Artinya, apa agama seseorang seringnya hanya akibat di keluarga mana dan kapan
seseorang lahir dan dibesarkan.
Inilah yang menjadi masalah. Lebih sering daripada tidak, apa agama seseorang
sangat tergantung apa agama orang tuanya dan di mana dia dilahirkan. Jika Anda
lahir di Bali 20 tahun lalu, Anda akan beragama Hindu. Jika Anda lahir di Afghanistan
anda akan menjadi Muslim. Jika Anda lahir 1000 tahun lalu di Mesir, Anda akan
menyembah kucing. Apa agama seseorang, hanya persoalan probabilitas. Anda
lahir di mana, dan kapan.
Lantas agama dan aliran mana yang benar-benar membawa manusia selamat dan
masuk surga?
Di sini ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, memang hanya ada satu,
agama, dan aliran yang benar. Jika Anda beruntung untuk masuk ke dalamnya,
Anda akan masuk surga. Persoalannya, di mana kita tau agama mana yang benar?
Umur, kesempatan manusia yang terbatas membuat kita tak mampu menggali satu
per satu agama dan aliran untuk menimbang mana yang benar. Lagipula
bagaimana kita tau mana yang benar ketika semua agama hanya menyuruh kita
menggunakan iman? Jika 1500 orang menggunakan iman dan berujung
mempercayai 1500 hal yang berbeda, maka jelas iman bukanlah alat yang reliable
dalam mencari kebenaran. Tuhan, jika memang ada, dan maha adil, dan maha
cerdas, seharusnya tau bahwa hal seperti ini bukanlah sistem yang ideal untuk
menyortir orang masuk surga dan neraka mengingat besarnya faktor
keberuntungan untuk lahir di keluarga dan lingkungan dengan agama yang tepat.
Kemungkinan kedua bahwa ternyata tidak ada agama yang benar dan ternyata
syarat masuk surga, murni didasarkan pada baik buruknya perilaku manusia selama
di dunia. Selagi kemungkinan ini lebih relevan dengan sifat Tuhan yang
digambarkan murah hati, maha adil, dan maha tau, ini justru menihilkan peran
agama. Artinya tidak ada agama yang paling benar dan semua orang bisa masuk
surga selama berperilaku baik sesuai kehendak Tuhan. Ingat, ada orang yang luar
biasa baik dan dermawan di luar sana yang tidak menganut agama apa pun. Bill
Gates dan Werren Buffet adalah dua figur manusia terkaya di dunia, tidak bergama,
dan merupakan penyumbang individu terbesar di dunia, merubah nasib dari jutaan
manusia di berbagai belahan dunia. Layakkah mereka masuk neraka? Berdasarkan
kepercayaan agama secara umum, jawabannya adalah: ya. Mereka ateis, mereka
tidak beragama, mereka tidak percaya Tuhan. Tapi setiap orang waras akan melihat
bahwa Tuhan, jika memang ada dan maha adil tidak akan membiarkan mereka
masuk neraka. Ini adalah paradoks besar dalam agama, dan kita tak bisa menutup
mata dan berkata lihat sajalah di akhirat nanti.
Tentu masih ada kemungkinan ke-3, bahwa konsep surga merupakan insentif yang
berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia. Dan agama salah satunya adalah
alat politik yang dikembangkan manusia untuk mengontrol manusia lainnya. Bagi
saya, itu lebih masuk akal.