Anda di halaman 1dari 31

Eksresi

Eksresi suatu obat dan metabolitnya:


menyebabkan penurunan konsentrasi
bahan berkhasiat dalam tubuh.
Eksresi dapat terjadi bergantung pada:

Sifat fisikokimia: bobot molekul, harga pKa,


kelarutan, tekanan hidrostatik

erjonplg@gmail.com 1
Eksresi dapat berlangsung
melalui
- kulit: bersamaan dgn keringat, mis;
paraldehid, bromida
- asi: obat & metabolitnya dpt dieksresikan
mll asi dan dpt membahayakan pd bayi
(keracunan), misal; obat tidur, nikotin,
penicilin, kloramfenikol, INH, ergotamin
- ginjal (dengan urin)
- empedu dan usus (feses)
- paru-paru (dengan udara ekspirasi)

erjonplg@gmail.com 2
Eliminasi melalui ginjal
Ginjal merupakan organ eksresi terpenting.
Kebanyakan obat dikeluarkan melalui urine, dan
lazimnya tiap obat dieksresi berupa metabolitnya,
dan hanya sebagian kecil dalam keadaan asli.
Zat2 dalam keadaan ion yg mudah larut di air
seni, dieksresi dgn mudah.
Zat lipofil dan yg tak terionisasi, lebih lambat
eksresinya, maka untuk meningkatkan sifat
hidrofilnya, maka pada metabolisme dimasukkan
gugus OH dan atau COOH ke dalam
molekulnya.

erjonplg@gmail.com 3
Kecepatan dan besarnya eksresi melaui
ginjal ditentukan oleh:
- filtrasi glomerulus
- reabsorpsi tubulus
- sekresi tubulus

erjonplg@gmail.com 4
Filtrasi glomerulus
Untuk filtrasi glomerulus, sifat kelarutan
obat tidak berpengaruh, senyawa yang larut
dalam lemak, difltrasi sama baiknya dengan
senyawa yang larut dalam air.
Hanya obat bebas yang mengalami filtrasi

erjonplg@gmail.com 5
Obat dan metabolitnya yg terlarut dalam
plasma melintasi dinding glomeruli secara
pasif.
Selama filtrat ini dipekatkan dalam tubuli,

zat-zat lipofil berdifusi kembali secara pasif


melalui membran selnya ke dalam darah,
dan dengan demikian menghindari eksresi.

Zat hidrofil hampir tidak didifusi kembali


dan langsung dikeluarkan lewat urin.

erjonplg@gmail.com 6
Laju filtrasi glomerulus meningkat pada:
kenaikan tekanan darah dalam kapiler

glomerulus
pada peningkatan luas permukaan filtrasi

pada kondisi glomerulus yang tenang.


pada pengurangan protein plasma akibat

berkurangnya ikatan protein dengan


bahan obat

erjonplg@gmail.com 7
Reabsorpsi tubulus
Reabsorpsi tubulus, untuk kebanyakan
bahan obat akan direabsorpsi melalui
proses difusi pasif, dan bergantung pada:

1. sifat kelarutan obat

senyawa yg larut dalam lemak mudah


menembus epitel tubulus dan direabsorpsi
dgn baik, sebaliknya, senyawa hidrofil tidak
berdifusi melalui tubulus.

erjonplg@gmail.com 8
2. harga pH urin
basa lemah dieksresi cepat pada penurunan

harga pH urin, asam lemah dieksresi cepat


pada peningkatan harga pH urin (perubahan
menjadi bentuk garam yang larut.
Intoksikasi dengan bahan basa mis. alkaloid,

eliminasi racun dapat dipercepat dengan


pengasaman urin dan pada intoksikasi dgn
bahan asam, misalnya asam barbiturat,
eliminasi dapat dipercepat dengan pembasaan
urin.

erjonplg@gmail.com 9
Sekresi tubulus
Tubuli dapat mensekresikan secara aktif zat2 tertentu
misalnya ion asam organik spt penisilin, vit. C, asam
salisilat. Sekresi berlangsung dengan bantuan enzim
pengangkut.
Disamping asam, basa organik dapat juga disekresi
secara aktif dari sel tubulus dengan bantuan enzim
pengankut ini.
Kadang2 terjadi persaingan antara beberapa ion untuk
enzim ini. Misal: probenesid menyaingi penisislin untuk
enzim pengankutnya, hingga eksresi antibiotiknya
diperlambat dan efek kerjanya lebih panjang.
Asam/basa dan enzim pengangkut bekerja sendiri2, dan
tdk bergantung satu sama lain.

erjonplg@gmail.com 10
Eksresi melalui empedu dan usus
Yang dieksresi melaui empedu, terutama
senyawa2 yang mempunyai bobot molekul
> 500 dan juga senyawa yang diperoleh
melalui metabolisme. Sedangkan senyawa
dgn BM <500, dieksresikan baik dalam urin.
Penetrasi ke dalam kapiler empedu dr suatu
sel hati terjadi baik melalui difusi ataupun
transpor aktif

erjonplg@gmail.com 11
Dalam usus, konjugat yang dieksresi melalui
empedu, sebagian akan diuraikan lagi dan
sebagian besar akan direabsorpsi seperti
halnya bahan2 yg larut dalam lemak yg
dieksresi dg empedu.
Dg cara ini bahan2 ini berhasil kembali

kembali ke dalam hati melaui vena porta.


Baru setelah pembentukan metabolit yang

larut dalam air yg dapat melewati ginjal,


senyawa ini benar2 dieksresi.

erjonplg@gmail.com 12
Eksresi obat yg benar2 melalui usus jarang terjadi
(masuknya dari darah ke dalam lumen usus), tapi
hal ini dapat ditunjukkan pada hewan percobaan
untuk basa amonium kuarterner, asam lemah serta
glikosida jantung. Hanya beberapa logam berat
yang dieliminasi dgn cara ini.

Walaupun demikian, jika kadang 2 dalam feses


dapat ditunjukkan jumlah bahan obat yg besar,
maka ini hampir selalu disebabkan oleh absorpsi
yang kurang sempurna atau eksresi yang melalui
empedu tanpa reabsorpsi.

erjonplg@gmail.com 13
Eksresi melalui paru-paru
Yang dieksresukan melalui paru2 adalh yg
berupa gas (senyawa2 yang menguap),
misalnya; alkohol, paraldehida dan
anestetika (kloroform, halotan, siklopropan).
Prosesnya: difusi murni
Eksresi dapat ditingkatkan melalui kenaikan

volume pernafasan serta volume jantung


per satuan waktu dan dengan demikian
terjadi kenaikan pasokan darah ke paru2.

erjonplg@gmail.com 14
KONSENTRASI PLASMA
Konsentrasi plasma
Untuk dapat menilai suatu obat scr klinis,
dalam menetapkan dosis dan skema
penakarannya yang tepat, perlu adanya
sejumlah data farmakokinetik.
Khususnya mengenai kadar obat ditempat

tujuan (target site) dan dalam darah, serta


perubahan kadar ini dalam waktu tertentu

erjonplg@gmail.com 16
Pada umunya, besarnya efek obat
tergantung pada konsentrasinya di target
site itu dan ini berhubungan erat pula
dengan konsentrasi plasma.
Pada obat yang absorpsinya baik, kadar

obat di plasma meningkat bila dosisnya


diperbesar

erjonplg@gmail.com 17
Beberapa Ambang terapetik

Amikacin 2030 g/mL


Carbamazepine 412 g/mL
Digoxin 12 ng/mL
Gentamicin 510 g/mL
Lidocaine 15 g/mL
Lithium 0.61.2 mEq/L
Phenytoin 1020 g/mL
Procainamide 410 g/mL
Quinidine 14 g/mL
Theophylline 1020 g/mL
Tobramycin 510 g/mL
Valproic acid 50100 g/mL
Vancomycin 2040 g/mL
Plasma half-life
Kadar plasma obat dan lama efeknya
tergantung kepada kecepatan metabolisme
dan eksresi.
Kedua faktor ini menentukan kecepatan

eliminasi obat yang dinyatakan dengan


masa paruh (plasma t1/2, plasma half life),
yaitu; waktu ketika konsentrasi plasma
turun menjadi separuh dari nilai asalnya

erjonplg@gmail.com 19
Setiap obat memiliki masa paruh yang
berlainan, mis: penisilin-G 0,5 jam, ampisilin 1
jam, insulin 40 menit.
Faktor yg menentukan t1/2:

Fungsi organ eliminasi: pada orang yg rusak

hati atau ginjalnya, t1/2 dapat meningkat


sampai 20 kali atau lebih. Misal pada
penyakit ginjal tertentu, t1/2 penisislin bisa
naik dari o,5 sampai lbh krg 10 jam dan t1/2
streptomisin dr 2,5 sampai 60 jam lebih.

erjonplg@gmail.com 20
Cara pemberian: nilai t1/2 penisilin
setelah injeksi i.v.adalah 2-3 menit,
sedangkan pada pemberian oral nilainya
1-2 jam.

erjonplg@gmail.com 21
Dosis dan skema penakaran
Plasma half-life mrpk ukuran untuk lamanya
efek obat, maka t1/2 bersama grafik kadar-
waktu penting sekali sebagai dasar untuk
menetukan dosis dan frekwensi pemberian
obat yang rasional, dgn kata lain: berapa
kali sehari sekian mg.

erjonplg@gmail.com 22
Dosis yang terlalu tinggi atau terlalu
frekuen dapat menimbulkan efek toksik,
sedangkan dosis terlampau rendah atau
terlalu jarang tidak menghasilkan efek,
bahkan pada kemoterapeutik dapat
menimbulkan resistensi kuman.

erjonplg@gmail.com 23
Obat dengan half-life panjang, lebih dari 24
jam, pada umumnya cukup diberikan dosis
(pemeliharaan) satu kali sehari, tidak perlu
sampai 2-3 kali sehari, misalnya digoksin.
Sebaliknya, obat yang dimetabolisir cepat

dan t1/2 nya pendek, perlu diberikan


sampai 3-6 kali sehari agar kadar
plasmanya tetap tinggi

erjonplg@gmail.com 24
MIC dan MEC
Pada umumnya, penakaran ditujukan pd
efek terapeutis yang cepat dan untuk
mencapainya seringkali dengan dosis yg
tinggi (loading dose), agar kadar plasma
meningkat ke konsentrasi aktif dengan
pesat.

Misal; terapi dengan sulfonamida dimulai


dengan loading dose, disusul dengan dosis
separuhnya, setiap 6 jam.

erjonplg@gmail.com 25
Dgn demikian akan terpelihara kadar darah yg
untuk beberapa waktu terletak diatas kadar
penghambat minimum untuk kuman tertentu
(MIC= minimun inhibitory concentration)
MIC: yaitu kadar obat dimana kuman tidak
tumbuh atau berkembang biak lagi.
Bagi obat lain (bukan kemoterapeutik)
digunakan MEC (minimum effective
concentration): yaitu kadar plasma dimana
obat baru memberikan efek terapeutik yang
diinginkan.

erjonplg@gmail.com 26
Untuk penisilin yg berkhasiat bakterisid
(mematikan) thd kuman yg sdg tumbuh,
diperlukan kadar yg tinggi sekali yg tidak
perlu kontinu, dpt diselingi dgn kadar yg
lebih rendah.
Sebaliknya, obat yg berkhasiat

bakteriostatik, spt sulfonamida dan


tetrasiklin, perlu dipelihara kadar plasma yg
berada tetap diatas MIC, agar kuman tdk
diberi kesempatan berkembang lagi.

erjonplg@gmail.com 27
Obat yang memang perlu dipakai terus
menerus pd penyakit kronis, hendaknya
t1/2 nya panjang, agar penakaran tdk
terlalu sering, spt; antiepileptikum,
antihipertensi dan antidiabetik oral.

erjonplg@gmail.com 28
Kegunaan farmakokinetika
1.Bidang farmakologi

Farmakokinetika dapat menerangkan mekanisme


kerja suatu obat dalam tubuh, khususnya untuk
mengetahui senyawa yang mana yang sebenarnya
bekerja dalam tubuh; apakah senyawa asalnya,
metabolitnya atau kedua-duanya.
Data kinetika obat dalam tubuh sangat penting

untuk menentukan hubungan antara kadar/jumlah


obat dalam tubuh dengan intensitas efek yang
ditimbulkannya. Dengan demikian daerah kerja
efektif obat (therapeutic window) dapat ditentukan.

erjonplg@gmail.com 29
Bidang farmasi klinik
a).Untuk memilih route pemberian obat yang
paling tepat.
b).Dengan cara identifikasi farmakokinetika
dapat dihitung aturan dosis yang tepat
untuk setiap individu (dosage regimen
individualization).
c).Data farmakokiketika suatu obat
diperlukan dalam penyusunan aturan dosis
yang rasional.

erjonplg@gmail.com 30
d.Dapat membantu menerangkan mekanisme
interaksi obat, baik antara obat dengan
obat maupun antara obat dengan makanan
atau minuman.
3. Bidang toksikologi
Farmakokinetika dapat membantu

menemukan sebab-sebab terjadinya efek


toksik dari pemakaian suatu obat.

erjonplg@gmail.com 31

Anda mungkin juga menyukai