K e g ia t
an
K e g ia tP e n g u K e g ia t
an k u r a n an
P e r in ti P enam
san banga
n
Diagram 1. Aktivitas umum Departement Quarry
Kegiatan Perintisan
Kegiatan Penambangan
PROSEDUR PENAMBANGAN
1. TUJUAN
Memberikan penjelasan bagaimana cara penambangan bahan baku yang sesuai, agar
sasaran produksi dan kualitas yang ditentukan dapat tercapai secara ekonomis, lancar,
aman baik, peralatan maupun personilnya serta selalu berkesinambungan.
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku pada seksi pertambangan bahan baku Departement Quarry di
lingkungan PT. Semen Bosowa Maros. Prosedur ini diikuti pada setiap kegiatan
penambangan.
3. DEFINISI
3.1 Quarry adalah system tambang terbuka yang dipakaii untuk menambang endapan
bahan galian industri.
3.2 Explorasi adalah kegiatan untuk mengetahui dan mendapatkan bentuk ukuran,
kadar rata rata dan jumlah cadangan.
3.3 Cadangan adalah jumlah bahan mentah di alam yang sudah diselidiki kualitas
dan kuantitasnya.
3.4 Planning adalah jumlah bahan mentah di alam yang sudah diselidiki kualitas dan
kuantitasnya.
3.5 Exploitasi adalah suatu kegiatan perumusan tujuan, prosedur, metode, dan jadwal
pelaksanaan kegiatan termasuk ramalan tentang kondisi mendatang.
3.6 Crushing adalah proses pemecahan bahan baku dan raw material.
4. REFERENSI
a. Tambang terbuka, 1980
b. Applied Explosiver Technology for minning, Stig O Olofsoon, 1990
c. Dokumentasi Sistem Mutu ISO 9000 Series
d. Instruksi Kerja M-IK-QRY-01-01 s/d 08
5. URAIAN PROSEDUR
5.1 Explorasi
5.1.1 Head Quarry Limestone Departemen menugaskan kepada Supervisior
Planning untuk melakukan penyelidikan / explorasi yang meliputi :
5.1.1.1 Explorasi awal yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya endapan
bahan galian (cadangan).
5.1.1.2 Explorasi detail yang bertujuan untuk mengetahui keadaan, bentuk,
ukuran, dan seterusnya.
5.3 Planning
Atas persetujuan Head Departement, Supervisior Planning kemudian
membuat rencana tambang yang meliputi :
Perkiraan umur tambang
Perencanaan system penambangan
Perencanaan peralatan tambang
Rencana target produksi berdasarkan rencan produksi semen dari Departemen
Produksi, serta rencana pemakaian bahan peledak untuk membongkar batuan.
Untuk akurasi data dari setiap kegiatan di atas, dilaksanakan proses
pengukuran dengan menggunakan Formulir Data Pengukuran.
5.4 Exploitasi
5.4.1 Supervisior Production Quarry dibantu dengan Forement Planning,
Foreman Dozing, serta operator melaksanakan pesiapan penambangan
limestone (batu kapur).
5.4.1.1 Pada persiapan penambangan limestone dilaksanakan beberapa
kegiatan diantara lain : Pengeboran untuk pembuatan lubang
tembak, peledakan untuk pembongkaran batu kapur, dan
pendorongan untuk menyiapkan daerah pengeboran dan
pengumpulan material.
5.4.1.2 Sedangkan persiapan penambangan Clay dilakukan
kegiatanpembersihan area kerja dan engupasan tanah penutup.
5.5 Crushing
5.5.1 Pelaksanaan lapangan membuat laporan harian hasil dari kegiatan
dimasing masing unit kerja dengan menggunakan formulir Laporan
Kerja Harian Operator / Karyawan dengan sepengetahuan foremannya,
kemudian direkap ke dalam Laporan Kegiatan Harian Dept. Quarry
untuk dilaporkan kepada supervisior harian.
5.5.2 Laporan bulana dibuat oleh Planning Supervisior, berdasarkan Laporan
Harian dari semua unit kerja / Supervisior di Departement Quarry
Limestone kemudiandilaporkan kepada pihak yang terkait.
5.5.3
INSTRUKTUR KERJA PENGUKURAN
PELAKSANAAN PENGUKURAN
1. Persiapan sebelum ke lapangan :
a. Siapkan peralatan alat ukur yang dipakai dalam hak ini 1 set alat ukur
Theodolite dan alat bantu lain seperti paying dan roll meter.
b. Siapakan alat alat tulis seperti buku ukur, pena, atau pensil dan penggaris.
c. Siakan alat bantu lain yang diperlukan seperti patok kayu, cat warna merah,
paku dan lain lain.
2. Tempatkan alat ukur tepat diatas titik tertentu (TP) yang telah diketahui elevasi dan
koordinatnya.
3. Setel alat ukur agar sumbu sumbu dan garis bidik benar- benar tegak lurus dan
mendatar dengan menyetel gelmbung nivo tepat berada di tengah tengah dengan
memutar sekrup sekrup penyetel.
4. Sudut mendatar (horizontal) dalam alat, disetting nol derajat, teropong diputar dan
diarahkan tepat kearah sumbu utara magnetis bumi dengan melihat jarum penunjuk
kompas.
5. Kunci sudut dibuka dan diukur tinggi alat ukur.
6. Alat ukur siap dipergunakan untuk pengukuran poligondan titik titik detail.
7. Bidik titik utama jalur poligon dan cacat dalam buku ukur sudut mendatar
(Horizontal) dan sudut miring (vertikal) serta ukur jarak optis antara titik titik.
8. Baca jarak optis dengan cara membaca pada rambu ukur bacaan benang bawah (BB)
dan bacaan benang atas (BA).
L = (BA - BB) X 100
Dimana :
L = Jarak optis / jarak lapangan (cm)
BA = Bacaan benang atas (cm)
BB = Bacaan benang bawah (cm)
Sudut miring didapat dengan cara mengarahkan garis bidik kearah rambu ukur dan
benang tengan pada teropong tepat panda angka rambu ukur sesuai dengan tinggi alat,
kemudian baca dan catat sudut kemiringannya pada alat. Setelah pengukuran titik
poligon dilanjutkan dengan mengukur titik titik detail terhadap titik poligon
tersebut.
9. Untuk titik titik poligon dan titik titik detail berikutnya diukur sesuai dengan
langkah kerja seperti di atas (no 2 s/d 9).
10. Pengukuran poligon dilanjutkan sampai titik yang dikenhendaki dan membuat jalur
poligon tertutup kembali ke titik awal (TP) untuk pengecekan atau koreksi kesalahan
pengukuran.
Untuk pengukuran suatu poligon diperlukan suatu titik tertentu dengan sudut jurusan
tertentu dan koordinatnya. Jadi, pengukuran poligonharus diwali dan diakhiri pada
titik tertentu pula (TP).
Data hasil pengukuran dilapangan kemudian dicatat dalam formulir data pengukuran
dan diselesaikan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :
Jarak mendatar
A = 1 cos2
Dimana :
A = Jarak mendatar (m)
1 = Jarak optis/ lapangan (m)
= Sudut miring
Beda tinggi
t = 1 * (1 / 2 sin2 )
Dimana :
t = Beda tinggi (m)
1= Jarak optis/ lapangan (m)
= Sudut miring
11. Pelaksanaan pengukuran selesai catat dan laporkan.
INSTRUKSI KERJA PENGEBORAN
PELAKSANAAN PELEDAKAN
1. Juru Ledak bersama dengan asistennya menghitung jumlah bahan peledak yang akan
digunakan sesuai orderan jumlah lubang ledak yang akan diledakkan.
2. Juru ledak bersama dengan anggota peledakan lainnya melaksanakan pengambilan
bahan peledak dan detonator dari gudang bahan peledak.
3. Asisten juru ledak bersama anggota peledakan lainnya melaksanakan pencampuran
ammonium nitrate dengan fuel oil (Solar) dengan perbandingan 94,5% : 5,5% atai 1
zak ammonium nitrate dicampur dengan 2 (dua) liter solar.
4. Sesuai dengan perbandingan ini maka oleh asisten juru ledak, ammonium nitrate
dimasukkan kedalam molen sebanyak yang diinginkan dan sementara molen berputar,
solar dituang secara perlahan-lahan agar campuran yang dihasilkan homogen.
5. Anggota peledakan memasukkan ammonuim nitrate yang sudah dicampur kedalam
plastik bag untuk CRD dan kantong plastic untuk lubang DHD Siap dibawa kelokasi
peledakan.
6. Juru ledak dibantu oleh asisten juru ledak dan anggota peledakan merakit detonator
kabel yang terikat pada setiap detonator disambung agar supaya cukup untuk
menghubungkan dari detonator yang satu dengan detonator yang lainnya, dan
detonator dengan nomor yang sama disatukan.
7. Pengangkutan bahan peledak ke front penambangan.
8. Juru ledak dibantu oleh asisten juru ledak dan anggota peledakan membagi detonator
dan bahan peledak ketiap lubang bor (ledak).
9. Pemasangan bahan peledak kedalam lubang ledak oleh regu peledakan.
10. Menyumbat bagian atas lubang dengan material yang biasanya menggunakan cutting
dari pemboran (steaming).
11. (Connecting) yaitu menghubungkan detonator dari lubang yang satu dengan detonator
dari lubang yang lainnya sesduai dengan rangkaian yang diinginkan (seri, Parallel,
seri parallel).
12. Juru ledak menguji rangkaian apakah sempurna atau tidak dengan menggunakan ohm
meter, kalau rangkaian sudah cukup maka ujung kabel utama ditarik ke tempat
persembunyian, yang kemudian dihubungkan ke machine blasting.
13. Pengamanan daerah oleh satpam dan Polri dengan menyembunyikan serene atau
informasi lain sebagai pemberitahuan akan diadakannya peledakan.
14. Pelaksanaan peledakan kalau daerah sudah dinyakan aman dengan ditandai hitungan.
15. Pengecekan hasil ledakan oleh juru ledak.
16. Kalaua tidak ada yang macet, maka lokasi peledakan dinyatakan aman.
17. Kalau ada yang macet, maka lokasi peledakan dinyatakan aman.
18. Kalau ada yang macet ditangani dengan peledakan kedua, baru dinyatakan aman.
19. Kegiatan peledakan selesai dan catat.
PELAKSANAAN PENGANGKUTAN
1. Periksa kondisi alat seperti oli mesin, oli hydraulic, air radiator, dan bahan bakar pada
alat muat dan alat angkut.
2. Setelah semua diyakini sudah baik, alat start dan dipanaskan 15 menit.
3. Alat angkut diarahkan ke loading area yang telah ditentukan oleh supervisior/
pengawas.
4. Pelaksanaan pengankutan yaitu dengan langkah kerja :
Manuver di loading area
Berangkat isi
Manuver didumping point
Dumping material
Kembali kosong
5. Pelaksanaan pengangkutan selesai, isi bahan bakar, bersihkan alat, parkir alat
ditempat yang aman dan laporkan hasil kegiatan.
INSTRUKSI KERJA PEMUATAN
DENGAN FRONT SHOVEL
1. TUJUAN
Tujuan utama penyusunan prosedur penerimaan dan pengeluaran handak ini adalah
untuk memberikan penjelasan tentang cara penerimaan maupun pengeluaran handak
dengan tertib, aman dan lancar, agar pelaksana dapat bekerja secara benar hingga
diperoleh hasil kerja yang efektif dan efisien.
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini diterapkan oleh departemen quarry sebagai pelaksana kegiatan
penyimpanan dan pemakaian bahan peledak pada pabrik PT. Semen Bosowa Maros.
3. DEFINISI
3.1 Handak adalah suatu perpendekan dari kata bahan peledak.
3.2 Bahan Peledak adalah bahan/zat berbentuk padat apabila dikenai suatu aksi
berupa panas, benturan, atau gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi zat-
zat lain yang lebih stabil, yang sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas dan
perubahan tersebut berlangsung dalam waktu amat singkat disertai efek panas dan
tekanan sangat tinggi.
3.3 Petugas Gudang Handak (Explosive Storange Formen) adalah General
Aministrator yang ditugaskan untuk menangani penyimpanan dan pengeluaran
handak.
4. REFERENSI
a. Dasar-dasar keselamatan kerja, Departemen Pertambangan dan energi.
b. Dokumentasi Sistem Mutu ISO 9000 Series.
5. URAIAN PROSEDUR
5.2 Pengeluaran
5.2.1 Proses pengeluaran handak dimulai dengan diterbitkannya Nota
Permintaan bahan peledak dari juru ledak yang ditanda tangani oleh
pelaksana, juru ledak sendiri , serta oleh Supervisor Quarry.
5.2.2 Sesuai jumlah dalam Nota Permintaan Bahan peledak, Petugas Gudang
Handak membuatkan Berita Acara Pengeluaran Handak dimana ditanda
tangani oleh masing-masing petugas yakni, penerima handak, Kepal
Teknik (Head of Quarry Limestone) seta juru ledak dan dibuat sebanyak 3
(tiga) rangkap.
5.2.3 Setelah semua persiapan pengeluaran selesai, Pengeluaran handak
dilaksanakan secara teratur mulai dari ammonium nitrate, dynamite dan
terakhir electric detonator, jumlah pengeluaran tersebut sesuai dengan
berita acara.
5.2.4 Petugas Handak mencatat jumlah pengeluaran pada kartu stock yang
tersedia dalam gudang handak.
5.2.5 Setelah pelaksanaan pengeluaran Handak, Juru Ledak bersama Regu
Peledakan melaksanakan kegiatan peledakan dan membuat berita acara
Peledakan serta membuat Laporan Harian Peledakan.
5.2.6 Head Quarry Limestone menandatangani Formulir Berita Acara
Pengeluaran Handak dan Laporan Harian Peledakan untuk pengesahannya.
6. LAMPIRAN
6.1 Formulir Kartu Stock
6.2 Buku Induk Bahan Peledak
6.3 Berita Acara Pengeluaran Handak
6.4 Formulir Nota Permintaan Bahan Peledak
6.5 Formulir Berita Acara Peledakan
6.6 Formulir Laporan Harian Peledakan
INSTRUKSI KERJA
PENCAMPURAN AMMONIUM NITRATE SOLAR DAN OLI BEKAS
1. Alat/Bahan
1.1 Forklift
1.2 Truk Pengangkut Solar
1.3 Drum Pencampuran
1.4 Tempa penampungan
1.5 Kaos tangan
1.6 Maskerr
1.7 Helmet
1.8 Solar
1.9 Oli bekas
1.10 Ammoniuym nitrate
1.11 Mixer (molen)
1.12 Majun bekas
1.13 Material reject
1.14 Pompa tangan
2. Uraian kerja
2.1 Operator Forklift
2.2 Juru ledak/asisten juru ledak
2.3 Personil peledakan
2.4 Fuelman
3. Uraian kerja
3.1 sebelum kegiatan Ammonium Nitrate, terlbeh dahulu dilakukan pencampuran
solar dengan oli bekas dengan perbandingan tertentu.
3.2 Juru ledak atau asisten juru ledak meminta solar dan oli bekas kepada fuelman
3.3 Oli bekas sebanayk satu drum atau kurang lebih 200 liter yang dibawa oleh
operator forklift dahulu dicampur dengan solar solar sebanyak 140 Liter atau
setara dengan 70 : 30.
3.4 Simpan campuran siolar dan oli bekas pada tempat penampungan menggunakan
forklift secara hati-hati agar tidak tercecer.
3.5 Apabila ada ceceran, bersihkan menggunakan kain majun atau menggunakan
material reject.
3.6 Majun bekas yang terkontaminasi oleh bekas dan campuran solar yang sudah
tidak digunakan lagi dan material yang terkontaminasi dimasukkan pada TPS
limbah B3 yang tersedia.