Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Myoma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya.
Myoma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan
fibrous, sehingga myoma utri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya
dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot yang dominan. Myoma uteri bisa juga
disebut leiomioma uteri, fibrosa uteri, fibroleiomioma, myoma fibroid atau myoma
simpel.
Myoma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan yaitu
satu dari empat wanita selama masa reproduksi yang aktif. Kejadian myoma uteri
sukar ditetapkan karena tidak semua myoma uteri memberikan keluhan dan
memerlukan tindakan operatif. Walaupun kebanyakan myoma muncul tanpa gejala
tetapi sekitar 60% ditemukan secara kebetulan pada laparatomi daerah pelvis.
Myoma uteri yang tidak memberikan gejala klinik yang bermakna paling sering
ditemukan pada dekade ke-4 dan ke-5 serta lebih sering pada wanita kulit hitam,
dan sekitar 5-10% merupakan submukosa. Diet dan lemak tubuh juga berpengaruh
terhadap resiko terjadinya myoma. Marshall (1998), Sato (1998) dan Chiaffarino
menemukan bahwa resiko myoma meningkat seiring bertambahnya indeks massa
tubuh dan konsumsi daging.
Sebagian besar myoma uteri ditemukan pada massa reproduksi, karena
diduga berhubungan dengan aktifitas estrogen. Dengan demikian myoma uteri
tidak dijumpai sebelum menarche dan akan mengalami regresi setelah menopause,
tetapi tidak jika myoma uteri tidak regresi setelah menopause atau bahkan
bertambah besar maka kemungkinan besar myoma uteri tersebut telah mengalami
degenerasi ganas menjadi sarkama uteri. Bila ditemukan pembesaran abdomen
sebelum menarche, hal itu pasti bukan myoma uteri tetapi kemungkinan besar
kista ovarium dan resiko untuk mengalami keganasan sangat besar.
Oleh karena itu penulis mengangkat kasus myoma uteri ini kedalam asuhan
kebidanan komprehensif.(http://medika .Blogspot.com)
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah membuat Asuhan Kebidanan Pada Ny. H Usia 34 P 0000 Ab000
Dengan myoma uteri, diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan
kebidanan yang komprehensif sesuai dengan standart pelayananan operasional
yang berlaku.
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah membuat Asuhan Kebidanan Pada Ny. H Usia 34 Tahun
PI00I Ab000 Dengan Myoma Uteri, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan mengidentifikasi pada Ny. H Usia 34 Tahun P0000 Ab000
Dengan Myoma Uteri
2. Mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa pada Ny. H Usia 34
Tahun P0000 Ab000 Dengan Myoma Uteri
3. mampu mengidentifikasi masalah potensial pada Ny. H Usia 34
Tahun P0000 Ab000 Dengan Myoma Uteri
4. mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada Ny. H Usia 34 Tahun
P0000 Ab000 Dengan Myoma Uteri
5. mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada Ny. H Usia
34 Tahun P0000 Ab000 Dengan Myoma Uteri
6. mampu melaksanakan rencana tindakan yang sudah direncanakan pada
Ny. H Usia 34 Tahun P0000 Ab000 Dengan Myoma Uteri
7. mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
pada Ny. H Usia 34 Tahun P0000 Ab000 Dengan Myoma Uteri
8. mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny. H
Usia 34 Tahun P0000 Ab000 Dengan Myoma Uteri
1.3. manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar myoma uteri.
1.3.2 Bagi Institusi
Institusi dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa Akademi Kebidanan
Kendedes mampu membuat asuhan kebidanan pada ibu dengan myoma
uteri.
1.3.3 Bagi Lahan Praktek
Agar dapat meninkatkan asuhan pelayanan yang komprehensif, dan
dapat mendeteksi secara dini adanya komplikasi dan melakukan
penanganan yang tepat.
1.4. Metode Penulisan
Data dalam Penulisan Asuhan Kebidanan ini didapatkan dengan cara :
Wawancara : Makalah asuhan kebinanan ini dibuat dengan menanyakan langsung
kepada keluarga pasien yang bersangkutan maupun dari rekam
medik
Observasi : Makalah asuhan kebidanan ini dibuat dengan observasi langsung
pada pasien
Studi kasus : Makalah asuhan kebidanan ini dibuat dengan melihat dan
mempelajari kasus dari rekam medik ibu terhadap program
pengobatan melalui catatan medik.
Studi pustaka Makalah asuhan kebidanan ini dibuat dengan mempelajari teori dari
buku-buku sumber untuk memperlengkap kasus yang dialami
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika asuhan kebidanan terdiri dalam bab yaitu :
Bab I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan, manfaat, metode penulisan dan
sistematika penulisan
Bab II : Tinjauan Teori
Berisi tentang tinjauan teori tentang myoma uteri dan manajemen
varney.
Bab III : Tinjauan Kasus
Berisi tentang pengkajian data, identifikasi masalah potensial,
identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi, evaluasi dan
catatan perkembangan.
Bab IV : Pembahasan
Berisi tentang pembahasan adanya kesenjangan antara teori dengan
kasus dan praktek di lapangan.
BAB V : Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Myoma Uteri


2.1.1 Definisi
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat sehingga dari biasanya disebut fibromioma atau fibroid.
(Kapita Selecta Kedokteran Jilid I, 1999)
Myoma uteri adalah tumor jinak otot rahim, yang disertai jaringan ikat,
sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak
karena jaringan ikatnya dominan.
(Manuaba, 1998)
Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma,
leiomioma, ataupun fibroid.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang myoma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Myoma uteri belum permah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche.
Setelah menopause hanya kira-kira 10% miom ayang masih bertumbuh. Di
Indonesia myoma uteri ditemukan 2,39 = 11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat.
(Sarwono, 1999: 338)
2.1.2 Patogenesis
Teori Genitoplas Meyer & De Snoo
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
teryata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun tempat
lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian
preperat progesteron atau testesteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan
bahwa reseptor estrogen pada myoma lebih banyak didapati dari pada
myometrium normal. Menurut meyer asal myoma adalah sel imatur, bukan dari
selaput otot yang matur.(Ida Bagus Manuaba, 2002)
2.1.3 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti myoma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa myoma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel
neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan. Faktor faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tumor, disamping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen,
pregesteron dan human growht hormone.
1. Estrogen
Myoma Uteri dijumpai setelah minarche, seringkali terdapat
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen,
Myoma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.
Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti
endometreosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%),
adenomyosis (16,5%), dan hiperplasia endometrium (9,3%). Myoama uteri
banayak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktvitas enzim ini
berkurang pada jaringan myomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor
estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Porgestrogen
menghambat petumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hiroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah raseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertubuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan ativitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada
periode ini, menmberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma
selama kehmilan mungkin mearupakan hasil dari aksi sinergestik antara HPL
dan Estroen.
Dalam Jeffcoates Princeples Of Gynecology, ada beberapa faktor yang
diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadi myoma uteri, yaitu:
1. Umur : Myoma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun ,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.Tumor ini
paling sering memberikan gejala klinis antara 35- 45 tahun.
2. Paritas: lebih sesring terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif
infrtil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas
menyebakan myoma uteri atau sebaliknya myoma uteri yang menyebabkan
infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit
hitam, angka kejadian myoma uteri tertinggi. Terlepas dari faktor rad,
kejadian tumor ini tinggi pada wanita dangan riwayat keluarga ada yang
mendrita myoma.
4. Fungsi Ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon erstogen dengan
pertumbuhan myoma, dimana myoma uteri muncul setelah minarche,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik
dapat mengurangi ukuran myoma. Efek estrogen pada pertumbuhan myoma
mungkin brhubungan dengan raspon mediasi oleh estrogen terhadap
reseptor dan faktor perumbuhan lain.terdapat bukti peningkatan produksi
reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth
faktor 1 yang distimulasi oleh etrogen. Anderson dkk, telah
mendomentrasikan munculnya gen yang yang distimulasi oleh estrogen
lebih banyak pada myoma dari pada miometrium normal dan mungkin
penting pada perkembangan myoma,. Namun bukti- bukti masih kurang
meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna
setelah menopause sebagaimanayang disangka. Lebih dari pada itu tumor
ini kadang- kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah
oferektomi bilateral pada usia dini.
(http: //medika. Blogspot.com2008/11/mioma-uteri.html[22 desember 2008])
2.1.4 Patologi Anatomi
Sarang myoma uteri di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1-
3%, adalah sisanya dari korpus uteri
Menurut letaknya, myoma dapa kita dapati sebagai:
a) yoma submukosum : berada dibawah endometrium dan menonjol kedalam
rongga uterus
b) Myoma intramural : myoma terdapat di dinding uterus diantara serabut
miometrium.
c) Myoma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa
(Sarwono, 1999 : 338)
Menurut lokasinya myoma dibagi menjadi :
a) Cerivial (2,6%), lebih sering menyebabkan ke arah vegina menyebabkan
infeksi.
b) Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
c) Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan sering kali tanpa gejala
(http: //medika. Blogspot.com2008/11/mioma-uteri.html[22 desember 2008)

Myoma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polit, kemudian


di lahirkan melalui saluran servik (myomgeburt). Myoma subserosum dapat
tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra
ligamenter. Myoma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan
lain misalnya ke li gamentum atau omemtum dan kemudian membebaskan diri
dari utrus, sehinnga di sebut wandering/parasitic fibroid. Jarang sekali
ditemukan satu macam myoma saja dalam satu uterus. Myoma pada servik
dapat menonjol ke dalam saluran sehingga ostium uteri eksternum berbentuk
bulan sabit. Apabila myoma disebelah maka tanpak bahwa myoma terdiri atas
berkas otot polos dan jarngan ikat yang tersusun seperti kode/ pusaran air
(whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat
longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang myoma ini. Pernah
diyemukan 200 sarang myoma dalam satu uerus, namun biasanya hanya 5-20
sarang saja. Dengan pertumbuhan myoma dapat mencapai berat lebih dari 5kg.
Jarang sekali myoma ditemukan pada wanita bermur 20 tahun, paling banyak
pada umur 34-35 tahun ( 25%). Pertumbuhan myoma diperkirakan
memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran besar tinju, akan tetapi
beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak myoma
menjadi lisut, hanay 10% saja yang masinh dapat tubuh lebih lanjut.
Myoma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nullipara atau yang kurang
subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada
myoma uteri yang terjadi sebagia besa bersfat degenaerasi. Hal ini leh
berkuragnya pemberian darah pada sarang myoma.
2.1.5 PerubahanSekunder
1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma uteri
menjadi kecil.
2. Degenerasi healin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
usia lanjut. Tumor kehilanga struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi
sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah- olah memisahkan
satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari myoma menjadi cair, sehingga terbebtuk ruangan- ruangan yang
teratur seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembegkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang
lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenarasi membantu (calcireous degeration) : terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh karena adanya ganguan dalam sirkualasi. Dengan
adanya pengendapan garam kapur pada sarang myoma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto roentgen
5. Degenarasi merah (carniuos degenaration) : perubahan ini biasanya
terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu
nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat
dilihat sarang myoma seprti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh
pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenarasi merah tanpak khas apabila
terjadi pada kehamilan muda disertau emisis, haus, sedikit demam, kesakitan,
tumor pada uterus membesr dan nyeri pada perabaan. Penapilan klinik ini
seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau myoma bertangkai.
6. Degenarasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjuatan dari hialin.
(Sarwono, 1999: 340)
2.1.6 Komplikasi
Degenerasi Ganas
Myoma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan 0,32-0,6% dari
seluruh myoma; serta merupakan 50,75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang
telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila myoma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang myoma dalam menopause.
Torsi (putaran tangkai)
Sarang myoma yang bertangai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak
terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdaapat
banyak sarang myoma dalam rogga peritoneum.
Sarang myoma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang dipekirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada myoma yang
dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menuragia disertai
leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus
sendiri.
2.1.7 Gejala dan Tanda
Hampir separuh kasus myona uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik pada tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang
dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang myoma ini berada (servik,
intramural, submukus, subserus), besarnya tumur, perubahan dan komplikasi
panas.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
a) Perdarahan Abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi um8mnya adalah hipermenore,
menuragia dan dapat juga terjadi metroragia, Beberapa faktor yang
menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium
sampai adenokarsinoma endometrium..
Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
Atrofi endometrium diatas myoma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang myoma diantara serabut meometrium, sehingga tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
b) Rsa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah khas tetapi dapat timbul karena sirkulasi darah
pada sarang myoma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
Pada pengelaran myoma submekosum yang akan dilahirkan, pula
paertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan pula dismenore.
c) Gejala dan Tanda Penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat myoma uteri. Penekana
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urine, pada ureter dan hidronesfrosis, pada
rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenismia, pada pembuluh
darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.
Interstisialis dapat terjdi apabila sarang myoma sedangkan myoma menutup
atau menekan pars interstisisalis tuba, sedangkan myoma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus oleh karena distori rongga uterus. Rubin
(1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah
disingkirkan, dan myoma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka
merupakan suatu indikasi untuk dilakukan myomektomi.
Myoma Uteri dan Kehamilan
Myoma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan
infertilitas resiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus;
khususnya pada myoma submukosum; letak janin; mengalami kemajuan
persalinan karena letaknya pada servik uteri; menyebabkan enersia maupun
atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena
adanya gangguan mekanik dalam fungsi myometrium; menyebabkan plasenta
sukar lepas dari dasarnya; dan mengganggu proses involusi dalam nifas.
Memperlihatkan hal-hal tersebut diatas adanya kehamilan pada myoma
uteri memerlukan pengamatan yang cermat secara ekspektatif.
Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada myoma uteri,
diantara lain :
1) Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh
estrogen yang kadarnya meningkat.
2) Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas
seperti telah diutarakan diatas, yang kadang-kadang memerlukan
pembedahan segera guna mengangkat sarang myoma. Anehnya
pengangkatan sarang myoama demikian itu jarang menyebabkan
banyak perdarahan.
3) Meskipun jarang myoma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi
dengan gejal dn tanda sindrom abdomen akut.
2.1.8 Diagnosis
Diagnosis myoma uteri ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
1) Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama
2) Kadang-kadng disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air
besar
3) Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah
2. Pemeriksaan fisik
1) Palpasi abdomen didapatkan tumor diabdomen bagian bawah
2) Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan
tumor tersebut menyatu dalam rahim atau mengisi kavum Douglasi
3) Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata
3. Gejala Klinis
1) Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang
padat kenyal.
2) Adanya perdarahan abnormal
3) Infertilitasndan abortus
4. Pemeriksaan Luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor
dapat terbatas atau bebas
5. Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas
atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan
6. pemeriksaan penunjang
1) USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi myoma, ketebalan
endometrium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Myoma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya, leiomiosarkama sangat jarang karena USG tidak dapat
membedakannya denga myoma dan konfirmasinya membutuhkan
diagnosa jaringan.
2) Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uteruslebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak
teratur.
3) Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai pasien massa
dirongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4) Histerografi dan histerektomi untuk menilai pasien myoma submukosa
disertai dengan infertilitas
5) Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
6) Laboratorium : darah lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum,
kreatinin darah.
7) Tes kehamilan
(http: //medika. Blogspot.com2008/11/mioma-uteri.html[22 desember 2008])
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan benjolan pada
perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat
uterus, pada umunya terletak pada garis tengah ataupun agak kesamping, sering
kali teraba terbenjol-benjol. Myoma subserosum dapat mempunyai tangkai
yang berhubungan dengan dengan uterus.
Myoma intramural dapat menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang
ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus sonde. Myoma submokusum
kadang kala dapat teraba dengan jari yang masuk dalam kanalis servikalis, dan
terasa benjolan pada permukaan kavum uteri.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen dibagian
bawah atau panggul ialah myoma subserosum dan kehamilan; myoma
submukosusum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; myoma
intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsioma
korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat
membant da meneakkan dugaan klinis.
2.1.9 Pengobatan
Tidak semua myoma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari
semua myoam uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk
apapun, terutama itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau
keluhan. Walaupun demikian myoma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6
bulan. Dalam menopause dapat terhnti pertumbuhannya atau menjadi lisut.
Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya yang dapat tereteksi
dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati myoam uteri terus dengan GnRH
agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri
atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi estrogen. GnRHa yang
mengaturreseptor gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.
Pemberian GnRHa (buserilini acetate) selama 16 minggu pada myoma uteri
menghasilakn degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam
keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa,
dihentikan leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh
estrogen oleh karena myoma itu masih mengandung reseptor estr ogen dalam
konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita myoma uteri sering
,mengalami menopause yang terlambat.
Pengobatan Operatif
Miometrium adalah pengambilan sarang myoma saja tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada myoam
submukosum pada myom geburt dengan cara ektirpasi lewat vagina.
Pengambilan srang myoma subserusum dapat mudah dilaksanakan apabila
tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.
Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih memerlukan
histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
merupakan tindakan terpilih. Histeroktomi dapat dilaksanakan per abdominal
atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih
kecil dari telur angsa dan tidak ada perlengketan dengan sekitarnya. Adanya
prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histeroktomi totsl
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah timbulnya karsinoma servisis
uteri. Histeroktomisupravaginal hanya dilakuakn apabila apabila terdapat
kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya.
(Sarwono, 1999: 345)
2.2. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Varney
I. Pengkajian
Tanggal : untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian pada klien
Jam : untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian pada klien
No. Reg : untuk dapat membedakan antara pasien dengan pasien yang lain dalam
suatu ruangan
A. Data subyektif
1. Biodata
Nama : nama ibu dan suami untuk menegnali dan memanggil dan
menghindari terjadi kekeliruan
Umur : untuk mengetahui keadaan apakah ibu termasuk usia resiko
tinggi dan kita dapat memberi KIE pada ibu untuk tidak hamil
lagi atau untuk melakukan KB yang jangka waktunya lama
Agama : untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya tehadap
kebiasaan pasien terhaap asuhan yang diberikan. Dengan
diketahuinya agama pasien akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan di dalam melakukan asuhan kebidanan
Suku : mengetahui darimana suku berasal dan memudahkan dalam
memberikan komunikasi antara petugas kesehatan dan ibu
untuk mengadakan persiapan dan agar nasihat kita dapat
diterima dan dimengerti oleh ibu/keluarga
Pendidikan : Tingkat penyampain komunikasi yang diberikan tergantung
pada tingkat pendidikan dan sebagai dasar dalam memberikan
asuhan dengan hal ini sangat mempengaruhi keefektifan
dalam memberikan asuhan kepada klien
Pekerjaan : mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien
dan apakah pekerjaan ibu dan suami dapat mempengaruhi
kesehatan klien atau tidak
Penghasilan : mengetahui status ekonomi penderita dan mengetahui pola
kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan klien
Alamat : Digunakan untuk mengetahui keadan lingkungan tempat
tinggal pasien yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
pasien, dan untuk mengetahui jarak rumah pasien dengan
sarana kesehatan.
2. Alasan MRS
Untuk mengetahui maksud kedatangan pasien kefasilitas kesehatan, pasien
ebgan myoma uteri biasanya merasakan benjolan abnormal pada perut
bagian bawah yang semakin lama semakin membesar, terjadi menstruasi
yang banyak denga gumpalan darah, dan ras nyeri saat tertekan.
3. Keluhan utama
Untuk mengetahui apa yang dikeluhkan oleh pasien sehingga menuntut
pasien datang ke sarana kesehatan, keluhan yang dirasakan pasien myoma
uteri adalah rasa tidak nyaman akibat dari benjolan yang abnormal,
terjadinya menstruasi yang banyak dengan gumpalan darah, dan rasa nyeri
jika terteka. Posisi myoma juga mempengaruhi gejala klinis yang mungkin
timbul seperti jika myoma uteri menekan vesika urinaria akan
menyebabkan terjadinya poliui, jika menekan uretra akan terjadi retensio
uri, jika pada ureter terjadi hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan
onstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe
dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah pasien dahulu pernah menderita penyakit kronis
(seperti : tumor, kanker, dan lain-lain), atau memiliki penyakit keturunan
(seperti : kencing manis, asma, dan lain-lain) yang dapat mempengaruhi
proses penyembuhan ibu.
5. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui secara terperinci riwayat penyaki ibu yang sedang
diderita, dimana perama kali dilakukan pemeriksaan, hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan sehingga dapat menunjang data perjalanan penyakit
yang diderita pasien

6. Riwayat haid
Menarche
Siklus
Lama
Banyaknya
Warna
Bau
Fluor Albus
Keluhan
HPHT
Untuk mengetahui kesehatan alat reproduksi pasien normal/ tidak
7. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahuinberapa lam ibu sudah meikah, hal ini dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi ibu dan apakah hal tersebut menjadi
penyebab suatu gangguan kesehatan reproduksi/ tidak.
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untu mengetahui apakah dimasa kehamilan, persalinan, nifas mengalami
gangguan maupun komplikasi yang menyertainya.
9. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu pernah mnjadi akseptor KB, jenis KB yang
digunakan dan berapa lama penggunaan jenis KB yang pernah digunakan
ibu
10. Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan pasien baik pada saat sebelum
dan pada saat menderita sakit yang terdiri atas pola nutrisi, pola istirahat,
pola eliminasi, pola aktifitas, pola kebiasaan, dan pola rekreasi.
11. Riwayat psikologis
Untuk mengetahui keadaan kejiwaan pasien serta mengantisipasi jika
terjadi gangguan psikis sehubungan dengan penyakit yang diderita ibu.

12. Riwayat sosial Budaya


Untuk mengetahui hungan ibu dengan keluarga maupun masyarakat yang
ada dilingkungan tempat tinggalnya,serta dapat dijadikan dasar dalam
memberikan informasi yang disampaikan dapat sesuai dengan adat yang
dianut ibu dan untuk mengetahui kebiasaan bila berobat.
13. Riwayat Spiritual
Untuk mengetahui agama dan kepercayaan ibadahnya

B. Data obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 120/80 mmHg
N : 60-90 x/menit
S : 36,5-37,5oC
RR : 16-24 x/menit
BB : Untuk menentukan dosis pmberian obat dan kebutuhan
cairan
TB : untuk mengetahui apakah sesuai dengan berat badan ibu
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bersih, tidak berketombe, rambut tidak rontok
Wajah : Tidak tampak pucat, tidak tampak oedem
Mata : Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva anemi (pucat)
Hidung : Tidak ada polip, bersih, septu nasi ditengah
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi,
lidah bersih tidak pucat
Telinga : Simetris, tidak ada sekret yang berlebih
Leher : Tidak terlihat adanya pembengkakan pada kelenjar limfe,
kelenjar tiroid, maupun vena jugularis
Dada : Payudara simetris, tidak ada retraksi pada kedua payudara,
putting susu menonjol, tidak ada retraksi dada
Abdomen : Tampak membesar, pusar tampak oedem, tidak aa bekas
operasi
Genetelia : Bersih, tidak tampak oedem, tampak flek berwarna merah
kecoklatan (menstruasi)
Esktrimitas :
- Atas : Pergerakan aktif, tidak oedem
- Bawah : Pergerakan aktif, daerah inguinalis sampai lutut bagian atas
tampak oedem, sedangkan kaki tidak oedem.
b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan yang abnormal
Payudara : Tidak teraba benjolan/ massa yang abnormal, tidak teraba
pembengkakan kelenjar limfe pada daerah axila.
Abdomen : Teraba benjolan yang abnormal pada perut bagian bawah
(1/2 sympisis pusat), padat/ kenyal, mobile (dapat
digoyangkan), terdapat nyeri tekan, pusar oedem.
Ekstrimitas :Akral teraba hangat, turgor kulit baik
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada bunyi ronchi dan wheezing
Abdomen : Bising Usus (+)
d. Perkusi
Refleks patella +/+
II. Identifikasi Diagnosa / Masalah
Dx : Ny ...Usia ... Tahun P ... Ab ... Dengan Myoma Uteri
Ds : Data yang diperoleh dari anamnesa yang menunjang diagnosa
Do : Data hasil pemeriksaan petugas kesehatan yang menunjang terjadinya
masalah
Masalah : -
Ds : Data yang diperoleh dari anamnesa yang menunjang terjadinya masalah
Do : Data hasil pemeriksaan petugas kesehatan yang menunjang terjadinya
masalah.
III. Antifipasi Masalah Potensial
Mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul dari kondisi yang ada/ sudah
terjadi, dengan mengidentifikasi masalah potensial yang dapat muncul dari
diagnosa/ masalah aktual sehingga dapat dirumuskan tindakan yang perlu
dilakukan untuk menghindari masalah potensial yang akan terjadi.
IV. Identifiaksi Kebutuhan Segera
Tindakan segera baik konsultasi, kolaborasi dengan dokter berdasakan kondisi ibu
yang bersifat emergensi untuk menyelamatkan jiwa ibu.
V. Intervensi
Dx : Ny ...Usia ... Tahun P ... Ab ... Dengan Myoma Uteri
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan operasi dapat berjalan
lancar dan tidak terjadi komplikasi
Kriteria hasil :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV dalam batas normal tanpa adanya komplikasi
TD : 100/70 130/90 mmHg
Suhu : 36,5 37,5 oC
Nadi : 70 90 x/mnt
RR : 18-24 x/menit

Intevensi :
1. lakukan pendekatan terapeutik
R/ dengan pendekatan terapeutik dihaapkan terjadi hubungan saling percaya
dan ibu dapat lebih kooperatif dengan petugas kesehatan

2. jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan


R/ dengan informasi tentang hasil pemeriksan dan keadaan ibu saat ini dapat
menembah pengetahuan dan mengurangi kecemasan ibu terhadap keadaan
dirinya.
3. Berikan diit TKTP rendah sisa pada ibu
R/ Dengan pemberian diit makanan cair TKTP rendah sisa diperoleh
pertambahan protein untuk pertumbuhan sel jaringan baru, mengganti sel/
jaringan yang sudah rusak dan kalori sebagai cadangan energi serta kandunagn
rendah glukosa dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah ibu.
4. Anjurkan ibu untuk membersihkan alat kemaluannya dengan betadine douche
pagi dan sore hari
R/ Bethadine douche berfungsi untuk membersihkan dan membunuh kuman
kuman patogen yang ada didaerah vagina.
5. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
R/ Istirahat dapat merelaksasikan seluruh kerja organ sehingga energi yang
diperlukandapat disimpan sebagai cadangan energi yang nantinya sangat
sangat diperlukan pada masa post operasi
6. Berikan surat rujukan pada pasien
R/ Dengan melakukan rujukan pasien dapat segera memperoleh tindakan dan
pengobatan yang dibutuhkan secara tepat
VI. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervens yang telah dibuat
VII.Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari
asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil. rencana mengacu
pada tujuan dan kriteria hasil
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Hari / tanggal : Kamis, 4 Juni 2009
Jam : 09.00 WIB
No. Reg :-
A. Data subyektif
1. Biodata
Nama klien : Ny H Nama suami : Tn L
Umur : 34 thn Umur : 35 thn
Suku : Jawa Suku : jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraswasta
Penghsilan :- Penghsilan : -
Alamat : Pakis Alamat : Pakis

2. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaan dirinya
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya ada benjolan dan semakin lama semakin
membesar.
4. Riwayat penyalit yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti
TBC, penyakit kuning maupun penyakit menurun seperti kencing
manis, darah tinggi dan asma.
5. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini ibu sedang menderita penyakit tumor
kandungan, denagn keluhan perut yang membesar dan nyeri perut
bagian bawah jika dibuat bekerja yang berat - berat.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa didalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti penyakit kuning, TBC maupun
penyakitmenurun seperti kencing manis, darah tinggi atau penyakit
tumor maupun kanker.
7. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 tahun
Lama : 7 hari
Jumlah : Sedikit, pada hari I II ganti 2 pembalut (3/4
pembalut penuh)
Keluhan : Tidaka ada
Flour albus : Tidak ada
8. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1x
Lama Menikah : 10 tahun
Usia Pertama kali menikah : 24 tahun
9. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi apapun
selama menikah.
10. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Dirumah : makan 3x sehari dengan porsi sedang (nasi, lauk,
sayur) kadang buah + susu, namun air putih 5-7
gelas /hari
b. Aktivitas
Dirumah : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
mencuci, membersihkan rumah, memasak dan
kadang-kadang ibu menonton TV

c. Istirahat
Dirumah : ibu mengatakan istirahat siang 1-2 jam / hari dan
tidur malam 7 -8 jam / hari
d. Personal hygiene
Dirumah : Ibu mandi 2x / hari dan gosok gigi, ganti baju dan
celana dalam tiap kali mandi keramas 3x seminggu
e. Eliminasi
Dirumah : BAB 1x / hr
BAK 6-7 x/hr
11. Riwayat psikososial dan Budaya
Psikologi : ibu mengatakan ingin segera memperoleh penanganan dan
lekas sembuh
Sosial : Ibu tinggal serumah dengan suami,Hubungan ibu dengan
keluarga terjalin baik. Ibu berkomunikasi dengan keluarga
berbahasa jawa. Hubungan ibu dengan masyarakat
terjalin baik.
Budaya : Ibu masih percaya dengan kebiasaan adat istiadat seperti
selamatan. Jika ibu dan suami sakit berobat ke tenaga
kesehatan
13. Riwayat Spiritual
Ibu beragama islam, setiap hari ibu menjalankan sholat 5 waktu. Ibu
selalu berdoa agar ibu di beri kemudahan dalam proses
kesembuhannya.

B. Data obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah: 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 36,7 oC

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Bersih, tidak berketombe, rambut tidak rontok.
Muka : pucat, tidak tampak oedem
Mata : simetris, sclera tidak icterus, conjungtiva anemis
Hidung : simetris,tidak tampak sekret, tidak tampak polip
Mulut : bibir tidak tampak pucat , tidak pecah-pecah, tidak ada
stomatitis,liadh bersih, gigi tidak caries
Telinga : simetris, bersih, tidak tampak serumen, pendengaran
baik
Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar limfe,kelenjar
tyroid dan tidak tampak pembengkanan vena jugularis
Dada : simetris, tidak tampak retraksi dada, payudara simetris
membesar,puting susu menonjol
Abdomen : Tampak membesar, pusar tampak oedem, tidak ada
bekas operasi.
Genetelia : Bersih,tidak tampak oedem, tidak tampak adanya
varises, tampak flek berwarna merah kecoklatan
(menstruasi)
Esktrimitas:
Atas : Pergerakan aktif, tidak oedem, terpasang selang infus
Bawah : Pergerakan aktif, daerah inguinalis sampai lutut
bagian atas tampak oedem, sedangkan kaki tidak
oedem.

b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar
limfe, serta tidak ada pembendunan vena jugularis
Dada : tidak teraba benjolan abnormal pada kedua mammae,
tidak ada nyeri tkan pada kedua mammae
Abdomen : Teraba benjolan abnormal pada perut bagian bawah
(1/2 sympisis pusat, mobile dapat digoyangkan), tidak
ada nyeri tekan pusar oedem.
Ekstemitas : Akral teraba hangat, turgor kulit baik, dan tidak
oedem pada kedua ekstremitas atas dan bawah.
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada suara ronchi dan wheezing
Abdomen : Bising usus (+)
c. Perkusi
Perut : tidak kembung
Kaki : reflek patela (+)
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Inspekulo
Hasil :
Tampak portio tertutup licin
Tampak ada fluxus
- Pemeriksaan Vagina Toucher (VT)
Hasil :
Teraba portio tertutup licin
Tidak ada fluxus, tidak ada fkex
Corpus Uteri Ante Flexsi
II. Identifikasi Diagnosa / Masalah
Dx : Ny H umur 34 tahun P0000 Ab000 Dengan Myoma Uteri
Ds : Ibu mengatakan bahwa ibu menderita penyakit tumor kandungan
Do : K/U : cukup
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah: 100/70 mmHg
Nadi : 84 x/mnt
Pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 36,2 oC
1. Pemeriksaan Fisik
- Palpasi
Abdomen : Teraba benjolan abnormal pada perut bagian
bawah (1/2 sympisis pusat, mobile dapat
digoyangkan), tidak ada nyeri tekan pusar
oedem.
2. Pemeriksaan Inspekulo
Hasil :
Tampak portio tertutup licin
Tampak ada fluxus
3. Pemeriksaan Vagina Toucher (VT)
Hasil :
Teraba portio tertutup licin
Tidak ada fluxus, tidak ada fkex
Corpus Uteri Ante Flexsi
III. Antifipasi Masalah Potensial
-
IV. Identifiaksi Kebutuhan Segera
-
V. Intervensi
Dx : Ny H umur 34 tahun P0000 Ab000 Denagn Myoma Uteri
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharaokan operasi
dapat berjalan lancar dan tidak terjadi komplikasi
Kriteria Hasil : Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 100/70-120/80 mmHg
Nadi : 60-90 x/mnt
Pernafasan : 16-24 x/mnt
Suhu : 36,5-37,5 oC
Myoma uteri dapat segera ditangani tanpa ada komplikasi

Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik
R/ Dengan pendekatan terapeutik diharapkan terjalin hubungan saling
percaya dan ibu dapat lebih kooperatif dengan petugas kesehatan.
2. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
R/ Dengan informasi tentang hasil pemeriksaan dan keadaan ibu saat ini
dapat menambah pengetahuan dan mengurangi kecemasan ibu
terhadap keaadaan bayinya.
3. Berikan diit TKTP rendah sisa pada ibu
R/ Dengan diberikan diit makanan cair TKTP rendah sisa diperoleh
pertambahan protein untuk pertumbuhan sel dan jaringan baru,
mengganti sel/ jaringan yang sudah rusak dan kalori sebagai cadangan
energi serta kandungan rendah glukosa dapat menurunkan kadar
glukosa dalam darah ibu.
4. Anjurkan ibu untuk membersihkan alat kemaluannya dengan betadine
douche pagi dan sore hari
R/ Bethadine douche berfungsi untuk membersihkan dan membunuh
kuman-kuman patogen yang ada didaerah vagina.
5. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
R/ Istirahat dapat merelaksasikan seluruh kerja organ sehingga energi
yang diperlukan dapat disimpan sebagai cadangan energi yang
nantinya sangat diperlukan pada masa post operasi.
6. Berikan surat rujukan pada pasien
R/ Dengan melakukan rujukan pasien dapat segera memperoleh tindakan
dan pengobatan yang dibutuhkan secara tepat
VI. Implementasi
Tgl : 4 Juni 2009
Dx : Ny H umur 34 tahun P0000 Ab000 Dengan Myoma Uteri
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu denagn membina hubungan
saling percaya agar ibu dapat lebih kooperatif.
2. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan yang baik .
3. Menganjurkan ibu untuk membersihkan alat kemaluannya dengan
bethadine douche sore hari.
4. Menganjurka ibu untuk beristirahat yang cukup, hal ini untuk
mengurangi rasa nyeri.
5. memberikan surat rujukan pada pasien yang ditujukan pada Dokter di
poli Gynekologi RSSA yang berisikan hasil pemeriksaan dan agar pasien
segera memperoleh tindakan yang tepat.

VII.Evaluasi
Hari / tanggal : Kamis, 4 Juni 2009
Jam : 10.00 WIB
Dx : Ny H umur 34 tahun P0000 Ab000 Dengan Myoma Uteri
1. Ibu tampak tenang dan sudah mengerti dengan kondisi dirinya saat ini.
2. Ibu akan membersihkan kemaluannya dengan vaginal douche
3. Ibu bersama suaminya akan datang ke poli Gynekologi untuk
memeriksakan dirinya dengan membawa surat rujukan dari Bidan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari kasus Ny. H Umur 34 tahun P0000 Ab000 Dengan Myoma Uteri
penulis mendapatkan tidak adanya kesenjangan. Oleh karena itu penulis
mencobanya untuk membahas satu persatu dari kasus tersebut.
1. Faktor Predisposisi dari Terjadinya Myoma Uteri
Salah satu faktor predisposisi dari terjadinya myoma uteri adalah paritas,
sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil dibanding
pada multipara, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas atau
sebaliknya myoma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempenagruhi.
http://medika.blogspot.com
Sedangkan pada kasus Ny.H belum memiliki anak dan menderita
myoma uteri menunjukkan adanya adanya kesenjangan antara teori dengan
fakta yang ada dilapangan.
Faktor lain yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya myoma uteri yaitu
genetik, estrogen, progesteron, dan human growth hormon. Estrogen memacu
tumbuhnya dari jaringan grandurale dari myoma ini sehingga menyebabkan
myoma tumbuh menjadi lebih besar. Terutama pada masa reproduksi dan pre
menopause dimana terjadi peningkatan yang signifikan sebelum terjadi
klimakterium.
(Sarwono, 1999: 340)
Deari kasus Ny.H ini didapatkan oleh penulis ibu adalah wanita yang
relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas
menyebabkan myoma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
2. Manifestasi Klinis yang Terjadi
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarng myoma uteri
ini berada (servik, intramural, sub mukosa, dan subserous), besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Pada sebagian besar kasus myoma
uteri ini terjadi perdarahan abnormal, adanya rasa nyeri yang timbul
diakibatkan karena gangguan sirkulasi darah pada sarang myoma dan gejala
lain yang menyertai dan tergantung dari tempat penekanan seperti penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat
menyebabkan retensio urine, pada ureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri pangul.
(Sarwono, 1999: 342)
Pada kasus Ny. H penulis menemukan adanya kesenjangandan
ketidaksenjangan pada manifestasi klinis yang terjadi. Kesenjangan ditemukan
ketidak adanya perdarahan abnormal maupun rasa nyeri maupun nyeri tekan. Pada
Ny. H hanya ditemukan adanya oedem pada tungkai sarang myoma yang
menekan pembuluh darah dan limfe di panggul sehingga menyebabkan adanya
gangguan sirkulasi pada daerah sekitar pelvis.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Diagosis myoma uteri ini ditegakkan dari kesimpulan adanya
beberapa pemeriksaan yang telah dilakukan seperti pemeriksaan fisik,
pemeriksaan inspekulo. Pada umunya kasus myoma ini tidak memerlukan
pengobatan operatif, hanya pada kasus yang disertai dengan komplikasi lain
yang memungkinkan adanya myoma ini keselamatan jiwa ibu dapat
terancam dengan keadaan umum ibu yang sudah cenderung akan turun perlu
dilakukan tindakan pembedahan sebagai pengobatan operatif.

5.2. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
a. Diharapkan dalam memberikan asuhan memegang prisip memenuhi
kebutuhan pasien.
b. Diharapkan petugas mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang
cukup untuk dapat melakukan tindakan secara komprehensif.
c. Memberikan dukungan dan motivasi serta bimbingan pada ibu
mengenai masalah-masalah gynekologi.
2. Bagi Keluarga
a. Selalu kooperatif dengan petugas kesehatan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
b. Untuk selalu memberikan dukungan kepada ibu agar psikologisnya
kuat.
DAFTAR PUSTAKA

http://medika.blogpsot.com diakses pada tanggal 20 September 2008


http://medika.sains.com diakses pada tanggal 20 September 2008
mansyoer, arif, Dkk. 1999. Kapita Selekta kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Media
Aesgulopius, FKUI : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan Edisi 2 Jilid 3. Tridasa printer :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai