Anda di halaman 1dari 14

Penghantaran rangsang[sunting | sunting sumber]

Semua sel dalam tubuh manusia memiliki muatan listrik yang terpolarisasi,
dengan kata lain terjadi perbedaan potensial antara bagian luar dan dalam dari
suatu membran sel, tidak terkecuali sel saraf (neuron). Perbedaan potensial
antara bagian luar dan dalam membran ini disebut potensial membran. Informasi
yang diterima oleh Indra akan diteruskan oleh saraf dalam bentuk impuls. Impuls
tersebut berupa tegangan listrik. Impuls akan menempuh jalur
sepanjang akson suatu neuron sebelum dihantarkan ke neuron lain
melalui sinapsis dan akan seperti itu terus hingga mencapai otak, dimana impuls
itu akan diproses. Kemudian otak mengirimkan impuls menuju organ atau indra
yang dituju untuk menghasilkan efek yang diinginkan melalui mekanisme
pengiriman impuls yang sama.

Membran hewan memiliki potensial istirahat sekitar -50 mV s/d -90 mV, potensial
istirahat adalah potensial yang dipertahankan oleh membran selama tidak ada
rangsangan pada sel.

Datangnya stimulus akan menyebabkan


terjadinya depolarisasi dan hiperpolarisasi pada membran sel, hal tersebut
menyebabkan terjadinya potensial kerja. Potensial kerja adalah perubahan tiba-
tiba pada potensial membran karena datangnya rangsang. Pada saat potensial
kerja terjadi, potensial membran mengalami depolarisasi dari potensial
istirahatnya (-70 mV) berubah menjadi +40 mV. Akson vertebrata umumnya
memiliki selubung mielin. Selubung mielin terdiri dari 80% lipid dan 20% protein,
menjadikannya bersifat dielektrik atau penghambat aliran listrik dan hal ini
menyebabkan potensial kerja tidak dapat terbentuk pada selubung mielin; tetapi
bagian dari akson bernama nodus Ranvier tidak diselubungi oleh mielin.

Penghantaran rangsang pada akson bermielin dilakukan dengan


mekanisme hantaran saltatori, yaitu potensial kerja dihantarkan dengan
"melompat" dari satu nodus ke nodus lainnya hingga mencapai sinapsis.

Pada ujung neuron terdapat titik pertemuan antar neuron bernama sinapsis,
neuron yang mengirimkan rangsang disebut neuron pra-sinapsis dan yang akan
menerima rangsang disebut neuron pasca-sinapsis. Ujung akson setiap neuron
membentuk tonjolan yang didalamnya terdapat mitokondria untuk
menyediakan ATP untuk proses penghantaran rangsang dan vesikula
sinapsis yang berisi neurotransmitter umumnya
berupa asetilkolin(ACh), adrenalin dan noradrenalin.

Ketika rangsang tiba di sinapsis, ujung akson dari neuron pra-sinapsis akan
membuat vesikula sinapsis mendekat dan melebur ke membrannya.
Neurotransmitter kemudian dilepaskan melalui proses eksositosis. Pada ujung
akson neuron pasca-sinapsis, protein reseptor mengikat molekul
neurotransmitter dan merespon dengan membuka saluran ion pada membran
akson yang kemudian mengubah potensial membran (depolarisasi atau
hiperpolarisasi) dan menimbulkan potensial kerja pada neuron pasca-sinapsis.

Ketika impuls dari neuron pra-sinaps berhenti neurotransmitter yang telah ada
akan didegradasi. Molekul terdegradasi tersebut kemudian masuk kembali ke
ujung akson neuron pra-sinapsis melalui proses endositosis.

Neurotransmitter dan Reseptor


Dalam suatu penghantaran impuls, diperlukan adanya suatu sinyal yang
akan disampaikan. Oleh karena itu, diperlukanlah suatu neurotransmitter yang
akan membawa sinyal tersebut. Selain itu, dalam penghantaran sinyal juga
diperlukan adanya reseptor. Reseptor inilah yang akan mengenali
neurotransmitter, sehingga kanal akan terbuka dan ion tertentu akan terbuka.
Dalam Lembar Tugas Mandiri ini, akan diterangkan tentang neurotransmitter
beserta reseptornya.

Neurotransmitter adalah senyawa-senyawa kimia yang dikeluarkan oleh


sel neuron, sehingga impuls akan diteruskan dari sel neuron, ke neuron lainnya,
otot, organ, dan lain sebagainya. Neurotransmitter biasanya dikemas oleh
vesikel-vesikel yang membawanya dari perikaryon menuju akson terminal. Pada
akson terminal, vesikel-vesikel tersebut akan melepaskan neurotransmitter
sehingga neurotransmitter akan berada pada velah sinaps. Setelah itu,
neurotransmitter akan ditangkap oleh reseptor spesifiknya (gambar 1). Beberapa
neurotransmitter adalah sebagai berikut:

a. Acetylcholine(ACh)

ACh merupakan neurotransmitter yang pertama kali ditemukan pada sekitar 70


tahun yang lalu. ACh ini terbentuk pada akson terminal pada sel saraf. Proses
penggunaan ACh sebagai neurotransmitter, dimulai saat potensial aksi sudah
sampai pada terminal akson. Hal ini akan bersamaan dengan meningkatnya
kalsium yang bermuatan dan aktifnya asetilkolin. Asetilkolin yang aktif akan
segera direspon oleh ACh reseptor. Setelah itu, ACh akan segera diuraikan
kembali di terminal. Jika suatu saat diperlukan lagi, asetilkolin akan segera
disintesis kembali.

ACh beserta reseptornya, sangatlah penting dalam penghantaran


sinyal. Myasthenia gravis adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh tidak
adanya reseptor asetilkolin. Para penderita myasthenia gravis ini akan selalu
mengalami kelelahan dan kelemahan otot.

b. Asam amino

Asam amino tidak hanya berperan sebagai penyusun protein saja, tapi beberapa
asam amino juga berperan sebagai neurotransmitter. Salah satu contohnya
adalah glutamat dan aspartat yang berperan sebagai sinyal eksitatori. Glutamate
dan aspartat ini berfungsi untuk mengaktifkan reseptor N-metil-D-aspartat
(NMDA). Reseptor NMDA ini bermanfaat untuk neuron karena sangat berperan
dalam proses belajar dan perkembangan neuron. Walau bagaimanapun, jika
terlalu banyak stimulasi NMDA, akan terjadi kematian sel. Selain itu, gamma-
aminobutyric acid (GABA) dan glisin, juga berperan sebagai inhibitor dari neuron.

c. Catecholamines

Neurotransmitter yang termasuk dalam golongan ini adalah nor-epinefrin dan


dopamine. Norepinefrin berperan dalam belajar dan memori serta berperan
dalam mengontrol tekanan darah dan jantung. Salah satu fungsi dari dopamine
adalah mengontrol pergerankan. Sehingga para penderita Parkinsons disease
yang tidak mempunyai dopamin, mengalami berbagai gangguan pergerakan,
seperti kesulitan bergerak, tremor, dan kekakuan otot. Selain itu, dopamin juga
berperan dalam emosi psikologis dan kognitif. Dopamin juga berperan dalam
mengatur sistem hormonal.

d. Serotonin

Serotonin berperan dalam mengontrol berbagai tingakatan emosional. Serotonin


juga berperan dalam kontrol perasaan hari (mood), kegelisahan, depresi, dan lain
sebagainya. Obat-obatan yang bekerja berlawanan dengan serotonin, bisa
mengobati depresi danObsessive-compulsive disorder (OCD). Salah satu contoh
obatnya adalah fluoxetine(Prozac).

e. Peptida

Peptida adalah kumpulan asam amino yang saling berikatan. Peptida otak yang
berperan sebagai neurotransmitter adalah opioid. Opioid ini berperan dalam
menekan rasa nyeri dan juga tidur walaupun prosesnya masih belum jelas.
Diperkirakan, opioid ini diproduksi oleh otak saat kita berada dalam kondisi
stress. Salah satu derivat opioid yang biasa digunakan adalah morfin.

f. Gas

Beberapa gas, ternyata bisa berperan sebagai neurotransmitter, contohnya


adalah nitrit oksida dan karbon monoksida. Biasanya, neurotransmitter akan
dikemas dalam vesikel-vesikel dan memerlukan reseptor untuk masuk kedalam
post-sinap. Tidak demikian dengan gas-gas ini. Dikarenakan bentuknya yang gas,
nitrit oksida dan karbon monoksida akan langsung berdifusi untuk keluar masuk
neuron. Nitrit oksida mempunyai beberapa peran penting, yaitu berperan dalam
relaksasi usus, ereksi pada penis, dan mengontrol siklik GMP (suatu molekul
intrasellular messenger)

Setelah neurotransmitter keluar dari vesikel, neurotransmitter akan


ditangkap oleh reseptor spesifiknya. Reseptor yang biasa digunakan, ada 2
macam, yaitu:

1. Transmitter-gated channels (ionotropik)

Transmitter-gated channels biasanya digunakan oleh ACh dan neurotransmitter


asam amino. Transmitter-gated channels berukuran 11 nm dan bersifat sangat
sensitif dalam menyeleksi neurotransmitter yang akan masuk, bisa memilih dan
memilih ion, bahkan yang sangat mirip sekalipun. Neurotransmitter yang ada
akan berikatan dengan reseptornya. Hal ini akan menyebabkan reseptor tersebut
mengalami konformasi dan mengaktifkan kanal ion. Perubahan ini hanya akan
terjadi dalam waktu yang singkat, walaupun neurotransmitter masih berikatan
dengan reseptornya (periode desensitisasi). Setiap neurotransmitter akan
mempunyai reseptor yang berbeda, walaupun masih memiliki kesamaan antara
satu sama lain. Perbedaannya terletak pada susunan asam amino serta
panjangnya. (gambar 2)

Beberapa macam transmitter-gated channels adalah sebagai berikut:

a. Reseptor nikotinik asetilkolin

Transmitter-gated channels yang paling banyak dipelajari adalah reseptor


nikotinik ACh pada otot, yang terdiri dari 5 subunit (2 , 1 , 1 , dan 1 ). Walau
juga berupa pentamer, reseptor nikotinik ACh pada neuron berbeda dengan
reseptor nikotinik ACh pada otot. Reseptor nikotinik ACh pada neuron hanya
terdiri dari subunit dan saja, dengan perbandingan 3:2. Walaupun subunit
yang ada pada reseptor ini masing-masing berbeda, tapi subunit ini memiliki
suatu struktur dasar yang sama. Struktur tersebut terdiri dari 3 alfa heliks. ACh
akan berikatan dengan binding site-nya yang berada di subunit . (gambar 3)

b. Amino acid-gated channel

Amino acid-gated channel mengontrol sebagian besar transmisi yang


memerlukan tindakan cepat pada sistem saraf pusat. Fungsi amino acid-gated
channel adalah pada sistem sensorik, motorik, dan juga penyakit.

c. GABA-Gated dan Glycine-Gated Channels

Berbeda dengan reseptor lainnya yang hanya spesifik untuk 1 neurotransmitter,


reseptor GABAA merupakan multi reseptor. Artinya, reseptor GABAA bisa
memediasi berbagai sinaptis inhibisi. Begitu juga dengan Glycine-Gated
Channels, yang juga berperan dalam inhibisi sinaptik. GABA-Gated dan Glycine-
Gated Channels berperan dalam kanal klorida. Inhibisi sinaptik ini harus
diregulasi dengan sangat cermat. Hal ini dikarenakan jika terlalu banyak, akan
menyebabkan ketidaksadaran dan koma. Sedangkan jika terlalu sedikit, maka
akan menyebabkan kejang.

2. G-Protein-Coupled Receptors (metabotropik)

G-Protein-Coupled Receptors terdiri dari 1 polipeptida yang mempinyai


7 spanninng alpha helices. Struktur ini bisa bervariasi yang bisa menentukan
jenis G-protein dan jenis efektor yang akan diaktifkan. Beberapa jenis
neurotransmitter beserta reseptornya adalah sebagai berikut: (tabel 1)

Walaupun berbeda, G-Protein-Coupled Receptors mempunyai proses sama,


yaitu:(gambar 4)

a. Setiap protein G memiliki 3 subunit, yaitu , , dan . Dalam keadaan istirahat,


Guanosin difosfat (GDP) akan berikatan dengan subunit

b. Jika terdapat neurotransmitter yang berikatan dengannya, GDP akan diubah


menjadi GTP

c. Perubahan ini akan menyebabkan kompleks protein G terpecah menjadi 2,


yaitu subunit serta gabungan subunit dan .

d. Setelah prosesnya selesai, maka GTP akan diubah kembali menjadi GDP

Daftar Pustaka
1. Carey J (ed.). Brain Facts: A Primer on the Brain and Nervous System.
Washington: The Society for Neuroscience; 2002.p. 4-7.

2. Bear MF, Connors BW, Paradiso MA. Neuroscience: Exploring the


Brain. Philadelphia: Lippincott

http://jokbelakang.blogspot.com/2011/09/neurotransmitter-dan-reseptor.html 5
maret

Gerak Refleks

Mungkin Anda pernah memeriksakan kesehatan Anda di rumah sakit. Salah satu hal
yang dilakukan dokter adalah menyuruh duduk dengan posisi kaki dapat bergerak bebas
di atas tanah, dokter juga menyuruh menutup mata. Tiba-tiba tanpa sepengetahuan
Anda, dokter memukul lutut Anda menggunakan martil. Apa yang terjadi? Ya, tungkai
kaki bawah Anda bergerak ke depan. Itu adalah salah satu contoh gerakan
refleks. Gerak refleks adalah gerakan spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak
ini dilakukan tanpa kesadaran. Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian tiba-tiba
misalnya menarik kaki dengan segera setelah menginjak puntung rokok yang masih
menyala. Jalur perjalanan gerak refleks sebagai berikut.

Berdasarkan tempat konektornya, refleks dibedakan menjadi dua yaitu refleks spinalis
dan refleks kranialis.

a. Refleks tulang belakang (refleks spinalis) yaitu jika konektor terdapat di sumsum
tulang belakang. Contoh: gerakan menarik tangan saat menyentuh benda panas atau
kaki terkena duri. Perhatikan Gambar 3.

Gambar 3. Jalur perjalanan gerak refleks pada kaki dan tangan manusia

b. Refleks otak (refleks kranialis) yaitu jika konektornya terdapat di otak. Contoh: gerakan mata
terpejam karena kilat.

Ada dua penghantaran impuls yaitu melalui neuron dan sinapsis.


a. Penghantaran impuls melalui neuron : terjadi karena adanya
perbedaan muatan listrik bagian dalam dan bagian luar membran
serabut saraf. Ketika istirahat, bagian luar membran serabut saraf
bermuatan positif, sementara itu bagian dalam membran serabut saraf
bermuatan negatif, kejadian ini disebut polarisasi.
Ketika menerima rangsang berupa impuls, bagian luar membran
serabut saraf akan bermuatan negatif, dan bagian dalam membran
serabut saraf akan bermuatan positif, keadaan ini disebut depolarisasi.
Selanjutnya, akan terjadi aliran listrik dari daerah bermuatan
negatif ke daerah yang bermuatan negatif, impuls akan diteruskan
neuron ke sumsum tulang belakang dan otak untuk diolah.

b. Penghantaran impuls melalui sinapsis : jika impuls telah sampai ke


membran prasinapsis maka vesikel-vesikel akan sampai ke ke
membran prasinapsis karena pengaruh Ca2+ yang masuk ke bonggol
sinapsis.
Selanjutnya vesikel-vesikel akan melepaskan zat neurotransmiter.
Neurotransmiter menerima impuls dan akan berdifusi masuk ke celah
sinapsis. Neurotransmiter akan mengikat protein khusus atau reseptor
yang ada di membran pascasinapsis. Ikatan antara neurotransmiter
dengan reseptor mengakibatkan impuls diteruskan ke saraf lainnya.
http://allsite4.blogspot.com/2012/03/penghantaran-impuls-melalui-neuron-dan
sinapsis.html

MACAM MACAM NEUROTRANSMITTER

Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan


disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan
dari akson terminal melalui eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang.
Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antar neuron. Zat-zat kimia ini
menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi
lebih kurang dapt menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan transmiter
tersebut. Contoh-contoh neurotransmiter adalah norepinefrin, acetilkolin,
dopamin, serotonin, asam gama aminobutirat (GABA), glisin, dan lain-lain.

1. Asetilkolin

Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung


presinap dari koenzim asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin
asetiltransferase. Kemudian substansi ini dibawa ke dalam gelembung
spesifiknya. Ketika kemudian gelembung melepaskan asetilkolin ke dalam celah
sinap, asetilkolin dengan cepat memecah kembali asetat dan kolin dengan
bantuan enzim kolinesterase, yang berikatan dengan retikulum proteoglikan dan
mengisi ruang celah sinap. Kemudian gelembung mengalami daur ulang dan
kolin juga secara aktif dibawa kembali ke dalam ujung sinap untuk digunakan
kembali bagi keperluan sintesis asetilkolin baru.

2. Norepinefrin, epinephrine, dan dopamine

Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan


dalamcathecolamines. Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-
limiting step) dalam biosintesis cathecolamin. Disamping itu, enzim tirosin
hidroksilase ini dihambat oleh oleh katekol (umpan balik negatif oleh hasil
akhirnya).

a. Dopamin

Merupakan neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana


mempengaruhi proses otak yang mengontrol gerakan, respon emosional dan
kemampuan untuk merasakan kesenangan dan rasa sakit. Dopamin sangat
penting untuk mengontrol gerakan keseimbangan. Jika kekurangan dopamin
akan menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan seperti kasus pada penyakit
Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan aliran dopamine dapat
menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk berpikir rasionil, ditunjukkan
dalam skizofrenia. dari perut tegmental area yang banyak bagian limbic sistem
akan menyebabkan seseorang selalu curiga dan memungkinkan untuk
mempunyai kepribadian paranoia. Jika kekurangan Dopamin di bidang
mesocortical dari daerah perut tegmental ke neocortex terutama di daerah
prefrontal dapat mengurangi salah satu dari memori.

b. Norephineprin

Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya terletak


pada batang otak dan hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi
norephineprin yang terletak di lokus seruleus di dalam pons akan mengirimkan
serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan membantu pengaturan
seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan kewaspadaan. Pada
sebagian daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi reseptor aksitasi,
namun pada yang lebih sempit malahan mengatur reseptor inhibisi.
Norephineprin juga sebagian disekresikan oleh sebagian besar neuron post
ganglion sistem saraf simpatisdimana ephineprin merangsang beberapa organ
tetapi menghambat organ yang lain.
3. Glutamate

Glutamate merupakan neurotransmitter yang paling umum di sistem saraf


pusat, jumlahnya kira-kira separuh dari semua neurons di otak. Sangat penting
dalam hal memori. Kelebihan Glutamate akan membunuh neuron di otak.
Terkadang kerusakan otak atau stroke akan mengakibatkan produksi glutamat
berlebih akan mengakibatkan kelebihan dan diakhiri dengan banyak sel-sel otak
mati daripada yang asli dari trauma. AlS, lebih dikenal sebagai penyakit Lou
Gehrigs, dari hasil produksi berlebihan glutamate. Banyak percaya mungkin juga
cukup bertanggung jawab untuk berbagai penyakit pada sistem saraf, dan
mencari cara untuk meminimalisir efek.

4. Serotonin

Serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) adalah suatu neurotransmitte


rmonoamino yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem
saraf pusat (CNS) dan sel-sel enterochromaffin dalam saluran pencernaan.

Pada system saraf pusat serotonin memiliki peranan penting sebagai


neurotransmitter yang berperan pada proses marah, agresif, temperature tubuh,
mood, tidur, human sexuality, selera makan, dan metabolisme, serta rangsang
muntah.

Serotonin memiliki aktivitas yang luas pada otak dan variasi genetic pada
reseptor serotonin dan transporter serotonin, yang juga memiliki kemampuan
untukreuptake yang jika terganggu akan memiliki dampak pada kelainan
neurologist.

Obat-obatan yang mempengaruhi jalur dari pembentukan serotonin


biasanya digunakan sebagai terapi pada banyak gangguan psikiatri, selain itu
serotonin juga merupakan salah satu dari pusat penelitian pengaruh genetic
pada perubahan genetic psikiatri.

Pada beberapa studi yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa pada
beberapa orang dengan gangguan cemas memiliki serotonin transporter yang
tidak normal dan efek dari perubahan ini adalah adanya peluang terjadinya
depresi jauh lebih besar dibanding orang normal.Dari peneltian terbaru juga
didapatkan bahwa serotonin bersama-sama dengan asetilkolin dan norepinefrin
akan bertindak sebagai neurotransmitter yang dilepaskan pada ujung-ujung
saraf enteric. Kebanyakan nuclei rafe akan mensekresi serotonin yang
membantu dalam pengaturan tidur normal. Serotonin juga merupakan salah satu
dari beberapa bahan aktif yang akan mengaktifkan proses peradangan, yang
akan dimulai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal sampai pada tahap
pembengkakan sel jaringan, selain itu serotonin juga memiliki kendali pada aliran
darah, kontraksi otot polos, rangsang nyeri, system analgesic, dan peristaltic
usus halus.

5. GABA

-Aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmiter inhibisi utama


pada sistem saraf pusat. GABA berperan penting dalam mengatur exitability
neuron melalui sistem saraf. Pada manusia, GABA juga bertanggung jawab
langsung pada pengaturan tonus otot.

GABA dibentuk dari dekarboksilasi glutamat yang dikatalis oleh glutamate


decarboxylase (GAD).GAD umumnya terdapat dalam akhiran saraf. Aktivitas GAD
membutuhkan pyridoxal phosphate (PLP) sebagai kofaktor. PLP dibentuk dari
vitamin B6 (pyridoxine, pyridoxal, and pyridoxamine) dengan bantuan pyridoxal
kinase. Pyridoxal kinase sendiri membutuhkan zinc untuk aktivasi. Kekurangan
pyridoxal kinase atau zinc dapat menyebabkan kejang, seperti pada pasien
preeklamsi.Reseptor GABA dibagi dalam dua jenis: GABA A dan GABAB. Reseptor
GABAA membuka saluran florida dan diantagonis oleh pikrotoksin dan bikukulin,
yang keduanya dapat mnimbulkan konvulsi umum.

Reseptor GABAB yang secara selektif dapat diaktifkan oleh obat anti
spastik baklofen, tergabung dalam saluran kalium dalam membran pascasinaps.
Pada sebagian besar daerah otak IPSP terdiri atas komponen lambat dan cepat.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa GABA adalah transmiter penghambat yang
memperantarai kedua componen tersebut. IPSP cepat dihambat oleh antagonis
GABAA, sedangkan IPSP lambat oleh antagonis GABA B. Penelitian imunohistokimia
menunjukkan bahwa sebagian besar dari saraf sirkuit local mensintesis GABA.
Satu kelompok khusus saraf dari sirkuit local terdapat di tanduk dorsal sumsum
tulang belakang juga menghasilkan GABA. Saraf-saraf ini membentuk sinaps
aksoaksonik dengan terminal saraf sensoris primer dan bekerja untuk inhibisi
presinaps.
Pada vertebrata, GABA berperan dalam inhibisi sinaps pada otak melalui
pengikatan terhadap reseptor spesifik transmembran dalammembran plasma
pada proses pre dan post sinaps. Pengikatan ini menyebabkan terbukanya
saluran ion sehingga ion klorida yang bermuatan negatif masuk kedalam sel dan
ion kalium yang bermuatan positif keluar dari sel. Akibatnya terjadi perubahan
potensial transmembran, yang biasanya menyebabkan hiperpolarisasi. Reseptor
GABAA merupakan reseptor inotropik yang merupakan saluran ion itu sendiri,
sedangkan Reseptor GABAB merupakan reseptor metabotropik yang membuka
saluran ion melalui perantara G protein (G protein-coupled reseptor)

Neuron-neuron yang menghasilkanyang menghasilkan GABA disebut


neuron GABAergic. Sel medium spiny merupakan salahsatu contoh sel GABAergic

6. Glisin

Glisin (Gly, G) atau asam aminoetanoat adalah asam amino alami paling
sederhana. Rumus kimianya NH 2CH2COOH. Glisin merupakan asam amino
terkecil dari 20 asam amino yang umum ditemukan dalam protein. Kodonnya
adalah GGU, GGC, GGA dan GGG.

Glisin merupakan satu-satunya asam amino yang tidak memiliki isomer


optikkarena gugus residu yang terikat pada atom karbon alpha adalah
atom hidrogensehingga terjadi simetri. Jadi, tidak ada L-glisin atau D-glisin.

Glisin merupakan asam amino yang mudah menyesuaikan diri dengan


berbagai situasi karena strukturnya sederhana. Sebagai contoh, glisin adalah
satu-satunya asam amino internal pada
heliks kolagen, suatu protein struktural. Pada sejumlah protein penting
tertentu, misalnya sitokrom c, mioglobin, dan hemoglobin, glisin selalu berada
pada posisi yang sama sepanjang evolusi (terkonservasi). Penggantian glisin
dengan asam amino lain akan merusak struktur dan membuat protein tidak
berfungsi dengan normal. Secara umum protein tidak banyak pengandung
glisina. Perkecualian ialah pada kolagen yang dua per tiga dari keseluruhan asam
aminonya adalah glisin.

Glisin bekerja sebagai transmiter inhibisi pada sistem saraf pusat,


terutama pada medula spinalis, brainstem, dan retina. Jika reseptor glisin
teraktivasi, korida memasuki neuron melalui reseptor inotropik, menyebabkan
terjadinya potensial inhibisi post sinaps (Inhibitory postsynaptic potential /
IPSP). Strychnine merupakan antagonis reseptor glisin yang kuat,
sedangkan bicuculline merupakan antagonis reseptor glisin yang lemah.
Glisin merupakan reseptor agonis bagi glutamat reseptor NMDA.

7. Aspartat

Asam aspartat (Asp) adalah -asam amino dengan rumus


kimiaHO2CCH(NH2)CH2CO2H. Asam aspartat (atau sering disebut aspartat saja,
karena terionisasi di dalam sel), merupakan satu dari 20 asam amino
penyusun protein.

Asam aspartat bersama dengan asam glutamat


bersifat asam dengan pKa dari 4.0. Bagi mamalia aspartat tidaklah esensial.
Fungsinya diketahui sebagai pembangkit neurotransmisi di otak dan saraf otot.
Diduga, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kelelahan. Senyawa ini
juga merupakan produk dari daur urea dan terlibat dalam glukoneogenesis.

Aspartat (basa konjugasi dari asam aspartat) merupakan neurotransmiter


yang bersifat eksitasi terhadap sistem saraf pusat. Aspartat merangsang
reseptor NMDA (N-metil-D-Aspartat), meskipun tidak sekuat rangsangan
glutamat terhadap reseptor tersebut.

Sebagai neurotransmitter, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap


kelelahan. Tetapi,bukti-bukti yang mendukung gagasan ini kurang kuat.

8. Epinefrin

Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres
jangka pendek. Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat
ataupun berbahaya. Di dalam aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga
kebutuhan tubuh saat terjadu ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi
suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak dan otot. Selain itu epinefrin juga
meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan kontraksi arteriol pada
gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula darah
dengan jalan meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati
dan saat bersamaan menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak.
Epinefrin memiliki banyak sekali fungsi di hampir seluruh tubuh,
diantaranya dalam mengatur konsentrasi asam lemak, konsentrasi glukosa
darah, kontrol aliran darah ginjal, mengatur laju metabolisme, kontraksi otot
polos, termogenesis kimia, vasodilatasi, vasokonstriksi, dll.

9. Asetilkolin

Asetilkolin disekresi oleh neuron-neuron yang terdapat di sebagian besar


daerah otak, namun khususnya oleh sel-sel piramid besar korteks motorik, oleh
beberapa neuron dalam ganglia basalis, neuron motorik yang menginervasi otot
rangka, neuron preganglion sistem saraf otonom,, neuron postganglion sistem
saraf simpatik,. Pada sebagian besar contoh di atas asetilkolin memiliki efek
eksitasi, namun asetilkolin juga telah diketahui memilik efek inhibisi pada
beberapa ujung saraf parasimpatik perifer, misalnya inhibisi jantung oleh nervus
vagus.

10. Nitrat Oksida (NO)

NO adalah substansi molekul kecil yang baru ditemukan. Zat ini terutama
timbul di daerah otak yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku jangka
panjang dan untuk ingatan. Karena itu, transmitter yang baru ditemukan ini
dapat menolong kita untuk menjelaskan mengenai tingkah laku dan fungsi
ingatan. Oksida nitrat berbeda dengan transmitter molekul lainnya dalam hal
mekanisme pembentukan di ujung presinap dan kerjanya di neuron post sinap.
Zat ini tidak dibentuk sebelumnya dan disimpan dalam gelembung ujung
presinap seperti transmitter lain. Zat ini disintesis hampir segera saat diperlukan
dan kemudian berdifusi keluar dari ujung presinap dalam waktu beberapa detik
dan tidak dilepaskan dalam paket gelembung-gelembung. Selanjutnya zat ini
berdifusi ke dalam neuron post sinap yang paling dekat, selanjutnya di neuron
postsinap, zat ini tidak mempengaruhi membran potensial menjadi lebih besar,
tetapi sebaliknya mengubah fungsi metabolik intraseluler yang kemudian
mempengaruhi eksitabilitas neuron dalam beberapa detik, menit, atau
barangkali lebih lama.

11. Neropeptida
Neuropeptida merupakan kelompok transmitter yang sangat berbeda dan
biasanya bekerja lambat dan dalam hal lain sedikit berbeda dengan yang
terdapat pada transmitter molekul kecil.

Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai


neurotransmitter. Daftar peptida ini semakin panjang dengan ditemukannya
putative neurotransmitter (diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter
berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum dapat dibuktikan secara
langsung). Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan dalam
fungsinya sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi
hormonal. Peptida ini mula-mula dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar
endokrin, kemudian hormon-hormon peptida itu akan menuju ke jaringan-
jaringan otak. Dahulu para ahli meyangka bahwa peptida dihasikan dalam
kelenjar hormon danmasuk ke dalamjaringan otak, namun saat ini sudah dapat
dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter, dapat
disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.

Neuropeptida tidak disintesis dalam sitosol pada ujung presinap. Namun


demikian, zat ini disintesis sebagai bagian integral dari molekul protein besar
oleh ribosom-ribosom dalam badan sel neuron. Molekul protein selanjutnya mula-
mula memasuki retikulum endoplasma badan sel dan kemudian ke aparatus
golgi, yaitu tempat terjadinya perubahan berikut:

a. Protein secara enzimatik memecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil


dan dengan demikian melepaskan neuropeptidanya sendiri atau prekursornya.

b. Aparatus golgi mengemas neuropeptida menjadi gelembung-gelembung


transmitter berukuran kecil yang dilepaskan ke dalam sitoplasma.

c. Gelembung transmitter ini dibawa ke ujung serabut saraf lewat aliran aksonal
dari sitoplasma akson, berkeliling dengan kecepatan lambat hanya beberapa
sentimeter per hari.

d. Akhirnya gelembung ini melepaskan trasnmitternya sebagai respon terhadap


potensial aksi dengan cara yang sama seperti untuk transmitter molekul kecil.
Namun gelembung diautolisis dan tidak digunakan kembali.

http://explore-3p.blogspot.com/2012/01/macam-macam-neurotransmitter.html

Anda mungkin juga menyukai