tri Redjeki1, dan Nanik Dwi Nurhayati1


1
Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia
*Keperluan korespondensi, HP: 085729376845, e-mail: fera.astuti@rocketmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya miskonsepsi siswa,
mengetahui tingkat miskonsepsi yang dialami siswa, dan mengetahui penyebab miskonsepsi
siswa pada materi pokok stoikiometri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel
dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI MIA 4 dan 5 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan tes diagnostik stoikiometri (TDS) yang sudah dikembangkan oleh Suandi
Sidauruk, dan dilanjutkan dengan wawancara terhadap siswa yang terdeteksi miskonsepsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi miskonsepsi pada materi pokok stoikiometri siswa
kelas XI MIA SMA Negeri 1 Sukoharjo. Miskonsepsi terjadi pada semua konsep, yaitu konsep
persamaan reaksi, Ar/Mr, dan konsep mol. Sebanyak 40,46% siswa mengalami miskonsepsi
pada konsep persamaan reaksi, 38,36% siswa miskonsepsi pada konsep Ar/Mr, dan sebanyak
53,77% siswa mengalami miskonsepsi pada konsep mol. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa
ini disebabkan oleh kondisi siswa dan buku pegangan siswa. Berdasarkan kesimpulan tersebut,
maka disarankan kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman pada konsep-konsep materi
stoikiometri dengan cara belajar, berdiskusi, atau bertanya kepada guru. Guru hendaknya
menekankan konsep-konsep penting pada materi yang diberikan dan melakukan bimbingan
serta pengkajian terhadap buku yang akan digunakan sehingga dapat meminimalisir
miskonsepsi siswa.

Kata kunci: miskonsepsi, konsep, stoikiometri, penyebab miskonsepsi

PENDAHULUAN pemahaman dan sejumlah kemampuan


Dalam proses pembelajaran, yang dipersyaratkan untuk memasuki
mengajar merupakan suatu hal yang jenjang pendidikan yang lebih tinggi
sangat penting guna tersampaikannya serta mengembangkan ilmu dan
tujuan dari pembelajaran itu sendiri. teknologi. Dengan demikian, informasi
Mengajar berarti membimbing dan yang sampai ke peserta didik harus
membantu peserta didik mempermudah benar dan utuh.
proses belajarnya untuk meraih Peserta didik telah memiliki
kecakapan kognitif, afektif, dan konsep yang dibawa sebagai
psikomotor yang menyeluruh dan utuh, pengetahuan awal yang disebut
setahap demi setahap [1]. prakonsepsi sebelum peserta didik
Menurut Peraturan Menteri mempelajari konsep kimia. Prakonsepsi
Pendidikan Nasional RI No. 22 tahun yang dikembangkan oleh peserta didik
2006, tentang Standar Isi, bahwa Standar ini kadang-kadang berbeda dengan
Kompetensi dan Kompetensi Dasar konsep yang sebenarnya menurut para
mata pelajaran Kimia tingkat ahli kimia. Demikian juga setiap peserta
SMA/MA/SMALB mata pelajaran Kimia didik mempunyai kemampuan yang
perlu diajarkan dengan tujuan untuk berbeda-beda dalam menerima
membekali peserta didik pengetahuan, informasi maupun konsep yang

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 10


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Hal. 10-17

disampaikan. Mereka memiliki konsepsi mengumpulkan informasi dan


yang berbeda-beda dalam menerima mengasosiasikan, yang merupakan
konsep, sehingga ada kemungkinan tindak lanjut dari kegiatan menanya,
beberapa diantara peserta didik peserta didik dapat mengumpulkan
mempunyai konsepsi yang salah informasi dari berbagai sumber, bukan
terhadap suatu konsep yang disebut hanya dari guru atau pendidik, sehingga
miskonsepsi. Apabila hal ini didiamkan, akan semakin mungkin terjadi
maka miskonsepsi ini akan berlarut-larut miskonsepsi.
karena akan mempengaruhi proses Berdasarkan penelitian
pembelajaran selanjutnya. pendahuluan yang dilakukan oleh
Miskonsepsi kimia yang dialami Rosilasari, rendahnya hasil belajar
peserta didik jelas sangat merugikan siswa secara umum dapat terjadi oleh
bagi kelancaran dan keberhasilan beberapa hal antara lain, (1)
belajar mereka, apalagi jika miskonsepsi pemahaman siswa terhadap suatu
sudah terjadi lama dan tidak terdeteksi masalah belum tuntas, akibatnya
secara dini, baik oleh peserta didik itu konsep-konsep yang dimaksud belum
sendiri maupun guru [2]. Berdasarkan dipahami, (2) terjadinya miskonsepsi
penelitian yang dilakukan oleh Turanyi terhadap konsep-konsep esensial yang
dan Toth [3] terhadap beberapa mengganggu pemahaman siswa
mahasiswa di Hungaria, menunjukkan terhadap konsep tertentu, (3) rendahnya
bahwa mahasiswa tersebut mengalami kualitas pembelajaran di kelas akibat
miskonsepsi, yaitu pada konsep dari rendahnya mutu guru baik dari segi
termodinamika (termasuk di dalamnya penguasaan materi maupun dari segi
mengenai konsep kesetimbangan metodologinya [5].
kimia), dimana salah satu yang menjadi Penelitian miskonsepsi dalam
penyebab miskonsepsi ini adalah bidang pendidikan kimia lebih akhir
miskonsepsi yang dibawa dari SMA. dilakukan dibandingkan dengan bidang
Bahkan penelitian dari Kolomuc dan pendidikan fisika dan biologi. Miller,
Tekin [4] terhadap guru kimia di Turki Streveler, dan Olds menyatakan, hasil
menunjukkan bahwa guru tersebut juga penelitian miskonsepsi yang telah
mengalami miskonsepsi pada konsep dipublikasikan sebanyak 3600, terdiri
persamaan reaksi. dari 66% bidang pendidikan fisika, 20%
Konsep kimia umumnya bidang pendidikan biologi, dan 14%
diajarkan secara hierarkhis dari konsep bidang pendidikan kimia [6].
yang mudah ke sukar, dari konsep yang Salah satu materi dalam kimia
sederhana ke kompleks, sehingga jika yang banyak menimbulkan miskonsepsi
konsep yang mudah dan sederhana yaitu stoikiometri. Penelitian mengenai
saja sudah mengalami miskonsepsi, miskonsepsi kimia pada materi pokok
maka lebih lanjut pemahaman konsep- stoikiometri sendiri sudah pernah
konsep kimia yang sukar dan kompleks, dilakukan oleh Zidny, Sopandi, dan
peserta didik akan semakin kesulitan Kusrijadi terhadap siswa kelas X di SMA
dan mengalami kesalahan pemahaman negeri Bandung, dimana hasil
konsep secara berlarut-larut. penelitiannya menunjukkan bahwa
Pembelajaran yang hampir 50% sampel yang diteliti
dikembangkan saat ini adalah dengan mengalami miskonsepsi. Selain itu,
berbasis student centered atau Suyono juga melakukan penelitian yang
pembelajaran terpusat pada siswa. menunjukkan pada umumnya siswa
Dalam Permendikbud Nomor 81A SMA di Surabaya mengalami kesulitan
dijelaskan tentang implementasi dalam menyelesaikan permasalahan
kurikulum 2013 yang terdiri atas lima yang menyangkut reaksi kimia dan
pengalaman belajar pokok, yaitu hitungan kimia (stoikiometri), akibat
kegiatan mengamati, menanya, rendahnya pemahaman konsep-konsep
mengumpulkan informasi, kimia dan kurangnya minat siswa
mengasosiasikan dan terhadap pelajaran kimia [7].
mengkomunikasikan hasil. Pada tahap

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 11


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Hal. 10-17

Penelitian serupa juga dilakukan METODE PENELITIAN


oleh Delhita dan Suyono pada siswa Penelitian ini dilaksanakan dari
kelas X SMA Khadijah Surabaya, yang bulan Maret 2015 sampai dengan Maret
menyatakan bahwa terdapat 2016, bertempat di SMA Negeri 1
miskonsepsi pada semua konsep pada Sukoharjo, yang beralamat di Jl.
materi pokok stoikiometri, kecuali Pemuda No. 38 Sukoharjo. Penelitian ini
konsep konversi jumlah mol dengan termasuk jenis penelitian deskriptif yang
massa, dimana persentase miskonsepsi bersifat kualitatif. Sumber data pada
terbesar adalah pada konsep penentuan penelitian ini adalah hasil tes diagnostik
massa zat melalui pereaksi pembatas, miskonsepsi siswa kelas XI MIA 4 dan
yaitu dengan tingkat miskonsepsi MIA 5 SMA N 1 Sukoharjo dan hasil
sebesar 56% [8]. wawancara terhadap siswa yang
Materi pokok stoikiometri sangat mengalami miskonsepsi.
terkait dengan materi kimia yang lain, Teknik pengambilan sampel
misalnya konsep persamaan reaksi dan dalam penelitian ini adalah purposive
konsep mol digunakan untuk memahami sampling. Pada penelitian ini
materi laju reaksi, termokimia, pengumpulan data dilakukan dengan tes
kesetimbangan kimia, dan lain-lain, tertulis, wawancara mendalam, serta
dengan demikian apabila terjadi analisis dokumen. Instrumen penelitian
miskonsepsi pada materi stoikiometri, yang digunakan adalah tes diagnostik
maka juga akan menimbulkan stoikiometri yang dikembangkan oleh
miskonsepsi pada materi kimia yang Sidauruk [6]. Untuk keperluan
lain. Miskonsepsi yang mungkin terjadi pemeriksaan keabsahan data dalam
pada peserta didik harus segera penelitian ini adalah dengan triangulasi
dideteksi, sehingga dapat dicari waktu. Analisis data pada penelitian
solusinya agar miskonsepsi tidak kualitatif dilakukan secara interaktif,
berlarut-larut. Selain itu, penyebab dari terdiri dari reduksi data, penyajian data,
miskonsepsi itu sendiri juga harus dan penarikan kesimpulan/ verifikasi [9].
diketahui, sehingga dapat segera dicari
solusinya agar miskonsepsi dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
segera diatasi. Jumlah siswa yang menjadi
Penelitian dilaksanakan di SMA subjek penelitian ini sebanyak 73 siswa.
Negeri 1 Sukoharjo yang merupakan Pengambilan data dilakukan dengan
sebuah lembaga pendidikan formal di memberikan tes diagnostik stoikiometri
daerah Sukoharjo. Berdasarkan kepada siswa. Tes diagnostik yang
wawancara pendahuluan dengan salah digunakan dalam penelitian ini adalah
satu guru kimia di SMA Negeri 1 tes diagnostik stoikiometri yang sudah
Sukoharjo, diperoleh bahwa nilai dikembangkan oleh Suandi Sidauruk.
ulangan siswa pada materi stoikiometri Penentuan derajat pemahaman siswa
tergolong cukup rendah apabila didasarkan pada tingkat
dibandingkan dengan materi kimia yang pengetahuannya. Tingkat pengetahuan
lain, dengan demikian peneliti semakin ditentukan berdasarkan pola pasangan
terdorong untuk melakukan penelitian jawaban-alasan siswa terhadap tes
tentang miskonsepsi pada materi pokok diagnostik miskonsepsi (TDS). Siswa
stoikiometri. dikategorikan tidak paham apabila siswa
Berdasarkan uraian di atas, tidak memilih jawaban maupun alasan
peneliti melakukan penelitian dengan atau salah satunya; siswa dikategorikan
judul IDENTIFIKASI MISKONSEPSI miskonsepsi apabila jawaban dan
DAN PENYEBABNYA PADA SISWA alasan salah atau salah satunya salah;
KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 dan siswa dikategorikan paham apabila
SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN jawaban dan alasan benar.
2015/2016 PADA MATERI POKOK Pengambilan data TDS
STOIKIOMETRI. dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu untuk
mendapatkan data yang jenuh.
Berdasarkan data hasil TDS yang

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 12


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Hal. 10-17

pertama dengan yang kedua, ada Berdasarkan data hasil tes


beberapa data yang belum jenuh, diagnostik stoikiometri, diperoleh bahwa
sehingga dilakukan pengambilan data derajat pemahaman siswa untuk setiap
TDS yang ketiga. Selanjutnya, konsep dalam pokok bahasan
pengambilan data TDS dihentikan stoikiometri cukup beragam, seperti
karena sudah mencapai data yang yang ditunjukkan oleh Tabel 1.
jenuh. Data yang sudah jenuh inilah
yang akan dianalisis.

Tabel 1. Derajat Pemahaman Siswa pada Setiap Konsep


Derajat Pemahaman (%)
Nomor
Konsep Sub Konsep Tidak
Soal Paham Miskonsepsi
Paham
Persamaan Penyetaraan 1 64,38 34,25 1,37
Reaksi persamaan reaksi 2 65,75 31,51 2,74
3 6,85 84,93 8,22
5 71,23 24,66 4,11
Bilangan Indeks 11 49,31 42,47 8,22
12 57,53 35,62 6,85
16 58,90 17,81 23,29
29 6,85 80,82 12,33
30 1,37 79,45 19,18
Koefisien reaksi- 4 72,60 24,66 2,74
perbandingan mol 21 63,01 28,77 8,22
Koefisien reaksi- 25 76,71 13,70 9,59
perbandingan volume
Pereaksi pembatas 20 63,01 27,40 9,59
Ar / Mr Ar 8 57,53 38,36 4,11
Mol mol atom-bilangan 13 0 87,67 12,33
Avogadro 19 26,03 58,90 15,07
Mol molekul-bilangan 6 31,51 61,64 6,85
Avogadro
Mol atom-Ar 9 15,07 68,50 16,43
14 38,36 53,42 8,22
15 9,59 82,19 8,22
Mol molekul-Mr 7 15,07 76,71 8,22
17 16,44 67,12 16,44
18 15,07 67,12 17,81
Mol-massa unsur 10 65,75 34,25 0
Mol-volume kondisi 22 75,34 23,29 1,37
sama 23 9,59 78,08 12,33
24 60,27 27,40 12,33
Mol-volume gas STP 26 73,97 23,29 2,74
27 57,53 32,88 9,59
28 76,71 17,81 5,48

Butir soal sebanyak 30 soal, seperti pada Gambar 1. Berdasarkan


dimana semua siswa yang menjadi Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa
subjek penelitian ini mengalami miskonsepsi paling banyak terjadi pada
miskonsepsi pada semua soal. konsep mol dengan persentase sebesar
Berdasarkan data penelitian pada Tabel 53,77%, selanjutnya konsep persamaan
1 dapat disimpulkan derajat reaksi dengan persentase sebesar
pemahaman siswa pada setiap konsep 40,46%, dan yang terakhir pada konsep

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 13


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Hal. 10-17

Ar/Mr sebesar 38,36%. Lebih dari dimana dalam hal ini Subjek 1
setengah dari jumlah siswa mengalami menganggap bahwa mol adalah
miskonsepsi pada konsep mol. sama dengan molekul, sehingga
Sedangkan banyaknya siswa yang massa 1 mol adalah sama dengan
miskonsepsi pada konsep persamaan massa 1 molekul.
reaksi dan Ar/Mr tidak jauh berbeda. 2. Subjek 2
Berdasarkan hasil tes diagnostik
dan wawancara dapat diketahui
bahwa Subjek 2 mengalami
miskonsepsi diantaranya pada
konsep: penyetaraan persamaan
reaksi, dimana menurut Subjek 2,
dalam penyetaraan persamaan
reaksi, maka yang disamakan adalah
koefisiennya; bilangan indeks,
menurut Subjek 2 bilangan indeks
menunjukkan mol molekul; hubungan
Gambar 1. Histogram Rerata Derajat koefisien reaksi dengan
Pemahaman Siswa untuk perbandingan volume, dimana
Setiap Konsep menurut Subjek 2, koefisien reaksi
menunjukkan perbandingan massa.
Setelah pelaksanaan tes Hal ini karena rumus mol = massa :
diagnostik ini dipilih empat siswa secara Mr, sehingga koefisien reaksi berarti
acak untuk selanjutnya diwawancarai. menunjukkan perbandingan mol
Wawancara juga dilakukan sebanyak maupun perbandingan massa.
tiga kali, yaitu setelah tes I, setelah tes I, Selain itu Subjek 2 juga
dan setelah tes III. Berikut ini hasil dari mengalami miskonsepsi pada konsep
wawancara dengan siswa: Ar, dimana Subjek 2 dalam
1. Subjek 1 menyelesaikan permasalahan
Berdasarkan hasil tes diagnostik mengenai Ar ini hanya berbekal pada
dan wawancara, diketahui bahwa hafalan saja. Selanjutnya,
subjek 1 mengalami miskonsepsi miskonsepsi yang juga terjadi pada
diantaranya yaitu: penyetaraan reaksi Subjek 2 adalah mengenai hubungan
kimia yang berupa gambar, dimana mol molekul dengan bilangan
menurut Subjek 1 hanya zat hasil Avogadro, dimana miskonsepsi ini
reaksi yang dituliskan, sedangkan zat sama dengan yang dialami Subjek 1,
sisa hasil reaksi tidak perlu dituliskan; yaitu siswa sama sekali tidak
bilangan indeks, dimana menurut mengingat hubungan mol dengan
Subjek 1 bilangan indeks tidak bilangan Avogadro, Subjek 2
berpengaruh pada penghitungan menggunakan konsep hubungan mol
jumlah molekul atau jumlah atom, dengan volume untuk menyelesaikan
karena rumus yang digunakan untuk permasalahan ini.
menghitung jumlah atom hanya mol x Miskonsepsi yang lain yaitu
bilangan Avogadro. mengenai hubungan mol dengan
Selain itu, subjek 1 juga massa unsur, dimana menurut
mengalami miskonsepsi pada sub Subjek 2, unsur dengan Ar terbesar
konsep hubungan mol molekul selalu mempunyai jumlah mol
bilangan Avogadro, dimana Subjek 1 terkecil. Subjek 2 kurang
dalam kasus ini sama sekali tidak memperhatikan bahwa hal itu dapat
mengingat hubungan mol dengan terjadi hanya apabila massa masing-
bilangan Avogadro, terbukti bahwa masing unsur yang terlibat sama.
Subjek 1 menggunakan konsep Selain itu, Subjek 2 juga mengalami
hubungan mol dengan volume untuk miskonsepsi pada subkonsep
menyelesaikan permasalahan ini; hubungan massa atom dengan
dan hubungan mol molekul Mr, bilangan Avogadro, hubungan mol

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 14


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Hal. 10-17

atom dengan Ar, dan hubungan mol mengenai hubungan mol molekul
dengan volume pada kondisi sama, dengan bilangan Avogadro, dimana
dimana Subjek 2 beranggapan miskonsepsi yang terjadi pada kasus
bahwa pada kondisi yang sama, ini sama dengan miskonsepsi yang
apabila volume gas gas yang dialami Subjek 1 dan Subjek 2,
diukur sama, maka besarnya mol gas dimana siswa sama sekali tidak
tersebut tidaklah sama, melainkan mengingat hubungan mol dengan
dipengaruhi oleh Mr gas atau zat-zat bilangan Avogadro, Subjek 4 juga
yang terlibat. menggunakan konsep hubungan mol
3. Subjek 3 dengan volume untuk menyelesaikan
Miskonsepsi yang terjadi pada permasalahan ini.
Subjek 3 yaitu pada konsep: Subjek 4 juga mengalami
penyetaraan reaksi kimia yang miskonsepsi pada konsep hubungan
berupa gambar, dimana miskonsepsi mol molekul Mr, dimana menurut
yang terjadi pada Subjek 3 ini sama Subjek 4, mol adalah sama dengan
dengan miskonsepsi yang terjadi molekul, sehingga 1 mol adalah
pada Subjek 1, dimana menurutnya sama dengan 1 molekul. Selanjutnya
hanya zat hasil reaksi yang yaitu mengenai hubungan mol
dituliskan, sedangkan zat sisa hasil dengan massa unsur, dimana
reaksi tidak perlu dituliskan; miskonsepsi ini sama dengan
hubungan koefisien reaksi dengan miskonsepsi yang terjadi pada
perbandingan mol, dimana Subjek 3 Subjek 2, dimana menurut siswa,
hanya berbekal pada hafalan saja unsur dengan Ar terbesar selalu
dalam menyelesaikan permasalahan mempunyai jumlah mol terkecil.
ini; bilangan indeks, dimana menurut Miskonsepsi yang lain yang juga
Subjek 3 bilangan indeks tidak terjadi pada Subjek 4 yaitu pada
dilibatkan atau tidak berpengaruh konsep: hubungan massa atom
pada jumlah atom atau jumlah dengan bilangan Avogadro, dimana
molekul; dan hubungan mol atom miskonsepsi yang dilakukan siswa
dengan Ar, dimana Subjek 3 dalam adalah siswa tidak melibatkan
menyelesaikan permasalahan ini bilangan indeks dalam menghitung
hanya berdasarkan pada hafalan jumlah atom; hubungan mol atom
saja. dengan Ar dimana dalam kasus ini,
4. Subjek 4 Subjek 4 menyelesaikan
Miskonsepsi yang terjadi pada permasalahan hanya berdasar pada
Subjek 4 diantaranya pada konsep: hafalan saja;dan hubungan mol
penyetaraan reaksi kimia yang dengan volume pada T dan P sama,
berupa gambar, dimana miskonsepsi dimana miskonsepsi yang dialami
yang terjadi pada Subjek 4 ini sama Subjek 4 adalah siswa menganggap
dengan miskonsepsi yang terjadi bahwa kondisi T dan P sama adalah
pada Subjek 1 dan Subjek 3, dimana sama dengan pada kondisi STP.
menurutnya hanya zat hasil reaksi
yang dituliskan, sedangkan zat sisa Setelah pelaksanaan tes
hasil reaksi tidak perlu dituliskan; diagnostik dan wawancara, selanjutnya
bilangan indeks, dalam hal ini Subjek dilakukan analisis dokumen, dalam hal
4 menganggap bahwa atom adalah ini yaitu berupa buku paket atau buku
sama dengan molekul; pegangan siswa maupun LKS. Materi
Selain itu, Subjek 4 juga yang terdapat dalam buku paket lebih
mengalami miskonsepsi pada konsep lengkap, serta soal yang terdapat dalam
Ar, dimana miskonsepsi ini sama buku paket juga lebih banyak dan
dengan yang terjadi pada Subjek 2, tingkat kesukarannya lebih beragam.
yaitu siswa menyelesaikan Penulisan yang terdapat pada buku
permasalahan hanya berdasarkan paket maupun LKS tidak ditemukan
pada hafalan saja. Miskonsepsi yang adanya salah tulis.
juga terjadi pada Subjek 4 adalah

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 15


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Hal. 10-17

Miskonsepsi yang terjadi pada penalaran yang tidak lengkap.


sebagian besar siswa adalah penentuan Penalaran yang tidak lengkap ini
jumlah atom pada molekul tertentu. Baik mendominasi penyebab
pada buku paket, LKS, maupun pada miskonsepsi siswa. Siswa membuat
buku catatan siswa, tertulis bahwa kesimpulan yang terlalu umum dan
rumus mol x bilangan Avogadro adalah memberlakukan kesimpulan itu
rumus untuk mencari jumlah pertikel. pada hampir semua konsep.
Dalam buku paket siswa juga disertai Penyebeb lain yang berasal dari
dengan contoh soal, tetapi hanya contoh siswa itu sendiri adalah
pada penentuan jumlah molekul. kemampuan siswa. Rendahnya
Sedangkan tidak ada penjelasan bahwa kemampuan siswa dapat
apabila menentukan jumlah atom dalam mengakibatkan jawaban yang
sejumlah tertentu molekul perlu salah. Miskonsepsi yang
dikalikan dengan bilangan indeksnya. diakibatkan oleh rendahnya
Hal inilah yang menyebabkan siswa kemampuan siswa adalah siswa
beranggapan bahwa untuk mencari masih belum dapat membedakan
jumlah atom dalam suatu molekul antara atom dengan molekul.
adalah sama dengan mencari jumlah 2. Buku
molekul. Penggunaan buku pegangan
Berdasarkan hasil tes diagnostik bagi siswa adalah sangat penting,
miskonsepsi, wawancara, maupun karena buku merupakan sumber
analisis dokumen, dapat diidentifikasi belajar yang utama, sehingga
beberapa kemungkinan penyebab apabila siswa kurang memahami
miskonsepsi pada siswa, diantaranya atau lupa penjelasan yang diberikan
yaitu: guru, siswa dapat mempelajarinya
1. Kondisi siswa kembali pada buku.
Penyebab miskonsepsi yang Berdasarkan survei nasional
berasal dari siswa meliputi: yang dilakukan oleh Mei-Hung Chiu
prakonsepsi yang salah, yaitu di Taiwan pada tahun 2000 sampai
konsep awal yang tidak tepat 2003 mengenai konsepsi kimia di
dimana konsep ini sudah lebih Taiwan, menunjukkan bahwa
dahulu dimiliki oleh siswa. miskonsepsi yang terjadi pada
Penyebab miskonsepsi yang siswa SMP dan SMA atau tingkat
demikian banyak terjadi pada atas terutama disebabkan oleh
penentuan rumus senyawa buku ajar [10].
magnesium klorida, dimana Buku pegangan maupun LKS
menurut siswa rumus senyawa yang digunakan siswa SMA Negeri
magnesium klorida adalah MgCl. 1 Sukoharjo sudah cukup lengkap,
Selain prakonsepsi yang salah, hanya saja pada kedua buku ini
penyebab miskonsepsi juga karena tidak memberikan penjelasan atau
intuisi yang salah, dimana siswa contoh soal mengenai bilangan
mengungkapkan gagasannya indeks, terutama pada penentuan
tentang suatu konsep secara jumlah atom dalam sejumlah
spontan sebelum mempelajarinya tertentu molekul. Hal inilah yang
terlebih dahulu. Siswa juga menyebabkan miskonsepsi pada
cenderung mengikuti feeling atau siswa, yaitu pada sub konsep
perasaannya saja dalam bilangan indeks.
menentukan pilihan jawaban atau
alasan. Hal ini banyak terjadi pada KESIMPULAN
konsep Ar/ Mr. Berdasarkan analisis data yang
Penyebab yang lain yaitu diperoleh, maka dapat ditarik
akibat reasoning yang tidak kesimpulan sebagai berikut:
lengkap. Siswa mengalami 1. Terjadi miskonsepsi pada materi
penalaran yang salah, sehingga pokok stoikiometri pada siswa kelas
menyebabkan reasoning atau

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 16


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Hal. 10-17

XI MIA SMA Negeri 1 Sukoharjo Tidak Dipublikasikan, Universitas


tahun ajaran 2015/2016. Sebelas Maret, Surakarta.
2. Tingkat miskonsepsi siswa pada [6] Sidauruk, S. (2005). Miskonsepsi
konsep persamaan reaksi sebesar Stoikiometri pada Siswa SMA.
40,46%, pada konsep Ar/ Mr Jurnal Penelitian dan Evaluasi
sebesar 38,36%, dan pada konsep Pendidikan, 7 (02), 253-272.
mol sebesar 53,77%. [7] Zidny, R., Sopandi, W., & Kusrijadi,
3. Penyebab terjadinya miskonsepsi A. (2013). Analisis Pemahaman
siswa adalah kondisi siswa, yang Konsep Siswa SMA Kelas X pada
meliputi prakonsepsi yang salah, Materi Persamaan Kimia dan
intuisi yang salah, reasoning yang Stoikiometri melalui Penggunaan
tidak lengkap, dan rendahnya Diagram Submikroskopik serta
kemampuan siswa; dan buku Hubungannya dengan Kemampuan
pegangan siswa. Pemecahan Masalah. Jurnal Riset
dan Praktik Pendidikan Kimia, 01
UCAPAN TERIMA KASIH (1), 27-36.
Penulis mengucapkan terima [8] Delhita, A. & Suyono. (2012).
kasih kepada Bapak Drs. Darno, selaku Penggunaan Think-Aloud Protocols
Kepala Sekolah yang telah memberikan untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa
izin penelitian di SMA Negeri 1 pada Materi Pokok Stoikiometri di
Sukoharjo dan Ibu Perihatmi, S.Pd. SMA Khadijah Surabaya. Prosiding
selaku Guru Mata Pelajaran Kimia yang Seminar Nasional Kimia Unesa
telah meluangkan waktu dan membantu 2012 ISBN : 978-979-028-550-7.
jalan penelitian hingga dapat Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA
terselesaikannya penelitian ini. Universitas Negeri Surabaya.
[9] Sugiyono. (2013). Metode
DAFTAR RUJUKAN Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
[1] Syah, M. (2008). Psikologi R&D. Bandung: Alfabeta.
Pendidikan dengan Pendekatan [10] Chiu, M. (2007). A National Survey
Baru. Bandung: Remaja of Students Conceptions of
Rosdakarya. Chemistry in Taiwan. International
[2] Salirawati, D. (2011). Journal of Science Education, 29
Pengembangan Instrumen (4), 421 452.
Pendeteksi Miskonsepsi
Kesetimbangan Kimia pada Peserta
Didik SMA. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan,15, (2), 232-
249.
[3] Turanyi, T. & Toth, Z. (2013).
Hungarian University Students
Misunderstandings in
Thermodynamics and Chemical
Kinetics. Chem. Educ. Res. Pract,
14, 105116.
[4] Kolomu, A. & Tekin, S. (2011).
Chemistry Teachers
Misconceptions Concerning
Concept of Chemical Reaction
Rate. Eurasian J. Phys. Chem.
Educ, 03(2): 84-101.
[5] Lestari, W.P. (2012). Analisis
Miskonsepsi Kimia pada
Pembelajaran Termokimia Siswa
Kelas XI SMAN 2 Sukoharjo. Skripsi

2016 Program Studi Pendidikan Kimia 17

Anda mungkin juga menyukai