Anda di halaman 1dari 33

DRUG DELIVERY SYSTEM

A. Intranasal
Jalur pemakaian obat yang yang digunakan untuk intranasal (lewat
hidung) paling lazim digunakan adalah inhalasi (hirupan) dan Spray
(semprotan). Pemberian obat secara Intranasal dapat dilakukan dengan
inhalasi (hirupan) dan spray (penyemprot). Inhalasi merupakan obat atau
larutan obat yang diberikan lewat nasal atau lawat alat pernapasan mulut,
dimana obat yang bekerja harus setempat pada cabang-cabang bronkus tau
untuk efek sistemik lewat absorpsi paru-paru. Sedangkan yang dimaksud
dengan spray atau penyemprot adalah larutan air atau minyak dalam
bentuk tetesan kasar atau sebagai zat padat yang terbagi-bagi halus.
Intranasal yang dengan cara spray ini bekerja tidak secara sistemik
melainkan hanya secara lokal yaitu hanya pada tempat yang dituju.
Keuntunganya lebih cepat bekerja pada setempat. Kerugianya karena
seringnya

pemakaian

atau

karena

waktu

pemakaian

lama

dapat

menimbulkan edema kronik dari mukosa hidung dan menggangu gejalagejala yang tadinya dimaksud untuk dihilangkan.
Banyak spray yang ada diperdagangan, digunakan untuk dimasukan
didalam hidung untuk mengobati sumbatan hidung dan peradangan serta
untuk

memberantas

infeksi

dan

mengandung

zat

antihistamin,

simpatomimetik dan senyawa antibiotik.


Preparat

yang

banyak

beredar

bagi

pemakaian

dalam

hidung

mengandung zat adrenergik dan digunakan untuk aktivitas pemampatan


pada mukosa hidung. Preparat ini dibuat isotonis terhadap cairan hidung
(kira-kira ekuivalen dengan 0,9% Natrium Klorida), didapar untuk menjaga
stabilitas obat, sedang PH normal cairan hidung diperkirakan sekitar (PH 5,5
PH 6,5), dan distabilkan dan diawetkansesuai dengan kebutuhannya.

Larutan dekongestan hidung digunakan dalam pengobatan rinitis pada


demam biasa (flu) dan untuk vasomotor serta rinitis karena alergi dan untuk
sinusitis. Karena seringnya pemakaian atau karena waktu pemakaian lama
dapat menimbulkan edema kronik dari mukosa hidung dan mengganggu
gejala-gajala yang tadinya dimaksud untuk dihilangkan. Jadi sebaiknya
jangka pemakaian dalam waktu pendek,pemakaian tidak melebihi dosis dan
tidak boleh terlalu sering.

B. Kualitas Produk Dan Evaluasinya


1.

Farmasis Dalam Pemilihan Obat

a.

Memberi penilaian terhadap kualitas obat, dengan berbagai bentuk sediaan.

b.

Pertimbangan pemilihan : harga obat, keamanan dan kemanjuran.

c.

Farmasis harus lebih tahu tentang obat dibanding profesional kesehatan


lain.

d. Informasi yg harus dikuasai: efektifitas, efek samping, harga, perbandingan


dengan obat lain untuk terapi sejenis.

2.

Kriteria dan Kualitas Obat


Diatur dalam kompendia standar dan regulasi pemerintah ada 3

kriteria penting (1900-an) :


a.

Identitas

b.

Potensi

c.

Purity (kemurnian)
Evaluasi harus menggambarkan kualitas dan performance dalam
penggunaan klinik. Parameter kualitas (kini):

a.

Mengandung zat aktif sesuai label

b.

Keseragaman zat aktif dlm penggunaan

c.

Bebas cemaran

d. Terjaga potensi, therapeutic availabilty dan penampilan sp saat digunakan


e.

Dapat melepas zat aktif


Interaksi

dengan

eksipien

Kualitas

obat

sangat

erat

sekali

hubungannya dengan Desain obat, Metode pembuatan, Prosedur in-proses


dan final kontrol kualitas, Kemudahan penggunaan, memastikan pasien
patuh.

3.

Obat sebagai sistem penghantaran


Obat murni biasa dalam bentuk kristal, amorf atau liquid, Secara

komersial dalam suatu bentuk sediaan tertentu, Indeks terapi adalah rasio
LD50 dan ED50. Faktor yg berpengaruh terhadap penampilan obat ke pasien
a.

Jalan masuk obat

b.

Bentuk fisis obat

c.

Formulasi dan desain obat

d. Metode pembuatan
e.

Sifat fisika-kimia obat

f.

Kontrol thd tempat absorpsi obat

g.

Kontrol pelepasan obat dr bentuk sediaan

C. Anatomi Dan Fisiologi


Saluran napas manusia secara fungsional terbagi menjadi dua bagian,
sebagai penghantar dan pertukaran udara. Meskipun dari hidung sampai ke
alveoli anatomisnya berbeda, tetapi fungsinya merupakan suatu kesatuan.
Sebagai saluran napas terdepan, hidung berfungsi (1) menghangatkan,
melembabkan dan menyaring udara (2) sebagai organ penciuman dan (3)
konservasi

uap

air

dan

panas

terhadap

udara

lingkungan.

Fungsi

menghangatkan, kelembabkan dan menyaring udara ini pada dasarnya


untuk melindungi saluran napas bagian bawah terhadap pengaruh udara

dingin, kering maupun udara kotor karena polusi. Bila hidung tidak berfungsi
karena sesuatu hal, maka saluran napas bagian bawah akan terkena
dampaknya. Rongga hidung dapat digambarkan sebagai ruangan kaku yang
tepinya dibatasi oleh tulang-tulang wajah dan perubahan saluran napasnya
disebabkan oleh perubahan ketebalan jaringan mukosa; hal ini karena
jaringan mukosa hidung banyak mengandung pembuluh darah yang
membentuk sinusoid-sinusoid.
Pembuluh darah ini dipengaruhi oleh sistem saraf di sekitar rongga
hidung sehingga mudah melebar dan menyempit. Sebaliknya bronkus dan
cabang-cabangnya mempunyai cincin kartilago yang tidak lengkap, yang
kemudian dilengkapi oleh otot polos. Makin ke distal kartilago ini makin kecil,
akhirnya hilang pada bronkiolus. Kontraksi otot polos akan mempengaruhi
diameter saluran napas. Obstruksi saluran napas dapat terjadi karena : (1)
vasodilatasi, (2) edema jaringan, (3) sumbat mukus, (4) kontraksi otot polos.
Pada rinitis peranan vasodilatasi sangat menonjol.

A. Sistem Penghantaran Obat Intranasal


Sistem penghantaran obat (Drug Delivery System (DDS)) adalah istilah
yang terkait erat dengan penghantaran (delivery) senyawa farmasetik (obat)
pada manusia atau binatang. Hampir semua metode umum dalam
penghantaran adalah metode yang tidak infasif secara oral (via mulut),
nasal/hidung, hirupan (paru-paru) dan rute rectal/dubur. Jadi secara sejarah,
bidang farmasetika klasik mendasari sistem penghantaran obat. Seiring
dengan

berkembang

dan

banyak

diketahuinya

patologi

molekular

berdasarkan ilmu dasar: biologi molekular, komunikasi sel dan signal


transduksi target penyakit semakin spesifik dan jelas. Sehingga sistem
penghantaran obat tidak sekedar penggunaan bahan-bahan lazim celophan,
siklodekstrin dan derivat karbohidrat lain, aerosol, sediaan uap/gas saja,

namun sekarang pendayagunaan semua bahan yang ada di sekitar kita


yang mampu menghantarkan obat ke target obat secara spesifik termasuk
hal yang dipelajari oleh sistem penghantaran obat.
Dalam banyak hal, aksi obat hanya diinginkan pada jaringan atau pada
organ tertentu saja sehingga efek samping dapat diminim Drug Delivery
System Intranasal merupakan cara pengiriman bahan aktif menuju sasaran
secara efektif dengan cara spray yang digunakan untuk dimasukkan
kedalam hidung untuk mengobati sumbatan hidung dan peradangan serta
untuk memberantas infeksi.
Kekuatan dan lamanya daya kerja obat dipengaruhi oleh: (i) faktor
kimia-fisik, (ii) formulasi obat, dan (iii) faktor fisiologi dari penderita.
1.

Faktor Kimia-Fisika Bahan Baku


Sifat

kimia-fisik

bahan

baku

merupakan

pertimbangan

dalam

membuat preparat untuk dapat memberikan efek terapeutik optimal. Faktor


ini memegang peranan penting dalam kelarutan obat. Beberapa faktor
kimia-fisik yang berperanan ialah :
a.

Bentuk garam. Banyak zat kimia menunjukkan kelarutan yang lebih besar
bila berbentuk garam dibandingkan dengan bentuk asam/basanya.

b.

Ukuran partikel. Kini baru disadari bahwa ukuran partikel ada pengaruhnya
terhadap farmako-dinamika., Makin kecil ukuran partikel, makin besar luas
permukaan totalnya sehingga kelarutan makin besar dan makin cepat
Pemberian buffer dalam formulasi sedikit banyak dapat membantu menahan
degradasi obat.

c.

Pengaruh faktor formulasi


Efektivitas dari bentuk obat jadi yang sama tidak hanya dipengaruhi oleh
sifat

kimia-fisik

bahan

baku,

tetapi

juga

oleh

formula

dan

proses

pembuatannya. Pengaruh formulasi terhadap bioavailabilitas obat jelas


tampak. Untuk preparat cair dan suspensi, kekentalan (=viscosity) yang

tinggi dapat menghambat daya difusi molekul obat dari permukaan


partikelnya. Ini dapat memperlambat proses absorpsi.
d. Faktor fisiologi
Saluran napas manusia secara fungsional terbagi menjadi dua bagian,
sebagai penghantar dan pertukaran udara. Meskipun dari hidung sampai ke
alveoli anatomisnya berbeda, tetapi fungsinya merupakan suatu kesatuan.
Sebagai saluran napas terdepan, hidung berfungsi (1) menghangatkan,
melembabkan dan menyaring udara (2) sebagai organ penciuman dan (3)
konservasi

uap

air

dan

panas

terhadap

udara

lingkungan.

Fungsi

menghangatkan, kelembabkan dan menyaring udara ini pada dasarnya


untuk melindungi saluran napas bagian bawah terhadap pengaruh udara
dingin, kering maupun udara kotor karena polusi. Bila hidung tidak berfungsi
karena sesuatu hal, maka saluran napas bagian bawah akan terkena
dampaknya Pada saat obat mulai di larutkan dalam pembawa (air) obat di
masukkan kedalam alat botol semprot yang ditekan perlahan lahan untuk
melepaskan semprotan isinya. Cairan tersebut akan masuk kedalam rongga
hidung dan akan menyebar kadalam bagian dinding hidung kemudian akan
membersihkan debu, serbuk, lendir dan iritasi yang ada dalam hidung.
Keuntunganya lebih cepat bekerja pada setempat. Kerugianya karena
seringnya

pemakaian

atau

karena

waktu

pemakaian

lama

dapat

menimbulkan edema kronik dari mukosa hidung dan menggangu gejalagejala yang tadinya dimaksud untuk dihilangkan.
Banyak spray yang ada diperdagangan, digunakan untuk dimasukan
didalam hidung untuk mengobati sumbatan hidung dan peradangan serta
untuk

memberantas

infeksi

dan

mengandung

zat

antihistamin,

simpatomimetik dan senyawa antibiotik.


Preparat

yang

banyak

beredar

bagi

pemakaian

dalam

hidung

mengandung zat adrenergik dan digunakan untuk aktivitas pemampatan

pada mukosa hidung. Preparat ini dibuat isotonis terhadap cairan hidung
(kira-kira ekuivalen dengan 0,9% Natrium Klorida), didapar untuk menjaga
stabilitas obat, sedang PH normal cairan hidung diperkirakan sekitar (PH 5,5
PH 6,5), dan distabilkan dan diawetkan sesuai dengan kebutuhannya.
System pengantaran pada obat saline ini dengn cara intranasal dan
terjadi secara lokal sehingga tidak menglami seperti pada inhlasi, krena obat
ini hanya digunakan untuk meringankan pengeringan sluran hiduna,
membersihkan debu, serbuk, lendir, dn iritasi. Menghilangkan alergi
(sinusitis) dan mencuci sistem rongga hidung, juga untuk memperbaiki
pernapasan dan aliran oksigen
http://arisetyawanjow.blogspot.co.id/2012/09/drug-delivery-system.html
dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9.
Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium uretra dan labia dengan
tisu.
10. Anjurkan untuk menahan obat atau tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar
obat bereaksi.
11. Cuci tangan.
12. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian, evaluasi respon pasien.
Keuntungan dan Kerugian Pemberian Obat Pervaginam
1.
a.
b.
c.

Keuntungan
Proses penyembuhan lebih cepat, dimana jaringan nekrotik dikoagulasi dan
kemudian dikeluarkan.
Mengobati infeksi pada vagina.
Mengurangi peradangan

2.

Kerugian
Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak, dan dalam vagina berupa bau dan
rasa tidak nyaman.

2.3 Pemberiaan Obat Rektal


Bentuk obat supositoria rectal berbeda dari obat supositoria vagina. Bentuk
obat supositoria rektal lebih tipis dan bulat. Bentuk obat yang ujungnya bulat
(rounded end) mencegah trauma anal ketika obat dimasukkan. Obat supositoria
rektal mengandung obat yang memberikan efek lokal, misalnya meningkatkan
defekasi, atau efek sistemik, misalnya mengurangi rasa mual dan menurunkan

suhu tubuh. Obat ini khususnya bermanfaat ketika klien tidak dapat menoleransi
obat oral. Obat supositoral rektal disimpan didalam lemari es sebelum diberikan.
Selama memberikan obat perawat harus memasukkan obat supositoral
melewati sfingter anal dalam dan menyentuh mukosa rektal (prosedur 35-12).
Kalau tidak demikian, obat supositoral dapat keluar sebelum obat tersebut larut
dan diabsorpsi mukosa. Dengan berlatih,perawat belajar mengenai sensasi ketika
sfinger berelaksasi mengelilingi jari. Obat supositoria tidak boleh dipaksa masuk
kedalam massa atau materi feses. Adalah penting membersihkan rectum dengan
enema pembersih kecil sebelum supositoria dapat dimasukkan.
Obat dapat diberikan melalui rektal. Obat dalam bentuk cairan yang banyak
diberikan melalui rektal yang sering disebut enema. Obat tertentu dalam bentuk
kapsul yang besar dan panjang (supositoria) juga dikemas untuk diberikan melalui
anus/rektum. Ada beberapa keuntungan penggunaan obat supositoria antara lain:
a.
b.

Supositoria tidak menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bagian atas.


Beberapa obat tertentu dapat diabsorbsi dengan baik melalui dinding permukaan

c.

rektum.
Supositoria rektal diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi) aliran pembuluh
darah yang besar, karena pembuluh darah vena pada rektum tidak ditrasportasikan
melalui liver.
Adapun kerugian pada penggunaan obat supositoria ini adalah:

a.
b.
c.

Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV.
Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi.
Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami pembedahan rekrtal.

Prosedur pemberian obat supositoria

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Persiapan alat
Kartu obat
Supositoria rektal
Jeli pelumas
Sarung tangan
Tissue
Neirbeken
Alas bokong
Kapas sublimat dan ciaran desinfektan
Kom tertutup
Selimut mandi

Persiapan pasien

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Idetifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya


Jelaskan tujuan prosedur tentang tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
Jelaskan prosedur tindakan kepada pasien.
Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
Atur posisi klien berbaring miring (sim)
Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area rektal saja.

Cara kerja

1.

Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah, dan

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

dosis.
Siapkan alat dan pasien.
Cuci tangan.
Pakai sarung tangan.
Posisikan pasien dan pasang alas bokong,
Pasang selimut mandi sambil menurunkan pakaian bawah pasien.
Bersihkan area rektal dengan kapas sublimat yang telah diberi cairan desinfektan.
Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan

9.

jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan anda.
Minta pasien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakkan

sfingter ani.
10. Regangkan bokong pasien dengan tangan yang non dominan, dengan jari telunjuk
masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding
11.
12.
13.
14.

rektal 10cm pada orang dewasa dan 5cm pada bayi dan anak-anak.
Tarik jari anda, tahan obat dengan merapatkan kedua bokong.
Bersihkan area rektal dengan tisu.
Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama 5 menit.
Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol
pemanggil dalam jangkauan pasien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk

15.
16.
17.
18.

mengambil pispot atau ke kamar mandi.


Lepaskan sarung tangan, buang di tempat semestinya.
Cuci tangan.
Kaji respon pasien.
Dokumentasikan semua tindakan.
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh perawat dalam memberikan

a.

obat dalam bentuk enema dan supositoria, antara lain:


Untuk mencegah peristaltik, lakukan enema retensi secara pelan dengan cairan

b.

sedikit (tidak lebih dari 120 ml) dan gunakan rektal tube kecil.
Selama enema berlangsung, anjurkan pasien berbaring miring ke kiri dan

c.
d.

bernapas melalui mulut untuk merilekskan spinter.


Retensi enema dilakukan setelah pasien buang air besar.
Anjurkan pasien untuk berbaring telentang selama 30 menit setelah pemberian

enema.
e. Obot supositoria harus disimpan dilemari es karena obat tidak meleleh pada suhu
f.

kamar.
Gunakan pelindung jari atau sarung tangan .gunakan jari telunjuk untuk pasien
dewasa dan jari keempat pada pasien bayi.anjurkan pasien berbaring kekiri dan

g.
h.

barnapas melalui mulut agar spngterileks.pelan-pelan supositoria kedalam.


Anjurkan pasien tetap miring kekiri selama 20 menit setelah obat masuk.
Bila diperlukan,beritahu pasien cara mengerjakan sendiri enema
memasukkan supositoria.

atau

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada obat topikal, selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau
diinjeksikan, berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion,
liniment, ointment, pasta dan bubuk yang biasanya dipakai untuk pengobatan
gangguan dermatologis misalnya gatal-gatal, kulit kering, infeksi dan lain-lain. Obat
topikal juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi) dipakai untuk tetes mata,
telinga atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga, hidung,
vagina, maupun rektum.

DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, 2005, ECG, Jakarta.
Priharjo Robert, Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, 1995, ECG, Jakarta.
jatiarsoeko.blogspot.com/2012/01/pemberian-obat-pada-hidung.html
http://pamujiandri.wordpress.com/2011/07/25/pemberian-obat-pervaginam-dansuppositoria/
http://www.scribd.com/doc/95438432/Nasal-DDs-Biofar
Diposkan oleh Errick Ramadhan di 01.26
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (3)

2012 (6)
o

Oktober 2012 (2)

September 2012 (4)

Cara membuat Blog

pemberian obat topikal

pemberian obat enteral

Farmakologi Tropikal

Mengenai Saya

Errick Ramadhan

Lihat profil lengkapku

Translate

Island of Pharmacist
by : Irma Tristanti (http://jazztriiz.blogspot.com/)

Home
About

Posts RSS

Contact

undefined undefined

Sediaan Nasal
Makalah teknologi dan formulasi sediian steril.........
BAB I
PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Hidung mempunyai tugas menyaring udara dari segala macam debu yang

masuk ke dalam melalui hidung. Tanpa penyaringan ini mungkin debu ini dapat
mencapai paru-paru. Bagian depan dari rongga hidung terdapat rambut hidung
yang berfungsi menahan butiran debu kasar, sedangkan debu halus dan bakteri
menempel pada mukosa hidung. Dalam rongga hidung udara dihangatkan sehingga
terjadi kelembaban tertentu.
Mukosa hidung tertutup oleh suatu lapisan yang disebut epitel respirateris yang
terdiri dari sel-sel rambut getar dan sel leher. Sel-sel rambut getar ini
mengeluarkan lendir yang tersebar rata sehingga merupakan suatu lapisan tipis
yang melapisi mukosa hidung dimana debu dan bakteri ditahan dan melekat. Debu
dan bakteri melekat ini tiap kali dikeluarkan ke arah berlawanan dengan jurusan
tenggorokan. Yang mendorong adalah rambut getar hidung dimana getarannya
selalu mengarah keluar. Gerakannya speerti cambuk, jadi selalu mencambuk

keluar, dengan demikian bagian yang lebih dalam dari lapisan bulu getar ini selalu
bersih dan steril. Biasanya pada pagi hari hal ini dapat dicapai.
Dengan penjelasan sepintas tersebut diatas dapat dengan mudah dipahami,
bahwa segala sesuatu yang masuk (khususnya obat) ke dalam hidung secara
sengaja tidak boleh menghalangi fungsi dari rambut getar sebagaimana dijelaskan
di atas. Harga pH lapisan lendir sekitar 5,5-5,6 pada orang dewasa, sedangkan
pada anak-anak 5-6,7 pada pH kurang dari 6,5 biasanya tidak diketemukan bakteri
dan bila lebih dari 6,5 mulai ada bakteri.
Sediaan untuk pengobatan hidung merupakan salah satu sediaan steril.
Pertimbangan dalam pembuatan steril adalah memperhatikan stabilitas bahan aktif
dan bahan-bahan tambahan yang akan membantu sediaan menjadi bentuk sediaan
yang dikehendaki pada proses sterilisasi.

I.2

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui lebih dalam jenis jenis

obat dan sediaan steril yang digunakan pada hidung untuk pengobatan penyakit.

I.3

Manfaat
Setelah

membaca

makalah

ini,

semoga

para

pembaca

mendapatkan

pemahaman yang bertambah tentang hal-hal yang berkaitan dengan sedaian steril
yang digunakan pada hidung. Selanjutnya dapat mengetahui cara dan jenis
pengobatan yang dapat diberikan saat terjadi masalah atau gangguan pada
hidung.

BAB II
PEMBAHASAN

Hidung eksternal berbentuk piramid, disertai suatu akar dan dasar. Bagian
ini tersusun dari kerangka tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroareolar. Septum
nasal membagi hidung menjadi sisi kiri dan kanan rongga nasal, bagian anterior
septum adalah kartilago. Naris (nostril) eksternal dibatasi oleh kartilago nasal:

1.
2.

Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung, dan


Ala besar dan ala kecil kartilago nasal mengelilingi naostril.
Tulang hidung:
1.
Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung,
2.
Volume dan lempeng perpendikular tulang etmoid membentuk bagian posterior
3.

septrum nasal,
Lantai rongga nasal adalah polatum keras yang terbentuk dari tulang maksila

4.

dan polatinum,
Langit langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng kribriform
tulang eteroid, pada sisi anterior terbentuk dari tulang frontal dan nasal, dan pada

sisi posterior terbentuk dari tulang sfenoid,


5.
Konka (turbinatum) nasalis superior tengah, dan inferior menonjol pada sisi
medial dinding lateral rongga nasal. Setiap konka dilapisi membran mukosa (epitel
kolumnar bertingkat dan bersilia) yang berisi kelenjar pembuat mukus dan banyak
6.

mengandung pembuluh darah.


Meatus superior, medial, dan inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang
terletak di bawah konka
Sinus paranasal terdiri atas empat pasang (frontal, etmoid, maksilar, dan
sfenoid). Sinus ini dilapisi membran mukosa. Sinus berfungsi untuk menghasilkan
tulang kranial, memberi area permukaan tambahan pada saluran nasal untuk
menghatkan dan melembabkan udara yang masuk, serta memproduksi dan
memberi efek resonansi dalam produksi wicara.
Sinus paranasal mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal melalui
duktus kecil yang terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus.
Pada posisi tegak, aliran mukus ke dalam rongga nasal mungkin terhambat,
terutama pada kasus infeksi sinus. Duktus nasallakrimal dan kelenjar air mata
membuka ke arah meatus inferior.

II.1

Membran mukosa nasal


Kulit pada bagian eksternal permukaan hidung mengandung folikel rambut,

keringat dan kelenjar sebasea, merentang sampai vestibula yang terletak di dalam
nostril. Kulit pada bagian dalam ini mengandung rambut (vibrissae) yang berfungsi
menyaring partikel dari udara yang terhisap.
Pada bagian rongga nasal lebih dalam, epitelium respiratorik membentuk
mukosa yang melapisi ruang nasal selebihnya. Lapisan ini terdiri dari epitelium
bersilia dengan sel goblet yang terletak pada lapisan jaringan ikat tervaskularisasi
dan terus memanjang untuk melapisi saluran pernapasan sampai ke bronkus.
Fungsi dari membran mukosa ini adalah untuk:

1.
2.
3.

Menyaring partikel halus


Menghangaktan dan melembabkan udara yang masuk
Resepsi bau (odor)

II.2

Sediaan nasal
Kebanyakan sediaan intranasal mengandung agen adrenergik dan digunakan

karena

aktivitas

dekongestan

pada

mukosa

nasal.

Akan

tetapi,

dengan

pengembangan bentuk sediaan dan penghantaraan baru, maka lapisan membran


mukosa merupakan tempat masuk obat baru (new entry) yang dapat dimanfaatkan
untuk sediaan sistemik. Beberapa obat yang diberikan untuk pengobatan nasal
adalah:
- Antibiotik
- Sulfasetamide
- Vasokontriktor
- Germisid
- Antiseptik

Kebanyakan sediaan berbentuk larutan dan diberikan sebagai obat tetes hidung
atau obat semprot (sprays); beberapa sediaan terdapat pula dalam bentuk jeli.
Beberapa contoh produk yang sudah beredar dipasaran dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Nama Produk

Nama

Bahan Aktif

Produsen

Penggunaan /
indikasi

Afrin nasal

Schering -

Ozymetazole HCl

Adrenergic.

Spray,

plough

0.05%

decongestant

Beconase AQ

Glaxo Smith

Beclometasone

Syntetic

Nasal Spray

Kline

dipropionate

corticosteroid for

0.042%

relief of seasonal,

Afrin Nose Drops

perennial
allergic,
vasommotor
rhinitis
Diapid Nasal
Spray

Sandoz

Lopressin 0.185

Antidiuretic,

mg/mL

control,

prevention of
diabetes
insipidus of
deficiency of
endogenous
posterir pituitary
antidiuretic
hormone.
Nasalcrom Nasal

Pharmaci &

Cromolyn sodium

Prevention and

Spray

Upjohn

4%

treatment of
symtoms of
allergic rhinitis

Nasalide Nasal

Dura

Solution

Flunisolide

Symptoms of

0.025%

seasonal or
perennial rhinitis

Neo-Synephrine

Sanofi

Phenylephrine

Adrenergic,

Nose Drops,

Winthrop

HCl 0.125 to 1.0%

decongestant

Neo-Synephrine

Sanofi

Ozymetazoline

Adrenergic,

Maximum

Winthrop

HCl 0.05%

decongestant

Fleming

Sodium chloride

Restore moisture,

0.65%

relieve dry,

Spray

Strength 12
Hour
Ocean Mist

crusted, inflamed
nasal
membranes
Pivine HCl Nasal

Novartis

Solution
Syntocinon

Sandoz

Naphazoline HCl

Adrenergic,

0.05%

decongestant

Oxytocin 40U/ml

Synthetic

Nasal Spray

oxytocin for
initial milk letdown
preparatory to
breast feeding

Tyzine Pediatric
Nose Drops

Key

Tetrahydrozoline

Adrenergic,

HCl (0.05%)

decongestant

Sediaan sediaan yang ada biasa diberikan dengan empat cara, yaitu:

1.

Yang biasanya adalah dengan meneteskan pada bagian tiap lubang hidung

2.

dengan menggunakan pipet tetes.


Dengan cara disemprotkan, alatnya ada yang jenis untuk mendapatkan hasil
semprotan beruba kabut (atomizer) ada juga yang agak halus (neulizer) artinya

3.
4.

lebih halus dari atomizer.


Dengan cara mencucikan dengan alat nasal douche
Dapat juga dengan cara inheler.
II.2.1
Larutan dekongestan nasal
Kebanyakan larutan dekongestan nasal menggunakan pembawa air, isotonis
terhadap cairan nasal (lebih kurang ekivalen dengan 0.9% NaCl), didapar untuk
menjaga satibilitas obat dengan pH sekitar pH cairan nasal normal (pH 5.5 6.5)
dan jika perlu distabilkan dan diberi pengawet. Pengawet antimikroba yang
digunakan sama dengan pengawet yang digunakan untuk larutan oftalmik .
Konsentrasi agen adrenergik dalam kebanyakan larutan dekongestan nasal
cukup rendah, berkisar antara 0.05 1.0%. Beberapa sediaan komersialm tersedia
dalam bentuk untuk orang dewasa dan pediatrik, dimana konsentrasi sediaan
pediatrik sekitar separuh dari kekuatan konsentrasi orang dewasa.
Kebanyakan obat adrenergik yang digunakan untuk larutan dekongestan nasal
adalah senyawa sintetik. Bagian terbesar larutan yang digunakan untuk sediaan
nasal, dikemasa dalam botol tetes atau botol semprot (spray) plastik dengan
volume 15 30ml. Produk harus stabil dalam kontener dan kemasan tertutup rapat
bila tidak digunakan. Pasien harus diberi tahu bahwa ada perbedaan durasi efek
dekongestan topikal. Sebagai contoh fenilefrin harus digunakan setiap 3 4 jam,
sedangkan oksimetazolin yang bekerja lama, cukup digunakan setiap 12 jam saja.
II.2.2
Obat tetes hidung
FI Ed. III

: Tetes hidung adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan

cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat


pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Lukas (Formulasi Steril): Larutan dalam air atau dalam pembawa minyak yang
digunakan dengan meneteskannya atau menyemprotkannya ke dalam lubang
hidung pada daerah nasofaring.
Tetes hidung harus steril dan untuk untuk menjaga agar oaat terhindar dari
kontaminasi, maka penambahan preservatif juga dilakukan misalnya dengan
nipagin atau nipasol atau kombinasi keduanya. Nipagin dipakai 0,04-0,01 %;
sedangkan campurannya dapat dibuat dengan kombinasi Nipagin (0.026%) +
Nipasol (0.014%). Secara umum untuk obat (tetes) hidung harus diperhatikan :
1.

Sebaiknya digunakan pelarut air

2.

Jangan menggunakan obat yang cenderung akan mengerem fungsi rambut getar
epitel.

3.

pH larutan sebaiknya diatur sekitar 5,5-6,5 dan agar pH tersebut stabil


hendaknya ditambahkan dapar (buffer).

4.
5.

Usahakan agar larutan isotonis


Agar supaya obat dapat tinggal lama dalam rongga hidung dapat diusahakan
penambahan bahan yang menaikkan viskositasnya agar mendekati secret lendir
hidung

6.
7.

Hendaknya dihindari larutan obat (tetes) hidung yang bereaksi alkali


Penting untuk diketahui jangan sampai bayi diberi tetes hidung yang
mengandung menthol, karena dapat menyebabkan karam (kejang) pada jalan
pernafasan

8.

Harus tetap stabil selama dalam pemakaian pasien

9.

Harus mengandung antibakteri untuk mereduksi pertumbuhan bakteri selama


dan pada saat obat diteteskan.
II.2.3

Larutan inhalasi

Inhalasi adalah obat atau larutan obat yang diberikan melalui nasal atau rute
pernapasan oral. Obat dapat diberikan untuk bekerja lokal pada pohon bronkhail
atau untuk efek sistemik melalui absorpsi dari paru-paru. Beberapa gas, seperti
oksigen dan eter, diberikan secara inhalasi, obat berbentuk serbuk halus dan
larutan obat diberikan sebagai kabut halus. Sebagai pembawa sediaan inhalasi
dapat digunakan air steril untuk injeksi USP atau larutan natrium klorida inhalasi
USP.
Instrumen yang digunakan secara luas dan mampu menghasilkan partikel halus
untuk terapi inhalasi adalah nebulizer. Alat ini mengandung unit atomisasi yang
tersambung dengan ruang kaca berbentuk bola. Bola karet pada ujung akhir
kemasan ditekan dan larutan oral dikeluarkan melalui tabung gelas sempit dan
pecah (terdistribusi) menjadi partikel halus bersama-sama dengan udara yang
lewat. Rentang ukuran partikel yang dihasilkan adalah 0.5 dan 5 mikron. Partikel
terbesar berupa tetesan yang lebih berat dari kabut tidak keluar dari alat, akan
tetapi jatuh balik ke dalam reservior cairan obat. Partikel yang lebih ringan terbawa
aliran udara dan dihisap oleh pasien yang mengoperasikan nebulizer dengan
lubang keluar dalam mulut, dihisap sesudah bola karet ditekan.
Selain nebulizer dapat pula digunakan alat lain, di antaranya larutan inhalasi
isoetharim (bronkosal, sanofi) dan larutan isoproterenol (Isuprel Solution Sanofi).
Keduanya digunakan untuk menghilangkan spasma asma bronkhral dan kondisi
terkait.
II.2.4

Inhalan

Inhalan adalah obat atau gabungan obat yang, karena efek tekanan tinggi,
dapat terbawa oleh aliran udara ke dalam alur hidung tempat obat menunjukkan

efeknya. Alat yang menampung obat atau gabungan obat dan alat pemberian obat
berbentuk inhaler.
Beberapa dekongestan nasal dibuat dalam bentuk inhalan. Sebagai contoh,
propilheksedrin (Benzedrex) merupakan suatu cairan yang menguap (Volatilize)
secara perlahan-lahan pada suhu kamar. Inhaler mengandung rol silindris material
berserat (fibrous) yang dibacam (imprignasi) dengan obat yang menguap (volatile)
tersebut. Inhaler yang berbau seperti amina, biasanya baunya ditutup dengan
penambahan agen aromatik. Inhaler diletakkkan ke dalam nostrail dan uap dihirup
untuk menghilangkan kongesti nasal.
Hal yang perlu diperhatikan, seperti halnya dengan agen adrenergik nasal
lainnya, adalah pemakaian yang terlalu sering atau penghisapan berlebihan dapat
menyebabkan edema nasal dan akibatnya akan meningkatkan kongesti, bukan
menurunkan.

Untuk

menjamin

bahwa

obat

tidak

hilang

selama

periode

penyimpanan, penutup inhaler harus kedap. (Contoh bentuk sediaan yang beredar
di Indonesia adalah Vicks Inhaler)
Inhaler amilnitrit
Amilnitrit adalah cairan jernih kekuning-kuningan yang menguap, bekerja
sebagai modulator bila dihirup. Dibuat dalam vial gelas tersegel yang ditutup
dengan penutup dari kasa (gauze) pelindung. Pada saat akan digunakan, vila gelas
dipecahkan dengan jari, kasa akan terendam dalam cairan, dimana uap dapat
dihirup. Vial biasanya mengandung 0.3 ml obat. Efek obat cepat, dan digunakan
dalam pengobatan nyeri angina.
Inhalan propilheksidin
Propilheksidin adalah suatu agen adrenergik cair (vasokonstriktor) yang
menguap (valatile) secara perlahan-lahan pada suhu kamar. Hal ini memungkinkan
penggunaan secara efektif sebagai inhalan. Inhalan terdiri dari rol silinder material
berserat yang sesuai, dibacam dengan propilheksidin, dan diberi aroma yang sesuai
untuk menutupi bau amina. Uap dari obat dihirup melalui nostril bila diperlukan
untuk menghilangkan kongesti nasal yang disebabkan oleh flu dan demam tinggi.
Dapat pula digunakan untuk menghilangkan kuping tersumbat (ear block) dan nyeri
tertekan saat bepergian dengan pesawat udara.
Setiap tabung plastik produk komersial mengandung 250 mg propilheksidin
dengan aroma penutup bau. Kontener harus ditutup kedap untuk mencegah
hilangnya obat akibat penguapan selama penyimpanan.

II.3

Rute nasal efek sistemik

Rute nasal penghataran obat menarik karena selalu dicari rute pemberian obat
yang tidak dapat diberikan baik secara oral maupun parenteral dari obat hasil
sintesis secara biologi, yaitu peptida dan polipeptida. Polipeptida seperti insulin
yang dirusak oleh cairan saluran cerna, diberikan secara injeksi. Mukosal nasal
menunjukkan prospek yang baik untuk absorpsi sistemik dari beberapa peptida, di
samping obat nonpeptida, seperti skopolamin, hidralazin, progesteron, dan
propanolol. Rute nasal memberikan pula keuntungan pada obat nonpeptida yang
diabsorpsi buruk secara oral.
Jaringan nasal orang dewasa mempunyai kapasitas sekitar 20 ml, dengan luas
permukaan cukup besar (sekitar 180 cm 2) untuk absorpsi obat yang dimungkinkan
oleh adanya microvilli di sepanjang sel-sel epitel kolumnar dari mukosa nasal.
Jaringan nasal penuh dengan pembuluh darah sehingga merupakan lokasi yang
menarik untuk absorpsi sistemik secara cepat dan efektif. Salah satu keuntungan
besar dari absorpsi nasal adalah mencegah terjadinya efek lintas pertama (first
pass effect) oleh hati. Identifikasi enzim metabolisme pada mukosa nasal pada
beberapa spesies hewan menunjukkan hal yang mirip dengan manusia, dan begitu
juga potensi metabolisme beberapa obat secara intranasal.
Untuk beberapa peptida dan senyawa molekul kecil, ketersediaan hayati
intranasal sebanding dengan sediaan injeksi. Hanya saja ketersediaan hayati
menurun bila berat molekul senyawa meningkat, dan untuk protein yang terdiri dari
lebih 72 asam amino, ketersediaan hayati mungkin rendah. Bebepara teknik
farmasetik

dan

formulasi

dengan

bahan

pembantu,

seperti

surfraktan,

menunjukkan peningkatan absorpsi nasal dari molekul besar.


Produk yang sudah dipasarkan atau dalam tahap penelitian klinik untuk sistem
penghantaran obat nasal meliputi lypressin (diapid, Sandoz), Oxytocin (Syntocinon,
Sandoz), dismopressin (DDAVP, Rhone Ponlenc Rorer), Vitamin B12 (Ener B Gel),
Progesteron, insulin, calcitonin (Miacalcin, Novartis) Propanolol, dan butophanolol
(Stadal, Mead-Johnson)

Prospek sediaan nasal untuk dikembangkan menjadi sistem penghantaran


sistemik sangat cerah dan prospektif. Dalam manufaktur sediaan nasal ini perlu
diperhatikan masalah sterilisasi, teknik aseptik, dan sterilitas produk. Untuk
meminimalkan kemungkinan kontaminasi produk, pasien harus diingatkan bahwa
sediaan nasal hanya digunakan untuk satu orang pasien saja, dan dijauhkan dari
jangkauan anak-anak. Jika sediaan nasal akan digunakan untuk anak-anak, maka
cara penggunaannya harus jelas.
Hidung adalah organ kompleks dengan berbagai fungsi, dengan jaringan
nasal merupakan permukaan yang penuh dengan vaskular dan jaringan mukosa

untuk absorpsi obat. Untuk tujuan sistemik sering diperlukan peningkatan penetrasi
yang

bekerja

menurut

berbagai

mekanisme.

Obat

yang

diberkan

melalui

penhantaran nasal untuk tujuan sistemik meliputi obat analgesik (Butafanol,


Enkefalin, Buprenofin), obat vaskuler (Dobutamin, Angiotensin II Antagonis),
hormon endokrin (hormon pertumbuhan manusia h4H, Kalsitonin, Lutenizing
Hormone Releasing Hormone LHRH, Insulin), dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

III.1

Kesimpulan

Dalam pengobatan penyakit hidung, digunakan beberapa jenis obat seperti


Antibiotik, Sulfasetamide, Vasokontriktor, Germisid dan Antiseptik yang terkandung
dalam sedian sediaan nasal seperti larutan dekongestan nasal, obat tetes hidung,
larutan inhalasi serat inhalan.
http://pharmaciststreet.blogspot.co.id/2013/01/sediaan-nasal.html

KAMPOENG ASMA
Selasa, 15 Maret 2016
PENGGUNAAN NASAL SPRAY

CARA PENGGUNAAN NASAL SPRAY:


GAMPANG-GAMPANG SUSAH...

Pernahkan anda mendapatkan terapi


dengan betuk sediaan nasal spray
(semprot hidung). Ya bagi yang
pernah memiliki riwayat masalah di
daerah hidung, seperti: bersin-bersin,
hidung tersumbat, hidung gatal, dst
pasti
merasa
sangat
terganggu
dengan permasalahan di hidung
tersebut.
Nasal spray adalah salah satu bentuk
sediaan untuk mengatasi gejala
tersebut. Karena bersifat topikal dan
tidak secara sistemik maka efek
samping yang muncul bersifat lokal.
Ini menjadi salah satu kelebihannya
karena pasien tidak perlu terganggu

dengan efek samping mengantuk


yang sering melekat pada obat-obat
untuk gejala pilek di pasaran.

Kali ini saya akan coba mengulas


penggunaan semprot hidung, karena
pasien yang mendapatkan jenis obat
ini sering kali bingung bagaimana
menggunakannya.
Macam-macam obat dengan sediaan
nasal spray:

AFRIN spray
OTRIVIN spray
VERAMYST nasal spray
NASACORT

HFA

NASODREN nasal spray


NASACLEAR nasal spray
ZOMIG nasal spray
Tanpa

ada

interest,

conflict

of

pertama-tama, marilah
kita bahas salah satu dekongestan
topikal yang ada di Indonesia, Afrin
spray
dengan
kandungan
oxymetazoline
hydrochloride,
merupakan
salah
satu
obat
dekongestan yang digunakan untuk
mengatasi hidung tersumbat atau
dikenal luas dengan istilah "hidung
buntu" akibat peradangan di daerah
hidung yang sering menyertai gejala
pilek (dapat diakibatkan alergi atau
virus).

Bentuk sediaan spray ini cukup


sederhana. Prinsip kerjanya adalah
dengan tekanan pada badan botol
maka akan obat di dalam botol akan
tertekan dan tersembur keluar.

Namun kekurangannya adalah daya


sembur obat yang terbatas dan tidak
menyebar, sehingga perlu melakukan
teknik "menunduk" agar obat dapat

mengenai semua mukosa


Langkah-langkah
penggunaannya adalah:

hidung.
cara

teknik "menunduk" dijelaskan pada


poin nomor 7 dengan gambaran
sebagai berikut:

Tujuan menunduk adalah dengan agar


obat dapat mengalir ke arah bawah
(kepala
bagian
atas)
sehingga
mengenai mukosa di hidung secara
meluas. Apa yang terjadi kalau tidak
menunduk?
Obat
tidak
akan
terdistribusi secara luas sehingga
pasien masih mengeluhkan gejala
hidung tersumbat karena ada bagianbagian permukaan mukosa di hidung
yang belum terkena obat.
Namun tidak semua nasal spray harus
menggunakan teknik "menunduk"
lo....
Bentuk sediaan nasal spay yang lebih
baru, memiliki daya semburan yang
lebih luas, seperti pada bentuk

sediaan Nasonex spray (mometason).


Obat ini mengandung kortikosteroid
yang memiliki aksi anti-radang yang
kuat. Biasanya digunakan bagi pasien
yang memiliki alergi rinitis berupa
pilek-pilek
karena
alergi.
Penggunaannya biasanya relatif lebih
lama dan pada jenis alergi outdoor
(cth: serbuk sari, spora jamur, dll),
biasanya akan menggunakan terapi
ini dalam jang awaktu lebih lama
bahkan terkadang disarankan untuk
digunakan sebelum terpapar alergen.

Kalau diperhatikan mulut bagian


semprotnya terlihat berbeda dengan

yang kita bahas sebelumnya.Prinsip


penggunaannya hampir sama dengan
sediaan sebelumnya, hanya justru
tidak perlu teknik "menunduk".
Bentuk sediaan kortikosteroid yang
lain seperti Veramyst, seperti pada
gambar di bawah ini:

Sebelum
digunakan,
kita
perlu
memeriksa terlebih dahulu apakah
semprotan berjalan dengan baik.

Kemudian alat
digunakan..:)

sudah

siap

untuk

Hati-hati...bahwa nasal sray berbeda


dengan inhaler yang digunakannya
melalui mulut..jadi jangan sampai
disemprotkan ke dalam mulut, apalagi
terkena mata ...:(

semprotan hidung lebih disukai untuk


orang dewasa dan anak di atas 6
tahun karena tetesan kecil di kabut
semprotan mencapai area permukaan
besar. Tetes lebih mudah ditelan, yang
meningkatkan
kemungkinan
efek
sistemik.
Pilih
nasal
spray
(semprot
hidung) atau
nasal
drop
(tetes
hidung)?
Untuk anak di bawah 6 tahun, tetes
lebih disukai karena pada anak-anak
lubang hidung tidak cukup lebar untuk
memungkinkan penggunaan yang
efektif dari semprotan. Namun pada
anak-anak usia <2 tahun sebaiknya
perlu berkonsultasi dengan dokter.
Dipake berapa lama nie?
Pada nasal
dekongestan

spray

dengan

aksi

seperti: oxymetazoline, silom


etazolin, maka penggunaan maksimal
selama
7
hari (satu
minggu).
Penggunaan
>7
hari
dapat
menyebabkan
pembuluh
darah
hidung
menyusut,
yang
mengakibatkan
membuka
blokir
hidung yang mengakibatkan gejala
hidung buntu makin diperparah.
Selain itu, pembuluh darah menjadi
lebih tahan dan butuh dosis yang
makin meningkat untuk mendapatkan
efek yang sama dengan sebelumnya.
http://kampoengasma.blogspot.co.id/2016/03/penggunaan-nasal-spray.html

Anda mungkin juga menyukai