Anda di halaman 1dari 3

Semua Orang Pasti Bisa Sukses

Kukuruyukkk.... ayam belakang rumah ku mulai berkokok. Aku mulai


membuka mataku dan siap siap untuk berangkat sekolah dengan kasur yang
berantakan serta rambutku. Bergegas aku merapikannya karena jam sudah
menunjukkan 05.45. aku rasa aku terlambat dan aku pikir tidak perlu mandi
hanya mencuci muka dan berangkat ke sekolah. Barangkali sepertinya aku
adalah orang miskin, aku anak tidak mampu. Ayahku meninggalkan aku sejak
kecil dulu. Terlambat atau tidak terlambat aku memang jarang mandi karena
keterbatasan ekonomi dan ibuku hanya bekerja sebagai penjual keliling.

Setiba di sekolah, guruku yang bernama Pak nadif memberi arahan


kepada seluruh siswa 1 angkatan di atas aku untuk mulai belajar bersungguh
sungguh karena akan menghadapi UN dan juga memlih SMA favorit yang ada
di kota ini. Aku mendengar seluruh arahan yang di berikan oleh beliau. Walapun
UN masih 1 tahun lagi bagiku. Aku khawatir aku tidak lulus sekiranya aku tidak
lulus pasti akan masuk SMP Swasta dan membayar uang sekolah sebesar
ratusan sampai jutaan per bulan. Mulai dari sekarang aku sudah menanamkan
tekad untuk belajar bersungguh sehingga temanku tidak menertawai aku dan
guruku yang tidak lelah mengajari aku serta merubah perilaku menjadi lebih
baik.

1 Bulan lamanya libur karena setelah terima rapor aku sudah selesai pada
kelas 8 dan naik ke kelas 9 dengan nilai cukup memuaskan. Selama 1 bulan
libur aku membantu ibuku bekerja menjual gorengan keliling hanya saja saat itu
aku memakai seragam sekolahku. Pada saat kami berjualan ternyata ada 2 orang
pria yang memberi kami uang, pertama seorang pria berpenampilan biasa saja ia
ingin membeli semua gorengan ku dan membayarnya. Sedangkan yang satu
lagi, ia berpenampilan mewah ia memberikan sangat banyak uang dan tidak
membeli gorengan satupun dariku. Aku sedikit kecewa karena kami bukan
pengemis yang minta minta uang.

Hari ke hari terus berjalan. Aku sekarang bukan seperti aku yang dulu.
Aku giat belajar di sekolah begitu juga di rumah. Dan tidak lama lagi beberapa
bulan lagi menuju UN. Aku masih berpikir tentang kejadian pada hari itu
kenapa orang sekarang banyak seperti itu? Akhirnya aku melupakan kejadian itu
dan mulai tidur nyenyak dengan gelapnya malam serta gonggongan anjing.
1 bulan sebelum UN, aku mulai belajar dan merangkum materi serta lebih
percaya diri bahwa UN itu tidak susah. 1 minggu sebelum UN, aku mulai
menjaga kesehatan, menciptakan suasana belajar lebih efektif, belajar kelompok
dengan menyelesaikan soal soal. Sayangnya ibuku jatuh sakit dan aku tidak bisa
mengikuti semua yang seharusnya aku lakukan 1 minggu sebelum UN.
Akhirnya 1 minggu itu aku menemani dan merawat ibuku sakit. 1 hari sebelum
UN, akhirnya aku mulai mengikuti seharusnya yang dilakukan 1 minggu
sebelum UN terpaksa aku menggunakan sistem SKS walaupun ibuku belum
sembuh toal layaknya ibuku yang dulu.

Malam sudah digantikan oleh pagi akhirnya UN pun datang


menghampiriku. Aku mengikutinya selama 4 hari berturut turut dan akhirnya
UN ini selesai. Memang aku sudah belajar tetapi tetap saja aku cemas pada
ibuku. Akhirnya aku tidak konsentrasi dalam mengerjakan UN. Beberapa hari
kemudian sakit ibuku semakin parah akhirnya dibawa ke rumah sakit dan
diobati oleh dokter. Terkejutnya aku ternyata biaya yang diperlukan sudah
dibayar oleh lelaki berpakaian mewah memberi ku uang pada beberapa bulan
yang lalu sebagai permintaan maaf karena telah menganggap ku sebagai
pengemis. Seiring dengan keluarnya hasil UN aku dinyatakan LULUS. Aku
berteriak dan loncat loncat kegirangan. Ibuku juga senang mendengar kabar itu.
Tetapi tidak begitu dengan SMA yang kupilih, aku tidak berhasil masuk SMA
Negeri apapun aku hanya masuk SMA swasta.ibuku terkena serangan jantung
mendengar kabar itu dan akhirnya meninggalkan ku selamanya. Rasa sedih
terdalam kini mulai aku rasakan, sekarang aku anak yatim piatu. Aku tidak tahu
harus kemana. Aku berpikir bagaimana nasibku kelak? Siapa yang akan
membayar uang sekolahnya? Ataukah aku harus putus sekolah? Akhirnya aku
memutuskan untuk putus sekolah dan menjual gorengan ibuku.

Hari ini aku menjual gorengan mulai pagi cerah hingga sore, tetapi aku
kembali bertemu oleh pembeli yang membeli semua gorenganku pada beberapa
bulan yang lalu. Ia mulai mengangkat aku sebagai anaknya. Dan mecarikannya
aku beasiswa. Alhasil aku mendapatkannya dan belajar di luar negeri. Dengan
hati yang gembira aku mengubah status menjadi pelajar. Dan masuk universitas
terkenal di eropa. wahai ibu,ayah, dan seluruh isi dunia. Ingatkah bu kita
menjual gorengan pada waktu itu? Sekarang aku sukses bu. Aku sudah
menguasai pelajaran pelajaran sulit itu bu. Inilah aku. Penjual goreng yang
mampu sukses seperti orang lainnya. AKU SUKSES!

Fadhlurrahman Adriansyah (VIII B)

Anda mungkin juga menyukai