Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Introduksi Jamur (Trichoderma spp.

) terhadap
Perkembangan Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum),
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat

Oleh : Pasetriyani Eddy T, dan Y.Wahyu W.

Abstrak
Percobaan dilakukan di rumah kassa Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Jawa Barat Jl. Pasirjati
Km. 10 Ujungberung Bandung pada bulan Mei Oktober 2006. Percobaan bertujuan untuk
mengetahui pengaruh introduksi jamur Trichoderma spp. Terhadap perkembangan penyakit layu
Fusarium, pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
Metoda percobaan menggunakan Rancangan Acak kelompok yang terdiri atas tujuh perlakuan
dan tiga ulangan dengan rincian perlakuan sebagai berikut :
1) Tanpa introduksi Trichoderma spp, 2) Introduksi Trichoderma spp 10 gram/polybag, 3)
Introduksi Trichoderma spp 20 gram/polybag, 4) Introduksi Trichoderma spp 30 gram/polybag,
5) Introduksi Trichoderma spp 40 gram/polybag, 6) Introduksi Trichoderma spp 50
gram/polybag, 7) Introduksi Trichoderma spp 50 gram/polybag (tanpa inokulasi Fusarium sp).
Hasil percobaan menunjukkan introduksi 50 gram jamur Trichoderma spp/polybag dapat
menekan perkembangan penyakit layu Fusarium dan mempertahankan pertumbuhan (tinggi
tanaman dan jumlah daun) serta hasil (jumlah dan bobot buah) tanaman tomat kultivan Intan.

Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan komoditas sayuran yang telah
dikenal dan diusahakan oleh petani serta mempunyai adaptasi yang luas sehingga dapat
dibudidayakan pada berbagai ekosistem yang berbeda (Baihaki dalam Duriat, 1997).
Bertambahnya populasi penduduk dari tahun ke tahun serta membaiknya tingkat pendapatan
masyarakat mengakibatkan permintaan akan komoditas tomat meningkat rata-rata 4,34%
pertahun (Pasandaran dalam Duriat, 1997). Selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun
2000, volume ekspor komoditas tomat terus meningkat, volume ekspor tahun 1990 sebanyak
1.444.279 kg dan tahun 2000 sebanyak 2.373.105 kg dan cenderung akan terus meningkat pada
tahun-tahun berikutnya, sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap penerimaan devisa
Negara (Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2002).
Salah satu kendala dalam budidaya tomat untuk mencapai hasil yang maksimal adalah
adanya serangan penyakit, diantaranya serangan penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh
jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycoversici. Penyakit ini merupakan penyakit penting dalam
tanaman tomat terutama di daerah daratan tinggi (Semangun, 1991). Kerugian akibat penyakit ini
di Pacet Jawa Barat mencapai 16,7% (Makohara, dalam Semangun, 1996).
Pengendalian terhadap organism pengganggu tanaman pada umumnya masih mengandalkan
penggunaan fungsisida. Walaupun kesadaran akan bahaya zat kimia cukup tinggi, tetapi
penyemprotan fungisida untuk mengendalikan jamur penyebab penyakit tampaknya tetap
merupakan salah satu cara untuk mengurangi kerugian (Gorenz dalam Sukamto dkk, 1997). Pada
perkembangan pengendalian penyakit akhir-akhir ini perhatian akan pencemaran lingkungan
mulai tampak, sehingga penggunaan fungisida mulai dibatasi. Oleh karena itu arah pengendalian
mulai dialihkan ke pengendalian biologi dengan menggunakan agens hayati salah satunya yaitu
jamur antagonis Trichoderma sp.
Trichoderma sp. adalah salah satu jamur tanah dan merupakan bahan pengendalian yang
aman dan ramah lingkungan. Kebanyakan saprofit dalam tanah dan kayu, Trichoderma sp. dapat
menghasilkan enzim (1,3) glukonase dan kitinase yang dapat menyebabkan degradasi dan lisis
pada dinding sel Fusarium oxysporum. Cara jamur Trichoderma sp bekerja dalam
mengendalikan patongen yaitu proses kolonisasi dengan cepat mendahului pathogen kemudian
berkompetisi secara agresif atau menyerang tempat yang belum ditempati Fusarium oxysporum.
Pertumbuhan miselium Trichoderma sp akan melilit dan memenuhi tempat di sekitar hifa dari
jamur inang dan menyebabkan hifa pathogen akan mudah sekali menjadi kosong, runtuh dan
akhirnya hancur (Cook & Backer dalam Waluyo, 2004).
Genus Trichoderma spp merupakan salah satu jamur yang mempunyai potensi sebagai jamur
antagonis serta banyak diteliti kemampuannya dalam mengendalikan pathogen terbawa tanah.
Hasil penelitian Sivan dan Chet dalam Hersanti dkk, (2000) membuktikan bahwa jamur
Trichoderma spp mampu mengurangi intensitas serangan penyakit layu Fusarium pada tanaman
gandum 83%, pada tanaman kapas, tomat 80%, dan 60% pada tanaman melon.
Hasil penelitian Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (2002) menyimpulkan
bahwa Trichoderma spp ternyata juga memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan
vegetative dan perkembangan genetatif tanaman serta hasil panen. Tanaman yang diaplikasi
Trichoderma spp tumbuh dengan cepat dengan performa tanaman yang subur, waktu
pembungaan cepat dengan jumlah bunga banyak, dan jumlah polong yang juga lebih banyak
dibandingkan dengan tanaman yang tidak di aplikasi Trichoderma spp. Hasil tersebut menjadi
sebuah fenomena tersendiri yang menunjukkan kemampuan dari Trichoderma spp untuk
merangsang pertumbuhan tanaman.

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukan masalah sebagai berikut :
1. Apakah introduksi jamur Trichoderma spp ke dalam tanah berpengaruh terhadap
perkembangan penyakit layu Fusarium, pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
2. Berapa dosis introduksi jamur Trichoderma spp ke dalam tanah yang dapat menekan
perkembangan penyakit layu Fusarium sehingga pertumbuhan serta hasil tanaman tomat
lebih baik.

3. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan adalah untuk mengetahui dosis jamur Trichoderma spp yang tepat dalam
menekan perkembangan penyakit layu Fusarium dan memberikan pertumbuhan dan hasil yang
optimal pada tanaman tomat.

4. Kegunaan Hasil Percobaan


Hasil percobaan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi petani maupun
lembaga yang terkait dalam usaha mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat.

Tinjauan Pustaka
Upaya pengendalian Fusarium banyak menemui kesulitan, terutama dengan menggunakan
bahan kimia yang kurang efektif sehingga menjadi tidak efisien, karena Fusarium mempunyai
struktur yang bertahan dalam tanah yaitu klamidospra yang dapat dorman beberapa tahun dalam
tanah walaupun tanpa tanaman inang. Persistensi Fusarium di dalam tanah sangat lama, karena
mampu hidup sebagai saprofit. Hal ini menyebabkan sulitnya mengendalikan penyakit yang
disebabkan oleh pathogen ini.
Berdasarkan hal tersebut dan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan residu pestisida,
dipikirkan alternative lain dalam upaya pengendalian Fusarium oxysporum yang ramah
lingkungan. Salah satu alternatifnya adalah pengendalian secara biologis yaitu dengan
mengunakan Trichoderma sp sebagai jamur antagonis.
Trichoderma spp merupakan jamur yang berpotensi sebagai jamur antagonis yang dapat
mengendalikan pathogen-patogen tular tanah. Hasil penelitian Kasim dan Prayitno (1993)
menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis aplikasi Trichoderma spp 50 gram/pot yang
disebarkan di atas permukaan tanah mampu menekan Sclerotium rofsii pada tanaman panili.
Menurut Baker and Cook dalam Hersanti dkk (2000), Trichoderma spp berpotensi sebagai
antagonis bagi pathogen tanaman, karena menghasilkan antibiotik, cepat menguasai ruang dan
hara juga parasit. Beberapa penelitian membuktikan bahwa Trichoderma sp berperan sebagai
parasit pada Rigidoporus sp, Sclerotium sp, Rhizoctonia spp, Pythium sp dan Fusarium spp.
Hasil penelitian Hersanti dkk (2000) menyebutkan bahwa introduksi Trichoderma spp 20
gram/2 kg tanah mampu menekan perkembangan penyakit layu Fusarium, meningkatkan tinggi
tanaman dan berat basah tanaman tomat. Untuk mengandalikan Fusarium oxysporum penyebab
penyakit busuk batang pada tanaman panili, Balai Proteksi tanaman Perkebunan Jawa Barat
(2003) menganjurkan dosis aplikasi Trichoderma spp sebanyak 50 gr/pohon untuk bibit panili di
polybag sampai umur tanaman 2 tahun.

Bahan dan Metode Penelitian


1. Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan dilakukan di Rumah Kassa Balai Proteksi Tanaman Perkebunan di Pasirjati km 10
Ujungberung Bandung, pada bulan Mei s/d Oktober 2006.

2. Bahan dan Alat Percobaan


Bahan percobaan yang digunakan antara lain :
Potato Dextrose Agar (PDA), Alkohol 70%; Benih tomat kultivar Intan;
Biakan jamur Trichoderma spp pada media jagung; Isolat jamur Fusarium oxysporum dari
tanaman tomat; Media tanaman berupa campuran tanah dan pupuk kompos yang dipasteurisasi;
Alat percobaan yang digunakan adalah : autoclave, laminar air flow (box isolasi); mikroskop; bor
gabus; polybag ukuran 40 x 50 cm; bak persemaian.

3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu percobaan (eksperimen) dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) , terdiri atas 7 perlakuan dan 3 ulangan.
Variasi perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
A = Tanpa introduksi Trichoderma spp
B = 10 gram Trichoderma sp
C = 20 gram Trichoderma sp
D = 30 gram Trichoderma sp
E = 40 gram Trichoderma sp
F = 50 gram Trichoderma sp
G = Introduksi 50 gram Trichoderma sp tanpa Fusarium sp.
Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan, dilakukan pengujian taraf nyata dengan
menggunakan uji jarak berganda Duncan dengan selang kepercayaan 5%.

4. Pelaksanaan Percobaan
a. Pencarian Specimen
Pemilihan sample specimen dilakukan dengan mencari tanaman tomat yang terserang
pathogen Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. Dengan melihat gejala seperti pucatnya tulang-
tulang daun, terutama daun sebelah atas, tangkainya merunduk atau layu secara keseluruhan.
Lokasi pencarian specimen dilakukan di BALITSA Lembang dari kultivar Intan.

b. Pembuatan Medium PDA


Serbuk Potato Dextrose Agar (PDA) yang sudah siap pakai sebanyak 39 gram dilarutkan
dalam 1 liter aquades, kemudian dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk sampai homogen.
Larutan dimasukkan dalam erlemeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil lalu disterilkan
pada autoclave suhu 121 C selama 30 menit. Medium PDA dikeluarkan dan dituangkan pada
petridish steril masing-masing 10 ml dan dibiarkan membeku.

c. Pembuatan Kultur Fusarium oxysporum


Specimen yang diperoleh dari lapangan bagian batangnya dibersihkan dengan alcohol 70%,
dipotong tipis selanjutnya diisolasikan pada media PDA diinkubasikan pada suhu kamar selama
3 5 hari. Setelah tumbuh dilakukan identifikasi di bawah mikroskop. Bila sudah diperoleh
Fusarium oxysporum dilakukan pemurnian dengan cara mengambil jamur bagian ujung dengan
menggunakan jarum ose, selanjutnya diisolasikan pada media PDA baru yang sudah steril.
Dilakukan di dalam box isolasi secara aseptis kemudian diinkubasikan. Pemurnian dilakukan 2-3
kali sampai diperoleh isolate murni.

d. Penyediaan Trichoderma sp
Jamur Trichoderma sp yang digunakan adalah jamur Trichoderma sp hasil perbanyakan
Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Jawa Barat yang dikembangkan pada media beras jagung.

e. Persiapan Media Tanaman Tomat


Media tanaman tomat berupa campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 3 : 1.
Kemudian dipasteurisasi dengan uap panas selama 3 jam. Setiap polybag diisi dengan 2 kg
media tanam dan ditanami 1 bibit tanaman tomat yang berumur 20 hari dengan ukuran yang
sama.

f. Introduksi Trichoderma spp


Pemberian jamur Trichoderma sp dilakukan pada saat pindah tanam, sesuai dengan dosis
yang diuji dengan cara menaburkan inokulum jamur pada permukaan media tanam sesaat
sebelum ditanami bibit tomat. Inokulasi Fusarium oxysporum dilakukan bersamaan dengan
pemberian inokulum jamur Trichoderma sp. Pada setiap polybag disiramkan suspense spora
Fusarium oxysporum sebanyak 100 ml dengan konsentrasi 1 % (10 gram/liter air).

g. Pengamatan
Objek yang diamati meliputi :
a. Persentase Serangan Penyakit Layu Fusarium, dengan menggunakan rumus :
n
P = ------------------------ x 100 %
N

Keterangan :
P = Persentase serangan penyakit layu Fusarium
n = Jumlah tangkai daun yang menunjukkan gejala layu Fusarium
N = Jumlah tangkai daun seluruhnya (Hidayat Natawigena, 1998).

Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu.

b. Pertumbuhan vegetative tanaman tomat seminggu sekali sampai dengan 10 minggu setelah
tanam (MST), terdiri dari : pertumbuhan tinggi tanaman dan pertumbuhan jumlah tangkai
daun.
c. Pertumbuhan genaratif dan hasil tanaman tomat yang terdiri dari :
Pertumbuhan jumlah bunga, mulai 8 MST s/d 16 MST.
Pertumbuhan jumlah bunga, mulai 12 MST s/d 18 MST.
Jumlah bobot buat mulai 16 MST s/d 18 MST.

Hasil dan Pembahasan


1. Pengaruh Introduksi Trichoderma spp. terhadap perkembangan penyakit layu
Fusarium.
Gejala serangan penyakit layu Fusarium baru dilihat pada tanaman tomat pada 5 minggu
setelah tanam. Hasil analisis statistik data persentaei serangan penyakit layu Fusarium pada
tanaman tomat umur 5, 6, 7, 8, 9 dan 10 minggu MST tertuang pada Tabel 1.
Pada perlakuan yang diintroduksi dengan Trichoderma spp. dengan dosis yang semakin
meningkat menunjukkan persentase serangan Fusarium yang semakin menurun walaupun pada
umur tertentu keadaannya tidak berbeda nyata. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa introduksi
jamur Trichoderma spp. berpengaruh terhadap perkembangan persentase serangan penyakit layu
Fusarium pada tanaman tomat.
Rata-rata persentase serangan jamur pathogen Fusarium oxysporum mulai 5, 6 sampai
dengan 7 MST pada setiap perlakuan cenderung meningkat, sedangkan mulai 8, 9 sampai dengan
10 MST cenderung menurun. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa sampai dengan minggu ke 7
serangan jamur pathogen Fusarum oxysporum belum terpengaruh oleh jamur antagonis
Trichoderma spp., sedangkan mulai minggu ke delapan sampai dengan minggu ke sepuluh
serangan jamur pathogen Fusarium oxysporum sudah mulai tertekan oleh jamur antagonis
Trichoderma spp. Hal ini dimungkinkan mulai terjadinya proses hiperparasitisme jamur
antagonis Trichoderma sp. terhadap jamur pathogen Fusarium oxysporum yang menyebabkan
rusaknya hifa Fusarium oxysporum dan kemudian menjadi lisis. Sesuai dengan pendapat Waluyo
(2004) proses ini diawali dengan dililitnya hifa Fusarium oxysporum oleh hifa Trichoderma spp.
secara melingkar, kemudian diikuti dengan dikeluarkannya enzim-enzim tertentu oleh jamur
Trichoderma spp. yang mengakibatkan terjadinya kerusakan lapisan kitin pada dinding sel hifa
jamur Fusarium oxysporum sehingga menyebabkan lisis.
Hal tersebut membuktikan hasil penelitian Kasim dan Prayitno (1995) yang menyebutkan
bahwa semakin tinggi dosis aplikasi Trichoderma spp. 50 g/pot yang disebarkan di atas
permukaan tanah mampu menekan Sclerotium rolfsii pada tanaman panili.
Tabel 1. Pengaruh introduksi Trichoderma spp. Terhadap persentase serangan
Fusarium spp pada umur 5, 6, 7, 8, 9 dan 10 minggu setelah tanam (MST)
Perlakuan Rata-rata Persentase Serangan
5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST
A 24.76 a 35.32 a 40.12 a 37.00 a 31.90 a 27.65 a
B 15.67 ab 34.17 ab 33.02 a 36.17 ab 26.03 ab 21.87 ab
C 8.61 ab 16.96 c 34.86 a 18.70 abc 23.74 abc 20.49 abc
D 6.52 cd 14.83 cd 45.06 a 18.90 abc 16.12 cd 13.70 cd
E 3.04 cd 5.59 e 35.92 a 4.50 d 10.37 d 8.80 d
F 5.16 cd 4.17 e 37.92 a 3.13 d 2.33 e 2.01 e
G 0.012 d 0.012 f 0.012 b 0.012 d 0.012 e 0.012 e
Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nayata menurut uji
jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%

Tabel 2. Pengaruh introduksi Trichoderma spp. terhadap pertumbuhan tinggi


Tanaman tomat pada umur 2, 4, 6 8 dan 10 minggu MST
Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST
A 9.17 a 24.67 a 63.14 a 106.67 a 133.33 a
B 11.00 a 26.67 a 65.67 a 110.83 b 133.33 a
C 11.70 b 28.83 ab 67.00 a 110.83 b 138.33 a
D 12.50 b 30.67 ab 70.33 a 110.83 b 140.00 a
E 14.67 b 36.00 c 85.33 aba 116.83 b 148.33 a
F 15.83 b 38.00 c 89.33 b 116.67 b 150.00 a
G 14.50 b 42.00 d 99.67 b 131.67 b 155.83 a
Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nayata menurut uji
jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%

2. Pengaruh Introduksi Trichoderma spp. terhadap pertumbuhan tinggi tanaman tomat.


Data hasil analisis statistic pengaruh Trichoderma spp. terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
tomat pada umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu tanam MST seperti tertuang pada Tabel. 2.
Perlakuan tanpa introduksi Trichoderma spp. menghasilkan tinggi tanaman yang paling
rendah dibandingkan dengan tinggi tanaman pada perlakuan introduksi Trichoderma spp. yang
cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis introduksi Trichoderma spp.
Meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman tomat pada perlakuan introduksi Trichoderma spp.,
dikarenakan jamur ini selain dapat digunakan sebagai biokontrol terhadap serangan pathogen
Fusarium oxysporum juga dapat berperan sebagai pupuk biologis yang dikenal Plant Growth
Promoting Fungi (Hersanti, 2000).
Pada umur 10 MST diantara perlakuan tidak terjadi perbedaan yang nyata. Keadaan tersebut
dimungkinkan oleh ketersediaan unsure hara yang dibatasi oleh ukuran polybag, sehingga pada
10 minggu rata-rata tinggi tanaman tomat pada setiap perlakuan menjadi relative seragam.

3. Pengaruh Introduksi Trichoderma spp. terhadap pertumbuhan jumlah tangkai dalam


tanaman tomat.
Data hasil analisis statistic pengaruh introduksi Trichoderma spp. terhadap pertumbuhan
jumlah tangkai daun pada tanaman tomat umur 2, 4, 6, 8, dan 10 minggu setelah tanam (MST)
seperti tertuang pada Tabel 3.
Perlakuan tanpa introduksi Trichoderma spp. menghasilkan jumlah tangkai daun yang
palinggi sedikit dibandingkan dengan jumlah tangkai daun pada perlakuan introduksi
Trichoderma spp. yang cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis introduksi
Trichoderma spp. Meningkatnya petumbuhan jumlah tangkai daun pada perlakuan introduksi
Trichoderma spp., sejalan dengan pertumbuhan tinggi tanaman sebagai pengaruh dari introduksi
Trichoderma spp. yang bersifat antagonis terhadap jamur pathogen Fusarium oxysporum dan
juga dapat berperan sebagai pupuk biologis.

Tabel 3. Pengaruh introduksi Trichoderma spp. Terhadap pertumbuhan jumlah


Tangkai daun tanaman tomat pada umur 2, 4, 6, 8, dan 10 minggu MST
Perlakuan Rata-rata jumlah tangkai daun
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST
A 5.50 c 5.67 c 12.83 c 17.67 a 25.67 a
B 6.17 bc 5.67 c 13.17 bc 17.67 a 26.33 a
C 5.83 bc 6.00 bc 13.67 abc 18.67 b 36.67 a
D 4.83 ab 6.50 b 13.67 abc 19.00 b 27.00 a
E 5.00 ab 7.17 ab 15.33 ab 19.00 b 29.00 a
F 5.17 ab 7.50 ab 16.00 ab 19.00 b 29.00 a
G 4.17 a 7.83 a 16.50 a 22.50 b 29.33 a
Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nayata menurut uji
jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Tabel 4. Pengaruh introduksi Trichoderma spp. Terhadap pertumbuhan


Generative jumlah bunga, jumlah buah dan bobot buah per-tanaman tomat
Pada umur 18 MST
Perlakuan Jumlah bunga (tangkai) Jumlah buah Bobot buah
(butir) (kg)
A 53.00 a 28.67 a 0.57 a
B 56.67 b 31.33 b 0.78 a
C 68.33 bc 34.33 bc 1.03 b
D 81.00 cd 36.67 cd 1.28 c
E 85.33 d 39.00 de 1.59 d
F 90.33 d 41.67 ef 1.84 e
G 98.00 d 43.00 f 2.13 f
Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nayata menurut uji
jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

4. Pengaruh Introduksi Trichoderma spp. terhadap jumlah bunga dan hasil (jumlah dan
bobot buah) pada tanaman tomat.
Data hasil analisis statistic pengaruh introduksi Trichoderma spp. terhadap jumlah bunga,
jumlah buah dan bobot buah pada tanaman tomat umur 18 minggu setelah tanam (MST) seperti
tertuang pada Tabel 4.
Dosis introduksi Trichoderma spp. yang semakin meningkat dapat meningkatkan jumlah
bunga, jumlah buah dan bobot buah tomat, keadaan tersebut menunjukkan bahwa introduksi
jamur Trichoderma spp. berpengaruh terhadap pertumbuhan bunga dan hasil buah tomat.
Meningkatnya dosis introduksi Trichoderma spp. menyebabkan menurunnya persentase
jumlah daun terserang penyakit layu Fusarium, dengan menurunnya persentase daun terserang
Fusarium oxysporum maka berpengaruh terhadap hasil proses fotosintesis yang diperankan oleh
daun akan meningkat, sehingga akan menghasilkan jumlah bunga, jumlah daun dan bobot buah
yang meningkat pula.
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Semangun (1991), tanaman dewasa yang
terinfeksi sering dapat bertahan terus dan membentuk buah, tetapi hasilnya sangat sedikit dan
buahnyapun kecil-kecil. Secara keseluruhan dari hasil percobaan ini dapat dikemukakan bahwa
introduksi Trichoderma spp. berpengaruh menekan terhadap perkembangan penyakit layu
Fusarium pada tanaman tomat. Tanaman tomat yang tidak diintroduksi dengan Trichoderma spp.
menunjukkan persentase serangan yang paling tinggi dan berbeda nyata dengan tanaman tomat
yang diintroduksi dengan Trichoderma spp., semakin tinggi dosis Trichoderma spp. yang
diintroduksikan, menunjukkan makin menurunnya persentase serangan penyakit layu Fusarium.
Menurunnya persentase serangan penyakit layu Fusarium berdampak terhadap terhadap
pertumbuhan vegetative dan generative tanaman tomat. Keadaan tersebut membuktikan dengan
yang diungkapkan oleh Semangun (1991) Jamur Fusarium spp. mengadakan infeksi pada akar,
terutama melalui luka-luka, lalu menatap dan berkembang di berkas pembuluh, sehingga
pengangkutan air dan hara terganggu yang menyebabkan tanaman menjadi layu. Menurut
Guman dan Jaag dalam Semangun (1991) jamur membentuk polipeptida, yang disebut
likomarasmin, yang dapat mengganggu permeabilitas membrane plasma dari tanaman. Dengan
terganggunya permeabilitas membrane plasma tanaman menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman sehingga tidak dapat menghasilkan buah yang baik.

Kesimpulan
Dari hasil percobaan introduksi Trichoderma spp.. terhadap perkembangan penyakit layu
Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici), pertumbuhan dan hasil tanaman tomat ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Introduksi jamur Trichoderma spp. mampu menekan perkembangan penyakit layu Fusarium,
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
2. Pengaruh yang terbaik diperoleh pada perlakuan introduksi 50 gram biakan missal
Trichoderma spp. per 2 kg tanah.

Saran
Untuk memperoleh hasil percobaan yang menunjukkan diaplikasikan di lapangan, sebaiknya
percobaan ini ditindak lanjuti dengan percobaan di areal pertanaman tomat yang diindikasikan
daerah endemis penyakit layu Fusarium.

Daftar Pustaka
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi, 2002. Biopestisida Trichoderma sp. Teknologi.
Suara Merdeka, edisi 25 Maret 2002.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 1997. Teknologi Produksi Tomat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura.
Balai Proteksi Tanaman Perkebunan, 2003. Pengembangan Jamur Antagonis Trichoderma sp.
Liflet Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat, Bandung.
Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2002. Budiodaya Tomat. Direktorat Tanaman Sayuran, Hias
dan Aneka Tanaman. Jakarta.
Duriat, A.S, 1997. Tomat Komoditas Andalan yang Prospektif. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Bandung.
Hersanti, Endah. Y.D. dan Luciana, 2000. Pengaruh Introduksi Jamur Trichoderma sp.p dan
efektive Mikroorganisme MS (EM4) terhadap perkembangan penyakit layu (Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici) pada tanaman tomat. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran Bandung. Bandung.
Kasim dan Prayitno, 1993. Uji Antagonis Sepuluh Isolat Trichoderma sp terhadap Tiga Patogen
Secara Invitro. Prosiding Seminar Sub Balitro, Natar.
Hidayat N, 1993. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya, Bandung.
Semangun, 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Universitas Gadjah
Mada Press. Yogyakarta.
-----, 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Srisukamto, Semangun H, dan Harsoyo, 1977. Identifikasi Beberapa Isolat Jamur dan Sifat
Antagonisnya terhadap Phythoptora palmivora pada Kakao. Pelita Perkebunan. Jurnal
Penelitian Kopi dan Kakao Vol. 13 (3).
Sudhantha, 1993. Pengendalian Jamur Sclerotium oryzae catt. Secara Biologis menggunakan
Jamur Antagonis pada Tanaman Padi Gogo. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Waluyo, 2004. Pengembangan Trichoderma harzianum sebagai bahan pengendalian penyakit
tanaman. Makalah pelatihan pemurnian dan penstabilan agens hayati. Dinas Perkebunan
Yogyakarta. Yogyakarta.

Riwayat Penulis
Pasetriyani ET., Ir., MP, adalah Dosen Kopertis Wilayah. IV yang diperbantukan pada
Fakultas Pertanian UNBAR.

Y. Wahyu Wangsaatmadja, Ir., Drs, adalah Dosen Fakultas Pertanian UNBAR.

Anda mungkin juga menyukai