PR MINI CEX - DR - Rofiq, SP - An - Delavemia R
PR MINI CEX - DR - Rofiq, SP - An - Delavemia R
Sumber : Dalens BJ, 2000. Regional Anesthesia in Children, in Anesthesia, Fifth edition, Miller,
RD, Churchill Livingstone
TEHNIK PELAKSANAAN
Posisi
Anak diposisikan lateral dekubitus dengan sisi yang akan dioperasi pada
bagian bawah tapi pada neonatus dan bayi kurang dari 3 bulan lebih disukai posisi
duduk. Metode dalam melaksanakan pungsi dura tidak berbeda dengan dewasa,
sebaliknya fleksibilitas tulang belakang anak akan membuat ruang intervertebrae
lebih mudah diidentifikasi. Posisi lateral dekubitus dipertahankan dan dicek
sebelum dilakukan penusukan untuk memastikan punggung dalan keadaan
vertikal. Jarum ditusukkan paralel dengan meja operasi. Pada neonatus dan bayi,
harus diperhatikan leher tidak boleh difleksikan seperti pada dewasa karena posisi
ini akan menymbat jalan nafas. Telah dibuktikan bisa terjadi hipoksemia selama
pungsi lumbal pada neonatus yang kondisinya lemah bila difleksikan. Posisi
duduk memberikan keuntungan untuk secara cepat mengetahui pungsi dura sudah
berhasil, karena pada posisi duduk tekanan hidrostatis cairan lebih tinggi,
sehingga alirannya lebih lancar melewati jarum spinal (Maurice, 1990; Alifimoff,
Cote, 1993; Dalens, 2000).
Proyeksi dan puncture
Puncture dilakukan di garis tengah pada L3-4 pada anak- anak lebih dari 1
tahun, dan pada L4-5 pada bayi karena pada usia ini medula spinalis berakhir pada
L3. Lamina bayi pada usia ini belum diklasifikasi secara sempurna sehingga tidak
bisa dijadikan landmark yang bisa dipercaya untuk pendekatan paramedian. Tidak
diperlukan introducer, bahkan untuk jarum 26 G karena kulit anak yang tipis.
Tetapi pengggunaannya akan mengurangi resiko larutan aseptik terbawa ke ruang
subarachnoid. Bevel dan jarum diarahkan lateral, sehingga serat seperti dipisahkan
dan tidak terpotong. Hal ini akan meminimalkan ukuran lubang akibat tusukan.
Gambar 6. Posisi duduk anak
Sumber : Maurice SL, 1990. Regional Anesthesia in Children, Kinkeong Printing CO PTE ELD
Singapore
Abajian, 1984 menganjurkan pada anak lebih baik tidak mengaspirasi
cairan serebrospinal sehingga jumlah obat lokal anestesi yang kecil tidak
diencerkan. Injeksi harus dilakukan perlahan tidak kurang dari 20 detik, untuk ini
dianjurkan pemakaian syringe insulin terutama pada bayi dan neonatus. Suntikan
yang terlalu cepat mengakibatkan difusi luas dari larutan sehingga durasi blok
menjadi lebih singkat. Sebagai tindakan yang aman, syringe hanya berisi sejumlah
obat lokal anestesi yang akan digunakan. Sesudah obat lokal anestesi dimasukkan
ke ruang sub arachnoid, kaki pasien tidak boleh diangkat lebih tinggi dari kepala,
khususnya jika pada elektrokauter akan digunakan karena hal ini bisa
menimbulkan total spinal. Alifimoff, 1993 telah mengalami kasus total spinal
dengan agen tetracaine dosis 0,6 mg/kgBB. Mungkin ada beberapa faktor seperti
penggunaan jarum dengan ukuran cukup besar (No.22) dan syringe tuberkulin
menyebabkan injeksi dengan tekanan tinggi melewati jarak yang relatif pendek
antar vertebra, kombinasi hal tersebut membuat kecepatan injeksi merupakan
salah satu pertimbangan penyebab total spinal pada neonatus dan bayi. Dead
space dari jarum 0,004 ml, harus diperhitungkan ketika menentukan dosis. Dosis
lokal anestesi yang tidak cukup akan membuat level anestesi yang rendah atau
patchy analgesia. Blok yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan aktifitas
otot interkostal yang terlihat dengan penurunan ekspansi dinding dada dan timbul
pernafasan yang paradoksal (Maurice, 1990; Alifimoff, Cote, 1993; Shenkman et
al, 2002).
Sesudah jarum ditarik, anak diposisikan supine jika dikehendaki anestesia
yang bilateral. Jika larutan hiperbarik digunakan, kepala dan thorak agak
ditinggikan (sekitar 15-20 derajat) selama 2-3 menit untuk mencegah level spinal
blok yang terlalu tinggi jika posisi ini dipertahankan lebih lama level blok
mungkin inadekuat, tapi pada larutan isobarik anak harus diposisikan datar. Bila
akan dilakukan unilateral anestesia, posisi lateral dekubitus dipertahankan 1 menit
sesudah injeksi larutan hiperbarik. Hanya sekitar 2-4 menit waktu yang diperlukan
untuk mencapai analgesia pada bayi. Pada anak yang lebih besar, beberapa penulis
mengatakan sesudah 5 menit dapat dicapai analgesia yang maksimal. Pada anak
yang sadar, mudah dilihat adanya kelumpuhan pada ekstremitas bawah, tetapi
level anestesi yang dicapai sangat sulit ditentukan. Toleransi terhadap stimulus
pembedahan mengindikasikan bahwa blok minimal mencapai dermatom yang
menginervasi daerah operasi. Selain itu kita bisa melihat level blok dengan
memperhatikan paralisis interkostal, dimana hal ini menjadi prominen jika blok
mencapai Th5. Hal yang sama, regresi blok dapat dilihat dengan memperhatikan
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, yang dikonfirmasi kemudian
dengan adanya gerakan pada ekstremitas bawah (Maurice, 1990; Shenkman et al,
2002).
DAFTAR PUSTAKA